Professional Documents
Culture Documents
Jonet Prasetyo
Alumni Magister Manajemen Pendidikan FKIP Universitas Kristen Satya Wacana
Sutriyono
Magister Manajemen Pendidikan FKIP Universitas Kristen Satya Wacana
sutriyono@staff.uksw.edu
ABSTRAK
Penelitian ini merupakan jenis penelitian eksperimen dengan menggunakan desain penelitian
Quasi Experimental Nonequivalent Control Group Design. Tujuan dari penelitian ini yaitu
untuk mengetahui perbedaan hasil belajar siswa pada matapelajaran matematika, setelah diajar
dengan menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif tipe STAD dan Model Pembelajaran
Kooperatif Tipe NHT. Populasi penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Getasan,
dengan dua kelas eksperimen yaitu kelas VIII A yang memperoleh perlakuan berupa
Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD dan Kelas V III F yang memperoleh perlakuan berupa
Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT. Teknik pengumpulan data menggunakan instrumen tes,
yang meliputi pretes dan postes. Untuk analisis data menggunakan uji beda t-test. Dari hasil
penelitian menyatakan bahwa, terdapat perbedaan signifikan antara hasil belajar siswa yang
diajar menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD dan Model Pembelajaran
Kooperatif Tipe NHT pada mata pelajaran matematika. Nilai rata-rata hasil belajar matematika
siswa yang diajar menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD lebih baik, daripada
siswa yang diajar dengan menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT.
Kata Kunci: pembelajaran kooperatif Tipe STAD, pembelajaran kooperatif Tipe NHT, hasil
belajar
108
Perbandingan hasil belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Jonet Prasetyo & Sutriyono)
berminat untuk mengikuti pelajaran mate- siswa secara mandiri maupun kerjasama ke-
matika. lompok. Model pembelajaran yang akan di-
Berdasarkan hasil observasi yang telah gunakan dalam penelitian ini adalah model
dilakukan di SMP Negeri 1 Getasan, diketahui pembelajaran kooperatif tipe STAD dan NHT.
bahwa ada beberapa siswa yang tidak selalu Berdasarkan kedua model pembelajaran ter-
dapat memahami apa yang disampaikan sebut, penulis akan membandingkan hasil
pengajar. Kebanyakan siswa di lapangan lebih belajar siswa yang diajar menggunakan model
sering menghafal konsep, ketimbang mema- pembelajaran kooperatid tipe STAD dan NHT
hami apa yang disampaikan pengajar di depan pada mata pelajaran matematika kelas VIII di
kelas. Hal tersebut berakibat siswa terlihat SMP Negeri 1 Getasan. Tujuan penelitian ada-
kesulitan untuk mengerjakan soal, ketika lah untuk mendapatkan perbandingan hasil
diberikan bentuk soal berbeda dari contoh soal belajar siswa dengan menggunakan model
yang disampaikan di depan kelas. Akibat dari pembelajaran kooperatif tipe STAD dan NHT
kurang mampunya siswa dalam memahami pada mata pelajaran matematika kelas VIII
materi yang disampaikan pengajar adalah di SMP Negeri 1 Getasan.
penurunan hasil belajar atau prestasi siswa.
Oleh karena hal tersebut perlu diperhatikan TINJAUAN PUSTAKA
faktor-faktor yang mempengaruhi proses Pembelajaran Matematika
belajar siswa, agar siswa dapat memahami Matematika merupakan salah satu jenis
konsep materi yang disampaikan pengajar dari enam materi ilmu yaitu: matematika,
dalam proses pembelajaran, sehingga diperoleh fisika, biologi, psikologi, ilmu-ilmu sosial dan
prestasi atau hasil belajar siswa yang maksimal. linguistik. Didasarkan pada pandangan
Menurut Slameto (2003) faktor-faktor yang konstruktivisme, hakikat matematika yakni
mempengaruhi prestasi atau hasil belajar dapat anak yang belajar matematika dihadapkan pada
dikelompokkan dalam dua jenis, yaitu faktor masalah tertentu berdasarkan konstruksi
internal dan faktor eksternal. Faktor internal, pengetahuan yang diperolehnya ketika belajar,
yaitu faktor yang ada dalam individu yang dan anak berusaha memecahkannya (Hamzah,
sedang belajar. Faktor internal meliputi faktor 2007). Melalui proses belajar matematika
jasmaniah, psikologis, dan faktor kelelahan. peserta didik dapat memiliki sarana berpikir
Faktor eksternal, yaitu faktor dari luar individu yang jelas dan logis, sehingga diharapkan
yang terdiri dari faktor keluarga, sekolah, dan peserta didik dapat memecahkan masalah
faktor masyarakat. dalam kehidupan sehari-hari. Pembelajaran
Menurut Pandoyo (1997) matematika matematika yang dilakukan di sekolah, hen-
merupakan mata pelajaran yang bersifat daknya dapat mendorong peserta didik untuk
abstrak, sehingga dituntut kemampuan guru berpikir secara kritis, kreatif, dan mempunyai
untuk dapat mengupayakan model yang tepat kemampuan kerjasama.
sesuai dengan tingkat perkembangan mental Ciri utama matematika adalah penalaran
siswa. Untuk itu diperlukan model dan media deduktif yaitu kebenaran suatu konsep, atau
pembelajaran yang dapat membantu siswa pernyataan yang diperoleh sebagai akibat logis
untuk mencapai kompetensi dasar dan dari kebenaran sebelumnya. Namun demikian,
indikator pembelajaran. Oleh karena karena dalam pembelajaran pemahaman konsep
itu, penulis melakukan penelitian dengan sering diawali secara induktif melalui penga-
model pembelajaran lebih bervariasi, yang laman peristiwa nyata. Proses induktif-deduktif
diharapkan dapat meningkatkan kreativitas dapat digunakan untuk mempelajari konsep
109
Satya Widya, Vol. 29, No.2, Desember 2013: 108-119
matematika. Selama mempelajari matematika sifat obyektif, jujur, disiplin dalam memecah-
di kelas, aplikasi hasil rumus atau sifat yang kan suatu permasalahan baik dalam bidang
diperoleh dari penalaran deduktif maupun matematika, bidang lain, maupun dalam
induktif sering ditemukan meskipun tidak kehidupan sehari-hari (PPPG, 2004).
secara formal hal ini disebut dengan belajar
bernalar (Depdiknas, 2003). Sedangkan pem- Pembelajaran Kooperatif
belajaran ialah proses yang diselenggarakan Menurut Abdurrahman dan Bintoro
oleh guru untuk membelajarkan siswa dalam batasan model pembelajaran kooperatif yaitu
belajar bagaimana belajar memperoleh dan sebagai pembelajaran yang secara sadar dan
memproses pengetahuan, keterampilan, dan sistematis mengembangkan interaksi yang silih
sikap (Dimyati dan Mudjiono, 2002). Dari asah, silih asih, dan silih asuh antar sesama
beberapa uraian pendapat di atas dapat di- siswa sebagai latihan hidup dalam masyarakat
simpulkan bahwa pembelajaran matematika nyata (Nurhadi dan Senduk, 2003).
adalah suatu proses yang diselenggarakan oleh Abdurrahman dan Bintoro mengemuka-
pengajar untuk membelajarkan peserta didik kan bahwa “kelompok belajar siswa kooperatif
guna memperoleh ilmu pengetahuan dan ke- memiliki beberapa perbedaan dari pada
terampilan matematika, serta berpikir secara kelompok tradisional”. Perbedaan tersebut
jelas, logis, kritis, dan kreatif dalam memecah- dapat dilihat pada Tabel 1.
kan masalah pada kehidupan sehari-hari. Menurut Sanjaya (2008) keunggulan dan
Tujuan pembelajaran matematika itu sendiri kelemahan pembelajaran kooperatif adalah
adalah terbentuknya kemampuan bernalar pada sebagai berikut:
diri siswa yang tercermin melalui kemampuan Keunggulan yaitu siswa tidak terlalu
berpikir kritis, logis, sistimatis dan memiliki menggantungkan pada guru, akan tetapi dapat
Guru melakukan observasi dan intervensi Guru sering tidak melakukan observasi dan
kelompok. intervensi kelompok.
Guru memperhatikan keefektifan proses Guru sering tidak peduli dengan keefektifan proses.
kelompok belajar.
Sumber:Nurhadi, dkk. 2003:62
110
Perbandingan hasil belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Jonet Prasetyo & Sutriyono)
111
Satya Widya, Vol. 29, No.2, Desember 2013: 108-119
Fase ke-4: membimbing setiap kelompok kooperatif. (3) Melalui kerjasama secara koo-
belajar untuk belajar dan bekerja. peratif ini, kemungkinan konstruksi penge-
Fase ke-5: mengevaluasi hasil belajar dan tahuan menjadi lebih besar atau kemungkinan
kerja masing-masing kelompok. untuk siswa dapat sampai pada kesimpulan
Fase ke-6: Guru memberikan penghargaan yang diharapkan. (4) Memberikan kesempatan
kepada para siswa baik sebagai pada siswa untuk menggunakan keterampilan
individu maupun kelompok, karena bertanya, berdiskusi, dan mengembangkan
usaha yang telah mereka lakukan bakat kepemimpinan.
maupun karena hasil yang telah Kelemahan atau kekurangan model pem-
mereka capai. belajaran kooperatif tipe NHT yaitu: (1) Siswa
yang pandai cenderung mendominasi sehingga
Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT dapat menimbulkan sikap minder dan pasif dari
Pembelajaran kooperatif tipe NHT siswa yang lemah. (2) Proses diskusi tidak
menurut Isjoni (2010) adalah suatu model dapat berjalan dengan lancar, jika ada siswa
pembelajaran dimana siswa dalam kelompok yang sekedar menyalin pekerjaan siswa yang
kecil terdiri 4-6 orang, siswa belajar dan pandai tanpa memiliki pemahaman yang
bekerja secara kolaboratif dengan struktur memadai. (3) Pengelompokan siswa memer-
kelompok yang heterogen. Tujuan pembelajar- lukan pengaturan tempat duduk yang berbeda-
an kooperatif adalah untuk meningkatkan beda serta membutuhkan waktu khusus.
partisipasi siswa dan mempersiapkan siswa Hasil Belajar
agar memiliki sifat kepemimpinan. Pembela-
jaran kooperatif tipe Numbered Head Together Belajar adalah suatu proses usaha yang
(NHT) merupakan salah satu teknik pem- dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu
belajaran kooperatif, dimana melibatkan lebih perubahan tingkah laku yang baru secara
banyak siswa dalam menelaah materi yang keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya
tercakup dalam suatu pelajaran, dan mengecek sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya
pemahaman mereka terhadap isi pelajaran (Daryanto, 2010). Djamarah (2008) mengata-
tersebut. Menurut Trianto (2007) sintaks NHT kan bahwa belajar adalah serangkaian kegiatan
terbagi menjadi empat fase berikut: jiwa raga untuk memperoleh suatu perubahan
tingkah laku, sebagai hasil dari pengalaman
Fase Ke-1: Penomoran.
individu dalam interaksi dengan lingkungannya
Fase ke-2: Mengajukan pertanyaan.
yang menyangkut kognitif, afektif, dan psiko-
Fase ke-3: Berpikir bersama.
motor. Slameto (2010) menyatakan bahwa
Fase ke-4: Menjawab.
belajar merupakan suatu proses perubahan,
Berikut dijelaskan keunggulan atau
yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari
kelebihan dan kelemahan atau kekurangan
interaksi dengan lingkungannya dalam meme-
model pembelajaran kooperatif tipe NHT
nuhi kebutuhan. Dari beberapa uraian pernya-
menurut Arends (2008).
taan di atas dapat disimpulkan bahwa belajar
Keunggulan atau kelebihan model
adalah serangkaian kegiatan jiwa raga untuk
pembelajaran kooperatif tipe NHT yaitu: (1)
memperolah suatu perubahan tingkah laku
Terjadinya interaksi antara siswa melalui
yang baru secara keseluruhan, dalam me-
diskusi atau siswa secara bersama-sama dalam
menuhi kebutuhan.
menyelesaikan masalah yang dihadapi. (2)
Faktor-faktor yang mempengaruhi
Siswa pandai maupun siswa lemah sama-sama
belajar dan hasil belajar menurut Djamarah
memperoleh manfaat melalui aktivitas belajar
112
Perbandingan hasil belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Jonet Prasetyo & Sutriyono)
(2008) adalah: faktor lingkungan, instrumental, Teknik yang digunakan dalam pengum-
fisiologis, psikologis. Sedangkan menurut pulan data adalah tes, dan observasi secara
menurut Slameto (2010) faktor-faktor yang langsung. Penelitian ini menggunakan teknik
mempengaruhi hasil belajar dapat dibagi tes (pre-tes dan post-tes), dan observasi sebagai
menjadi dua macam yaitu faktor yang berasal teknik pelengkap untuk memperkuat dan
dari diri siswa (intern) yang terdiri dari: faktor mengetahui keadaan siswa.
jasmani, psikologi, dan faktor yang berasal dari Pengujian instrumen terdiri dari uji vali-
luar diri siswa (ekstern) yaitu: Faktor keluarga, ditas dan uji reliabilitas. Uji validitas dilakukan
faktor sekolah, faktor masyarakat. untuk menunjukkan sejauh mana skor atau nilai
Selain faktor-faktor yang telah diuraikan atau ukuran yang diperoleh benar-benar
di atas, ada faktor lain yang tidak kalah penting menyatakan hasil pengukuran atau pengamatan
berpengaruhnya terhadap hasil belajar. Faktor yang ingin diukur (Agung, 1990). Butir-butir
tersebut yaitu penggunaan model pembelajaran soal dinyatakan valid apabila nilai dari korelasi
yang tepat pada saat proses pembelajaran. item total > 0,3 (Guilford,1954). Sedangkan
uji reliabilitas merupakan indeks yang menun-
METODE jukkan sejauh mana suatu alat pengukur dapat
Jenis penelitian ini adalah penelitian dipercaya atau dapat diandalkan (Singarimbun,
eksperimen. Penelitian ini menggunakan 1989). Pada penelitian ini peneliti meng-
desain penelitian Quasi Experimental Design. gunakan bantuan SPSS 19 untuk menentukan
Oleh karena desain ini hampir sama bentuknya validitas dan reliabilitas tiap-tiap soal yang
dengan pretest-postest control group design, diberikan kepada siswa, yaitu dengan teknik
hanya pada desain ini kelompok eksperimen pengujian cronbanch alpha. Rumus untuk
maupun kelompok kontrol tidak dipilih secara menghitung koefisien reliabilitas instrument
random. Dalam desain ini, baik kelompok dengan menggunakan cronbanch alpha adalah
eksperimental maupun kelompok kontrol sebagai berikut:
dibandingkan, kendati kelompok tersebut
k b2
dipilih dan ditempatkan tanpa melalui random. ra 1 2 ……………… (1)
Dua kelompok yang ada diberi pretest, k 1 t
kemudian diberikan perlakuan, dan terakhir Keterangan:
diberikan postes. ra = koefisien reliabilitas instrument (cronbanch
alpha)
Desain penelitian k = banyak butir soal atau pertanyaan
Kelompok Pretes Perlakuan Postest t2 = total variansi butir soal atau pertanyaan
Kelas A O1 X1 O2 t2 = variansi butir soal atau pertanyaan
Kelas F O1 X2 O2
Keterangan: O1= Pretest Setelah didapatkan hasil perhitungan ra,
X1= Pembelajaran dengan model STAD
X2= Pembelajaran dengan model NHT
kemudian dikonsultasikan ke Tabel r product
O2= Postest moment. Bila ra dihitung lebih besar dari rtable,
maka dapat dikatakan bahwa butir-butir soal
Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VIII
tes adalah reliable. Adapun tolok ukur untuk
SMP Negeri 1 Getasan, dengan kelas VIII A
menginterpretasikan kriteria reliabilitas instru-
yang diajar dengan model STAD dan Kelas VIII
ment menurut Suharsimi Arikunto (2003)
F dengan model NHT. Masing-masing kelas
dibagi menjadi beberapa interval seperti
terdiri dari 32 siswa.
berikut:
113
Satya Widya, Vol. 29, No.2, Desember 2013: 108-119
0,80 <ra d” 1,00= Sangat Tinggi Analisis data merupakan langkah yang
0,60 <ra< 0,8 = Tinggi sangat penting dalam penelitian, setelah data
0,40 <ra< 0,6 = Sedang terkumpul lengkap, data harus dianalisis baik
0,20 <ra< 0,4 = Rendah menggunakan analisis kualitatif maupun kuan-
0,00 <ra< 0,2 = Sangat rendah titatif. Proses pengorganisasian dan mengurut-
Sebelum instrumen digunakan dalam kan data ke dalam pola, kategori dan satuan
penelitian, terlebih dahulu dilakukan uji coba dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat
di lapangan. Hal tersebut dilakukan untuk dirumuskan hipotesis seperti sasaran data
mengetahui kesahihan dan kehandalan (Iqbal, 2002). Data yang telah terkumpul diolah
instrumen melalui uji validitas dan reliabilitas. dan dianalisis menggunakan uji t (dua arah).
Hal tersebut dilakukan karena dengan meng-
gunakan uji t dapat diperkirakan interval rata-
Tabel 2. Hasil Uji validitas tiap butir soal rata data yang diperoleh, menguji hipotesis
Soal no Total item
tentang rata-rata suatu sampel, dan menunjuk-
Keterangan kan batas penerimaan suatu hipotesis. Selain
Ke korelasi
1 0,35 Valid
itu dengan penggunaan uji-t peneliti dapat
2 0,36 Valid menguji suatu pernyataan apakah sudah layak
3 0,38 Valid untuk dipercaya atau belum.
4 0,50 Valid
5 0,41 Valid
Uji homogenitas digunakan untuk
6 0,33 Valid menen-tukan kehomogenan data yang terdiri
7 0,39 Valid dari dua kelas atau untuk mengetahui keadaan
8 0,40 Valid
9 0,44 Valid
varians kedua kelompok sama atau berbeda.
10 0,49 Valid Uji statistik dengan menguji uji-F sebagai
Sumber: Data primer yang diolah, 2013 berikut:
114
Perbandingan hasil belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Jonet Prasetyo & Sutriyono)
115
Satya Widya, Vol. 29, No.2, Desember 2013: 108-119
skor pretes dan postes kedua kelas berasal dari kecil dari nilai α = 0.05. Jadi dapat disimpul-
varians yang homogen. Untuk langkah selan- kan, bahwa kedua kelas memiliki kemampuan
jutnya akan dilakukan uji normalitas. Hal yang berbeda, setelah diberi perlakuan yang
tersebut dilakukan untuk mengetahui apakah berbeda pula. Sebelum melakukan uji hipotesis
masing-masing kelas memiliki distribusi terhadap kedua kelas, maka terlebih dahulu
normal atau tidak. Berikut ditunjukkan pada dilakukan pencapaian skor (gain), baik pada
Tabel 5 secara ringkas, hasil uji normalitas kelas STAD maupun NHT. Rangkuman rataan
kelas STAD dan NHT. gain dari hasil belajar matematika masing-
Tabel 5. Hasil Uji Normalitas Pretes dan Postes
masing kelas dapat dilihat pada Tabel 7.
Kelas STAD dan NHT Tabel 7. Rataan Gain Hasil Belajar Matematika
Pretest Postes
Kelas Kelas Kelas Kelas Standar
Kelas Mean Deviasi N
STAD NHT STAD NHT
N 32 32 32 32 STAD 25.31 29.510 32
Kolmogorov - NHT 11.88 12.556 32
0.870 1.165 1.129 1.252
Smirnov Sumber: Data primer yang diolah, 2013
Sig. (2 -tailed) 0.435 0.132 0.156 0.087
Sumber: Data primer yang diolah, 2013 Dari Tabel 7 dapat diambil kesimpulan
bahwa rataan gain peningkatan hasil belajar
Dari Tabel 5 nampak bahwa skor pretes
dengan model pembelajaran STAD sebesar
dan postes hasil belajar siswa kelas STAD dan
25.31, terlihat lebih tinggi dibandingkan
NHT, memiliki nilai signifikansi yang lebih
dengan pembelajaran model NHT sebesar
besar dari α = 0.05 sehingga H0 dapat diterima.
11.88. Adapun hasil uji-t dengan menggunakan
Hal ini menunjukkan bahwa data skor pretes
Paired Sampel T-test dengan bantuan software
dan postes hasil belajar siswa kelas STAD dan
SPSS, dapat dilihat pada Tabel 8.
NHT berdistribusi normal.
Berdasarkan Tabel 8 tersebut, dapat diuji
Selanjutnya untuk menguji nilai tes
apakah ada perbedaan rata-rata skor pada kelas
awal antara kelas STAD dan NHT apakah
STAD dan NHT dengan taraf signifikansi
memiliki kemampuan awal yang sama atau
kepercayaan sebesar 95 persen. Langkah awal
tidak, maka dilakukan uji kesamaan rataan
dilakukan dengan menyusun hipotesis yang
pretes dengan uji-t, yaitu menggunakan
Compare Mean Paired Samples Test dengan dirumuskan untuk pengujian, menggunakan
taraf signifikansi α = 0.05. Adapun hasil pretes perbedaan mean atau rata-rata hitung, seperti
kelas STAD dan NHT, ditunjukkan pada Tabel berikut:
6 berikut. H0 : µ 1 = µ 2 Tidak ada perbedaan hasil belajar
siswa pada matapelajaran
Tabel 6. Hasil Uji Beda Postes STAD dan NHT
matematika yang diajar meng-
STAD NHT gunakan model pembelajaran
Sig. (2-
Standar Standar
Rerata Rerata tailed) kooperatif tipe STAD di kelas
Deviasi Deviasi
88.13 10.298 73.13 9.980 0.000 VIII A, dan model pembelajar-
Sumber: Data primer yang diolah, 2013
an kooperatif tipe NHT di
kelas VIII F, di SMP Negeri 1
Dari Tabel 6 tampak bahwa hasil postes Getasan.
kedua kelas cukup berbeda jauh. Perbedaan ini
signifikan antara kelas STAD dan NHT. Hasil H1 : µ 1 µ 2 Ada perbedaan hasil belajar
uji beda rataan yang diperoleh memiliki nilai siswa pada matapelajaran mate-
signifikansi sebesar 0.000, hal ini berarti lebih matika yang diajar meng-
116
Perbandingan hasil belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Jonet Prasetyo & Sutriyono)
gunakan model pembelajaran memberikan hasil yang lebih baik jika dibanding-
kooperatif tipe STAD di kelas kan dengan pembelajaran model NHT. Hal
VIII A, dan model pembe- tersebut juga ditunjukkan dari hasil perhitungan
lajaran kooperatif tipe NHT di yang diperoleh, yaitu terdapat perbedaan
kelas VIII F, di SMP Negeri 1 signifikan antara kedua kelas. Kelas STAD
Getasan. memperoleh gain sebesar 25.31, sedangkan kelas
Keputusan diambil dengan melakukan NHT dengan gain sebesar 11.88.
pembandingan dari nilai t hitung dengan ttabel.
118
Perbandingan hasil belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Jonet Prasetyo & Sutriyono)
Singarimbun, Masri dkk. 1989. Metode Tim PPPG Matematika. 2004. PPPG Mate-
Penelitian survei, Cetakan Ke-18, matika, Model-Model Pembelajaran
Februari 2006(Edisi Revisi). Jakata: Matematika. Yogyakarta: PPPG Mate-
LP3ES. matika.
Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-Faktor Trianto. 2007. Model-model Pembelajaran
yang Mempengaruhinya. Jakarta: Inovatif Berorientasi Konstruktivistik.
Rineka Cipta. Jakarta: Prestasi Pustaka.
_____. 2010. Belajar dan Faktor-Faktor yang
Mempengaruhinya. Jakarta: PT Rineka
Cipta.
***
119