Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
3.1 TUJUAN
1
1. Mengetahui definisi dari Dismenorea
2. Mengetahui klasifikasi dari Dismenorea
3. MengetahuiEtiologi dari Dismenorea
4. Mengetahui Patofisiologi dari Dismenorea
5. MengetahuiManifestasi Klinis dari Dismenorea
6. Mengetahui pemeriksaan diagnostik dari Dismenorea
7. Mengetahui Penatalaksanaan dari Dismenorea
8. Mengetahui Asuhan Keperawatan pada Dismenorea
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 DEFINISI
Dismenorea didefinisikan sebagai nyeri haid. Dismenorea merupakan
gangguan menstruasi yang umum dialami oleh remaja dengan gejala utama termasuk
nyeri dan mempengaruhi kehidupan dan kinerja sehari-hari. Dismenorea ditandai
dengan nyeri panggul (kram) dimulai sesaat sebelum atau pada awal menstruasi dan
berlangsung 1-2 hari. Sekitar 2-4 hari sebelum menstruasi dimulai, prostaglandin
diproses dengan cepat di awal menstruasi dan bertindak sebagai kontraktor otot polos
yang membantu dalam peluruhan endometrium. Terapi yang optimal dari gejala ini
tergantung pada penyebab yang mendasari. (Ramaihah, 2006)
Dismenorea dapat dibagi menjadi 2 kategori:
a) Dismenorea primer
Didefinisikan sebagai nyeri haid yang tidak berhubungan dengan patologi
pelvis makroskopis (yaitu, terjadi karena tidak adanya penyakit panggul). Ini
biasanya terjadi dalam 6 sampai 12 bulan setelah menarche atau setelah siklus
ovulasi ditetapkan.
b) Dismenorea Sekunder
Dismenore sekunder adalah nyeri haid yang disertai kelainan anatomis
genitalis (Manuaba,2007). Sedangkan menurut (Hacker 2007) tanda – tanda
klinik dari dismenorea sekunder adalah endometriosis, radang pelvis,mioma
uteri, dan kista ovarium . Umumnya, dismenorea sekunder terjadi berhari hari,
kebanyakan terjadi pada perempuan yang lebih tua (30-40 th) walaupun ada
juga yang mengalami dismenorea ini pada usia muda (Hermawan, 2012).
2.2 KLASIFIKASI
a) Nyeri Spasmodik ( Dismenorea Primer )
Nyeri spasmodik terasa di bagian bawah perut terjadi dihari pertama
dan kedua haid.Banyak perempuan terpaksa harus berbaring karena terlalu
menderita nyeri itu sehingga ia tidak dapat mengerjakan apa pun. Ada di
antara mereka yang pingsan, merasa sangat mual, bahkan ada yang benar-
3
benar muntah. Kebanyakan penderitanya adalah perempuan muda walaupun
dijumpai pula pada kalangan yang berusia 40 tahun ke atas.
Dismenorea spasmodik dapat diobati atau paling tidak dikurangi
dengan lahirnya bayi pertama walaupun banyak pula perempuan yang tidak
mengalami hal seperti itu.
b) Nyeri Kongestif ( Dismenorea Sekunder )
Penderita dismenorea kongestif biasanya dirasakan berhari.
Dismenorea kongesif juga memerlukan pengkajian nyeri untuk mengetahiu
sekala nyerinya.
Pengkajian nyeri yang biasanya dilakukan pada saat nyeri haid yaitu
dengan skala nyeri agar mendapatkan diagnosa keperawatan yang tepat dan
merencanakan intervensi yang sesuai (Potter & Perry, 2007).
Pengkajian karakteristik nyeri sangat membantu dalam membentuk
pola nyeri dan tindakan untuk mengatasi nyeri. Pengukuran intensitas
keparahan nyeri dapat dilakukan dengan menggunakan skala pengukuran nyeri
yaitu :
4
1. Skala 0 tidak ada rasa nyeri yang dialami.
2. Skala 1-3 merupakan nyeri ringan dimana secara objektif, klien masih dapat
berkomunikasi dengan baik. Nyeri yang hanya sedikit dirasakan.
3. Skala 4-6 merupakan nyeri sedang dimana secara objektif, klien mendesis,
menyeringai dengan menunjukkan lokasi nyeri. Klien dapat
mendeskripsikan rasa nyeri, dan dapat mengikuti perintah. Nyeri masih
dapat dikurangi dengan alih posisi.
4. Skala 7-9 merupakan nyeri berat dimana klien sudah tidak dapat mengikuti
perintah, namun masih dapat menunjukkan lokasi nyeri dan masih respon
terhadap tindakan. Nyeri sudah tidak dapat dikurangi dengan alih posisi.
5. Skala 10 merupkan nyeri sangat berat. Klien sudah tidak dapat
berkomunikasi klien akan menetapkan suatu titik pada skala yang
berhubungan dengan persepsinya tentang intensitas keparahan nyeri (Potter
& Perry, 2007).
2.3 ETIOLOGI
Penyebab pasti dismenorea belum diketahui. Diduga faktor psikis sangat berperan
terhadap timbulnya nyeri. Dismenorea primer umumnya dijumpai pada wanita
dengan siklus haid berevolusi.
Penyebab tersering dismenorea sekunder adalah endometriosis dan infeksi kronik
genitalia interna. Hingga baru-baru ini, dismenorea disisihkan sebagai masalah
psikologis atau aspek kewanitaan yang tidak dapat dihindari.
a. Dismenorea primer
Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi dismenore antara lain:
1. Faktor Kejiwaan
Dismenore primer banyak dialami oleh remaja yang sedang mengalami tahap
pertumbuhan dan perkembangan baik fisik maupun psikis. Ketidaksiapan
remaja putri dalam menghadapi perkembangan dan pertumbuhan pada dirinya
tersebut, mengakibatkan gangguan psikis yang akhirnya menyebabkan
gangguan fisiknya, misalnya gangguan haid seperti dismenore.
2. Faktor endokrin
Pada umumnya hal ini dihubungkan dengan kontraksi usus yang tidak baik.
Hal ini sangat erat kaitanya dengan pengaruh hormonal. Peningkatan produksi
5
prostagladin akan menyebabkan terjadinya kontraksi uterus yang tidak
terkordinasi sehingga menimbulkan nyeri.
b. Dysmenorrhea sekunder
Dalam dismenorea sekunder, etiologi yang mungkin terjadi adalah:
1. Faktor konstitusi
Seperti kista, tumor atau fibroid.
2. Anomali uterus konginental
Seperti : rahim yang terbalik.
3. Endometriosis
Penyakit yang ditandai dengan adanya pertumbuhan jaringan endometrium di
luar rongga rahim. Endometrium adalah jaringan yang membatasi bagian dalam
rahim. Saat siklus mentruasi, lapisan endometrium ini akan bertambah sebagai
persiapan terjadinya kehamilan. Bila kehamilan tidak terjadi, maka lapisan ini
akan terlepas dan dikeluarkan sebagai menstruasi.
2.4 PATOFISIOLOGI
a. Dismenorea primer(primary dysmenorrhea)
Disebabkan karena kelebihan atau ketidak seimbangan dalam jumlah sekresi
prostaglandin (PG) dari endometrium saat menstruasi, prostaglandin F2α (PGF2α)
merupakan stimulan miometrium yang kuat dan vasokonstriktor pada endometrium.
Selama peluruhan endometrium, sel-sel endometrium melepaskan PGF2α saat
menstruasi dimulai. PGF2α merangsang kontraksi miometrium, iskemia dan
sensitisasi ujung saraf.
Dismenorea terjadi karena kontraksi uterus yang berkepanjangan sehingga
terjadi penurunan aliran darah ke miometrium. Kadar prostaglandin meningkat
ditemukan di cairan endometrium wanita dengan dismenorea dan berhubungan lurus
dengan derajat nyeri.
Peningkatan prostaglandin endometrium sebanyak 3 kali lipat terjadi dari fase
folikuler ke fase luteal, dengan peningkatan lebih lanjut yang terjadi selama
menstruasi. Peningkatan prostaglandin di endometrium setelah penurunan
progesterone pada akhir fase luteal berakibat peningkatan tonus miometrium dan
kontraksi uterus yang berlebihan. Leukotrien diketahui dapat meningkatkan
sensitivitas serat nyeri di rahim. Sejumlah besar leukotrien telah ditemukan dalam
6
endometrium wanita dengan dismenorea primer yang tidak merespon baik dengan
pengobatan antagonis prostaglandin. Hormon hipofisis posterior vasopressin dapat
terlibat dalam hipersensitivitas miometrium, berkurangnya aliran darah uterus, dan
nyeri pada dismenorea primer. Peran Vasopresin dalam endometrium mungkin terkait
dengan sintesis dan pelepasan prostaglandin. Vasokonstriksi menyebabkan iskemia
dan telah diteliti bahwa neuron nyeri tipe C dirangsang oleh metabolit anaerob yang
dihasilkan oleh endometrium iskemik dan dapat meningkatkan sensitivitas nyeri.
b. Dismenorea Sekunder (secondery dysmenorrhea)
Dapat terjadi kapan saja setelah menarche (haid pertama), namun paling sering
muncul di usia 30-an atau 40-an, setelah tahun-tahun normal, siklus tanpa nyeri
(relatively painless cycles). Peningkatan prostaglandin dapat berperan pada
dismenorea sekunder, namun, secara pengertian penyebab yang umum termasuk:
endometriosis, leiomyomata (fibroid), adenomyosis, polip endometrium dan chronic
pelvic inflammatory disease
7
2.4 PATHWAY
Prostaglandin
Merangsang
miometrium
Kontraksi di uterus
Kurang pengetahuan
DISMINOREA
MK: Ansietas
8
2.5 MANIFESTASI KLINIS
a) Dismenorea primer
1. Haid pertama berlangsung
2. Nyeri perut bagian bawah
3. Nyeri punggung
4. Nyeri paha
5. Sakit kepala
6. Diare
7. Mual dan muntah
b) Dismenorea sekunder
1. Terjadi selama sikuls pertama haid dan sampai berhari hari, yang
merupakan indikasi adanya obstruksi kongenital. Dismenorea dimulai
setelah berusia 25 tahun
2. Terdapat ketidak normalan pelvis kemungkinan adanya :
a. Endometriosis
b. Pelvic inflamatory disease
c. Pelvic adhesion (pelekatan pelvis)
d. Adenomyosis
2.6 PENATALKSANAAN
a) Disminorea Primer
1. Latihan
a. Latihan moderat, seperti berjalan atau berenang
b. Latihan menggoyangkan panggul
c. Latihan dengan posisi lutut ditekukkan ke dada, berbaring terlentang
atau miring
2. Panas
a. Buli-buli atau botol air panas yang di letakkan pada punggung atau
abdomen bagian bawah
b. Mandi air hangat atau sauna
3. Hindari kafein yang dapat meningkatkan pelepasan prostagladin
4. Istirahat
5. Obat-obatan
a. Kontrasepsi oral, Menghambar ovulasi sehingga meredakan gejala
9
b. Mirena atau progestasert AKDR, Dapat mencegah kram
b) Disminorea sekunder
1. PRP
a. PRP termasuk endometritis, salpoingitis, abses tuba ovarium, atau
peritonitis panggul.
b. Organisme yang kerap menjadi penyebab meliputi Neisseria
Gonnorrhoea dan C. thrachomatis, seperti bakteri gram negative,
anaerob, kelompok B streptokokus, dan mikoplasmata genital.
Lakukan kultur dengan benar.
c. Terapi anti biotic spectrum-luas harus di berikan segera saat diagnosis
di tegakkan untuk mencegah kerusakan permanen (mis, adhesi,
sterilitas). Rekomendasi dari center for disease control and prevention
(CDC) adalah sebagai berikut :
Minum 400 mg oflaksasin per oral 2 kali/hari selama 14 hahri,
di tambah 500 mg flagyl 2 kali/hari selama 14 hari.
Berikan 250mg seftriakson IM 2 g sefoksitin IM, dan 1g
probenesid peroral di tambah 100 mg doksisiklin per oral , 2
kali/ hari selama 14 hari.
Untuk kasus yang serius konsultasikan dengan dokter spesialis
mengenai kemungkinan pasien di rawat inap untuk di berikan
antibiotic pe IV.
d. Meskipun efek pelepasan AKDR pada respons pasien terhadap terapi
masih belum di ketahui, pelepasan AKDR di anjurkan.
2. Endometriosis
a. Diagnosis yang jelas perlu di tegakkan melalui laparoskopi
b. Pasien mungkin di obati dengan pil KB, lupron, atau obat-obatan lain
sesuai anjuran dokter.
3. Fibroid dan polip uterus
a. Polip serviks harus di angkat
b. Pasien yang mengalami fibroleomioma uterus simtomatik harus di
rujuk ke dokter.
4. Prolaps uterus
a. Terapi definitive termasuk histerektomi
10
b. Sistokel dan inkonmtenensia strees urine yang terjadi bersamaan dapat
di ringankan dengan beberapa cara berikut :
Latihan kegel
Peralatan pessary dan introl untuk reposisi dan mengangkat
kandung kemih.
11
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
“DISMENOREA”
3.2 PENGKAJIAN
1. Identitas klien
Nama : Nn. N
Umur : 19 tahun
Agama : Islam
Alamat : Semarang , rt 09 rw 13,Mojoroto
Diagnosa Medis : Kanker Mamae
Tanggal/waktu MRS : 2april 2017 07.00 wib
Tanggal/waktu Pengkajian : 3 april 2017 11.00 wib
12
3.4 RIWAYAT MENSTRUASI
1. Riwayat Menstruasi
Menarche : umur 11 thn Siklus : teratur ( √ ) tidak ( )
Banyaknya : 2-4 pembalut/hr Lamanya : 7 hari
HPHT : 2 hari yang lalu Keluhan : -
2. Riwayat Kehamilan, persalinan, nifas yang lalu :
Anak Ke Kehamilan Persalinan Komplikasi Nifas Anak
N TAH Umur Penyuli Jeni Penolo Pen Lase Infe Perda Je BB Pj
O. UN kehami t s ng yulit rasi ksi ra nis
lan Han
1 - - - - -
. - -
- -
- - - - - -
2
.
13
2. Perineal care : ( ) Ya ( ) Tidak
3. Nutrisi : ( ) Ya ( ) Tidak
4. Senam nifas : ( ) Ya ( ) Tidak
5. KB : ( ) Ya ( ) Tidak
6. Menyusui : ( ) Ya ( ) Tidak
14
Bau : khas
Konsistensi : lunak
Keluhan :-
3. Pola personal Hygiene
a. Mandi
Frekwensi : 2 x/hari
Sabun : ( √ ) Ya ( ) tidak
b. Oral hygiene
Frekwensi : 3 x/hari
Waktu : ( √ ) Pagi ( √ ) sore ( √ ) Setelah makan
c. Cuci rambut
Frekwensi : 2-3 x/minggu
Shampo : ( √ ) ya ( ) tidak
4. Pola istirahat dan tidur
a. Lama tidur : ±8 Jam /hari
b. Kebiasaan sebelum tidur : berdo’a
Keluhan :-
5. Pola aktifitas dan latihan
a. Kegiatan dalam pekerjaan : mahasiswa
b. Waktu bekerja :( ) Pagi ( ) sore ( ) Malam
c. Olah raga : ( √ ) Ya ( ) Tidak
Jenisnya : jalan – jalan saja
Frekwensi : 1-2 x seminggu
d. Kegiatan waktu luang : -
e. Keluhan dalam aktifitas : -
6. Pola kebiasaan yang mempengaruhi kesehatan
a. Merokok : ( ) Ya , sebutkan ……………… ( √ ) Tidak
b. Minuman keras : ( ) Ya , sebutkan ………………. ( √ ) Tidak
c. Ketergantungan obat : ( ) Ya , sebutkan ……………… ( √ ) Tidak.
15
Keadaan umum : lemah Kesadaran : composmentis
Tekanan darah :130/90 mmHg Nadi : 100x/menit
Respirasi :18 x/mnt Suhu : 37,6oC
Berat badan : 54 kg Tinggi badan : 156 cm
2) Pemeriksaan khusus.
1. Breath
Pola nafas: teratur, Jenis: normal, Suara nafas: vesikuler, tidak terdapat sesak nafas.
2. Blood
Tekanan darah rendah (130/90 mmHg), Akral basah dan dingin
3. Brain
Penurunan konsentrasi, Pusing, Sklera/ konjungtiva anemia
4. Bladder
Warna kuning dan volume 1,5 L/hari
5. Bowel
Nafsu makan: baik, Porsi makan habis, Minum (1500cc/hari), Kebersihan mulut:
bersih, Mukosa: lembab, Tenggorokan: normal, Peristaltik (9x/menit), BAB
(1x/hari), Konsistensi: padat, Bau: Khas, Kuning kecoklatan.
6. Bone
Badan mudah capek, Nyeri pada punggung.
16
3.10 NALISA DATA
NO DATA ETIOLOGI MASALAH
TD = 130/90mmhg terangsang
S = 37,6 OC
Kontraksi uterus
RR=18x/menit
N= 100x/menit
Dismenorea
Px. terlihat pucat
Sclera/ konjungtiva anemi
3 DS: Pasien mengatakan merasa gelisah Dismenorea Ansietas
terhadap keadaan haid yang dialami
DO:
TD = 130/90mmhg
Kurang pengetahuan
S = 37,6 OC
RR=18x/menit
17
N= 100x/menit
Pucat
Pasien sering bertanya tentang
nyeri haid yang dialami
3.12 INTERVENSI
NO DIAGNOSA KRITERIA HASIL INTERVENSI
1 Nyeri akut 1. Skala nyeri 0-1 1. Beri lingkungan tenang dan
berhubungan dengan 2. Pasien tampak rileks kurangi rangsangan penuh
dismenorea stress
2. Kolaborasi dengan dokter
dalam pemberian analgesic
3. Ajarkan strategi relaksasi
(misalnya nafas berirama
lambat, nafas dalam,
bimbingan imajinasi
4. Evaluasi dan dukung
mekanisme koping px
5. Berikan Kompres hangat
6. Lakukan pengkajian nyeri
secara komprehesif
18
2. Pasien mampu aktivitas
beraktivitas 3. Berikan bantuan sesuai
kebutuhan
4. Kaji adanya faktor yang
menyebabkan kelelahan
5. Monitor pasien akan adanya
kelelahan fisik dan emosi
secara berlebihan
6. Monitor pola tidur dan lamanya
tidur / istirahat pasien
3.13 IMPLEMENTASI
NO DIAGNOSA IMPLEMETASI
1 Nyeri akut berhubungan 1. Memberi lingkungan tenang dan kurangi
dengan dismenorea rangsangan penuh stress
2. Berkolaborasi dengan dokter dalam pemberian
analgesic
3. Mengajarkan strategi relaksasi (misalnya nafas
berirama lambat, nafas dalam, bimbingan imajinasi
4. Mengevaluasi dan dukung mekanisme koping px
5. Memberikan kompres hangat
19
6. Melakukan pengkajian nyeri secara komprehesif
3.14 EVALUASI
No Tanggal/jam Diagnosa Evaluasi
1. 4 april 2017 Nyeri akut berhubungan S : Pasien mengatakan nyeri berkurang
dengan dismenorea
O : Wajah pasien tampak ceria
TD = 120/70mmhg
S =36 oC
N = 80x/menit
RR =24x/menit
A : Masalah teratasi sebagian
20
P : Lanjutkan intervensi 2 dan 3
1. Berkolaborasi dengan dokter dalam
pemberian analgesic
2. Mengajarkan strategi relaksasi
(misalnya nafas berirama lambat, nafas
dalam, bimbingan imajinasi)
21
BAB IV
PENUTUP
4.1 KESIMPULAN
Dismenore adalah kondisi medis yang terjadi sewaktu haid/menntruasi yang dapat
mengganggu aktivitas dan memerlukan pengobatan yang ditandai dengan nyeri atau rasa
sakit di daerah perut maupun pinggul. Dismenore dapat digolongkan berdasarkan jenis
nyeri; yaitu dismenore spasmodic dan dismenore kongestif, dan ada tidaknya kelainan
atau penyebab yang dapat diamati; yaitu dismedore primer dan dismenore sekunder.
Penyebab dari nyeri haid ini belum ditemukan secara pasti meskipun telah banyak
penelitian yang dilakukan untuk mencari penyebabnya. Ada beberapa factor yang
menyebabkan dismenore yaitu factor psikologis, factor endokrin, factor
konstitusi,anomaly uterus congenital dan endometriosis.
4.2 SARAN
Disarankanbagiwanitabanyakmengkonsumsimakanan yang berzigidanolah raga
secara teratur dan Disarankan bagi wanita agar mengupayakan pola hidup sehat dan
Periksa kesehatan secara berkala dan teratur.
22
DAFTAR PUSTAKA
23