You are on page 1of 31

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Infertilitas merupakan suatu permasalahan yang cukup lama dalam dunia
kedokteran.Namun sampai saat ini ilmu kedokteran baru berhasil menolong ±
50% pasangan infertililitas untuk memperoleh anak. Di masyarakat kadang
infertilitas di salah artikan sebagai ketidakmampuan mutlak untuk memiliki anak
atau ”kemandulan” pada kenyataannya dibidang reproduksi, infertilitas diartikan
sebagai kekurangmampuan pasangan untuk menghasilkan keturunan, jadi
bukanlah ketidakmampuan mutlak untuk memiliki keturunan.
Menurut catatan WHO, diketahui penyebab infertilitas pada perempuan di
antaranya, adalah: faktor tuba fallopii (saluran telur) 36%, gangguan ovulasi 33%,
endometriosis 30%, dan hal lain yang tidak diketahui sekitar 26%.Hal ini berarti
sebagian besar masalah infertilitas pada perempuan disebabkan oleh gangguan
pada organ reproduksi atau karena gangguan proses ovulasi.
Di Indonesia terdapat sekitar tiga juta pasangan suami istri yang tidak
mempunyai anak dan dikatakan sebagai pasangan yang mengalami kemandulan
atau infertilitas. Sebagian besar pasangan suami istri berpikir bahwa mereka akan
mudah memperoleh anak. Sebetulnya 1 diantara 10 pasang akan mengalami
hambatan untuk mempunyai anak. Sekitar 40 % kasus infertilitas disebabkan oleh
kemandulan wanita, 30 % disebabkan oleh kemandulan pria dan 30% oleh
keduanya.

B. Rumusan Masalah
1. Apa saja gangguan ovulasi?
2. Apa saja gangguan pada tuba falopii atau uterus?
3. Bagaimanakah abnormalitas cairan serviks?

1
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui gangguan ovulasi.
2. Untuk mengetahui gangguan pada tuba falopii atau uterus.
3. Untuk mengetahui abnormalitas cairan serviks.

D. Manfaat Penulisan
Manfaat penulisan makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
wawasan penulis dan pembaca tentang infertilitas wanita yang meliputi gangguan
ovulasi, gangguan pada tuba falopii atau uterus, dan abnormalitas cairan serviks.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Defenisi Infertilitas Pada Wanita


Infertilitas adalah ketidakmampuan sepasang suami istri untuk memiliki
keturunan dimana wanita belum mengalami kehamilan setelah bersenggama
secara teratur 2-3 x / minggu, tanpa mamakai matoda pencegahan selama 1 tahun.
Infertilitas adalah kegagalan dari pasangan suami-istri untuk
mengalami kehamilan setelah melakukan hubungan seksual, tanpa kontrasepsi,
selama 12 bulan atau lebih (Sarwono, 1997). Ketidaksuburan (infertil) adalah
suatu kondisi dimana pasangan suami istri belum mampu memiliki anak
walaupun telah melakukan hubungan seksual sebanyak 2-3 kali seminggu dalam
kurun waktu 1 tahun dengan tanpa menggunakan alat kontrasepsi jenis apapun
(Djuwantono,2008).
Ada 2 jenis infertilitas :
1. Infertilitas primer
Infertilitas primer adalah apabila pasangan tersebut belum pernah
mengalami kehamilan sama sekali. Infertilitas primer adalah pasangan
suami istri belum mampu dan belum pernah memiliki anak setelah satu
tahun berhubungan seksual tanpa menggunakan alat kontrasepsi dalam
bentuk apapun (Djuwantono,2008).
2. Infertilitas sekunder
Infertilitas Sekunder adalah apabila pasangan tersebut sudah pernah
melahirkan namun setelah itu tidak pernah hamil lagi. Infertilitas sekunder
adalah pasangan suami istri telah atau pernah memiliki anak sebelumnya
tetapi saat ini belum mampu memiliki anak lagi (Djuwantono,2008).

B. Gangguan ovulasi
1. Ketidakseimbangan Hormon

3
Gangguan Ovulasi yang dibagi ke dalam 4 kelas menurut WHO(World
Health Organization)
Gangguan Ovulasi Keterangan
Kelompok 1 : Kegagalan pituitari Kadar gonadotropin (FSH dan LH)
hipotalamik (amenore hipotalamik rendah, kadar prolaktin normal, kadar
hipogonadisme hipogonadotropik) estrogen rendah. atau Meliputi ±10%
dari seluruh gangguan ovulasi.
Kegagalan pengembangan folikel
menghasilkan amenore hipoestrogenik
(kegagalan siklus menstruasi).
Kelompok 2 : Disfungsi pituitari Kadar gonadotropin terganggu, kadar
hipotalamik estrogen normal. Meliputi ±85% dari
seluruh gangguan ovulasi. Gangguan
ovulasi pada kelompok ini
menyebabkan oligomenore/amenore
anovulatori, didominasi oleh wanita
dengan ovarium polikistik. Sebesar 80-
90% wanita oligomenore dan 30%
wanita amenore mempunyai ovarium
polikistik. Sebagian besar wanita
kelompok ini mempunyai ovarium
polikistik disertai dengan gejala gejala
yang relevan, seperti gangguan siklus
menstruasi, obesitas dan hirsutisme
(sebagai manifestasi
hiperandrogenisme), jerawat atau
kebotakan yang dipengaruhi oleh
hormon androgen). Kondisi ini disebut
PCOS (polycystic ovary syndrome).
PCOS adalah suatu kondisi dimana

4
ovarium menghasilkan
folikel-folikel yang lebih kecil
daripada normal, namun tidak
mengalami ovulasi secara teratur.
Kelompok 3 : Kegagalan ovarium Kadar gonadotropin tinggi dengan
hipogonadisme
dan kadar estrogen rendah.
Meliputi ±4-5% dari seluruh gangguan
ovulasi.
Kelompok 4: disfungsi ovarium Kelompok wanita yang mengalami
gangguan ovulasi akibat disfungsi
ovarium, memiliki kadar prolaktin
yang tinggi.

(Sumber: Chai, 2017)

2. Tumor atau Kista


Kista ovarium
Kista ovarium adalah kantong berisi cairan yang terbentuk di dalam
ovarium. Tiap wanita memiliki dua indung telur (ovarium), satu di bagian kanan

5
dan satu lagi di kiri rahim. Organ ini berfungsi untuk menghasilkan sel telur tiap
bulan (mulai dari masa pubertas hingga menopause) serta memproduksi
hormon estrogen dan progesteron. Fungsi ovarium terkadang dapat mengalami
gangguan dan kista termasuk jenis gangguan yang sering terjadi.

Gambar 1. Kista Ovarium

Kista ovarium dibagi ke dalam dua jenis utama yaitu :


1. kista fungsional. Kista fungsional muncul sebagai bagian dari
siklus menstruasi. Kista yang tergolong umum terjadi ini tidak berbahaya
dan dapat hilang dengan sendirinya.
2. kista patologis. Berbeda dengan kista fungsional, kista patologis
mengandung sel abnormal. Pada sebagian kecil kasusnya, sel abnormal
tersebut bersifat kanker.

Gejala Kista Ovarium


Keberadaan kista cenderung tidak menyebabkan gejala. Tetapi jika sel
kista tersebut pecah, berukuran besar, atau menyumbat aliran darah ke ovarium,
akan muncul beberapa gejala. Di antaranya:
 Menstruasi yang tidak teratur atau berubah
 Nyeri pada tulang panggul beberapa saat sebelum atau setelah menstruasi.
 Nyeri pada tulang panggul saat berhubungan seks.
 Sering buang air kecil.
 Muntah, mual, dan payudara menjadi sensitif seperti saat hamil.
 Sulit buang air besar.

6
 Proses pencernaan yang tidak lancar.
 Perut terasa kembung.
 Lebih cepat merasa kenyang dibanding biasanya.
 Limbung atau pusing.

1. Kista ovarium terbagi menjadi dua jenis utama, yaitu kista fungsional dan
patologis.
a. Kista Fungsional
Kista fungsional muncul sebagai bagian dari siklus menstruasi. Kista yang
paling umum terjadi ini cepat hilang dan tidak berbahaya. Kista fungsional bisa
terbagi menjadi dua jenis yaitu kista korpus luteum dan kista folikel.
1) Korpus luteum
adalah sel yang memproduksi hormon estrogen dan progesteron setelah
pelepasan sel telur. Ketika lubang keluarnya sel telur pada korpus luteum
tersumbat, penumpukan cairan pun terjadi. Inilah yang menyebabkan
korpus luteum berkembang menjadi kista. Kista korpus luteum umumnya
akan hilang dalam beberapa bulan, tapi memiliki risiko untuk pecah. Jika
terjadi, kista ini dapat menyebabkan pendarahan dan sakit yang datang
secara tiba-tiba.

2) Kista folikel.
Di dalam ovarium, sel telur berkembang dalam struktur yang dikenal
sebagai folikel. Kista folikel terbentuk ketika folikel mengalami gangguan
sehingga tidak bisa melepaskan sel telur. Folikel pun membengkak karena
penuh cairan dan menjadi sebuah kista. Kista folikel bisa hilang dengan
sendirinya dalam beberapa minggu.

b. Kista Patologis
Kategori kista ini tidak berhubungan dengan siklus menstruasi dan muncul
akibat adanya pertumbuhan sel yang tidak normal. Sebagian kecil kista ini bisa
bersifat kanker terdiri dari :

7
1) Kista dermoid
Kista dermoid adalah jenis kista dengan sel abnormal yang paling umum
terjadi pada wanita berusia di bawah 40 tahun. Kista ini dapat
mengandung semua jenis jaringan manusia, misalnya rambut, darah,
lemak, tulang, kulit, serta gigi. Hal ini dapat terjadi karena kista ini berasal
dari sel yang belum berkembang menjadi sel telur. Sel ini mempunyai
kemampuan untuk berubah menjadi sel jaringan tubuh apapun. Kista
dermoid umumnya tidak ganas, tapi dapat berkembang dan membesar
hingga berdiameter 20 cm sehingga harus diangkat dengan proses operasi.
2) Kista adenoma
Kista ini umum ditemukan pada wanita di atas 40 tahun dan terbentuk dari
sel-sel jaringan luar ovarium. Kista adenoma dapat dibagi menjadi dua
kelompok, yaitu kista adenoma serosa dan kista adenoma mukosa. Kista
adenoma serosa biasanya berukuran kecil, tapi dapat mengakibatkan gejala
jika pecah. Sedangkan ukuran kista adenoma mukosa dapat berkembang
hingga berdiamater 35 cm. Kista ini jarang yang bersifat ganas, tapi dapat
menyebabkan ovarium terpelintir sehingga aliran darah ke ovarium pun
tersumbat.

Langkah Pengobatan untuk Mengatasi Kista


Kista umumnya akan hilang sendiri dalam beberapa bulan. Untuk
memastikannya dapat menjalani pemeriksaan USG. Berikut beberapa faktor yang
menentukan perlu atau tidaknya pengangkatan kista:
 Ada atau tidak adanya gejala. Sekitar empat persen kasus kista akan
menyebabkan gejala. Jika gejala terjadi, operasi pengangkatan akan
dianjurkan.
 Ukuran dan kandungan kista. Kista yang berukuran besar dan yang
diperkirakan mengandung sel abnormal perlu diangkat melalui operasi.

8
 Kista terjadi dalam masa menopause. Wanita yang telah mengalami
menopause memiliki risiko lebih tinggi untuk menderita kanker
ovarium yang berkembang dari kista.
Penderita kista yang telah mengalami menopause dianjurkan untuk
menjalani tes darah dan USG secara teratur untuk memastikan hilangnya
kista dalam waktu dekat. Jika tidak, kista perlu diangkat melalui operasi
karena berpotensi berkembang menjadi kanker ovarium.

3. Masalah Kelenjar Tiroid


Beberapa pasien hipertiroid mengalami gangguan siklus haid dan
kesuburan. Dr.Yunir menguraikan bahwa gangguan haid terjadi karena hipertiroid
mempengaruhi hormone perempuan sehingga pasien mengalami gangguan
ovulasi, tidak haid atau siklus haid memanjang bahkan sampai dua bulan. Jika
sedang haid, biasanya jumlah darah yang keluar hanya sedikit.
Hipertiroid juga dapat mengganggu kesuburan wanita karena indung telur
(ovarium) tidak berkembang. Pasien menjadi sulit hamil, jikapun hamil akan
mudah terjadi keguguran, sehingga dikatakan susah mendapatkan anak . Namun,
jika penyakitnya diatasi, kesuburan akan kembali normal, tambahnya.

Penyebab Hipertiroid
Penyakit graves adalah penyebab utama hipertiroid, hal tersebut terjadi
jika system imun menyerang kelenjar tiroid, menyebabkan pembesaran dan
memproduksi teralu banyak tiroid. Ciri khas pasien dengan penyakit graves
adalah peradangan matadengan pembengkakan jaringan di sekitar mata yang
mengakibatkan penonjolan mata keluar, disebut oftalmopati Graves. Penyakit
tersebut ditemukan pertama kali oleh seorang dokter yang bernama Robert
Graves.
Penyebab lain hipertiroid termasuk nodul tiroid (benjolan pada kelenjar
tiroid yang memproduksi hormone tiroid terlalu banyak), tiroiditis subakut
(peradangan kelenjar tiroid yang nyeri, disebabkan oleh virus), tiroiditis limfositik
(peradangan kelenjar tiroid yang tidak nyeri, disebabkan oleh limfosit-salah satu

9
jenis sel darah putih-di dalam tiroid), tiroiditispostpartum (tiroiditislimfositik
yang berkembang segera setelah melahirkan).

Dignosis Hipertiroid
Dokter akan melakukan wawancara medisdan pemeriksaan fisis juga
meminta pemeriksaan darah. JikaTSH dalam darah Anda lebih rendah dari normal
dan FT 4Anda lebih tinggi dari normal maka Anda mengalami hipertiroid.
Untuk menentukan jenis hipertiroid, dokter akan meminta pemeriksaan
sidik tiroid untuk mengukur berapa banyak iodium yang diambil oleh tiroid Anda
(thyroid scan), melakukan USG tiroid. Untuk melihat bentuk, jenis dan ukuran
atau melakukan biopsy jarum halus dengan mengambil sedikit cairan dari kelenjar
tiroid. Cairan tersebut kemudian akan diperiksa menggunakan mikroskop untuk
mengetahui ganas atau tidaknya benjolan.

Bahaya Tidak Diobati


Jika tidak diobati, hipertiroid dapat menyebabkan denyut jantung cepat
dan tidak teratur, gagal jantung, dan tulang keropos (osteoporosis). Wanita hamil
dengan hipertiroid tidak terkontrol beresiko tinggi keguguran, melahirkan
premature dan melahirkan bayi dengan berat lahir rendah.

4. Kelebihan Berat badan


Wanita dengan berat badan yang berlebihan sering mengalami gangguan
ovulasi, karena kelebihan berat badan dapat mempengaruhi estrogen dalam tubuh
dan mengurangi kemampuan untuk hamil. Pria yang gemar mengenakan celana
ketat juga dapat mengalami ganguan pada motilitas sperma.
Infertilitas yang tidak dapat dijelaskan (Unexplained Infertility) dapat
diartikan sebagai ketidak mampuan untuk hamil setelah 1 tahun tanpa
ditemukannya suatu abnormalitasmenggunakan prosedur pemeriksaan ginekologis
rutin. Insidensi infertilitas ini berkisar dari 10 persen sampai paling tinggi 30
persen di antara populasi infertil dimana hal ini tergantung dari kriteria diagnostik
yang digunakan. Minimal, diagnosis infertilitas tak teridentifikasi menunjukkan

10
analisis semen yang normal, bukti objektif adanya ovulasi, rongga uterus yang
normal, serta patensi tuba bilateral.
Diagnosis infertilitas biasanya segera dilakukan ketika pasangan datang
untuk konsultasi pertama kali. Jika pasangan telah melakukan usaha untuk
memperoleh kehamilan selama kurang dari 1 tahun, maka pengajuan beberapa
pertanyaan guna memastikan permasalahan utama sangatlah bermanfaat,
pertanyaan yang dapat diajukan antara lain mengenai ketidakteraturan siklus
menstruasi, riwayat adanya bedah pelvis, atau orkidopeksi yang tidak bisa
dihindari. Jika riwayat medis pasangan hasilnya normal, maka pasien harus diberi
penjelasan mengenai harapan peluang kehamilan kumulatif selama satu periode
waktu dan investigasi sebaiknya ditunda sampai pasangan telah mencobanya
selama periode satu tahun.( http://www.binauralbeats.co.id/5-Penyebab-
Infertilitas-Kemandulan-Wanita.htm)

5. Stres
Stres menjadi salah satu penyebab utama yang menyebabkan infertilitas
atau kemandulan. Stres yang ditandai dengan gangguan makan, olahraga yang
tidak biasa, penurunan atau kenaikan berat badan yang ekstrim, berat badan sangat
rendah dan obesitas bisa menyebabkan terjadinya infertilitas atau kemandulan
pada wanita (Anonim, 2012).

C. Gangguan Pada Tuba Falopii Atau Uterus


1. Radang pelvic
Penyakit radang panggul (salpingitis, PID) adalah suatu peradangan pada
peradangan tuba falopii, terutama terjadi pada wanita yang secara seksual aktif,
resiko terutama ditemukan pada wanita yang memakai IUD. Biasanya peradangan
menyerang kedua tuba, infeksi bisa menyebar kerongga perut dan menyebabkan
Peritonitis.
Peradangan biasanya disebabkan oleh infeksi bakteri, dimana bakteri
masuk melalui vagina dan bergerak ke rahim lalu ke tuba falopii. 90-95% kasus
PID disebabkan oleh bakteri yang juga menyebabkan terjadinya penyakit menular

11
seksual (misalnya klamidia, gonore, mikoplasma, stafilokokus, streptokokus).
infeksi ini jarang terjadi sebelum siklus menstruasi pertama, setelah menopause
maupun selama kehamilan.
Penularan yang utama terjadi melalui hubungan seksual, tetapi bakteri juga
bisa masuk kedalam tubuh setelah prosedur kebidanan/kandungan ( misalnya
pemasangan IUD, perslinan, keguguran, aborsi dan biopsy endometrium).

Gambar 2. Radang Pelvic

Penyebab lainnya yang jarang terjadi adalah:


1. Aktinimikosis (infeksi bakteri)
2. Skistosomiasis (infeksi parasit)
3. Tuberculosis
4. Penyuntikan zat warna pada pemeriksaan rontgen khusus

Faktor resiko terjadinya PID:


1. Aktivitas seksual pada masa remaja
2. Berganti-ganti pasangan seksual
3. Pernah menderita PID
4. Pernah menderita penyakit menular seksual
5. Pemakaian alat kontrasepsi yang bukan penghalang.

12
Gejala
Gejala biasanya muncul segera setelah siklus menstruasi. Penderita
merasakan nyeri pada perut bagian bawah yang semakin memburuk dan disertai
oleh mual atau muntah. Biasanya infeksi akan menyumbat tuba falopii. Tuba
yang tersumbat bisa membengkak dan terisi cairan. Sebagai akibatnya bisa terjadi
nyeri menahun, perdarahan menstruasi yang tidak teratur dan kemandulan. Infeksi
bisa menyebar ke struktur di sekitarnya, menyebabkan terbentuknya jaringan
parut dan perlengketan fibrosa yang abnormal diantara organ-organ perut serta
menyebabkan nyeri menahun. Di dalam tuba, ovarium maupun panggul bisa
terbentuk abses (penimbunan nanah). Jika abses pecah dan nanah masuk ke
rongga panggul, gejalanya segera memburuk dan penderita bisa mengalami syok.
Lebih jauh lagi bisa terjadi penyebaran infeksi ke dalam darah sehingga terjadi
sepsis.
Gejala lainnya yang mungkin ditemukan pada PID:
1. Keluar cairan dari vagina dengan warna, konsistensi dan bau yang abnormal
2. Demam
3. Perdarahan menstruasi yang tidak teratur atau spotting (bercak-bercak
kemerahan di celana dalam
4. Kram karena menstruasi
5. Nyeri ketika melakukan hubungan seksual
6. Perdarahan setelah melakukan hubungan seksual
7. Nyeri punggung bagian bawah
8. Kelelahan
9. Nafsu makan berkurang
10. Sering berkemih
11. Nyeri ketika berkemih.

Diagnosa
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan fisik.
Dilakukan pemeriksaan panggul dan perabaan perut. Pemeriksaan lainnya yang
biasa dilakukan:

13
1. Pemeriksaan darah lengkap
2. Pemeriksan cairan dari serviks
3. Kuldosentesis
4. Laparoskopi
5. USG panggul.

Pengobatan
PID tanpa komplikasi bisa diobati dengan antibiotic dan penderita tidak
perlu dirawat. Jika terjadi komplikasi atau penyebaran infeksi, maka penderita
harus dirawat di rumah sakit. Antibiotik diberikan secara intravena lalu diberikan
per oral. Jika tidak ada respon terhadap pemberian antibiotic, mungkin perlu
dilakukan pembedahan. Pasangan seksual penderita sebaiknya juga menjalani
pengobatan secara bersamaan dan selama menjalani pengobatan jika melakukan
hubungan seksual, pasangan penderita sebaiknya menggunakan kondom.

2. Polip pada uterus


Polip pada uterus adalah alah tumor jinak pada dinding endometrium yang
merupakan pertumbuhan aktif stroma dan kelenjar endometrium secara fokal,
terutama pada daerah fundus atau korpus uteri. Polip ini dapat tumbuh tunggal
ataupun ganda dengan diameter atau ukuran yang bervariasi mulai dari milimeter
hingga sentimeter.

Gambar 3. Polip pada Uterus

14
Etiologi dan Epidemiologi
Penyebab utama polip endometrium belum diketahui secara pasti, tetapi
teori hormonal dan faktor genetik diyakini memiliki peran penting dalam
patogenesis penyakit ini. Faktor risiko yang berperan dalam penyakit ini antara
lain: usia, hipertensi, obesitas, dan penggunaan tamoxifen (obat anti-estrogen).
Prevalensi dari polip endometrium meningkat seiring dengan bertambahnya usia.
Polip ini sering dijumpai pada wanita berusia 29-59 tahun dengan prevalensi
terbanyak pada pasien berumur di atas 50 tahun atau pada wanita
postmenapause. Prevalensi ini meningkat 30- 60% pada wanita dengan riwayat
penggunaan tamoxifen.

Patogenesis dan Patofisiologi


Sampai saat ini belum diketahui penyebab pasti polip endometrium dan
diduga merupakan penyakit multifaktorial. Dipercayai bahwa polip merupakan
sebuah tumor tunggal atau ganda yang dihasilkan dari mutasi somatik dari sebuah
sel neoplastik tunggal. Sel-sel tumor mempunyai abnormalitas kromosom,
khususnya pada kromosom 6 dan 12. Kromosom tersebut memiliki peranan
penting dalam pengaturan proliferasi sel-sel somatik, pertumbuhan berlebih sel
endometrium dan pembentukan polip. Faktor-faktor yang mempengaruhi
pertumbuhan tumor, di samping faktor predisposisi genetik, adalah usia,
hormonal (estrogen- progesteron), hipertensi, dan obesitas. Estrogen dan
progesteron memiliki peranan dalam mengatur keseimbangan proliferasi dan
apoptosis pada endometrium normal. Dapat dilihat bahwa baik estrogen dan
progesteron berpengaruh terhadap elongasi dari kelenjar endometrium, jaringan
stroma, dan arteri spiral yang merupakan karakteristik gambaran polip
endometrium.

Manifestasi Klinis
Polip endometrium seringkali berupa penonjolan langsung dari lapisan
endometrium atau merupakan tumor bertangkai dengan pembesaran pada bagian
ujungnya. Secara makroskopis polip endometrium tampak sebagai massa ovoid

15
berukuran beberapa milimeter, licin seperti berudu, berwarna merah-kecoklatan.
Secara histologis, polip endometrium memiliki inti stroma dengan jaringan
pembuluh darah yang jelas dengan vena permukaan mukosa yang dapat melapisi
komponen glanduler. Hampir sebagian besar penderita tidak mengetahui atau
menyadari keberadaan polip endometrial karena kelainan ini tidak menimbulkan
gejala spesifik. Pada umumnya polip terjadi secara asimptomatik dan ditemukan
secara tidak sengaja pada saat kuretase ataupun USG, tetapi beberapa dapat
diidentifikasi terkait dengan manifestasi klinis yang ditimbulkan diantaranya :
Perdarahan abnormal uterus

Nyeri perut , nyeri pelvik, atau dismenore

Infertil

Perdarahan di luar siklus yang nonspesifik menjadi gejala utama dari


polip endometrium. Pada wanita pre atau post menapause dengan polip
endometrium, perdarahan abnormal terjadi sekitar 68% kasus dan gejala yang
paling umum dikeluhkan adalanya adanya menorrhagia, haid tidak teratur,
perdarahan post coital, perdarahan post menapause, atau perdarahan
intermenstrual. Ujung polip yang keluar dari ostium serviks dapat menyebabkan
terjadinya perdarahan, nekrotik, dan peradangan. Polip endometrium memiliki
konsistensi yang lebih kenyal dan berwarna lebih merah dibandingkan polip
serviks. Selain perdarahan polip endometrium juga dapat menyebabkan
timbulnya nyeri abdomen dan nyeri pelvik. Gejala ini tidak begitu khas pada
polip endometrium. Nyeri timbul karena gangguan reaksi peradangan, infeksi,
bekrosis, ataupun torsi polip endometrium bertangkai. Dismenore dapat terjadi
sebagai efek penyempitan kanalis servikalis oleh tangkai polip endometrium.
Polip endometrium sering dihubungkan dengan infertilitas, meskipun
hubungan kausalnya masih belum jelas. Hipotesis infertil, termasuk obstruksi
mekanik menghambat fungsi ostium dan mempengaruhi migrasi sperma,
atau efek biokimia polip pada implantasi atau perkembangan embrio. Yang
terakhir ini mencerminkan temuan peningkatan kadar metaloproteinase dan

16
sitokin seperti interferon-gamma yang ditemukan pada polip bila dibandingkan
dengan jaringan rahim yang normal. Wanita dengan berbagai penyakit intrauterin
menunjukkan perubahan dalam matriks metaloproteinase dan sitokin
endometrium. Perubahan mediator biomekanik inilah yang diduga memiliki
keterlibatan terhadap penyakit intrauterine dan menyebabkan gangguan
kesuburan.

Diagnosis
Apabila tangkai polip endometrium cukup panjang sehingga
memungkinkan ujung polip mengalami protursi keluar ostium serviks, maka hal
ini dapat memudahkan klinisi untuk menegakkan diagnosis. Berikut beberapa alat
dan cara untuk mendiagnosis polip endometrium.

Ultrasonografi transvaginal
Pada ultrasonografi transvaginal (TVUS), polip endometrium biasanya
muncul sebagai lesi hyperechoic/ echogenic dengan kontur reguler dalam lumen
uterus. Ruang kistik membesar sesuai dengan kelenjar endometrium dan
dipenuhi oleh cairan protein yang dapat dilihat dalam polip atau polip mungkin
muncul sebagai penebalan endometrium nonspesifik atau massa fokal di dalam
rongga endometrium. Kadang kala, tampak seperti sarang tawon. Dibandingkan
dengan hiperplasia endometrium, polip hanya tampak menebal setempat,
sedangkan hiperplasia endometrium melibatkan seluruh bagian endometrium
dengan gambaran yang homogen. Temuan sonografi tersebut tidak spesifik untuk
polip, dan kelainan endometrium lainnya seperti fibroid submukosa mungkin
memiliki fitur yang sama. Selain penilaian lesi polip, vaskularisasi polip yang
ditunjang oleh pembuluh-pembuluh darah percabangan terminal dari arteri
uterina dapat juga dinilai, yaitu dengan menggunakan USG color-flow Doppler.
USG ini dapat memvisualisasikan pembuluh arteri yang mensuplai polip yang
disebut sebagai pedicle artery sign dan memperbaiki keakuratan diagnosis polip
endometrium. Penambahan kontras intra uterine berupa Saline Infusion

17
Sonography (SIS) atau gel sonografi dapat menguraikan polip kecil endometrium
yang terlewatkan pada saat pemeriksaan TVUS.

Gambar 4. USG Color Doppler


(Sumber http://www.kurtajrehberi.net/polip_nedir_tedavisi.htm)
TVUS tiga dimensi dan tiga dimensi SIS
Tiga dimensi ultrasonografi (3-D US) adalah teknik pencitraan non-
invasif dengan kemampuan untuk menghasilkan gambar rekonstruksi
multiplanar melalui rahim dan kontur eksternal. Pemeriksaan ini memungkinkan
visualisasi yang lebih akurat antara endometrium dan miometrium.

Diagnosis histologi
Blind Biopsy
Dilatasi Buta dan kuretase tidak akurat dalam mendiagnosis polip
endometrium dan tidak boleh digunakan sebagai metode diagnostik. Pemeriksaan
ini dibatasi oleh sensitivitasnya yang rendah jika dibandingkan dengan
histeroskopi dengan biopsi. Teknik ini juga dapat menyebabkan fragmentasi
polip sehingga dapat membuat diagnosis histologis sulit diinterpretasikan. Pada
wanita menopause, hal ini terutama terjadi untuk polip, yang cenderung lebih
luas berdasarkan dengan permukaan yang tidak rata disebabkan oleh kista
tembus kecil yang ditutupi oleh endometrium atrofi. Pada pemeriksaan biopsi
jaringan dapat ditemukan gambaran histopatologi seperti bentuk kelenjar yang
tidak beraturan, tangkai fibrovaskular atau stroma berserat dengan penebalan
dinding pembuluh darah, dan terkadang dapat ditemukan metaplastis epitel
skuamosa. Selain itu juga dapat dilihat dari hiperplasia jaringan lokal yang

18
terbatas pada jaringan polip, karsinoma intraepitel endometrium, dan komponen
mesenkim yang mengandung stroma endometrium, jaringan fibrosa, atau otot
polos.

Histeroskopi dengan dipandu Biopsi

Histeroskopi dengan dipandu biopsi adalah standar emas dalam diagnosis


polip endometrium. Keuntungan utama dari histeroskopi adalah kemampuan
untuk memvisualisasikan dan menghapus polip bersamaan. Diagnostik
histeroskopi sendiri hanya memungkinkan penilaian subjektif dari ukuran,
lokasi, dan sifat fisik lesi, dengan sensitivitas dilaporkan 58% sampai 99% dan
spesifisitas 87% sampai 100%, bila dibandingkan dengan histeroskopi dengan
dipandu biopsi.

Gambar 5. Histereskopi dengan kesan Polip Endometrium

Tes Diagnostik Lainnya


Histerosalpingografi dapat mendefinisikan polip endometrium sebagai
pedunkulata, defek nonspesifik dalam rongga endometrium, dengan
sensitivitas yang tinggi (98%) tetapi spesifisitas rendah (34,6%)
dibandingkan dengan histeroskop. Hal ini dapat digunakan pada wanita
subur untuk menilai patensi tuba, namun dengan kerugian termasuk
penggunaan radiasi pengion, bahan kontras iodinasi, dan

19
ketidaknyamanan pasien. Penggunaan rutin histerosalpingografi untuk
diagnosis polip endometrium tidak dapat direkomendasikan.
Polip endometrium dapat diidentifikasi pada pencitraan resonansi
magnetik sebagai intensitas sinyal rendah massa Intracavitary dikelilingi
oleh sinyal intensitas tinggi dan cairan endometrium oleh T2-tertimbang
pencitraan resonansi magnetik Biaya yang sangat tinggi dan ketersediaan
terbatas, dengan keuntungan terbatas atas sonografi, menghalangi teknik
ini dari penggunaan rutin.
Computed tomography scanning memiliki peran yang terbatas karena
biaya, paparan radiasi, dan sensitivitas rendah dari 53% untuk ketebalan
endometrium bila dibandingkan dengan TVUS, bahkan dengan peningkatan
kontras.

a.

b.

Gambar 6. (a)Normal Histerosalpingoram (b) Polip Endometrium


(sumber : http://www.advancedfertility.com/hsg.htm)

20
Penatalaksanaan
Penatalaksanaan polip endometrium tergantung pada gejala ,risiko
keganasan ,masalah kesuburan, dan keterampilan operator. Pilihan manajemen
akan dipertimbangkan, apakah konservasi non operasi, konservasi dengan
operasi/bedah , atau dengan menggunakan pendekatan bedah radikal.

Manajemen Konservasi Non-Operasi


Setelah didiagnosis polip endometrium, penghapusan polip dianggap
sebagai prosedur tanpa risiko atau risiko rendah, tetapi ada tidaknya resiko
ataupun manfaat tindakan harus didiskusikan dengan pasien. Dalam beberapa
penelitian, ditemukan bahwa polip dengan ukuran diameter 10 mm memiliki
kemungkinan sebesar 27% untuk regresi spontan selama 12 bulan. Oleh
karena itu pasien dengan hasil biopsi rendah keganasan, pasien asimptomatik
atau pasien dengan ukuran polip < 10 mm dapat dikelola secara konservatif.
Pengobatan medis mungkin memiliki beberapa peran dalam pengelolaan
polip endometrium. Penggunaan agonis GnRH dilaporkan berperan dalam
mengobati gejala jangka pendek polip endometrium, tetapi kekambuhan gejala
dapat terjadi setelah penghentian pengobatan. Meskipun agonis GnRH dapat
digunakan sebagai pengobatan tambahan sebelum reseksi histeroskopi,
pemberiannya harus dipertimbangkan terhadap biaya dan efek samping dari obat
ini serta manfaatnya jika dibandingkan dengan perawatan extirpative alternatif
sederhana tanpa menggunakan obat ini .

Konservasi dengan operasi


Dilatasi buta dan kuretase telah menjadi pilihan manajemen standar untuk
perdarahan uterus abnormal dan penyakit endometrium. Survei di Inggris pada
tahun 2002 melaporkan bahwa 2 % dari ginekolog menggunakan teknik dilatasi
buta dan kuretase untuk pengelolaan polip endometrium, dan 51% melakukan
kuretase buta setelah histeroskopi untuk menghilangkan polip. Bukti
menunjukkan bahwa tindakan ini tidak begitu efektif dan memiliki tingkat
komplikasi yang signifikan (1:100 tingkat perforasi dan 1:200 tingkat infeksi ).

21
Terkait dengan studi pada penelitian Aclass II yang melaporkan penghapusan
lengkap polip endometrium dengan hanya menggunakan teknik dilatasi buta dan
kuretase hanya efektif pada 8 dari total 51 pasien atau sebesar 4%, sedangkan
penambahan tang polip meningkatkan ekstraksi lengkap menjadi 21 dari total 51
pasien (41 %).
Sebuah studi penelitian menunjukkan bahwa 50% penyakit endometrium
dapat dihapuskan/dihilangkan, dan dalam banyak kasus tersebut banyak
ditemukan penghapusan yang tidak lengkap. Mengingat tingkat komplikasi yang
rendah terkait dengan penghapusan histeroskopi dan ketersediaannya yang luas,
keamanan, dan kemampuan yang akan dilakukan dalam pengaturan rawat jalan,
dilatasi buta dan kuretase harus digantikan oleh teknik visualisasi langsung dan
penghapusan penyakit yang ditargetkan. TVUS-dipandu polipektomi telah
diusulkan sebagai perbaikan pada teknik dilatasi dan kuretase buta.

Ekstirpasi dan Histeroktomi


Histeroskopi dan polipektomi adalah metode yang efektif dan aman
untuk mendiagnosa dan mengobati polip endometrium yang memungkinkan
pemulihan secara cepat dalam waktu yang singkat. Jenis instrumen yang
digunakan untuk menghilangkan polip tergantung pada ketersediaan alat, biaya,
dan pengalaman bedah, serta ukuran dan lokasi lesi . Polip besar dan sessile
sebaiknya dihapus dengan histeroskop yang dilengkapi dengan loop
elektrosurgical (resectoscopic), Sedangkan polip kecil dan pedunkulata dapat
dihilangkan dengan gunting atau tang polip kecil. Histerektomi atau
pengangkatan rahim adalah pengobatan definitif untuk polip endometrium.
Meskipun hal ini menjamin tidak adanya kekambuhan dan potensi keganasan,
tetapi invasif penyakit, risiko morbiditas bedah, biaya, dan implikasi kesuburan
adalah faktor yang harus dipertimbangkan dan dibicarakan dengan pasien.
Indikasi dilakukannya histerektomi mencakup:
Apabila terdapat tanda-tanda invasif keganasan, seperti pada
hiperplasia endometrial dengan gambaran sel atypia (keganasan),
epitelialintra servikal, dan adenokarsinoma.

22
Penyelesaian perdarahan postpartum ketika terapi konservatif gagal
untuk mengontrol perdarahan.
Histerektomi mungkin diperlukan untuk kasus menorrhagia akut yang
tidak dapat tertangani secara konservatif.

Gambar 7. Hasil histerektomi polip endometrium


(Sumber: http://www.imed.ro/chirurgie/Polip%20endometrial.htm)

Prognosis
Polip endometrium merupakan tumor jinak. Polip juga dapat
berkembang menjadi prakanker atau kanker. Sebagian besar polip mempunyai
susunan histopatologik berupa hiperplasia kistik, hanya sebagian kecil yang
menunjukkan hiperplasia adenomatosa. Sekitar 0,5% dari polip endometrium
mengandung sel- sel adenokarsinoma, dimana sel-sel ini akan berkembang
menjadi sel-sel kanker. Polip dapat meningkatkan resiko keguguran pada wanita
yang sedang menjalani perawatan fertilisasi in vitro. Jika pertumbuhan polip
dekat dengan saluran telur, maka akan menjadi penyulit untuk hamil.

3. Riwayat Penyakit Sebelumnya


Penyakit Menular Seksual sebelumnya, tindakan bedah abdomen (perut)
sebelumnya, kehamilan ektopik dan penyakit pada abdomen sebelumnya.

23
4. Endometriosis
Endometriosis adalah keadaan di mana jaringan endometrium terdapat di
luar rahim, yaitu dapat tumbuh di sekitar ovarium, oviduk, atau jalur di luar
rahim. Gejalanya berupa nyeri perut, pinggang terasa sakit, dan nyeri pada saat
menstruasi. Jika tidak ditangani akan menyebabkan sulit terjadinya kehamilan.
Penanganannya dengan pemberian obat-obatan, laparoskopi, atau bedah laser.

C. Abnormalitas cairan serviks


1. Keputihan
Salah satu contoh dari abnormalitas cairan serviks adalah keputihan.
Keputihan merupakan suatu kondisi yang dialami kebanyakan wanita yang
mempunyai banyak manfaat untuk mengeluarkan sekresi dan membersihkan
vagina dari infeksi. Pada saat keputihan yang dikeluarkan oleh vagina berupa
lendir. Lendir ini merupakan hasil sekresi rahim, serviks serta kelenjar yang ada di
dalam vagina, yang keluar bersamaan dengan sel mati maupun bakteri.
Keputihan adalah salah satu kondisi yang normal dan biasa dialami wanita
pada saat tertentu di mana vagina akan mengeluarkan cairan atau lendir yang lebih
encer, bening, tidak gatal dan tidak berbau. Pada kondisi tertentu, di mana
keputihan mengeluarkan bau yang tidak sedap dan berwarna kehijauan, kondisi
itu adalah keputihan abnormal yang perlu diobati.
Bardasarkan keterangan para ahli penyebab keputihan abnormal adalah
kuman, parasit dan jamur karena beberapa faktor bisa masuk ke dalam vagina.
Dan salah satu faktor tersebut adalah kebiasaan yang sebetulnya tidak sehat, yakni
terlalu sering membersihkan vagina menggunakan bahan-bahan antiseptik. Yang
perlu diketahui di dalam ekosistem vagina, hidup beberapa jenis bakteri baik,
salah satunya adalah Lactobacillus. Bakteri ini berguna untuk mengubah glikogen
yang terdapat di dalam sel epitel vagina menjadi asam laktat. Jenis asam ini yang
berfungsi untuk menjaga keasaman vagina tetap berada dalam pH 3,8-4,5. Vagina
yang harus terus berada dalam kondisi asam supaya bakteri-bakteri jahat tidak
akan mudah hidup dan berkembang di sana. Jika ada lain, kondisi keasaman

24
vagina akan terganggu, maka bakteri baik akan hilang dan bakteri jahat akan
hidup dam dapat menyebabkan gangguan pada vagina atau keputihan.
Banyak wanita yang salah persepsi dan mengira dengan menggunakan
bahan-bahan antiseptik untuk mencuci vagina maka area intim mereka akan lebih
sehat dan terhindar dari kuman berbahaya. Faktanya bukan hanya kuman
berbahaya yang hilang, melainkan jenis bakteri baik yang hidup dengan damai di
dalam vagina tersebut akan ikut tersingkir.
Kondisi yang lembab di area intim wanita dapat menyebabkan banyak
sekali bakteri yang datang dan menyerang. Suasana asam pada vagina adalah
benteng pelinfung dari berbagai macam bakteri jahat tersebut. Terlalu sering
membersihkan vagina menggunakan obat antiseptik akan menghilangkan sifat
asa. Vagina dan memudahkan bibit penyakit yang akan menyerang dan menjadi
ciri-ciri keputihan abnormal. Salah satu bahan antiseptik yang sebaiknya dihindari
wanita saat membersihkan vagina adalah sabun mandi. Saat sedang ditoilet,
wanita kadang terlalu sering membersihkan organ intim kewanitaannya
menggunakan sabun mandi yang pada umumnya memiliki pH biasa dan dapat
membunuh bakteri baik di dalam vagina. Pembersih vagina terbaik adalah yang
memiliki pH yang sama dengan pH vagina, yaitu 3,8-4,5.

Ciri-ciri Keputihan Abnormal


1. Keputihan yang berwarna kuning
Ciri-ciri keputihan abnormal bisa jadi keputihan yang disebabkan adanya
infeksi gonorhea atau kencing nanah, apalagi jika keputihan disertai
dengan pendarahan di vagina dan rasa nyeri saat buang air kecil.
Keputihan ini hanya gejala dari penyakit yang dialami sehingga untuk
menyembuhkan infeksi pada vagina perlu sekali diatasi terlebih dahulu.
2. Keputihan berwarna cokelat dan bercampur dengan darah
Ciri-ciri keputihan abnormal biasanya yang terjadi pada wanita dengan
siklus menstruasi tidak teratur. Jika keputihan yang disertai dengan
pendarahan dan rasa nyeri pada panggul maka kemungkinan ada kanker
serviks atau kanker endometrium dalam tubuh.

25
3. Keputihan berbau amis dan berwarna abu-abu
Ciri-ciri keputihan abnormal jika keputihan menimbulkan bau amis
berwarna abu0abu atau ke kuningan, ada rasa gatal, bibir vagina bengkak
dan kemerahan amaka kemungkinan besar adalah ciri-ciri keputihan
abnormal yang disebabkan karena bakteri atau kuman.
4. Keputihan berwarna putih susu dan kental
Kemungkinan besar keputihan jenis ini disebabkan adanya infeksi jamur
pada vagina. Apalagi jika keputihan disertai dengan ciri-ciri keputihan
abnormal seperti bengkak dan rasa nyeri saat berhubungan intim.
5. Keputihan berwarna kehijauan dan berbau busuk
Mengeluarkan bau dan gatal saat buang air kecil menandakan adanya
infeksi trikomoniasis dalam tubuh dan merupakan salah satu ciri-ciri
keputihan abnormal yang perlu disembuhkan.

Cara mencegah timbulnya ciri-ciri keputihan abnormal


1. Hindari penggunaan celana ketat karena dapat menyebabkan area tersebut
lembab dan dapat menumbuhkan bakteri. Sebaliknya, gunakan pakaian
dalam dari bahan katun.
2. Kurangi konsumsi gula dan alkohol karena dapat meningkatkan jamur
candida penyebab keputihan.
3. Perbanyak konsumsi bawang putih karena diyakini memiloki kandungan
anti jamur alami yang sangat berguna.
4. Cuci bersih celana dalam.
5. Sering ganti pembalut.

2. Kanker Serviks
Kanker serviks (kanker leher rahim) adalah tumbuhnya sel-sel tidak
normal pada leher rahim. Kanker serviks merupakan kanker yang sering dijumpai
di Indonesia baik di antara kanker pada perempuan dan pada semua jenis kanker.
Kejadiannya hampir 27% di antara penyakit kanker di Indonesia. Namun
demikian lebih dari 70% penderita datang memeriksakan diri dalam stadium

26
lanjut, sehingga banyak menyebabkan kematian karena terlambat ditemukan dan
diobati.
Fungsi serviks :
1. Menghasilkan lendir
Fungsi serviks yang pertama adalah untuk menghasilkan lendir yang
membantu dalam membawa cairan semen dari vagina ke dalam rahim, di mana
sperma terbeut dapat membuahi sel telur jika wanita berovulasi. Namun, ketika
wanita tidak berovulasi, maka lendir serviks akan menebal dan berfungsi sebagai
penghalang untuk menjaga cairan semen keluar dari rahim.

2. Membantu proses kelahiran bayi


Serviks membantu proses kelahirn bayi karena selama proses kelahiran,
serviks berfungsi sebagai pembuka leher rahim yang biasanya sangat sempit.
Namun di bawah pengaruh hormon tubuh dan tekanan dari kepala janin,
pembukaan ini melebar sekitar 10 cm selama persalinan dan untuk
memungkinkan keluarnya kepala bayi.
Fungsi serviks adalah untuk memungkinkan aliran darah menstruasi dari
rahim ke vagina dan untuk mengarahkan air mani ke dalam rahim, menurut
Health Authority Abu Dhabi. Selama persalinan, pembukaan serviks melebar
menjadi sekitar 10 cm untuk memungkinkan kelahiran bayi.
Pada wanita yang tidak hamil, panjang saluran serviks atau leher rahim
adalah 2 sampai 3 inci dan samar-samar bulat, yang menghubungkan rahim ke
vagina. Serviks juga menghasilkan 20 sampai 60 miligram lendir serviks per hari.
Selama ovulasi, ini meningkat menjadi 600 miligram, membuat metode
pengukuran lendir serviks menjadi populer untuk menentuakn kesuburan.
a. Ketika seorang wanita tidak berovulasi, lendir serviks menebal untuk
menciptakan sebuah penghalang mencegah sperma memasuki rahim.
Diafragma serviks akan mencegah kehamilan juga tersedia, yang meliputi
serviks untuk menyumbat masuknya semen ke dalam rahim dan untuk
mencegah fertilisasi.Serviks memainkan peran penting saat persalinan,

27
mendukung kepala janin karena turun dalam persiapan untuk persalinan.
Setelah bayi lahir, leher rahim mengental dan menutup, menurut Healthline.
Abnormalitas cairan serviks merupakan keadaan yang tidak normal pada
cairan serviks yang dapat menyebabkan terjadinya infertilisasi pada wanita.

Leher rahim adalah bagian bawah rahim yang menonjol ke dalam kelamin
wanita. Di tempat ini sering terjadi kanker yang disebut kanker serviks.
Bagaimana Gejalanya? Kanker serviks pada stadium dini sering tidak
menunjukkan gejala atau tanda-tandanya yang khas, bahkan tidak ada gejala sama
sekali.

Gejala yang sering timbul pada stadium lanjut antara lain adalah:
1. Pendarahan sesudah melakukan hubungan intim.
2. Keluar keputihan atau cairan encer dari kelamin wanita.
3. Pendarahan sesudah mati haid (menopause).
4. Pada tahap lanjut dapat keluar cairan kekuning-kuningan, berbau atau
bercampur darah, nyeri panggul atau tidak dapat buang air kecil.

Lebih dari 95 % kanker serviks berkaitan erat dengan infeksi HPV


(Human Papiloma Virus) yang dapat ditularkan melalui aktivitas seksual. Saat ini
sudah terdapat vaksin untuk mencegah infeksi HPV khususnya tipe 16 dan tipe 18
yang diperkirakan menjadi penyebab 70% kasus kanker serviks di Asia.
Beberapa faktor risiko terkena kanker serviks antara lain:
a. Mulai melakukan hubungan seksual pada usia muda.
b. Sering berganti-ganti pasangan seksual.
c. Sering menderita infeksi di daerah kelamin.
d. Melahirkan banyak anak.
e. Kebiasaan merokok (risiko dua kali lebih besar).
f. Defisiensi vitamin A, C, E.

28
PAP SMEAR / IVA
Kanker serviks dapat dikenali pada tahap pra kanker, yaitu dengan cara
melakukan antara lain pemeriksaan SKRINING, artinya melakukan pemeriksaan
tanpa menunggu keluhan. Beberapa medote skrining telah dikenal, yaitu antara
lain: PAP SMEAR dan IVA. PAP SMEAR Kanker serviks dimulai dari tahap pra
kanker. Jika kanker dapat ditemukan pada tahap awal ini, akan dapat
disembuhkan dengan sempurna.
Pemeriksaan PAP SMEAR Adalah cara untuk mendeteksi dini kanker
serviks. Pemeriksaan ini dilakukan dengan cepat, tidak sakit dengan biaya yang
relatif terjangkau dan hasilnya akurat. Kapan melakukannya? Pemeriksaan PAP
SMEAR dilakukan kapan saja, kecuali pada masa haid atau sesudah petunjuk
dokter. Bagi perempuan yang sudah menikah atau sudah melakukan hubungan
seksual, lakukanlah pemeriksaan PAP SMEAR setahun sekali. Segera mungkin
melakukan pemeriksaan PAP SMEAR dan jangan menunggu sampai timbul
gejala.
Pemeriksaan PAP SMEAR dilakukan di atas kursi periksa kandungan oleh
dokter atau bidan yang sudah dilatih, dengan menggunakan alat untuk membantu
membuka kelamin wanita. Ujung leher diusap dengan spatula untuk mengambil
cairan yang mengandung sel-sel dinding leher rahim. Usapan ini kemudian
diperiksa jenis sel-selnya di bawah mikrosop. Apabila hasil pemeriksaan posirif
(terdapat sel-sel yang tidak normal), harus segera dilakukan pemeriksaan lebih
lanjut dan pengobatan oleh dokter ahli kandungan.

29
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Ketidaksuburan (infertil) adalah suatu kondisi dimana pasangan suami istri


belum mampu memiliki anak walaupun telah melakukan hubungan
seksual sebanyak 2-3 kali seminggu dalam kurun waktu 1 tahun dengan
tanpa menggunakan alat kontrasepsi jenis apapun.
2. Gangguan ovulasi dapat terjadi karena ketidakseimbangan hormonal
seperti adanya hambatan pada sekresi hormone FSH dan LH yang
memiliki pengaruh besar terhadap ovulasi.
3. Gangguan pada tuba falopii atau uterus terdiri dari kanker genitalia,
Endometriosis, Kanker Leher Rahim, Condiloma Accuminata, Hamil
Anggur (Mola Hidatidosa), Infertilitas, Vulvovaginitis.
4. Abnormalitas cairan serviks (keadaan tidak normal pada cairan servik)
antara lain terdiri dari kanker serviks dan PAP Smear/ IVA.

B. Saran

Makalah ini masih kurang dari sempurna oleh karena itu kami
mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi penyempurnaan atau
perbaikan makalah ini.

30
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2012. Tersedia di (http://obatpasutrimandul.blogspot.co.id/


2012/08/infertilitas-akibat-gangguan-tiroid.html. Akses 19 Februari 2018.

Chai, Joiche. 2017. Induksi Ovulasi. Jurnal Online.

Djuwantono T, Hartanto B,Wiryawan P (2008). Step By Step Penanganan


Endokrinologi Reproduksi dan Fertilitas Dalam praktik Sehari-hari.
Jakarta: Sagung: 187-191.

Ferial, W Eddyman. 2002.Biologi Reproduksi. Makassar: Erlangga.

Http://jurnalbidandiah.blogspot.co.id/2012/05/infertilitas- pengertian penanganan.


html.

Http://www.kurtajrehberi.net/polip_nedir_tedavisi.htm

Http://www.advancedfertility.com/hsg.htm

Http://www.imed.ro/chirurgie/Polip%20endometrial.htm

Prairohardjo S, Wiknjosastro H (2011). Ilmu Kandungan. Jakarta: Bina Pustaka


Sarwono Prawirohardjo: 425- 430.

Yatim, Wildan. 1990. Reproduksi dan Embriologi. Bandung: Tarsito.

Suryo. 2005. Genetika Manusia. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

31

You might also like