You are on page 1of 3

Krui.

Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Pesisir Barat (Pesibar) menggelar rapat
paripurna dengan agenda penyampaian nota pengantar Laporan Keuangan dan Pertanggung
jawaban (LKPJ) atas pelaksanaan Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) Tahun
Anggaran 2016 di gedung wanita Krui Senin-Kamis,24- 27/07/2017)

Dalam laporan tersebut, Ketua DPRD Pesibar, Piddinuri, memimpin lansung sidang
paripurna. Selanjutnya Bupati Pesibar Agus Istiqlal menyampaikan realisasi pendapatan
daerah pada 2016 mencapai Rp738,44 miliar atau 96,36 persen dari target yang ditetapkan
sebesar Rp766,30 miliar.

Pendapatan tersebut meliputi diantaranya Pendapatan Asli Daerah (PAD) dengan realisasi
Rp20,71 miliar rupiah dari target sebesar Rp19,79 miliar rupiah atau sebesar 104,63 persen.
Realisasi yang melampaui target adalah pendapatan pajak daerah sebesar 109,57 persen, dan
lain-lain PAD yang sah 210,85 persen. Sementara pendapatan retribusi daerah hanya
terealisasi sebesar 67,28 persen. Adapun pendapatan daerah yang bersumber dari dana
perimbangan terealisasi Rp645,54) milar dari target Rp674,32 miliar. Lain-lain pendapatan
daerah yang sah terealisasi 100 persen sebesar Rp72,18 miliar.

Sementara realisasi belanja tidak langsung sebesar Rp284,27 miliar atau 81,52 persen dari
anggaran sebesar Rp348,70 miliar. Realisasi belanja langsung Rp448,47 miliar atau lebih dari
90 peren dari anggaran Rp496,16 miliar. dari sisi penerimaan terjadi defisit anggaran sebesar
Rp27,86 miliar, namun ada surplus belanja Rp112,11) miliar. "Secara keseluruhan, realisasi
APBD 2016 menunjukkan surplus sebesar Rp84,25 miliar yang sekaligus merupakan sisa
lebih perhitungan anggaran (silpa) 2016.

Adapun pandangan umum fraksi-fraksi terhadap LKPJ Pemerintah Pesibar tahun anggaran
2016 pada hari selasa, 25 juni 2017, Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) melihat
secara keseluruhan realisasi APBD kabupaten Pesisir Barat tahun anggaran 2016 menunjukan
surplus sebesar Rp. 84,25 miliar yang merupakan sisa lebih perhitungan anggaran tahun
2016.Selain itu, berdasarkan hasil LHP BPK tahun 2016 pemerintah Pesibar mendapat
presikat wajar dengan pengucualian (WDP) yang disebabkan berbagai faktor, baik kinerja
pemerintah daerah dan laporan keuangan yang belum optimal. Dengan itu, fraksi PDI
Perjuangan meminta Pemkab Pesibar untuk meningkatkan predikat menjadi opini tanpa
pengecualian (WTP) Di tahun mendatang.

Sedangkan pandangan umum fraksi Pesibar bersatu, bahwa LKPJ tahun anggaran 2016 dalam
menjalankan tugas pemerintah daerah hatus lebih kontrol dan terkendali. Keberhasilan yang
telah di capai untuk tetap di pertahankan dan kekurangan dapat di perbaiki guna mencapai
hasil yang lebih optimal. Selain itu juga, fraksi pesisir barat bersatu memberikan pandangan
agar pembangunan drainase di pekon-pekon pemkab pesisir barat ditata dengan baik, pegawai
tidak merangkap jabatan, serta pejabat kepala dinas terkait pembangunan untuk
memperhatikan bahan matrial terutama batu yang di pakai agar sesuai spesifikasi atau
menggunakan bahan matrial batu belah dalam melaksanakan kegiatan pembangun.

Sementara pandangan umum fraksi Grindra-PKS menekankan bahwa dalam hal kualitas
infrastruktur yang ada di Pesibar saat ini masih belum maksimal, banyak bangunan dan jalan
yang dibangun belum mencapai 1 tahun sudah rusak, dalam proses pelaksanaan kegiatan
tender realisasi anggaran harus mengikuti peraturan yang berlaku sehingga tidak terkesan
adanya pengondisian. Sedangkan untuk bidang pembangunan fisik yang belum selesai
pekerjaanya agar dicarikan solusi sehingga dapat digunakan dan bermanfast bagi masyarakat
Pesibar.

Terpisah, ketua DPRD Pesibar Piddinuri mengatakan, pada tahun anggaran 2016 pemkab
Pesibar untuk memenuhi amanat konstitusi kegagalan dan keberhasilan pencapaian indikator
kinerja akan menjadi acuan tindakan perbaikan ditahun mendatang. ” LKPj kepala daerah
merupakan progres atas kinerja pembangunan selama satu tahun dan menjadi kegiatan
evaluasi.

Berdasarkan Undang-undang (UU) nomor 33 tahun 2004 dan peraturan pemerintah nomor 58
tahun 2005 dimana pelaksanaan fungsi pembiayaan pembangunan desentralisasi daerah
dibiayai oleh APBD. Yang bersumber dari Pendapatan Asli Daerah (PAD), dana
perimbangan dan lain-lain pendaptan yang sah. Berdasarkan struktur keuangan daerah APBD
tahun anggaran 2016 yang meliputi Pendapatan Daerah, Belanja Daerah serta Pembiayaan
Daerah.

Lebih lanjut dikatakan Piddinuri. Dengan begitu capaian kinerja dapat dilihat dari beberapa
indikator diantaranya, sektor pembangunan, sektor Pertanian, Sektor Pendidikan dan Sektor
Kesehatan serta Indeks Pembangunan Manusia (IPM) .

Capaian positif dapat memberikan motivasi dan inspirasi baik namun demikian, pihakya juga
tetap waspada karena pada saat yang bersamaan juga dihadapkan dengan isu strategis yang
menjadi tantangan untuk pesibar diantaranya, kondisi infrastruktur daerah yang masih
terbatas dan daya beli masyarakat yang perlu terus ditingkatkan. (Azwan)

You might also like