You are on page 1of 7

LAPORAN PRAKTIK PENGOLAHAN SINYAL DIGITAL

“Transformasi Z 4.1 – 4.2”

Disusun Oleh :

NAMA : Mohammad Arif B

NIM : 16507134031

D3 TEKNIK ELEKTRONIKA
JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRONIKA DAN INFORMATIKA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

2018
NO Syntax Penjelasan Gambar
4.1 % Program 4.1 - Membuat variabel b sebagai
% Menghitung konstanta pembilang dengan nilai matriks[6,-
ekspansi pecahan parsial, pole
dan
10,2]
% direct term dari fungsi - Membuat variabel a sebagai penyebut
rasional dengan nilai matriks[1,-3,2,0]
b = [6,-10,2]; - Fungsi residu digunakan untuk
a = [1,-3,2,0]; mencari rasio ekspasi parsial dari dua
[r,p,k] = residue(b,a) polynomial

Tu % Program 4.1 - Membuat variabel b sebagai


gas % Menghitung konstanta pembilang dengan nilai matriks
ekspansi pecahan parsial, pole
1 dan
[0.6,0.8,-0.4,1]
% direct term dari fungsi - Membuat variabel a sebagai penyebut
rasional dengan nilai matriks[1,-0.7,-0.7,0.4]
b = [0.6,0.8,-0.4,1]; - Fungsi residu digunakan untuk
a = [1,-0.7,-0.7,0.4]; mencari rasio ekspasi parsial dari dua
[r,p,k] = residue(b,a) polynomial
4.2 % Program 4.2 - Membuat variabel zeta sebagai nilai
% Tanggapan waktu dari suatu koefisien redaman
sistem diskrit
zeta = 0.7; % koefisien
- Ts sebagai periode sampling bernilai
redaman 0.5
Ts = 0.5; - Variabel num sebagai pembilang
num = 1; dengan nilai 1
den = [1, 2*zeta, 1]; % system - Variabel den sebagai penyebut
orde 2
- Membuat sistem transfer num,den
sys = tf(num,den);
t = 0:Ts:19; - Variabel t sebagai periode,dengan
x = ones(size(t)); nilai 0 sampai 19 dengan kelipatan Ts
z = lsim(sys,x,t); - Variabel x berisi nilai matrik 1 dan
subplot(211), plot(t,x,t,z), panjang nya sebanyak t
grid; - Variabel z mensimulasikan (waktu)
[nd,dd] = respon dari sistem linear kontinu atau
c2dm(num,den,Ts,'zoh'); diskrit untuk input acak
n = 0:Ts:19;
xd = ones(size(n));
- Menampilkan grafik pada subplot
z1 = filter(nd,dd,xd); kolom 1 baris 1 (t,x,t,z)
subplot(212), - Fungsi c2dm berfungsi sebagai
plot(n,xd,n,z1,'o-'), grid; pengubah waktu kontinyu ke waktu
diskrit
- n merupakan panjang sinyal dengan
nilai 0 sampai 19 kelipatan Ts
- variabel xd berisi nilai matriks 1 dan
panjangnya sebanyak n
- z1 berisi data nd,dd,xd yang sudah
difilter
- menampilakan grafik pada subplot
kolom 1 baris 2
4.2 % Tanggapan waktu dari suatu Zeta merupakan nilai yang mempengaruhi
sistem diskrit zeta = 2 respon menuju keadaan stabil
zeta = 2; % koefisien redaman
Ts = 0.5;
num = 1; Pada zeta=2, sistem langsung menuju keadaan
den = [1, 2*zeta, 1]; % system stabil
orde 2
sys = tf(num,den);
t = 0:Ts:19;
x = ones(size(t));
z = lsim(sys,x,t);
subplot(211), plot(t,x,t,z),
grid;
[nd,dd] =
c2dm(num,den,Ts,'zoh');
n = 0:Ts:19;
xd = ones(size(n));
z1 = filter(nd,dd,xd);
subplot(212),
plot(n,xd,n,z1,'o-'), grid;
4.2 % Program 4.2 Sedangkan pada zeta=0,2, sistem akan
% Tanggapan waktu dari suatu mengalami keadaan overshoot yang kemudian
sistem diskrit
zeta = 0.2; % koefisien
menuju keadaan stabil
redaman
Ts = 0.5;
num = 1;
den = [1, 2*zeta, 1]; % system
orde 2
sys = tf(num,den);
t = 0:Ts:19;
x = ones(size(t));
z = lsim(sys,x,t);
subplot(211), plot(t,x,t,z),
grid;
[nd,dd] =
c2dm(num,den,Ts,'zoh');
n = 0:Ts:19;
xd = ones(size(n));
z1 = filter(nd,dd,xd);
subplot(212),
plot(n,xd,n,z1,'o-'), grid;
4.2 foh Foh pada fungsi c2dm berguna sebagai
zeta = 0.2; % koefisien konversi waktu diskrit ke kontinyu dengan
redaman
Ts = 0.5;
asumsi urutan awal tergantung pada nilai
num = 1; input
den = [1, 2*zeta, 1]; % system
orde 2
sys = tf(num,den);
t = 0:Ts:19;
x = ones(size(t));
z = lsim(sys,x,t);
subplot(211), plot(t,x,t,z),
grid;
[nd,dd] =
c2dm(num,den,Ts,'foh');
n = 0:Ts:19;
xd = ones(size(n));
z1 = filter(nd,dd,xd);
subplot(212),
plot(n,xd,n,z1,'o-'), grid;
4.2 tustin Fungsi c2dm dengan ‘tustin’, yaitu suatu
zeta = 0.2; % koefisien metode konversi waktu kontinyu ke waktu
redaman
Ts = 0.5;
diskrit dengan bilinier pendekatan ke turunan
num = 1;
den = [1, 2*zeta, 1]; % system
orde 2
sys = tf(num,den);
t = 0:Ts:19;
x = ones(size(t));
z = lsim(sys,x,t);
subplot(211), plot(t,x,t,z),
grid;
[nd,dd] =
c2dm(num,den,Ts,'tustin');
n = 0:Ts:19;
xd = ones(size(n));
z1 = filter(nd,dd,xd);
subplot(212),
plot(n,xd,n,z1,'o-'), grid;

matched Fungsi c2dm dengan ‘matched’, yaitu suatu


zeta = 0.2; % koefisien metode konversi system Single-Output (SISO)
redaman
Ts = 0.5;
ke waktu diskrit dengan metode pole-zero
num = 1; yang cocok
den = [1, 2*zeta, 1]; % system
orde 2
sys = tf(num,den);
t = 0:Ts:19;
x = ones(size(t));
z = lsim(sys,x,t);
subplot(211), plot(t,x,t,z),
grid;
[nd,dd] =
c2dm(num,den,Ts,'matched');
n = 0:Ts:19;
xd = ones(size(n));
z1 = filter(nd,dd,xd);
subplot(212),
plot(n,xd,n,z1,'o-'), grid;
Kesimpulan

Dari praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa Zeta merupakan nilai yang
mempengaruhi respon menuju keadaan stabil. Ada beberapa konversi waktu kontinyu ke waktu
diskrit yang digunakan yaitu,zoh,foh,tustin dan matched.

You might also like