You are on page 1of 12

PERBANDINGAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MENGGUNAKAN

MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD DAN


PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NHT TERHADAP HASIL BELAJAR
SISWA PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA KELAS VIII
DI SMP NEGERI 1 GETASAN

Jonet Prasetyo
Alumni Magister Manajemen Pendidikan FKIP Universitas Kristen Satya Wacana
Sutriyono
Magister Manajemen Pendidikan FKIP Universitas Kristen Satya Wacana
sutriyono@staff.uksw.edu

ABSTRAK
Penelitian ini merupakan jenis penelitian eksperimen dengan menggunakan desain penelitian
Quasi Experimental Nonequivalent Control Group Design. Tujuan dari penelitian ini yaitu
untuk mengetahui perbedaan hasil belajar siswa pada matapelajaran matematika, setelah diajar
dengan menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif tipe STAD dan Model Pembelajaran
Kooperatif Tipe NHT. Populasi penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Getasan,
dengan dua kelas eksperimen yaitu kelas VIII A yang memperoleh perlakuan berupa
Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD dan Kelas V III F yang memperoleh perlakuan berupa
Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT. Teknik pengumpulan data menggunakan instrumen tes,
yang meliputi pretes dan postes. Untuk analisis data menggunakan uji beda t-test. Dari hasil
penelitian menyatakan bahwa, terdapat perbedaan signifikan antara hasil belajar siswa yang
diajar menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD dan Model Pembelajaran
Kooperatif Tipe NHT pada mata pelajaran matematika. Nilai rata-rata hasil belajar matematika
siswa yang diajar menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD lebih baik, daripada
siswa yang diajar dengan menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT.
Kata Kunci: pembelajaran kooperatif Tipe STAD, pembelajaran kooperatif Tipe NHT, hasil
belajar

PENDAHULUAN dini (Dekdikbud, 2006). Untuk saat ini upaya


untuk meningkatkan kemampuan akademis
Matematika merupakan ilmu universal peserta didik pada mata pelajaran matematika
yang mendasari perkembangan teknologi sudah digunakan berbagai model pembelajar-
modern, serta mempunyai peran penting dalam an, seperti model pembelajaran kontekstual,
berbagai disiplin dan memajukan daya pikir kooperatif, terpadu, kuantum dan model
manusia. Perkembangan pesat di bidang tek- pembelajaran berbasis masalah. Akan tetapi
nologi informasi dan komunikasi dewasa ini kenyataan yang dijumpai di lapangan adalah,
dilandasi oleh perkembangan matematika di sebagian besar pengajaran matematika yang
bidang teori bilangan, aljabar, analisis, teori dilakukan oleh pengajar diberikan secara
peluang, dan diskrit. Untuk menguasai dan klasikal melalui model ceramah. Akibatnya
menciptakan teknologi di masa depan diper- siswa menjadi bosan, sehingga siswa kurang
lukan penguasaan matematika yang kuat sejak

108
Perbandingan hasil belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Jonet Prasetyo & Sutriyono)

berminat untuk mengikuti pelajaran mate- siswa secara mandiri maupun kerjasama ke-
matika. lompok. Model pembelajaran yang akan di-
Berdasarkan hasil observasi yang telah gunakan dalam penelitian ini adalah model
dilakukan di SMP Negeri 1 Getasan, diketahui pembelajaran kooperatif tipe STAD dan NHT.
bahwa ada beberapa siswa yang tidak selalu Berdasarkan kedua model pembelajaran ter-
dapat memahami apa yang disampaikan sebut, penulis akan membandingkan hasil
pengajar. Kebanyakan siswa di lapangan lebih belajar siswa yang diajar menggunakan model
sering menghafal konsep, ketimbang mema- pembelajaran kooperatid tipe STAD dan NHT
hami apa yang disampaikan pengajar di depan pada mata pelajaran matematika kelas VIII di
kelas. Hal tersebut berakibat siswa terlihat SMP Negeri 1 Getasan. Tujuan penelitian ada-
kesulitan untuk mengerjakan soal, ketika lah untuk mendapatkan perbandingan hasil
diberikan bentuk soal berbeda dari contoh soal belajar siswa dengan menggunakan model
yang disampaikan di depan kelas. Akibat dari pembelajaran kooperatif tipe STAD dan NHT
kurang mampunya siswa dalam memahami pada mata pelajaran matematika kelas VIII
materi yang disampaikan pengajar adalah di SMP Negeri 1 Getasan.
penurunan hasil belajar atau prestasi siswa.
Oleh karena hal tersebut perlu diperhatikan TINJAUAN PUSTAKA
faktor-faktor yang mempengaruhi proses Pembelajaran Matematika
belajar siswa, agar siswa dapat memahami Matematika merupakan salah satu jenis
konsep materi yang disampaikan pengajar dari enam materi ilmu yaitu: matematika,
dalam proses pembelajaran, sehingga diperoleh fisika, biologi, psikologi, ilmu-ilmu sosial dan
prestasi atau hasil belajar siswa yang maksimal. linguistik. Didasarkan pada pandangan
Menurut Slameto (2003) faktor-faktor yang konstruktivisme, hakikat matematika yakni
mempengaruhi prestasi atau hasil belajar dapat anak yang belajar matematika dihadapkan pada
dikelompokkan dalam dua jenis, yaitu faktor masalah tertentu berdasarkan konstruksi
internal dan faktor eksternal. Faktor internal, pengetahuan yang diperolehnya ketika belajar,
yaitu faktor yang ada dalam individu yang dan anak berusaha memecahkannya (Hamzah,
sedang belajar. Faktor internal meliputi faktor 2007). Melalui proses belajar matematika
jasmaniah, psikologis, dan faktor kelelahan. peserta didik dapat memiliki sarana berpikir
Faktor eksternal, yaitu faktor dari luar individu yang jelas dan logis, sehingga diharapkan
yang terdiri dari faktor keluarga, sekolah, dan peserta didik dapat memecahkan masalah
faktor masyarakat. dalam kehidupan sehari-hari. Pembelajaran
Menurut Pandoyo (1997) matematika matematika yang dilakukan di sekolah, hen-
merupakan mata pelajaran yang bersifat daknya dapat mendorong peserta didik untuk
abstrak, sehingga dituntut kemampuan guru berpikir secara kritis, kreatif, dan mempunyai
untuk dapat mengupayakan model yang tepat kemampuan kerjasama.
sesuai dengan tingkat perkembangan mental Ciri utama matematika adalah penalaran
siswa. Untuk itu diperlukan model dan media deduktif yaitu kebenaran suatu konsep, atau
pembelajaran yang dapat membantu siswa pernyataan yang diperoleh sebagai akibat logis
untuk mencapai kompetensi dasar dan dari kebenaran sebelumnya. Namun demikian,
indikator pembelajaran. Oleh karena karena dalam pembelajaran pemahaman konsep
itu, penulis melakukan penelitian dengan sering diawali secara induktif melalui penga-
model pembelajaran lebih bervariasi, yang laman peristiwa nyata. Proses induktif-deduktif
diharapkan dapat meningkatkan kreativitas dapat digunakan untuk mempelajari konsep

109
Satya Widya, Vol. 29, No.2, Desember 2013: 108-119

matematika. Selama mempelajari matematika sifat obyektif, jujur, disiplin dalam memecah-
di kelas, aplikasi hasil rumus atau sifat yang kan suatu permasalahan baik dalam bidang
diperoleh dari penalaran deduktif maupun matematika, bidang lain, maupun dalam
induktif sering ditemukan meskipun tidak kehidupan sehari-hari (PPPG, 2004).
secara formal hal ini disebut dengan belajar
bernalar (Depdiknas, 2003). Sedangkan pem- Pembelajaran Kooperatif
belajaran ialah proses yang diselenggarakan Menurut Abdurrahman dan Bintoro
oleh guru untuk membelajarkan siswa dalam batasan model pembelajaran kooperatif yaitu
belajar bagaimana belajar memperoleh dan sebagai pembelajaran yang secara sadar dan
memproses pengetahuan, keterampilan, dan sistematis mengembangkan interaksi yang silih
sikap (Dimyati dan Mudjiono, 2002). Dari asah, silih asih, dan silih asuh antar sesama
beberapa uraian pendapat di atas dapat di- siswa sebagai latihan hidup dalam masyarakat
simpulkan bahwa pembelajaran matematika nyata (Nurhadi dan Senduk, 2003).
adalah suatu proses yang diselenggarakan oleh Abdurrahman dan Bintoro mengemuka-
pengajar untuk membelajarkan peserta didik kan bahwa “kelompok belajar siswa kooperatif
guna memperoleh ilmu pengetahuan dan ke- memiliki beberapa perbedaan dari pada
terampilan matematika, serta berpikir secara kelompok tradisional”. Perbedaan tersebut
jelas, logis, kritis, dan kreatif dalam memecah- dapat dilihat pada Tabel 1.
kan masalah pada kehidupan sehari-hari. Menurut Sanjaya (2008) keunggulan dan
Tujuan pembelajaran matematika itu sendiri kelemahan pembelajaran kooperatif adalah
adalah terbentuknya kemampuan bernalar pada sebagai berikut:
diri siswa yang tercermin melalui kemampuan Keunggulan yaitu siswa tidak terlalu
berpikir kritis, logis, sistimatis dan memiliki menggantungkan pada guru, akan tetapi dapat

Tabel 1. Perbedaan kelompok Kooperatif dengan Kelompok Tradisional


Kelompok Kooperatif Kelompok Tradisional
Saling ketergantungan positif. Adanya anggota yang mendominasi atau
bergantung pada kelompok atau anggota lain.

Akuntabilitas individual. Tugas-tugas sering diborong oleh salah seorang


anggota kelompok.
Anggota kelompok heterogen. Anggota kelompok homogeny.
Pimpinan kelompok dipilih secara demokratis. Pimpinan kelompok sering ditentukan oleh guru.
Saling membantu dan saling memberikan Kadang yang bekerja hanya satu, dua orang.
motivasi.
Penyelesaian tugas mempertahankan hubungan Penyelesaian tugas tanpa memperhatikan
interpersonal. hubungan interpersonal.

Keterampilan sosial dibutuhkan. Tidak membutuhkan keterampilan social.

Guru melakukan observasi dan intervensi Guru sering tidak melakukan observasi dan
kelompok. intervensi kelompok.
Guru memperhatikan keefektifan proses Guru sering tidak peduli dengan keefektifan proses.
kelompok belajar.
Sumber:Nurhadi, dkk. 2003:62

110
Perbandingan hasil belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Jonet Prasetyo & Sutriyono)

menambah kemampuan berpikir sendiri. untuk memperoleh hubungan pertemanan


Untuk selanjutnya siswa dapat mengembang- lintas rasial yang lebih banyak (Slavin, 2005).
kan kemampuan ide atau gagasan. Kemudian (4) Melatih siswa dalam mengembangkan
membantu anak untuk merespon orang lain aspek kecakapan sosial di samping kecakapan
yang ada di sekitar mereka dan member- kognitif dan peran guru juga menjadi lebih aktif
dayakan siswa untuk lebih bertanggung jawab dan lebih terfokus sebagai fasilitator, mediator,
dalam belajar. Siswa mampu meningkatkan motivator dan evaluator (Isjoni, 2010).
prestasi akademik sekaligus kemampuan Selain berbagai kelebihan di atas, model
sosial. Dapat meningkatkan kemampuan siswa STAD ini juga memiliki kelemahan. Semua
dalam mengembangkan ide dan pemahaman- model pembelajaran memang diciptakan untuk
nya sendiri, saat menerima umpan balik. memberi manfaat yang baik atau positif pada
Meningkatkan kemampuan siswa meng- pembelajaran, tidak terkecuali dengan model
gunakan informasi, dan kemampuan belajar STAD ini. Namun, terkadang pada sudut pan-
abstrak menjadi nyata. Dapat meningkatkan dang tertentu, langkah-langkah model tersebut
motivasi dan memberikan rangsangan untuk tidak menutup kemungkinan terbukanya
berpikir. sebuah kelemahan, seperti yang dipaparkan
Kelemahan pembelajaran kooperatif berikut: (1) Berdasarkan karakteristik STAD
yaitu, luasnya pembelajaran sehingga apabila jika dibandingkan dengan pembelajaran
keluasan tersebut tidak dilaksanakan dengan konvensional (yang hanya penyajian materi
optimal maka tujuan dari pembelajaran ter- dari guru), pembelajaran menggunakan model
sebut tidak akan tercapai. Penilaian kelompok ini membutuhkan waktu yang relatif lama,
dapat membutakan penilaian secara individu, dengan memperhatikan tiga langkah STAD
apabila guru tidak jeli dalam pelaksanaannya. yang menguras waktu seperti penyajian materi
Pada proses pengembangan kesadaran ber- dari guru, kerja kelompok dan tes individual
kelompok diperlukan waktu yang panjang. atau kuis. (2) Model ini memerlukan kemam-
puan khusus dari guru. Guru berperan sebagai
Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD fasilitator, mediator, motivator dan evaluator
Sebuah tim dalam STAD merupakan (Isjoni, 2010). Berdasarkan asumsi tidak semua
sebuah kelompok terdiri dari empat atau lima guru mampu menjadi fasilitator, mediator,
siswa yang mewakili heterogenitas kelas motivator dan evaluator dengan baik.
ditinjau dari kinerja, suku dan jenis kelamin Berikut dijelaskan sintaks dari pembelajaran
(Mohamad, 2005). Menurut Mohamad (2005) kooperatif tipe STAD yang terdiri atas 6 fase
STAD terdiri dari lima komponen utama yaitu: (Trianto, 2007), yaitu:
presentasi kelas, kerja tim, kuis, skor perbaikan Fase ke-1: menyampaikan semua tujuan
individu dan penghargaan tim. pembelajaran yang ingin dicapai
Berikut uraian secara rinci kelebihan dan memotivasi siswa untuk aktif
model pembelajaran tipe STAD: (1) Setiap belajar.
siswa memiliki kesempatan untuk memberikan Fase ke-2: menyajikan materi ajar kepada
kontribusi yang substansial kepada kelompok siswa dengan jalan mendemons-
dan posisi anggota kelompok adalah setara trasikan atau melalui bahan bacaan.
(Slavin, 2005). (2) Menggalakkan interaksi
Fase ke-3: menjelaskan kepada siswa bagai-
secara aktif dan positif dan kerjasama anggota
mana cara membentuk kelompok
kelompok menjadi lebih baik (Slavin, 2005)
belajar.
dan (Ahmadi, 2011). (3) Membantu siswa

111
Satya Widya, Vol. 29, No.2, Desember 2013: 108-119

Fase ke-4: membimbing setiap kelompok kooperatif. (3) Melalui kerjasama secara koo-
belajar untuk belajar dan bekerja. peratif ini, kemungkinan konstruksi penge-
Fase ke-5: mengevaluasi hasil belajar dan tahuan menjadi lebih besar atau kemungkinan
kerja masing-masing kelompok. untuk siswa dapat sampai pada kesimpulan
Fase ke-6: Guru memberikan penghargaan yang diharapkan. (4) Memberikan kesempatan
kepada para siswa baik sebagai pada siswa untuk menggunakan keterampilan
individu maupun kelompok, karena bertanya, berdiskusi, dan mengembangkan
usaha yang telah mereka lakukan bakat kepemimpinan.
maupun karena hasil yang telah Kelemahan atau kekurangan model pem-
mereka capai. belajaran kooperatif tipe NHT yaitu: (1) Siswa
yang pandai cenderung mendominasi sehingga
Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT dapat menimbulkan sikap minder dan pasif dari
Pembelajaran kooperatif tipe NHT siswa yang lemah. (2) Proses diskusi tidak
menurut Isjoni (2010) adalah suatu model dapat berjalan dengan lancar, jika ada siswa
pembelajaran dimana siswa dalam kelompok yang sekedar menyalin pekerjaan siswa yang
kecil terdiri 4-6 orang, siswa belajar dan pandai tanpa memiliki pemahaman yang
bekerja secara kolaboratif dengan struktur memadai. (3) Pengelompokan siswa memer-
kelompok yang heterogen. Tujuan pembelajar- lukan pengaturan tempat duduk yang berbeda-
an kooperatif adalah untuk meningkatkan beda serta membutuhkan waktu khusus.
partisipasi siswa dan mempersiapkan siswa Hasil Belajar
agar memiliki sifat kepemimpinan. Pembela-
jaran kooperatif tipe Numbered Head Together Belajar adalah suatu proses usaha yang
(NHT) merupakan salah satu teknik pem- dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu
belajaran kooperatif, dimana melibatkan lebih perubahan tingkah laku yang baru secara
banyak siswa dalam menelaah materi yang keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya
tercakup dalam suatu pelajaran, dan mengecek sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya
pemahaman mereka terhadap isi pelajaran (Daryanto, 2010). Djamarah (2008) mengata-
tersebut. Menurut Trianto (2007) sintaks NHT kan bahwa belajar adalah serangkaian kegiatan
terbagi menjadi empat fase berikut: jiwa raga untuk memperoleh suatu perubahan
tingkah laku, sebagai hasil dari pengalaman
Fase Ke-1: Penomoran.
individu dalam interaksi dengan lingkungannya
Fase ke-2: Mengajukan pertanyaan.
yang menyangkut kognitif, afektif, dan psiko-
Fase ke-3: Berpikir bersama.
motor. Slameto (2010) menyatakan bahwa
Fase ke-4: Menjawab.
belajar merupakan suatu proses perubahan,
Berikut dijelaskan keunggulan atau
yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari
kelebihan dan kelemahan atau kekurangan
interaksi dengan lingkungannya dalam meme-
model pembelajaran kooperatif tipe NHT
nuhi kebutuhan. Dari beberapa uraian pernya-
menurut Arends (2008).
taan di atas dapat disimpulkan bahwa belajar
Keunggulan atau kelebihan model
adalah serangkaian kegiatan jiwa raga untuk
pembelajaran kooperatif tipe NHT yaitu: (1)
memperolah suatu perubahan tingkah laku
Terjadinya interaksi antara siswa melalui
yang baru secara keseluruhan, dalam me-
diskusi atau siswa secara bersama-sama dalam
menuhi kebutuhan.
menyelesaikan masalah yang dihadapi. (2)
Faktor-faktor yang mempengaruhi
Siswa pandai maupun siswa lemah sama-sama
belajar dan hasil belajar menurut Djamarah
memperoleh manfaat melalui aktivitas belajar
112
Perbandingan hasil belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Jonet Prasetyo & Sutriyono)

(2008) adalah: faktor lingkungan, instrumental, Teknik yang digunakan dalam pengum-
fisiologis, psikologis. Sedangkan menurut pulan data adalah tes, dan observasi secara
menurut Slameto (2010) faktor-faktor yang langsung. Penelitian ini menggunakan teknik
mempengaruhi hasil belajar dapat dibagi tes (pre-tes dan post-tes), dan observasi sebagai
menjadi dua macam yaitu faktor yang berasal teknik pelengkap untuk memperkuat dan
dari diri siswa (intern) yang terdiri dari: faktor mengetahui keadaan siswa.
jasmani, psikologi, dan faktor yang berasal dari Pengujian instrumen terdiri dari uji vali-
luar diri siswa (ekstern) yaitu: Faktor keluarga, ditas dan uji reliabilitas. Uji validitas dilakukan
faktor sekolah, faktor masyarakat. untuk menunjukkan sejauh mana skor atau nilai
Selain faktor-faktor yang telah diuraikan atau ukuran yang diperoleh benar-benar
di atas, ada faktor lain yang tidak kalah penting menyatakan hasil pengukuran atau pengamatan
berpengaruhnya terhadap hasil belajar. Faktor yang ingin diukur (Agung, 1990). Butir-butir
tersebut yaitu penggunaan model pembelajaran soal dinyatakan valid apabila nilai dari korelasi
yang tepat pada saat proses pembelajaran. item total > 0,3 (Guilford,1954). Sedangkan
uji reliabilitas merupakan indeks yang menun-
METODE jukkan sejauh mana suatu alat pengukur dapat
Jenis penelitian ini adalah penelitian dipercaya atau dapat diandalkan (Singarimbun,
eksperimen. Penelitian ini menggunakan 1989). Pada penelitian ini peneliti meng-
desain penelitian Quasi Experimental Design. gunakan bantuan SPSS 19 untuk menentukan
Oleh karena desain ini hampir sama bentuknya validitas dan reliabilitas tiap-tiap soal yang
dengan pretest-postest control group design, diberikan kepada siswa, yaitu dengan teknik
hanya pada desain ini kelompok eksperimen pengujian cronbanch alpha. Rumus untuk
maupun kelompok kontrol tidak dipilih secara menghitung koefisien reliabilitas instrument
random. Dalam desain ini, baik kelompok dengan menggunakan cronbanch alpha adalah
eksperimental maupun kelompok kontrol sebagai berikut:
dibandingkan, kendati kelompok tersebut
 k     b2 
dipilih dan ditempatkan tanpa melalui random. ra    1   2  ……………… (1)
Dua kelompok yang ada diberi pretest,  k  1   t 
kemudian diberikan perlakuan, dan terakhir Keterangan:
diberikan postes. ra = koefisien reliabilitas instrument (cronbanch
alpha)
Desain penelitian k = banyak butir soal atau pertanyaan
Kelompok Pretes Perlakuan Postest   t2 = total variansi butir soal atau pertanyaan
Kelas A O1 X1 O2  t2 = variansi butir soal atau pertanyaan
Kelas F O1 X2 O2
Keterangan: O1= Pretest Setelah didapatkan hasil perhitungan ra,
X1= Pembelajaran dengan model STAD
X2= Pembelajaran dengan model NHT
kemudian dikonsultasikan ke Tabel r product
O2= Postest moment. Bila ra dihitung lebih besar dari rtable,
maka dapat dikatakan bahwa butir-butir soal
Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VIII
tes adalah reliable. Adapun tolok ukur untuk
SMP Negeri 1 Getasan, dengan kelas VIII A
menginterpretasikan kriteria reliabilitas instru-
yang diajar dengan model STAD dan Kelas VIII
ment menurut Suharsimi Arikunto (2003)
F dengan model NHT. Masing-masing kelas
dibagi menjadi beberapa interval seperti
terdiri dari 32 siswa.
berikut:

113
Satya Widya, Vol. 29, No.2, Desember 2013: 108-119

0,80 <ra d” 1,00= Sangat Tinggi Analisis data merupakan langkah yang
0,60 <ra< 0,8 = Tinggi sangat penting dalam penelitian, setelah data
0,40 <ra< 0,6 = Sedang terkumpul lengkap, data harus dianalisis baik
0,20 <ra< 0,4 = Rendah menggunakan analisis kualitatif maupun kuan-
0,00 <ra< 0,2 = Sangat rendah titatif. Proses pengorganisasian dan mengurut-
Sebelum instrumen digunakan dalam kan data ke dalam pola, kategori dan satuan
penelitian, terlebih dahulu dilakukan uji coba dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat
di lapangan. Hal tersebut dilakukan untuk dirumuskan hipotesis seperti sasaran data
mengetahui kesahihan dan kehandalan (Iqbal, 2002). Data yang telah terkumpul diolah
instrumen melalui uji validitas dan reliabilitas. dan dianalisis menggunakan uji t (dua arah).
Hal tersebut dilakukan karena dengan meng-
gunakan uji t dapat diperkirakan interval rata-
Tabel 2. Hasil Uji validitas tiap butir soal rata data yang diperoleh, menguji hipotesis
Soal no Total item
tentang rata-rata suatu sampel, dan menunjuk-
Keterangan kan batas penerimaan suatu hipotesis. Selain
Ke korelasi
1 0,35 Valid
itu dengan penggunaan uji-t peneliti dapat
2 0,36 Valid menguji suatu pernyataan apakah sudah layak
3 0,38 Valid untuk dipercaya atau belum.
4 0,50 Valid
5 0,41 Valid
Uji homogenitas digunakan untuk
6 0,33 Valid menen-tukan kehomogenan data yang terdiri
7 0,39 Valid dari dua kelas atau untuk mengetahui keadaan
8 0,40 Valid
9 0,44 Valid
varians kedua kelompok sama atau berbeda.
10 0,49 Valid Uji statistik dengan menguji uji-F sebagai
Sumber: Data primer yang diolah, 2013 berikut:

Berdasarkan Tabel 2 diperoleh keterang- .................................................(4)


an bahwa nilai total item korelasi untuk masing- Keterangan:
masing butir soal adalah valid. Sehingga dapat
= varians besar, = varians kecil.
disimpulkan bahwa semua instrumen yang
diujicobakan, dapat digunakan sebagai instru- Harga F hitung yang diperoleh dari per-
men dalam penelitian. hitungan ini kemudian dibandingkan dengan
harga F tabel pada taraf kepercayaan tertentu.
Tabel 3. Koefisien Reliabilitas Taraf kepercayaan yang digunakan yaitu
α = 0.05, derajat kebebasan masing-masing
Cronch’s Total item korelasi Keterangan
Alpha
dkb = (nb – 1) dan dkk = (nk – 1), dengan kriteria
yang digunakan untuk menentukan apakah
0.685 0,6 < ra< 0,8 Tinggi
variansi homogen atau tidak adalah:
Sumber: Data primer yang diolah, 2013 a. Bila F hitung < F tabel maka variansi
Dari Tabel 3 dapat disimpulkan bahwa homogen, artinya = =
nilai koefisien reliabilitas untuk instrument soal b. Bila F hitung > F tabel maka variansi tidak
adalah reliabel, dengan nilai reliabilitas tinggi homogen, artinya = .
(Suharsimi Arikunto, 2003). Oleh karena hal (Panggabean, 2001).
tersebut maka instrumen dapat digunakan
dalam penelitian.

114
Perbandingan hasil belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Jonet Prasetyo & Sutriyono)

Uji Normalitas Hipotesis nol (H0) dan Hipotesis Alternatif (H1).


Uji normalitas digunakan untuk menge- Hipotesis nol (H0) adalah suatu pernyataan
tahui apakah data yang diperoleh berdistribusi mengenai nilai parameter populasi. Sedangkan
normal atau tidak berdistribusi normal. Jika hipotesis alternatif (H 1) adalah suatu per-
data berdistribusi normal, maka dilakukan nyataan yang diterima jika data sampel mem-
pengujian parametrik. Namun jika data tidak berikan cukup bukti bahwa hipotesis nol adalah
berdistribusi normal, maka dilakukan pengu- ditolak. Hipotesis pada penelitian ini adalah
jian non-para-metrik dengan model Kolmo- sebagai berikut:
gorov Smirnov. Ho : µ 1 = µ 2 Tidak ada perbedaan hasil belajar
siswa pada matapelajaran mate-
Gain atau Peningkatan Skor matika yang diajar menggunakan
model pembelajaran kooperatif
Gain adalah selisih antara nilai postes
tipe STAD di kelas VIII A, dan
dan pretes, melalui gain ditunjukkan pening-
model pembelajaran kooperatif
katan pemahaman atau penguasaan konsep
tipe NHT di kelas VIII F, di SMP
siswa, setelah pembelajaran dilakukan oleh
Negeri 1 Getasan.
guru. Kelebihan penggunaan model dalam
H1: µ 1 µ 2 Ada perbedaan hasil belajar siswa
meningkatkan keterampilan berpikir kritis,
pada matapelajaran matematika
ditinjau berdasarkan perbandingan nilai gain
yang diajar menggunakan model
yang dinormalisasi (N-gain) antara kelompok
pembelajaran kooperatif tipe
eksperimen dan kelompok kontrol. Gain yang
STAD di kelas VIII A, dan model
dinormalisasi (N-gain) dapat dihitung dengan
pembelajaran kooperatif tipe NHT
persamaan sebagai berikut: di kelas VIII F, di SMP Negeri 1
T2  T1
G T2  T1 :  g   I s  T1 …………… (5) Getasan.
Keterangan: G = gain
<g> = gain normal HASIL DAN PEMBAHASAN
T1 = skor pretes
Berdasarkan hasil perhitungan terhadap
T2 = skor postes
Is = skor ideal. data yang diperoleh, didapatkan nilai untuk
hasil uji homogenitas untuk kelas STAD dan
Perbedaan antara skor pretes dan skor NHT yang ditunjukkan pada Tabel 4.
postes ini diasumsikan sebagai efek dari
Tabel 4. Hasil Uji Homogenitas Variansi Skor Pretes
perlakuan (Arikunto, 1998). dan Postes Kelas STAD dan NHT

Uji Hipotesis Levene Signifikansi


Df1 Df2
Statistik
Uji hipotesis penelitian dilakukan untuk Pretest kedua 0.352
0.880 1 62
mengetahui hipotesis yang diajukan diterima kelas
Postest kedua 0.771
atau ditolak. Digunakan perhitungan statistik kelas
0.086 1 62
dengan menggunakan uji perbedaan dua rata-
Sumber: Data primer yang diolah, 2013
rata (Uji-t) dua sampel yang saling independen
apabila data kedua kelas berdistribusi normal Berdasarkan Tabel 4, nampak bahwa
dan jika kedua kelas tidak semua berdistribusi skor pretes dan postes kelas STAD dan NHT
normal, maka pengujian dilakukan dengan memiliki nilai signifikansi yang lebih besar dari
menggunakan uji non-parametrik dua sampel α = 0.05. Hal ini menunjukkan bahwa H 0
yang saling independen (Uji Mann Whitney). diterima, sehingga dapat dikatakan bahwa data

115
Satya Widya, Vol. 29, No.2, Desember 2013: 108-119

skor pretes dan postes kedua kelas berasal dari kecil dari nilai α = 0.05. Jadi dapat disimpul-
varians yang homogen. Untuk langkah selan- kan, bahwa kedua kelas memiliki kemampuan
jutnya akan dilakukan uji normalitas. Hal yang berbeda, setelah diberi perlakuan yang
tersebut dilakukan untuk mengetahui apakah berbeda pula. Sebelum melakukan uji hipotesis
masing-masing kelas memiliki distribusi terhadap kedua kelas, maka terlebih dahulu
normal atau tidak. Berikut ditunjukkan pada dilakukan pencapaian skor (gain), baik pada
Tabel 5 secara ringkas, hasil uji normalitas kelas STAD maupun NHT. Rangkuman rataan
kelas STAD dan NHT. gain dari hasil belajar matematika masing-
Tabel 5. Hasil Uji Normalitas Pretes dan Postes
masing kelas dapat dilihat pada Tabel 7.
Kelas STAD dan NHT Tabel 7. Rataan Gain Hasil Belajar Matematika
Pretest Postes
Kelas Kelas Kelas Kelas Standar
Kelas Mean Deviasi N
STAD NHT STAD NHT
N 32 32 32 32 STAD 25.31 29.510 32
Kolmogorov - NHT 11.88 12.556 32
0.870 1.165 1.129 1.252
Smirnov Sumber: Data primer yang diolah, 2013
Sig. (2 -tailed) 0.435 0.132 0.156 0.087
Sumber: Data primer yang diolah, 2013 Dari Tabel 7 dapat diambil kesimpulan
bahwa rataan gain peningkatan hasil belajar
Dari Tabel 5 nampak bahwa skor pretes
dengan model pembelajaran STAD sebesar
dan postes hasil belajar siswa kelas STAD dan
25.31, terlihat lebih tinggi dibandingkan
NHT, memiliki nilai signifikansi yang lebih
dengan pembelajaran model NHT sebesar
besar dari α = 0.05 sehingga H0 dapat diterima.
11.88. Adapun hasil uji-t dengan menggunakan
Hal ini menunjukkan bahwa data skor pretes
Paired Sampel T-test dengan bantuan software
dan postes hasil belajar siswa kelas STAD dan
SPSS, dapat dilihat pada Tabel 8.
NHT berdistribusi normal.
Berdasarkan Tabel 8 tersebut, dapat diuji
Selanjutnya untuk menguji nilai tes
apakah ada perbedaan rata-rata skor pada kelas
awal antara kelas STAD dan NHT apakah
STAD dan NHT dengan taraf signifikansi
memiliki kemampuan awal yang sama atau
kepercayaan sebesar 95 persen. Langkah awal
tidak, maka dilakukan uji kesamaan rataan
dilakukan dengan menyusun hipotesis yang
pretes dengan uji-t, yaitu menggunakan
Compare Mean Paired Samples Test dengan dirumuskan untuk pengujian, menggunakan
taraf signifikansi α = 0.05. Adapun hasil pretes perbedaan mean atau rata-rata hitung, seperti
kelas STAD dan NHT, ditunjukkan pada Tabel berikut:
6 berikut. H0 : µ 1 = µ 2 Tidak ada perbedaan hasil belajar
siswa pada matapelajaran
Tabel 6. Hasil Uji Beda Postes STAD dan NHT
matematika yang diajar meng-
STAD NHT gunakan model pembelajaran
Sig. (2-
Standar Standar
Rerata Rerata tailed) kooperatif tipe STAD di kelas
Deviasi Deviasi
88.13 10.298 73.13 9.980 0.000 VIII A, dan model pembelajar-
Sumber: Data primer yang diolah, 2013
an kooperatif tipe NHT di
kelas VIII F, di SMP Negeri 1
Dari Tabel 6 tampak bahwa hasil postes Getasan.
kedua kelas cukup berbeda jauh. Perbedaan ini
signifikan antara kelas STAD dan NHT. Hasil H1 : µ 1 µ 2 Ada perbedaan hasil belajar
uji beda rataan yang diperoleh memiliki nilai siswa pada matapelajaran mate-
signifikansi sebesar 0.000, hal ini berarti lebih matika yang diajar meng-

116
Perbandingan hasil belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Jonet Prasetyo & Sutriyono)

gunakan model pembelajaran memberikan hasil yang lebih baik jika dibanding-
kooperatif tipe STAD di kelas kan dengan pembelajaran model NHT. Hal
VIII A, dan model pembe- tersebut juga ditunjukkan dari hasil perhitungan
lajaran kooperatif tipe NHT di yang diperoleh, yaitu terdapat perbedaan
kelas VIII F, di SMP Negeri 1 signifikan antara kedua kelas. Kelas STAD
Getasan. memperoleh gain sebesar 25.31, sedangkan kelas
Keputusan diambil dengan melakukan NHT dengan gain sebesar 11.88.
pembandingan dari nilai t hitung dengan ttabel.

Tabel 8. Uji-t Perbedaan Rata-rata Gain Kelas STAD dan NHT


Levene's Test
for Equality t-test for Equality of Means
of Variances
95% Confidence
Sig. Mean Std. Error Interval of the
F Sig. T Df
(2-tailed) Difference Difference Difference
Lower Upper
Equal variances
24.75 .000 2.370 62 .021 1.344 .567 .210 2.477
assumed
a
Equal variances
2.370 41.87 .022 1.344 .567 .200 2.488
not assumed
Sumber: Data primer yang diolah, 2013
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil perhitungan yang diperoleh
tampak bahwa nilai thitung = 2,370, dan ttabel dapat Dari hasil penelitian yang telah di-
dicari pada tabel distribusi t yaitu pada taraf lakukan dapat disimpulkan bahwa, terdapat
kepercayaan 95 persen (α = 5%). Oleh karena perbedaan hasil belajar yang signifikan antara
uji-t bersifat dua arah, maka nilai α yang Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
digunakan pada tabel t adalah α/2 = 0,05/2 = dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe
0,025. Untuk derajat bebas (df) = (n1 + n2) – 2 NHT. Hal tersebut dapat dilihat dari pening-
= (32 + 32) - 2 = 62, sehingga diperoleh nilai katan hasil belajar siswa, baik yang diajar
ttabel = 1,998. Karena thitung > ttabel, maka H0 menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif
ditolak. Berdasarkan uji-t maka dapat Tipe STAD maupun Tipe NHT. Melalui rataan
disimpulkan bahwa terdapat perbedaan hasil peningkatan hasil belajar, dapat ditunjukkan
belajar siswa kelas VIII yang diajar dengan peningkatan pemahaman atau penguasaan
menggunakan Model pembelajaran STAD dan konsep oleh siswa setelah proses pembelajaran
NHT pada mata pelajaran matematika di SMP dilakukan. Rataan peningkatan hasil belajar
Negeri 1 Getasan. siswa untuk kelas STAD adalah sebesar 25.31,
Perolehan hasil tes secara keseluruhan yang diperoleh dari rataan nilai postes sebesar
dengan jelas menunjukkan bahwa hasil skor 88.13 dikurangkan dengan rataan pretes
rata-rata pretes kelas STAD sebesar 62.19 dan sebesar 62.19. Sedangkan rataan peningkatan
skor rata-rata postes kelas STAD sebesar 88.13. hasil belajar siswa untuk kelas NHT adalah
Sedangkan untuk skor rata-rata pretes kelas sebesar 11.88, dengan rataan nilai psotes
NHT sebesar 61.22 dan skor rata-rata postes sebesar 71.13 dan rataan nilai pretes sebesar
kelas NHT sebesar 73.13. Oleh karena adanya 61.22. Perbedaan hasil belajar ini dapat terjadi
perbedaan yang signifikan, ini menunjukkan karena proses pembelajaran di kelas STAD
bahwa pembelajaran model STAD dapat lebih efektif, dibandingkan dengan proses
pembelajaran yang terjadi di kelas NHT.
117
Satya Widya, Vol. 29, No.2, Desember 2013: 108-119

Keefektifan tersebut terlihat pada saat proses DAFTAR PUSTAKA


pembelajaran, dimana siswa kelas STAD lebih Agung, 1990. Metode Penelitian Sosial –
aktif dalam merespon pengajaran yang Pengertian dan Pemakaian Praktis.
dilakukan pengajar. Lain halnya dengan yang Jakarta.
terjadi di kelas NHT, dimana siswa kurang aktif
dalam merespon proses pembelajaran yang Arends, R.I. 2008. Learning To Teach (Belajar
dilakukan oleh pengajar. Kurang aktifnya siswa Untuk Mengajar). Yogyakarta: Pustaka
dalam merespon proses pembelajaran tersebut Belajar.
dapat dimungkinkan terjadi, karena adanya Dekdikbud. 2006. Kurikulum 2006 Kurikulum
pengaruh faktor eksternal seperti pengaruh Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).
faktor lingkungan dan faktor budaya. Jakarta: Dekdikbud.
SARAN Depdiknas. 2003. Kurikulum 2004, Standar
Kompetensi, Mata Pelajaran Kelas V
Berdasarkan hasil penelitian yang telah Sekolah Dasar (SD) dan Madrasah
dilakukan di SMP Negeri 1 Getasan, maka Ibtidaiyah. Jakarta.
dapat disampaikan saran berikut:
Dimyanti dan Mudjiono. 2002. Belajar dan
1. Bagi siswa, agar diperoleh hasil belajar yang Perkembangan. Jakarta: Rineka Cipta.
maksimal sebaiknya dalam proses pe-
nyampaian pembelajaran guru tidak hanya Djamarah, Syaiful Bahri. 2008. Psikologi
menggunakan model pembelajaran konven- Belajar. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
sional. Tetapi juga dapat menggunakan Guilford, J. P. 1954. Psychometric Methods.
model pembelajaran Kooperatif tipe STAD Tokyo: Kogakusha Co. Ltd., McGraw-
dan NHT. Hill Book Company, Inc.
2. Bagi guru, dalam penggunaan model pem- Hamzah, B. Uno. 2007. Pembelajaran
belajaran Kooperatif tipe STAD dan NHT, Menciptakan Proses Belajar Mengajar
hendaknya persiapan waktu untuk proses yang Kreatif dan Efektif, Jakarta: Bumi
pembelajaran lebih matang. Sehingga Aksara.
pelaksanaan proses pembelajaran dapat
terlaksana secara maksimal. Selain itu Iqbal, Hasan. 2002. Pokok-Pokok Materi
diharapkan guru lebih mengoptimalkan Metodologi Penelitian dan Aplikasinya.
peran dan fungsinya sebagai motivator, Jakarta.
fasilitator dan evaluator dalam proses Isjoni. 2010. Cooperative Learning. Bandung.
pembelajaran. CV Alfabeta.
Bagi sekolah, berdasarkan keuntungan dan Mohamad, Nur. 2005. Pembelajaran Kooperatif.
kelemahan yang dimiliki oleh kedua model Dirjen Dikti Depdiknas.
pembelajaran, diharapkan sekolah dapat lebih
tepat dalam memilih dan menerapkan model Nurhadi, dkk. 2003. Pembelajaran Kontekstual
pembelajaran yang digunakan. Sehingga dalam dan Penerapannya dalam KBK. Malang:
proses pelaksanaan pembelajaran di kelas Universitas Negeri Malang.
dapat diperoleh hasil belajar yang optimal, baik Pandoyo.1997 Matematika Kelas VI. Jakarta:
untuk mata pelajaran matematika maupun Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
mata pelajaran yang lain Sanjaya. 2008. Perencanan dan desain sistem
pembelajaran. Jakarta: PT. Fajar
Interpratama.

118
Perbandingan hasil belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Jonet Prasetyo & Sutriyono)

Singarimbun, Masri dkk. 1989. Metode Tim PPPG Matematika. 2004. PPPG Mate-
Penelitian survei, Cetakan Ke-18, matika, Model-Model Pembelajaran
Februari 2006(Edisi Revisi). Jakata: Matematika. Yogyakarta: PPPG Mate-
LP3ES. matika.
Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-Faktor Trianto. 2007. Model-model Pembelajaran
yang Mempengaruhinya. Jakarta: Inovatif Berorientasi Konstruktivistik.
Rineka Cipta. Jakarta: Prestasi Pustaka.
_____. 2010. Belajar dan Faktor-Faktor yang
Mempengaruhinya. Jakarta: PT Rineka
Cipta.

***

119

You might also like