Professional Documents
Culture Documents
Oleh
RAHMAWATI
Stb. B1 A1 11 084
Oleh
RAHMAWATI
Stb. B1 A1 11 084
SKRIPSI
Oleh
RAHMAWATI
Stb. B1 A1 11 084
Puji dan syukur senantiasa penulis haturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa
atas segala rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan studi
tuaku yang kucintai dan kusayangi (Bapak Naimuddin. S dan Ibu Zauna) yang
selalu memberikan dukungan baik moril maupun materi yang tiada mampu
terbalas kecuali dengan doa dan bakti yang tulus kepada keduanya. Tak lupa pula
Haluoleo.
vi
4. Ibu Heppi Millia,SE.MS selaku pembimbing pertama yang banyak
skripsi ini.
memberikan masukan dan koreksi yang sangat berharga kepada saya dalam
6. Bapak dan Ibu Dosen pengajar di Jurusan Ilmu Ekonomi dan Studi
yang selalu memberikan ilmunya dengan baik dan telah membantu selama
proses perkuliahan.
yang baik kepada saya mulai saat pengajuan judul skripsi sampai skripsi ini
8. Terima kasih yang sebesar- besarnya buat Sahabat Hatiku “Orang Tuaku”
Tercinta yang telah menemani saya dikala senang maupun susah, banyak
menyelesaikan studiku, Terima kasih ayah dan ibu atas doa dan dukungannya
9. Terima kasih buat semua keluargaku yang selalu menyayangi dan memotivasi
10. Teman-teman se-angkatan 11 terutama buat Rudi, dewi, ita, una dan yang
lain-lain yang tidak sempat saya sebutkan namanya, terimakasih atas doa dan
vii
dukungannya, yang selalu menyayangi saya, memberikan motivasi dan
Penulis
viii
ABSTRAK
ix
ABSTRACT
x
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN SAMPUL DEPAN .............................................................................i
HALAMAN SAMPUL DALAM ...........................................................................ii
HALAMAN PERSETUJUAN ..............................................................................iii
HALAMAN PENETAPAN PENGUJI…………………………………………..iv
KATA PENGANTAR …………………………………………………………....v
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN………………………...vi
ABSTRAK .............................................................................................................ix
DAFTAR ISI .....................................................................................................….xi
DAFTAR TABEL ............................................................................................…xiv
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................….xv
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.........................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah ...................................................................................4
1.3 Tujuan Penelitian ....................................................................................4
1.4 Manfaat Penelitian ..................................................................................5
1.5 Ruang Lingkup Penelitian .......................................................................5
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teoritik.....................................................................................6
2.1.1 Pengertian Investasi ........................................................................6
2.1.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Investasi .................................7
2.1.3 Hubungan Investasi dan Pertumbuhan Ekonomi…………………8
2.1.4 Teori Pertumbuhan Ekonomi…………………………………….11
2.1.4.1 Teori Ekonomi Klasik……………………………………11
2.1.4.2 Teori Schumpeter………………………………………...13
2.1.4.3 Teori Harrod-Domar……………………………………..14
2.1.4.4 Teori Neo-Klasik…………………………………………15
xi
2.1.5 Peranan Pemerintah Dalam Pertumbuhan Ekonomi……….……...16
2.1.6 Investasi Pemerintah………………………………………………18
2.1.7 Peranan Pemerintah Dalam Pengembangan Investasi…………….22
2.1.8 Kebijaksanaan dan Prosedur Penanaman Modal………………….24
2.1.9 Pengertian Pertumbuhan Ekonomi………………………………..26
2.1.10 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi…….27
2.1.11 Pengertian Pendapatan Regional………………………………...30
2.2 Penelitian Terdahulu .............................................................................33
2.3 Kerangka Pemikiran ..............................................................................37
2.4 Hipotesis penelitian ...............................................................................39
BAB 3 METODE PENELITIAN
3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ................................................................40
3.2 Rancangan Penelitian ............................................................................40
3.3 Jenis dan Sumber Data ..........................................................................40
3.3.1 Jenis Data .....................................................................................40
3.3.2 Sumber data ..................................................................................40
3.4 Definisi Operasinal Variabel .................................................................41
3.5 Analisis Data .........................................................................................41
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum …………………...……………...............................43
4.1.1 Kondisi Demografi ……………………………………………..43
4.1.2 Keadaan Tenaga…………………………………………………46
4.1.3 Perkembangan APBD …………...…………………………….....47
4.2 Hasil Penelitian ……………….............................................................49
4.2.1 Perkembangan PDRB di Kabupaten Buton Utara ......................50
4.2.2 Perkembangan Belanja Modal Kabupaten Buton Utara..........…52
4.2.3 Peranan Investasi Pemerintah Terhadap Perekonomian Daerah..55
4.3 Pembahasan…........................................................................................57
xii
4.3.1 Perkembangan Investasi Pemerintah di Kabupaten Buton Utara.58
4.3.2 Peranan Investasi Pemerintah Terhadap Pertumbuhan Ekonomi.59
BAB 5 PENUTUP
5.1 Kesimpulan ...........................................................................................61
5.2 Saran .....................................................................................................61
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xiii
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman
4.1 Penduduk Kabupaten Buton Utara Berdasarkan Struktur Umur....................44
4.2 PDRB Kabupaten Buton Utara AHK .............................................................50
4.3 Perkembangan Total Dana Investasi Kabupaten Buton Utara ........................54
xiv
iv
DAFTAR GAMBAR
Nomor Halaman
xv
iv
1
BAB 1
PENDAHULUAN
rangkaian kegiatan yang dilaksanakan secara sadar dan terus menerus untuk
ekonomi yang terjadi pada suatu daerah adalah pertumbuhan ekonomi. Walaupun
(APBN). Tetapi juga dibutuhkan pembiayaan dari sumber lain dari sektor swasta
1
2
masyarakat yang adil dan makmur perlu diiringi dengan perluasan pembangunan
pada berbagai aspek. Sehubungan dengan itu, maka perlu untuk dibarengi dengan
Belanja modal pemerintah Kabupaten Buton Utara pada tahun 2009 sampai
2013 mengalami peningkatan yang cukup positif , tetapi di tahun 2011 mengalami
penurunan belanja modal sebesar 155,780.57 Juta rupiah di bandingkan pada tahun
sebelumnya yaitu di tahun 2010 sebesar 161,954.23 Juta rupiah, namun dari tahun ke
Kabupaten Buton Utara. Hal ini di cerminkan dari Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten
Buton Utara yang ditunjukkan oleh kenaikan nilai Produk Domestik Regional Bruto
(PDRB) atas dasar harga konstan 2000. PDRB Kabupaten Buton Utara atas dasar
harga konstan pada tahun 2009 sebesar Rp 334.365,56 juta, pada tahun 2010
meningkat menjadi Rp 364.914,45 juta. Pada tahun 2011 dan 2012 meningkat lagi
pada tahun 2013 sebesar Rp. 472262,68 juta atau tumbuh sebesar 10,56 persen pada
tahun 2009; 9,14 persen tahun 2010, 9,33 persen tahun 2011, 8,14 tahun 2012 dan
Adapun sektor yang tumbuh positif secara berurutan dari yang tertinggi sebagai
bangunan 19,59 persen; sektor listrik, gas dan air bersih 18,62 persen; sektor
pengangkutan dan komunikasi 17,92 persen; sektor industri pengolahan 13,36 persen;
sektor perdagangan, hotel dan restoran 12,67 persen; sektor keuangan, persewaan dan
4
jasa perusahaan 10,81 persen; sektor jasa-jasa 6,2 persen; sektor pertanian 5,31
persen.
Berdasarkan uraian dari latar belakang yang menjadi rumusan masalah dalam
2013
5
pemerintah.
2. Bagi sektor swata dapat menjadi bahan informasi untuk mengetahui berbagai
akan datang.
3. Bagi perguruan tinggi dapat menjadi bahan perbandingan dan rujukan dalam
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teoritik
untuk menambah barang-barang modal dan perlengkapan produksi yang sudah ada
supaya menambah jumlah produksi. Penanaman modal dalam bentuk investasi ini
dapat berasal dari dua sumber, yaitu penanaman modal dalam negeri dan penanaman
modal luar negeri. Investasi yang naik dari tahun ketahun akan menyebabkan
penyerapan angkatan kerja yang bekerja akan semakin besar karena dengan tingginya
investasi maka proses produksi naik dan semakin banyak membutuhkan angkatan
ekonomi suatu negara. Ketika pengusaha atau individu atau pemerintah melakukan
investasi, maka ada sejumlah modal yang ditanam atau dikeluarkan, atau ada
Investasi dalam peralatan modal atau pembentukan modal tidak saja dapat
memberikan kesempatan kerja bagi masyarakat. Dalam hal ini, jumlah pengangguran
Suatu negara akan berkembang secara dinamis jika investasi yang dikeluarkan
jauh lebih besar daripada nilai penyusutan faktor-faktor produksinya. Negara yang
memiliki Investasi yang lebih kecil daripada penyusutan faktor produksinya akan
suatu kondisi perekonomian dengan laju pertumbuhan yang lambat dan bahkan bisa
nol. Kondisi ini dapat menimbulkan terjadinya pengangguran dalam jumlah yang
relatif besar. Kondisi yang sangat tidak diinginkan adalah kondisi stagnasi yang
diikuti dengan adanya inflasi yang tinggi pula, sehingga perekonomian negara
menjadi stagflasi.
Apabila tingkat bunga naik, maka investor saham akan menjual seluruh atau
sebagian sahamnya untuk dialihkan ke dalam investasi lainnya yang relatif lebih
menguntungkan dan bebas resiko, akibatnya indeks akan turun. Sebaliknya bila
tingkat bunga turun, maka masyarakat akan mengalihkan investasinya pada saham
yang relatif lebih profitable dan akibatnya indeks akan naik. Dengan demikian tingkat
Tingkat inflasi berpengaruh negatif pada tingkat investasi hal ini disebabkan
karena tingkat inflasi yang tinggi akan meningkatkan resiko proyek-proyek investasi
8
dan dalam jangka panjang inflasi yang tinggi dapat mengurangi rata-rata masa jatuh
bertambah dan akan mendorong kegiatan investasi yang lebih banyak, jika
pendapatan nasional bertambah maka nilai pasar investasi akan bertambah pula.
4).Pengaruh Infrastruktur
infrastruktur yang memadai, efisiensi yang dicapai oleh dunia usaha akan makin
lebih banyak daripada menabung biasa.Selain itu juga dapat meningkatkan modal dan
asing karena pertumbuhan ekonomi menjadi salah satu indikator makroekonomi yang
menjadi dasar penilaian investor. Investasi penanaman modal asing, jika dikelolah
dengan baik maka akan mendapat kontribusi yang positif. Pesatnya aliran modal
yang berkelanjutan.
ekonomi dan investasi mempunyai hubungan timbal balik yang positif. Hubungan
timbal balik tersebut terjadi oleh karena di satu pihak, semakin tinggi pertumbuhan
ekonomi suatu negara, berarti semakin besar bagian dari pendapatan yang bisa
ditabung, sehingga investasi yang tercipta akan semakin besar pula. Dalam kasus ini,
investasi merupakan fungsi dari pertumbuhan ekonomi. Di lain pihak, semakin besar
investasi suatu negara, akan semakin besar pula tingkat pertumbuhan ekonomi yang
pertumbuhan ekonomi pada khususnya di negara tuan rumah lewat beberapa jalur.
Pertama, lewat pembangunan pabrik-pabrik baru (PP) yang berarti juga penambahan
output atau produk domestic bruto (PDB), total ekspor (X) dan kesempatan kerja
penerima untuk membayar utang luar negeri (ULN) dan impor (M). Kedua, masih
dari sisi suplai, namun sifatnya tidak langsung, adalah sebagai berikut: adanya PP
modal, barang-barang setengah jadi, bahan baku dan input-input lainnya. Jika
permintaan antara ini sepenuhnya dipenuhi oleh sektor-sektor lain (SSL) di dalam
negeri (tidak ada yang diimpor), maka dengan sendirinya efek positif dari keberadaan
Ini berarti telah terjadi suatu efek penggandaan dari keberadaan PMA terhadap output
agregat di negara penerima. Dalam kata lain, semakin besar komponen M dari sebuah
proyek PMA.
peningkatan impor, maka efeknya nihil. Bahkan jika pertumbuhan impor lebih pesat
11
daripada pertumbuhan ekspor yang disebabkan oleh adanya PMA, maka terjadi
defisit neraca perdagangan. Ini berarti kehadiran PMA memberi lebih banyak dampak
asumsi bahwa hubungan timbal balik tersebut terjadi, maka dalam membuat proyeksi
barang modal, luas tanah dan kekayaan alam, serta tingkat teknologi yang digunakan.
apabila penduduk sedikit dan kekayaan alam relatif berlebihan, tingkat pengembalian
modal dari investasi yang dibuat adalah tinggi. Maka pengusaha akan mendapat
keuntungan yang besar. Ini akan menimbulkan investasi baru, dan pertumbuhan
ekonomi terwujud. Keadaan seperti ini tidak akan terus menerus berlangsung.
kegiatan ekonomi karena produktivitas setiap penduduk telah menjadi negatif. Maka
kemakmuran yang sangat rendah. Apabila keadaan ini dicapai, ekonomi dikatakan
telah mencapai keadaan tidak berkembang (Stasionary State). Pada keadaan ini
tetapi apabila pemduduk sudah semakin banyak, hukum hasil tambahan yang
penduduk yang tertentu produksi marginal telah sama dengan pendapatan perkapita.
13
Pada keadaan ini pendapatan perkapita mencapai nilai yang maksimum. Jumlah
dalam menciptakan pertumbuhan ekonomi. Dalam teori itu ditunjukkan bahwa para
berkembang. Tetapi keadaan ini tidak akan berlangsung lama. Pada waktu keadaan
meminjam modal dan akan melakukan peminjaman modal. Investasi yang baru ini
akan bertambah dan tingkat konsumsi menjadi bertambah tinggi. Kenaikan tersebut
14
menjadi bertambah lambat jalannya. Pada akhirnya akan mencapai tingkat “keadaan
tidak berkembang” atau “stationary state”. Akan tetapi berbeda dengan pandangan
klasik, dalam pandangan Schumpeter keadaan tidak berkembang itu dicapai pada
klasik tingkat tersebut dicapai pada waktu perekonomian telah berada kembali pada
tingkat pendapatan subsisten, yaitu pada tingkat pendapatan yang sangat rendah.
sesudah Keynes yaitu Evsey Domar dan Sir Roy F. Harrod. Teori Harrod-Domar ini
penuh.
2. Perekonomian terdiri dari dua sektor yaitu sektor rumah tangga dan sektor
perusahaan.
proporsi tertentu dari pendapatan nasionalnya jika hanya untuk mengganti barang-
tersebut telah kita kenal dengan istilah rasio modal-output (COR). Dalam teori ini
tabungan dan kemudian di investasikan, maka semakin cepat perekonomian itu akan
tumbuh.
Amerika Serikat dan Swan (1956) dari Australia. Model Solow-Swan menggunakan
output yang saling berinteraksi. Selain itu, Solow-Swan menggunakan model fungsi
produksi yang memungkinkan adanya substitusi antar kapital (K) dan tenaga kerja
(L). Dengan demikian, syarat-syarat adanya pertumbuhan yang mantap dalam model
tenaga kerja. Hal ini berarti adanya fleksibilitas dalam rasio modal output dalam rasio
Teori Solow-Swan melihat bahwa dalam banyak hal mekanisme pasar dapat
kebijaksanaan fiskal dan kebijaksanaan moneter. Hal ini membuat teori mereka dan
pandangan para ahli lainnya yang sejalan dengan pemikiran mereka dinamakan teori
neo-klasik.
terlihat dari peningkatan skill atau kemajuan teknik sehingga produktivitas perkapita
meningkat.
Teori neo-klasik sebagai penerus dari teori klasik menunjukkan agar kondisi
selalu diarahkan untuk menuju pasar sempurna. Dalam keadaan pasar sempurna,
perekonomian bisa tumbuh maksimal. Sama seperti dalam model ekonomi klasik,
termasuk perpindahan orang, barang dan modal. Harus dijamin kelancaran arus
barang, modal, tenaga kerja dan perlunya penyebaran luas informasi pasar.
negeri. Ini sangat diperlukan bagi terciptanya iklim bekerja dan berusaha yang
proses pertumbuhan.
perekonomian. Hal ini tidak dapat dicapai atau terwujud bila tidak didukung
oleh adanya barang-barang dan pelayanan jasa sosial seperti sanitasi dan
kepada masyarakat.
menabung.
jumlah penduduk yang sangat besar dan laju pertumbuhannya yang sangat
pemerintah pusat dalam jangka panjang untuk investasi pembelian surat berharga dan
19
manfaat ekonomi, sosial, dan/atau manfaat lainnya dalam jangka waktu tertentu.
Bentuk investasi:
b. investasi langsung.
adalah pengeluaran yang dilakukan dalam rangka pembentukan modal yang sifatnya
menambah aset tetap/ inventaris yang memberikan manfaat lebih dari satu periode
kapasitas dan kualitas aset. Dalam SAP, belanja modal dapat diaktegorikan ke dalam
pengeluaran lainnya sehubungan dengan perolehan hak atas tanah dan sampai tanah
mesin, serta inventaris kantor yang memberikan manfaat lebih dari 12 (dua belas)
bulan, dan sampai peralatan dan mesin dimaksud dalam kondisi siap pakai.
21
bangunan yang menambah kapasitas sampai gedung dan bangunan dimaksud dalam
pengawasan dan pengelolaan jalan irigasi dan jaringan yang menambah kapasitas
sampai jalan irigasi dan jaringan dimaksud dalam kondisi siap pakai.
perawatan terhadap fisik lainnya yang tidak dapat dikategorikan ke dalam kriteria
belanja modal tanah, peralatan dan mesin, gedung dan bangunan, dan jalan irigasi dan
jaringan. Termasuk dalam belanja ini adalah belanja modal kontrak sewa beli,
nasional, baik yang dilakukan oleh negara melalui APBD berupa investasi publik,
maupun investasi yang dilakukan oleh swasta (private), domestik, maupun asing.
Maka peran ini tidak boleh hilang, dibatasi atau tidak bisa dihalangi aau dihilangkan
oleh alasan globalisasi, atau perdagangan bebas, ataupun alasan lainnya karena
a. Adanya wilayah
Setiap kebijakan negara yang dibuat oleh pemerintah tidak terlepas dari
a. Kepentingan ekonomi
c. Kepentingan politik
1. Peran Pengatur
g. Investasi apa yang harus ada kemitraan dengan usaha lokal atau negara, dan
seterusnya.
2. Peran Pengarah
Peran pengarah adalah peran dan tugas pemerintah dalam mengalokasikan atau
mengarahkan pemanfaatan sumber daya nasional secara efisien dan efektif. Bila
peran ini dapat berjalan dengan baik, maka investasi nasional dapat memberikan
kesejahteraan yang optimal bagi masyarakat. Peran pengarah ini diwujudkan dalam
3. Peran Pengawas
penggunaan sumber daya investasi nasional secara efisien dan efektif. Dalam
mengawasi penggunaan sumber daya nasional ini, khususnya untuk sumber daya
investasi berupa sumber daya alam dan sumber daya buatan (SDB), perlu dijaga dan
yang berkaitan dengan penanaman modal seperti bidang usaha (sektoral), perizinan di
adalah:
lainnya.
sektor dan antar sub sektor, antara usaha skala besar, menengah dan kecil
25
menguntungkan.
berwirausaha
teknologi.
listrik, transportasi laut maupun udara, air bersih, serta sarana dan
atau pendapatan riil. Kedua peningkatan tersebut biasanya dapat dihitung perkapita
atau selama jangka waktu yang cukup panjang sebagai akibat peningkatan
memiliki pengertian pertumbuhan ekonomi yang lebih luas baik dari segi struktur
output, input, perubahan dalam teknik produksi, sikap dan perilaku sosial serta
kerangka kelembagaan menuju kepada keadaan dan taraf hidup yang secara
menyeluruh lebih baik. Dengan demikian jelas terlihat bahwa pertumbuhan ekonomi
ekonomi fisik yang terjadi disuatu Negara adalah pertambahan produksi barang dan
jasa dan perkembangan infrastruktur. Semua hal tersebut biasanya diukur dari
perkembangan pendapatan nasional riil yang dicapai suatu negara dalan periode
mengukur pengeluaran total dari suatu perekonomian terhadap berbagai barang dan
jasa yang baru diproduksi pada suatu saat atau tahun serta pendapatan total yang
27
diterima dari adanya seluruh produksi barang dan jasa tersebut atau secara lebih rinci,
PDB adalah nilai pasar dari semua diproduksi di suatu negara dalam kurun waktu
menghilangkan adanya inflasi dalam harga dan jasa yang diproduksi sehingga PDB
dimana PDRB dapat didefinisikan sebagai nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan
oleh sistem perekonomian di suatu wilayah atau daerah dalam kurun waktu tertentu.
Sehingga PDRB merupakan suatu ukuran untuk melihat aktivitas perekonomian suatu
daerah.
Adam Smith dalam Boediono, (1982: 7). Secara sistematis memberikan penekanan
Sistem produksi suatu Negara terdiri dari tiga unsure pokok yaitu :
Menurutnya bahwa sumber- sumber alam yang tersedia merupakan wadah yang
paling mendasar dari kegiatan produksi suatu masyarakat. Jumlah sumber- sumber
28
tersebut, artinya selama sumber- sumber ini belum sepenuhnya dimanfaatkan, yang
memegang peranan dalam proses produksi adalah dua unsur produksi lainnya inilah
Selanjutnya unsur kedua yang dilihat adalah sumber- sumber manusiawi atau
jumlah penduduk dalam proses pertumbuhan output. Unsur ini dianggap mempunyai
peranan yang pasif, dalam arti bahwa jumlah penduduk akan menyesuaikan diri
dengan kebutuhan akan tenaga kerja dari masyarakat tersebut. Apabila stok kapital
sedangkan jumlah tenaga kerja yang tersedia adalah 900 ribu orang, maka jumlah
penduduk akan cenderung meningkat sehingga tenaga kerja menjadi 1 juta orang.
Dalam model yang ketiga stok barang kapital yang secara aktif menentukan
tingkat output, yang memberikan peranan sentral kepada pertumbuhan stok kapital
atau akumulasi kapital dalam proses pertumbuhan output. Apa yang terjadi dengan
tingkat output tergantung pada laju pertumbuhan stok kapital (tentu saja sampai tahap
kapital terhadap proses pertumbuhan oleh Adam Smith adalah bahwa stok kapital
mempunyai dua pengaruh terhadap tingkat output total yaitu pengaruh langsung
karena pertambahan stok kapital yang diikuti oleh penambahan tenaga kerja akan
meningkatkan output. Makin banyak input makin banyak output adalah berupa
29
2. Pertumbuhan Penduduk
disebutkan bahwa penduduk bersifat pasif dalam proses pertumbuhan output. Dalam
arti bahwa jangka panjang, berapapun jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan oleh
Menurut Adam Smith, penduduk meningkat apabila upah yang berlaku lebih
tinggi dari pada tingkat upah substansi, yaitu tingkat upah yang pas untuk seseorang
dalam mempertahankan hidup. Apabila tingkat upah berada diatas tingkat substansi
dalam keadaan ini kematian anak-anak akan meningkat dan banyak perkawinan
tertunda. Terlihat jelas disini peran sentral tingkat upah mengatur pertumbuhan
penduduk. Menurut Adam Smith, upah ditentukan oleh tarik menarik kekuatan
meningkat apabila permintaan tenaga kerja tumbuh lebih cepat dari pada penawaran
tenaga kerja atau pertumbuhan penduduk sehingga terakhir dikatakan oleh Adam
Smith “ permintaan akan tenaga manusia, seperti juga permintaan akan barang-
barang lain, mengatur produksi tenaga kerja, ia akan mempercepat produksi tersebut
wilayah/regional dalam suatu periode tertentu adalah data Produk Domestik Regional
Bruto (PDRB), baik atas dasar harga berlaku maupun atas dasar harga konstan.
PDRB pada dasarnya merupakan jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh
unit usaha dalam suatu negara tertentu, atau merupakan jumlah nilai barang dan jasa
PDRB atas dasar harga berlaku menggambarkan nilai tambah barang dan jasa
yang dihitung menggunakan harga yang berlaku pada setiap tahun. Sedangkan PDRB
atas dasar harga konstan menunjukkan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung
menggunakan harga yang pada suatu tahun tertentu sebagai dasar. PDRB atas dasar
harga berlaku dapat digunakan untuk melihat pergeseran serta struktur ekonomi.
Menurut pendekatan ini, PDRB adalah jumlah nilai tambah atas barang dan
jasa yang dihasilkan oleh berbagai unit produksi di wilayah suatu negara dalam
jangka waktu tertentu (biasanya satu tahun). Unit-unit produksi tersebut dalam
4. Pengadaan Listrik dan Gas, 5. Pengadaan Air, Pengolahan Sampah, Limbah dan
31
Daur Ulang, 6. Konstruksi, 7. Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan
Makan Minum, 10. Informasi dan Komunikasi, 11. Jasa Keuangan dan Asuransi 12.
Real Estat, 13. Jasa Perusahaan, 14. Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan
Jaminan Sosial Wajib, 15. Jasa Pendidikan, 16. Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial,
17. Jasa lainnya. Setiap kategori lapangan usaha tersebut dirinci lagi menjadi sub-sub
PDRB menurut pendekatan ini merupakan jumlah balas jasa yang diterima oleh
faktor-faktor produksi yang ikut serta dalam proses produksi di suatu negara dalam
jangka waktu tertentu (biasanya satu tahun). Balas jasa faktor produksi yang
dimaksud adalah upah dan gaji, sewa tanah, bunga modal dan keuntungan; semuanya
sebelum dipotong pajak penghasilan dan pajak langsung lainnya. Dalam definisi ini,
PDRB mencakup juga penyusutan dan pajak tidak langsung neto (pajak tak langsung
dikurangi subsidi).
PDRB adalah semua komponen permintaan akhir yang terdiri dari: (1)
pengeluaran konsumsi rumah tangga (2) lembaga non profit yang melayani rumah
tangga (3) pengeluaran konsumsi pemerintah, (4) pembentukan modal tetap domestik
bruto, (5) perubahan inventori, dan (6) ekspor neto (ekspor dikurangi impor).
32
sama. Jadi, jumlah pengeluaran akan sama dengan jumlah barang dan jasa akhir yang
dihasilkan dan harus sama pula dengan jumlah pendapatan untuk faktor-faktor
produksi. PDRB yang dihasilkan dengan cara ini disebut sebagai PDRB atas dasar
harga pasar, karena di dalamnya sudah dicakup pajak tak langsung neto.
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) adalah jumlah seluruh nilai produk
barang dan jasa yang dihasilkan oleh unit-unit produksi yang beroperasi pada suatu
daerah dalam jangka waktu tertentu. Atau apabila ditinjau dari segi pendapatan
merupakan jumlah dari pendapatan yang diterima oleh faktor-faktor produksi yang
dimiliki oleh penduduk di wilayah tersebut yang ikut serta dalam proses produksi
1. Produk domestik regional bruto atas dasar harga konstan. Menurut BPS
pengertian Produk Domestik Regional Bruto atas dasar harga konstan yaitu
2. Produk domestik regional bruto atas dasar harga berlaku Pengertian Produk
domestik regional bruto atas dasar harga berlaku menurut BPS adalah jumlah
33
nilai tambah bruto yang timbul dari seluruh sektor perekonomian di suatu
ditambahkan kepada barang dan jasa yang dipakai oleh unit produksi.
1. Penelitian yang dilakukan oleh Budiono (2009) dengan judul “Investasi dan
(Ordinat Least Square) dengan analisis regresi sederhana selain itu juga
tahun 2002 (cross section). Hasil penelitian menunjukkan bahwa kedua model
investasi fisik.
2. Penelitian yang dilakukan oleh Ma’aruf dan Wihastuti (2008) dengan judul
analisis data panel yang terdiri dari 26 provinsi selama kurun waktu 1980-
3 Novia Hadji Ali, Deasy Engka dan Steeva Tumangkeng (2014), dengan judul
barang; berbagai macam subsidi (subsidi daerah dan subsidi harga barang);
modal masyarakat dalam bentuk prasarana fisik, yang dibedakan lagi menjadi
menerus. Itu di lihat karena fakta dan data. Dengan demikian semakin besar
4. Kurnia Maharani dan Sri Isnowati (2014) yang berjudul Kajian Investasi,
ekonomi sebesar 97,09 persen dan sisanya sebesar 2,91 persen disebabkan
Pembangunan suatu daerah yang dilakukan oleh tiga komponen yang terkait
yaitu Pemerintah, Swasta, dan Masyarakat yakni melalui investasi. Peranan investasi
ini diharapkan dapat memberikan kontribusi yang cukup besar dalam meningkatkan
mendorong peningkatan pendapatan daerah di Kabupaten Buton Utara. Hal ini dapat
- Tanah
- Peralatan dan Mesin
- Gedung dan Bangunan
- Jalanan, Irigasi, dan Jaringan
- Aset Tetap Lainnya
- Kontruksi dalam Pengerjaan
- Aset Lainnya
Pertumbuhan Investasi
2013.
40
BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian
Tenggara. Waktu penelitian ini dilaksanakan kurang lebih 1 bulan setelah proposal
ini di buat.
waktu) variabel yang di gunakan dalam penelitian ini adalah investasi pemerintah
Jenis data yang di gunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang
meliputi:
40
41
Ini.
1. Investasi Pemerintah yang di maksud dalam penelitian ini yaitu Belanja Modal
data tentang pertumbuhan PDRB Kabupaten Buton Utara atas dasar harga
konstan tahun 2000. Data yang digunakan adalah data tahun 2009-2013,
3. Belanja Modal adalah pengeluaran pemerintah yang berasal dari realisasi dalam
Pembangunan di Kabupaten Buton Utara dari tahun 2009 – 2013 yang dihitung
Pada penelitian ini akan di jelaskan melalui analisis deskriptif kuantitatif dan
LnY = a + b LnX
a = Kostanta
Utara
43
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Gambaran Umum
besar pula beban dan tanggung jawab pemerintah daerah dalam mengelola
adalah Sensus Penduduk yang dilaksanakan setiap sepuluh tahun sekali. Sensus
Penduduk telah dilaksanakan sebanyak enam kali sejak Indonesia merdeka yaitu
yang berdomisili di wilayah teritorial Indonesia termasuk warga negara asing kecuali
bulan atau lebih dan atau mereka yang berdomisili kurang dari 6 bulan tetapi
bertujuan menetap.
Utara berjumlah 56.631 jiwa yang terdiri dari penduduk laki-laki 28.484 jiwa dan
penduduk perempuan sebesar 28.147 jiwa dengan jumlah rumah tangga sebesar
43
44
adalah kecamatan dengan jumlah penduduk terbesar mencapai 21.367 jiwa atau
sekitar 37,73 persen dari total penduduk Kabupaten Buton Utara. Diikuti oleh
Kecamatan Kulisusu Utara sebesar 8.067 jiwa dan Kecamatan Bonegunu sebagai
kecamatan dengan jumlah penduduk terbesar ketiga dengan jumlah 7.995 jiwa,
julah penduduknya yaitu 6.025 jiwa. Untuk lebh jelasnya dapat dilihat pada tabel 2
dibawah ini:
Tabel 4.1
Penduduk Kabupaten Buton Utara Berdasarkan Struktur Umur,
Tahun 2013
sebesar 57.422 jiwa. Jika di klasifikasi jumlah tersebut berdasarkan kelompok umur
maka jumlah penduduk Kabupaten Buton Utara yang berusia tidak produktif
sebanyak 21.894 jiwa yakni penduduk yang berumur 0-14 tahun dan penduduk yang
berumur 65 tahun keatas. Sedangkan penduduk yang berusia produktif 15-64 tahun
sebanyak 33.185 jiwa. Dengan demikian jumlah penduduk Kabupaten Buton Utara
yang berusia produktif sebesar 57,79 persen dan penduduk yang tidak berusia
produktif sebesar 38,13 persen dari keseluruhan jumlah penduduk Kabupaten Buton
Utara.
Kabupaten Buton Utara pada kurun waktu tahun 2009-2013 rata-rata sebesar 1,6
persen. pertumbuhan penduduk sebesar 1,6 persen adalah angka yang cukup besar. Di
satu sisi merupakan sebuah kekuatan sumber daya manusia. Tetapi apabila tidak
berkualitas akan menjadi suatu masalah yang besar seperti misalnya pengangguran
akibat ketidakmampuan untuk bersaing dalam bekerja dan tidak mampu membuka
lapangan kerja untuk diri sendiri, tingkat kriminal yang tinggi akibat dari kemiskinan
suatu wilayah baik dari segi fisik maupun non fisik. Dengan mengetahui
46
perkembangan suatu penduduk di suatu wilayah maka akan dapat diketahui prediksi
dari kebutuhan akan fasilitas dan utilitas penunjang serta perkiraan kebutuhan
ruangnya maka akan relatif lebih mudah untuk memberikan arahan perkembangan
perkembangan angkatan kerja yang cepat tersebut ternyata belum mampu diimbangi
Dari total penduduk usia kerja (15 tahun keatas), lebih dari 71 persen
penduduk atau sebanyak 25.421 orang di Kabupaten Buton Utara termasuk dalam
angkatan kerja. Kesempatan kerja yang ada di Kabupaten Buton Utara menunjukkan
Kabupaten Buton Utara sangat terbuka lebar bagi para pencari kerja. Pada tahun
2013, dari 25.421 angkatan kerja diketahui bahwa 96,91 persen adalah angkatan kerja
bahwa 58,53 persen bekerja di sektor pertanian, 12,25 persen bekerja di sektor
tinggi kualitas sumber daya manusia di suatu daerah, semakin produktif angkatan
kerja, dan semakin tinggi peluang melahirkan inovasi yang menjadi kunci
Membangun suatu wilayah, bukan hanya karena pejabat ingin sukses, tapi
daerah dengan mencari dana untuk anggaran pembangunan. Terpenting lagi adalah
potensi wilayah.
kebijakan fiskal yang utama bagi pemerintah daerah. Dalam APBD termuat prioritas-
prioritas pembangunan, terutama prioritas kebijakan dan target yang akan dicapai
melalui pelaksanaan belanja daerah sesuai sumber daya yang tersedia baik yang
didapatkan melalui skema transfer maupun perpajakan daerah dan retribusi daerah.
Untuk anggaran tahun 2009 APBD Buton Utara yang terealisasi sebesar Rp.
258,606.804 juta dengan empat sektor yang mendapat alokasi dana terbesar yakni
pekerjaan umum dengan alokasi anggaran sebesar Rp. 72,943.375 juta, pendidikan
48
sebesar Rp. 51,789.051 juta, pemerintahan umum Rp. 49,587.716 juta dan kesehatan
Anggaran tahun 2010 sebesar Rp. 308,966.012 juta dengan tiga sektor yang
mendapat alokasi dana terbesar yakni pemerintahan umum Rp. 154,468.512 juta,
pendidikan sebesar Rp. 58,800.173 juta, dan kesehatan dengan alokasi dana sebesar
Anggaran tahun 2011 sebesar Rp. 365,762.348 juta dengan lima sektor yang
mendapat alokasi dana terbesar yakni pekerjaan umum dengan alokasi anggaran
sebesar Rp. 93,089.558 juta, pemerintahan umum Rp. 78,756.101 juta, pendidikan
sebesar Rp. 77,915.531 juta, kesehatan Rp. 25,848.835 juta, dan sektor perhubungan
Anggaran tahun 2012 sebesar Rp. 521,525.585 juta dengan alokasi dana
terbesar yakni pada lima sektor yakni pemerintahan umum Rp. 92,728.691 juta,
pendidikan sebesar Rp. 92,053.258 juta, pekerjaan umum sebesar Rp. 87,045.319
juta, kesehatan Rp. 33,864.550 juta, dan perhubungan sebesar Rp. 11,648.830 juta.
Dan untuk anggaran tahun 2013 sebesar Rp. 524,698.424 juta dengan
pengalokasian dana terbesar yakni sebanyak lima sektor yakni pendidikan dengan
alokasi dana sebesar Rp. 112,502.044 juta, pekerjaan umum sebesar Rp. 105,175.773
juta, pemerintahan umum Rp. 87,951.871 juta, kesehatan Rp. 38,349.889 juta dan
Dari kelima periode ini bukan berarti sektor lainnya tidak mendapatkan
perhatian, namun secara skala prioritas, diakui bahwa kelima sektor di atas adalah
Dalam hal penganggaran tentunya bisa terjadi selisih antara pendapatan dan belanja
daerah, penyebabnya bisa sangat beragam, akan tetapi surplus atau defisit daerah
yang timbul tersebut tentunya perlu disikapi oleh daerah dengan kebijakan
Pembiayaan Daerah. Bila terjadi surplus maka daerah harus menganggarkan untuk
pengeluaran pembiayaan tertentu semisal untuk investasi atau dapat juga dengan
direncanakan. Akan tetapi bila terjadi defisit maka daerah perlu mencari alternatif
pembiayaan yang bisa berupa pinjaman daerah, penggunaan SiLPA atau melakukan
(PDRB), karena PDRB merupakan gambaran tentang produk yang dihasilkan oleh
unit-unit ekonomi yang ada pada suatu daerah dalam periode waktu tertentu.
Tabel 4.2
PDRB Kabupaten Buton Utara Atas Harga Konstan
Tahun 2009-2013
pertumbuhan produk domestik regional bruto Kabupaten Buton utara atas dasar harga
konstan selama kurun waktu 2009-2013 mengalami kenaikkan rata-rata sebesar 9,02
pertahun yaitu dari nilai sebesar Rp. 334,365.56 juta pada tahun 2009 menjadi Rp.
nilai Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga konstan 2000. PDRB
Kabupaten Buton Utara atas dasar harga konstan pada tahun 2009 sebesar Rp
334.365,56 juta, pada tahun 2010 meningkat menjadi Rp 364.914,45 juta. Pada tahun
51
2011 dan 2012 meningkat lagi masing-masing menjadi Rp 398.964,79 juta dan Rp
431.459,88 juta. Selanjutnya pada tahun 2013 sebesar Rp. 472262,68 juta atau
tumbuh sebesar 9,15 persen tahun 2010, 9,32 persen tahun 2011, 8,14 persen tahun
2012 dan 9,46 tahun 2013. Dan Sektor pertanian masih mempunyai peranan tertinggi
terhadap total PDRB Kabupaten Buton Utara yaitu sebesar 46,27 persen disusul
sektor jasa-jasa sebesar 13,87 persen, dan sektor perdagangan, hotel dan restoran
Kabupaten Buton Utara pada tahun 2012 sebesar Rp. 19,02 juta dan pada tahun 2013
Kabupaten Buton Utara sedikit menurun menjadi 8,14 persen, pada tahun 2013
kembali naik menjadi 9,46 persen. Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Buton Utara
Adapun sektor yang tumbuh positif secara berurutan dari yang tertinggi sebagai
bangunan 19,59 persen; sektor listrik, gas dan air bersih 18,62 persen; sektor
52
pengangkutan dan komunikasi 17,92 persen; sektor industri pengolahan 13,36 persen;
sektor perdagangan, hotel dan restoran 12,67 persen; sektor keuangan, persewaan dan
jasa perusahaan 10,81 persen; sektor jasa-jasa 6,2 persen; sektor pertanian 5,31
persen.
lebih dari setahun dan atau pemakaian jasa dalam melaksanakan program dan
kegiatan pemerintah daerah, yang meliputi pengadaan tanah, alat-alat berat, alat-alat
angkutan, alat-alat ukur, alat-alat kedokteran, konstruksi jalan, jembatan, jaringan air,
penerangan jalan, taman dan hutan kota, instalasi listrik dan telepon, bangunan,
untuk meningkatkan sarana dan prasarana yang ada didaerahnya, dengan adanya
sarana dan prasarana kesehatan, keamanan, transportasi yang baik tentu menjadi
modal bagus untuk menarik investor serta mempercepat mobilitas setiap individu
Untuk belanja modal tahun 2009, Kabupaten Buton Utara yang terealisasi
sebesar Rp. 143,481.056 Juta, dengan tujuh sektor belanja modal yang terdiri dari
belanja tanah, peralatan dan mesin, gedung dan bangunan, jalan,irigasi, dan jaringan,
Belanja modal tahun 2010 dengan total belanja sebesar Rp. 161,954.236 juta
yang di alokasikan untuk tujuh sektor belanja yaitu Tanah sebesar Rp. 3,654 juta,
peralatan dan mesin sebesar Rp. 28,481 juta, gedung dan bangunan sebesar Rp. 28,65
juta, jalan,irigasi, dan jaringan sebesar Rp. 89,684 juta, aset tetap lainnya sebesar Rp.
11,243 juta, dan konstruksi dalam pengerjaan sebesar Rp. 198 juta. Dimana dari tujuh
sektor belanja modal ada tiga sektor yang paling besar yaitu jalan,irigasi, dan
Belanja modal tahun 2011 dengan total belanja sebesar Rp. 155,780.573 juta
dengan tiga sektor belanja terbesar yaitu jalan,irigasi, dan jaringan sebesar Rp. 73,877
juta, gedung dan bangunan sebesar Rp. 45,729 juta, dan peralatan dan mesin sebesar
Belanja modal tahun 2012 dengan total belanja sebesar Rp. 162,513.621 juta
dengan empat sektor belanja terbesar yaitu jalan,irigasi, dan jaringan sebesar
Rp.74,748 juta, gedung dan bangunan sebesar Rp. 52,891 juta, peralatan dan mesin
sebesar Rp. 24,056 juta, dan asset tetap lainnya sebesar Rp. 11,428 juta.
Dan untuk Belanja modal tahun 2013 dengan total belanja sebesar Rp.
204,430.739 juta dengan tiga sektor belanja terbesar yaitu jalan,irigasi, dan jaringan
sebesar Rp. 81,561 juta, gedung dan bangunan sebesar Rp. 78,180 juta, dan peralatan
Dari semua sektor belanja, yang lebih besar digunakan untuk belanja modal
Kabupaten Buton Utara yaitu jalan,irigasi, dan jaringan, gedung dan bangunan dan
54
peralatan dan mesin. Tapi bukan berarti sektor belanja yang lain tidak mendapatkan
perhatian, namun secara skala prioritas, diakui bahwa tiga sektor belanja di atas
Tabel 4.3
Perkembangan Total Dana nvestasi
Kabupaten Buton Utara periode 2009-2013
Investasi Perkembangan total
Tahun
(Juta Rupiah) dana Investasi (%)
2009 143,481.05 -
2010 161,954.23 12,87
2011 155,780.57 -3,81
2012 162,513.62 4,32
2013 204,430.73 25,79
Rata-rata - 9,79
Sumber: Badan Pusat Statistik (di olah)
Dari tabel di atas terlihat bahwa dari total dana investasi yang di salurkan oleh
rata sebesar 9,79 persen berkisar antara Rp. 143,481.05 sampai Rp. 204,430.73 juta.
Dari dana investasi yang disalurkan tersebut menunjukkan angka pertumbuhan yang
berkisar antara 12,87 dan 25,79 persen. Dan mengalami satu kali angka pertumbuhan
negatif yakni pada tahun 2011 yakni sebesar -3,81 persen, yang lebih disebabkan
pengalihan alokasi belanja daerah yang lebih ditujukan pada belanja pegawai negeri
Dalam berbagai teori ekonomi, baik teori ekonomi makro maupun ekonomi
satu variabel yang berperan besar dalam mendorong pertumbuhan ekonomi suatu
pendapatan para pengusaha atau pekerja yang kesemuanya itu akan mengacu pada
Tabel 4.4
Peranan Investasi Terhadap Perkembangan Ekonomi
Kabupaten Buton Utara Periode 2009-2013
cukup tinggi begitu juga pertumbuhan PDRB. Walaupun pertumbuhan investasi pada
tahun 2011 mengalami penurunan menjadi -3,81 persen, pada tahun 2012 mengalami
56
peningkatan pertumbuhan investasi menjadi 4,32 persen, dan pada tahun 2013
Penyebab defisit bisa muncul dalam kondisi krisis ekonomi, karena keadaan
ini akan berimbas kepada anggaran negara. Dalam keadaan krisis akan memaksa
ekonomi (pemulihan ekonomi). Oleh karena itu, ekspansi anggaran akan memacu
pertumbuhan investasi. Pada tahun 2010 pertumbuhan PDRB sebesar 9,14 persen,
pada tahun 2011 pertumbuhan PDRB sebesar 9,33 persen berlawanan arah dengan
menjadi 8,14 persen, dan pada tahun 2013 pertumbuhan PDRB naik menjadi 9,46
Untuk itu Indonesia berada dalam posisi yang baik untuk merespon. Indonesia
dapat menaikkan defisit belanja namun tetap dalam batasan aturan fiskal sebesar 3%
dari PDB, agar bisa meningkatkan belanja proyek-proyek infrastruktur yang menjadi
57
4.3. Pembahasan
jumlah investasi yang nantinya akan menambah kesempatan kerja dan mengurangi
ekonomi dan penyerapan tenaga kerja. Investasi dapat dilakukan oleh pemerintah
usaha yang kondusif, penyediaan sarana dan prasarana, serta pemberdayaan ekonomi
meningkatkan pemanfaatan sumber daya lokal menjadi kekuatan ekonomi riil yang
besarnya koefisien β adalah 2,031 dengan tingkat signifikansi 0,030. Artinya bahwa
ekonomi akan meningkat sebesar 0,098 persen dengan pengaruh yang signifikan,
dengan asumsi variabel lain tetap. Dapat dikatakan dalam penelitian ini bahwa
yang bertanda positif dan lebih kecil dari 1(satu) yang berarti bahwa setiap
alokasi untuk belanja pegawai yang sudah semakin besar yang tidak dibarengi dengan
kinerja yang semakin baik, tentu pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Buton Utara
bisa lebih baik. Sebab Alokasi belanja modal yang penggunaannya memang untuk
penduduk pada khususnya dan pertumbuhan ekonomi daerah pada umumnya, begitu
juga yang terjadi di Kabupaten Buton Utara bahwa belanja modal berpengaruh positif
Coefficientsa
Standardized
Buton Utara dari hasil perhitungan regresi sederhana, di mana persamaan regresi
tersebut adalah:
R2 = 0,74
t = (0,557) (2,944)
F = 8,669
yaitu sebesar 0,74 menjelaskan bahwa variasi perubahan PDRB (Y) Kabupaten Buton
Utara yang dijelaskan oleh investasi pemerintah (X) adalah sebesar 74 persen sisanya
dijelaskan oleh variabel yang belum masuk dalam model yaitu 26 persen.
60
nilai signifikannya yaitu 0,06 maka variabel investasi pemerintah (X) tidak
Penurunan investasi hanya terjadi di tahun 1998 yang lebih disebabkan krisis
ekonomi yang terjadi sehingga banyak investor yang menarik diri dari Pemerintah.
terlalu besar. Jika pemerintah mampu meningkatkan investasi di semua sektor sektor
perekonomian di Kabupaten Buton Utara tentu akan lebih bias dalam meningkatkan
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
berikut:
tahun sebelumnya.
Kabupaten Buton Utara pada tahun 2009-2013 tidak cukup besar dalam
5.2. Saran
sarankan kepada:
61
62
DAFTAR PUSTAKA
Ali, Novia Hadji, 2014. Pengaruh Pengeluaran Konsumsi dan Investasi Pemerintah
Terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Kota Manado. Skripsi .pdf
Dessus,S., dan R.Herrera, 2000. Public Capital and Growth Revisited: A Panel Data
Faizal Noor, Henry, 2008, Ekonomi Manajerial, PT. RajaGrafindo Persada, Jakarta.
No 1, UII, Yogyakarta.
Jhingan, M.L, 1996, Ekonomi Pembangunan dan Perencanaan, Jakarta: PT Rajawali
Pers.
Indonesia.Jurnal Ekonomi.
Universitas Ekonomi.
Rustiono, Dedy. Tesis Analisis Pengaruh Investasi, Tenaga Kerja, dan Pengeluaran
Kajian Ekonomi dan Bisnis Vol.3 No.1 Tahun 2001, Universitas Sriwijaya.
Universitas Diponegoro.
Empiris Antar Propinsi di Indonesia, 1984- 2000. Jurnal Ekonomi dan Bisnis
http://id.wikipedia.org/wiki/Ekonomi_klasik
http://id.wikipedia.org/wiki/Pertumbuhan_ekonomi
http://www.bimbie.com/ekonomi-klasik.htm
http://invisblehand.blogspot.com/2011/11/ekonomi-makro.html
http://www.wordpress.com
REGRESSION
/DESCRIPTIVES MEAN STDDEV CORR SIG N
/MISSING LISTWISE
/STATISTICS COEFF OUTS CI R ANOVA ZPP
/CRITERIA=PIN(.05) POUT(.10)
/NOORIGIN
/DEPENDENT PDRB
/METHOD=ENTER I.P
/SCATTERPLOT=(*SDRESID ,*ZPRED)
Regression
[DataSet0]
Descriptive Statistics
Correlations
PDRB I.P
I.P .030 .
N PDRB 5 5
I.P 5 5
Variables Entered/Removedb
Variables
Model Variables Entered Removed Method
1 I.Pa . Enter
Model Summaryb
ANOVAb
Total 1.175E10 4
Coefficientsa
Standardized
Unstandardized Coefficients Coefficients
Casewise Diagnosticsa
Case
Number Std. Residual PDRB Predicted Value Residual
Charts