Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
Sejak tahun 1980 oleh IKEDA bersama koleganya di jepang fleksibel fiberoptic
bronchoscopy (FFB) telah menjadi berkembang dan sangat populer.Kemampuannya
memvisualisasi jalan napas telah membuatnnya berperan dalam pelaksanaan diagnostik yang tak
ternilai harganya .Keamanaan pelaksanaan tindakan FFB ini telah dibuktikan kepada beberapa
pasien sejak tahun 1980, dan tehnik ini dapat dilakukan tanpa seorang ahli anestesi. Biasanya
tindakan ini dilakukan melalui nasofaring walaupun demikian melalui oral route pun sering
dilaksanakan.Walaupun pelaksanan prosedur ini relatif aman ,beberapa komplikasi yang terjadi
telah dilaporkan bekisar 0,1- 11% Komplikasi yang mungkin terjadi seperti obstruksi jalan
napas,aritmia,Reaksi toksis oleh karena anastesi lokal,pneumotoraks,dan haemoptysis,Tetapi
dengan keahlian dan pengetahuan ahli yang lebih baik, beberapa komplikasi ini dapat dikurangi.
Kenyamanan pasien dalam tindakan FFB adalah sangat penting. Ketidak nyamanan seperti
batuk,muntah sering terjadi,untungnya pelaksanaan ini dapat dikurangi bila dilaksanakan
persiapan yang tepat dan sebelumnya pasien diterangkan segala tujuan dan komplikasi yang
dapat terjadi dari segala ketidakyamanan tersebut.
1
1.2 Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis dapat membuat rumusan masalah yaitu
sebagai berikut :
1. Apa defenisi dari bronkoskopi?
2. Apa saja indikasi, kontra indikasi dan komplikasi dari pemeriksaan bronkoskopi?
3. Apa saja yang di perlukakan dalam pemeriksaan bronkoskopi serta bagaimana prosedur
kerjanya?
4. Perawatan seperti apa yang dapat di lakukan pada klien yang telah melakukan
pemeriksaan bronkoskopi?
2
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
2.1 Defenisi
Kata bronkoskopi berasal dari bahasa Yunani; broncho yang berarti batang tenggorokan
dan scopos yang berarti melihat atau menonton. Jadi, bronkoskopi adalah pemeriksaan visual
jalan nafas atau saluran pernafasan paru yang disebut bronkus. Lebih khusus lagi, bronkoskopi
merupakan prosedur medis, yang dilakukan oleh dokter yang mempunyai kompetensi di
bidangnya dengan memeriksa bronkus atau percabangan paru-paru untuk tujuan diagnostik dan
terapeutik (pengobatan). Untuk prosedur ini dokter menggunakan bronkoskop, sejenis
endoskop, yang merupakan instrumen untuk pemeriksaan organ dalam tubuh. Tergantung pada
alasan medis atau indikasi klinis untuk bronkoskopi, dokter dapat menggunakan bronkoskopi
kaku (rigid) atau Fiber Optic Bronchoscopy (FOB).
2.2 Indikasi
Indikasi dari bronkoskopi adalah untuk membantu dalam menegakkan diagnosis, sebagai
terapeutik serta evaluasi pre operatif / post operasi.
1. Indikasi Diagnostik
Yang termasuk indikasi diagnostik bronkoskopi antara lain:
1) Batuk
2) Batuk darah yang tidak diketahui penyebabnya
3) Wheezing lokal dan stridor
4) Gambaran foto toraks yang abnormal
5) Obstruksi dan atelektasis
6) Adanya benda asing dalam saluran napas
7) Pemeriksaan Bronchoalveolar lavage (BAL)
8) Lymphadenopathy atau massa intrabronkial pada intra toraks
9) Karsinoma bronkhus
10) Ada bukti sitologi atau masih tersangka
11) Penentuan derajat karsinoma bronkus
12) Follow up karsinoma bronkus
3
2. Indikasi Terapi
Yang termasuk indikasi terapeutik bronkoskopi antara lain:
1) Mengeluarkan sekret/gumpalan mukus yang tertahan penyebab atelektasis,
pneumonia dan abses paru
2) Mengeluarkan benda asing pada trakeobronkial
3) Pemasangan stent pada trakeobronkial
4) Dilatasi bronkus dengan menggunakan balon
5) Kista pada mediastinum
6) Kista pada bronkus
7) Mengeluarkan sesuatu dengan bronkoskopi
8) Brachytherapy
9) Laser therapy
10) Abses paru
11) Trauma dada
12) Therapeutic lavage (pulmonary alveolar proteinosis)
2.3 Kontraindikasi
1. Kontra indikasi absolut antara lain :
1) Penderita kurang kooperatif
2) Keterampilan operator kurang
3) Fasilitas kurang memadai
4) Angina yang tidak stabil
5) Aritmia yang tidak terkontrol
6) Hipoksia yang tidak respon dengan pemberian oksigen
2. Kontra indikasi relatif antara lain :
1) Asma berat
2) Hiperkarbia berat
3) Koagulopati yang serius
4) Bulla emfisema berat
5) Obstruksi trakea
6) High Positive end-expiratory pressure
4
2.4 Komplikasi
1. Komplikasi akibat premedikasi
1) Depresi pernapasan
2) Hypotensi
3) Sinkope
4) Henti napas
2. Komplikasi akibat anestesi local
1) Spasme laring
2) Methemoglobinemia
3. Komplikasi akibat tindakan bronkhoskopi
1) Spasme laring
2) Gagal napas
3) Pneumonia
4) Pneumothorax
5) Perdarahan
6) Henti jantung (cardiac arrest)
7) Takikardi
5
12. Formulir status bronkoskopi
13. Fomulir tindakan bronkoskopi
6
11. Nilai keadaan pita suara,trakea dan kanina,bronkus kanan dan kiri beserta cabang
cabangnya sampai bronkus subsegmen
12. Membuat laporan bronkoskopi
7
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
8
DAFTAR PUSTAKA