You are on page 1of 9

2.

2 Alat dan Bahan


2.2.1 Alat yang digunakan
Adapun alat-alat yang digunakan dalam praktikum pengambilan sampel
ini adalah sebagai berikut:
1. Plankton net untuk menyaring sampel plankton.
2. Gayung untuk mengambil sampel air berisi plankton dari badan air.
3. Botol air mineral 600 ml sebagai tempat air sampel.
4. Botol film (sampel) sebagai tempat air sampel.
5. Eckman Grab untuk mengambil sampel organisme makrozoobenthos pada
perairan berlumpur atau berpasir.
6. Plastik sebagai wadah untuk menyimpan sampel.
7. Mikroskop untuk membantu mengidentifikasi fitoplankton dan
zooplankton yang diambil.
8. Pipet untuk mengambil sampel fitoplankton dan zooplankton dari botol
sampel dan memindahkannya ke counting chamber (ruang hitung).
9. Counting chamber (ruang hitung) untuk menempatkan sampel
fitoplankton dan zooplankton yang akan diidentifikasi dan dihitung.
10. Cover glass untuk menutup ruang hitung dan berfungsi untuk mengurangi
penguapan sampel fitoplankton dan zooplankton dari ruang hitung.
11. Spektrofotometer untuk mengukur absorbansi larutan.
12. Kertas saring dan corong untuk menyaring sampel air.
13. Mortar dan cawan untuk menggerus dan menghaluskan sampel uji.
14. Sendok spatula untuk mengambil dan mengaduk sampel uji.
15. Kuvet untuk menaruh sampel uji saat akan dilakukan pengukuran panjang
gelombang menggunakan spektrofotometer.
16. Gelas ukur untuk menakar sampel uji.
17. Tabung reaksi untuk menakar campuran sampel uji.
18. Alat sentifugasi untuk mengekstrak sampel uji.
19. Saringan untuk membersihkan sampel benthos dari lumpur.
20. Cawan petri sebagai wadah untuk benthos yang sudah dibersihkan.
21. Pinset untuk memisahkan jenis-jenis spesies benthos.
22. Timbangan untuk menimbang biomassa benthos.

2.2.2 Bahan yang Digunakan


Adapun bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum pengambilan
sampel ini adalah sebagai berikut:
1. Sampel benthos untuk diamati dan diidentifikasi.
2. Sampel fitoplankton dan zooplankton untuk diamati dan diidentifikasi.
3. Air untuk membersihkan benthos dari lumpur.
4. Aceton 90% sebagai bahan campuran sampel uji pada pengukuran
klorofil-α.

2.4.3 Analisis Data Klorofil-a


Nilai produktifitas primer dapat dihitung melaui nilai kerapatan klorofil-a
yang diperoleh dari panjang gelombang (λ) 665 nm, 645 nm, dan 630 nm yang
ditunjukan spektofotometer. Setelah nilai didapat dari hasil spektrofotometer,
klorofil-a dapat dihitung menggunakan rumus berikut:

dimana :
Ca = 11.6 (D665) – 1.31 (D645) – 0.14 (D630).
V = volume air yang tersaring untuk di ekstraksi (L).
v = Volume aseton yang digunakan (ml).
L = Panjang cuvet (cm)
D665 = Optical density pada panjang gelombang 665 nm.
D645 = Optical density pada panjang gelombang 645 nm.
D630 = Optical density pada panjang gelombang 630.

3.1.3 Data Hasil Klorofil-a


Tabel 1. Hasil Spektrofotometer (Data Kelompok)
Nilai Klorofil-a
Stasiun λ(nm)
Absorbansi (A) (mg/m3)

630 0,074
3 645 0,077 4,025
665 0,101

Tabel 2. Hasil Spektrofotometer (Data Kelas)


Nilai Absorbansi
Stasiun λ(nm) Klorofil a(mg/m3)
(A)
630 0,003
1 645 0,004 2,88585
665 0,01
630 0,023
2 645 0,052 0,86
665 0,024
630 0,074
3 645 0,077 4,025
665 0,101
630 0,292
4 645 0,014 1,209
665 0,03
630 0,031
5 645 0,033 0,22
665 0,05

3.2.3 Hasil Klorofil-a


Proses fotosintesis memerlukan klorofil, sehingga kandungan klorofil-a
pada fitoplankton itu sendiri dapat dijadikan indikator tinggi rendahnya
produktivitas suatu perairan (Alkatiri dan Sardjana 1998 dalam Roshisati 2002).
Kandungan pigmen fotosintesis (terutama klorofil-a) dalam sampel air
menggambarkan biomassa fitoplankton dalam suatu perairan. Klorofil-a
merupakan pigmen yang selalu ditemukan dalam fitoplankton serta semua
organisme autotrof dan merupakan pigmen yang terlibat langsung (pigmen aktif)
dalam proses fotosintesis. Tingkat kesuburan suatu perairan ditentukan dengan
membandingkan kosentrasi klorofil-a (Vollenweider 1969 dalam Heriyanto
2009).
Hasil perhitungan pada hasil sampling stasiun tiga didapatkan bahwa nilai
klorofil-a dalam sampel air yang dilakukan perhitungan menggunakan metode
spektofotometrik memiliki nilai 4,025 mg/m3 atau setara dengan 4.025 µg/L.
Berdasarkan nilai tersebut, diketahui bahwa perairan cekdam pada stasiun tiga
sangat produktif. Menurut Vollenweider (1969) dalam Heriyanto (2009),
kandungan klorofil-a pada fitoplankton kurang dari 1 µg/L adalah perairan yang
tidak produktif, kandungan klorofil-a pada fitoplankton 1-20 µg/L adalah perairan
yang cukup produktif, sedangkan kandungan klorofil-a pada fitoplankton lebih
dari 20 µg/L adalah perairan yang produktif.
Tingginya nilai klorofil-a dapat disebabkan oleh tingginya kandungan
unsur hara karena stasiun tiga berlokasi di pertengahan kolam. Selain itu,
tingginya kandungan klorofil-a juga dapat disebabkan karena memang cukupnya
jumlah fitoplankton di perairan pada stasiun tiga karena berdasarkan hasil
identifikasi jumlah fitoplankton di perairan tersebut memang cukup banyak dan
walaupun pada saat awal pengambilan sampel terlihat bahwa air sampel berwarna
tidak terlalu hijau.
Berdasarkan hasil perhitungan nilai klorofil-α pada seluruh stasiun,
didapatkan nilai konsentrasi klorofil-α yang berbeda-beda. Hasil tertinggi
konsentrasi klorofil-α terdapat pada stasiun ketiga atau kelompok kami dengan
nilai 4,025 mg/m3. Hal ini disebabkan oleh tingginya kandungan unsur hara pada
lokasi pengambilan sampel tersebut, sedangkan konsentrasi terendah klorofil-α
terdapat pada stasiun lima dengan konsentrasi 0,22 mg/m3. Rendahnya nilai
klorofil-a di stasiun tersebut karena kurangnya unsur hara sehingga kebutuhan
untuk pertumbuhan dan perkembangan fitoplankton menjadi berkurang. Hal ini
sesuai dengan pendapat dari Valiela (1984) dalam Roshisati (2002) bahwa unsur
hara merupakan faktor penting dalam proses pertumbuhan dan reproduksi
fitoplankton.
Sumber(DAPUS):

Heriyanto. 2009. Kesuburan Perairan Waduk Nagedang Desa Giri Sako


Kecamatan Logas Tanah Darat Kabupaten Kuantan Singingi Riau,
Ditinjau Dari Kosentrasi Klorofil-a Fitoplankton. Program Studi MSP.
FAPERIKA. UNRI. Pekanbaru. Skripsi (tidak dipublikasikan).
Roshisati, I. 2002. Distribusi Spasial Biomassa Fitoplankton (Klorofil-a) di
Perairan Teluk Lampung pada Bulan Mei, Juli, dan September 2001.
Program Studi MSP. FPIK. IPB. Bogor. 71 hal. Skripsi (tidak
diplublikasikan).
Lampiran
Lampiran 1. Alat yang digunakan pada Praktikum

Plankton net Botol sampel

Gayung
Pipet tetes

Mikroskop Counting Chamber


Kertas saring Spektrofotometer

Labu erlenmeyer Gelas ukur

Mortar dan cawan Corong

Pipet Volume Tabung reaksi


Alat sentrifugasi Timbangan digital

Cawan petri Pinset

Saringan
Lampiran 2. Bahan yang digunakan pada Praktikum

Sampel uji Aseton 90%

Sampel benthos

You might also like