Professional Documents
Culture Documents
Disusun oleh:
Shahumi Anun P 22010116220245
M. Faiz Ramadhan 22010116210049
Pembimbing:
drg. Nadia Hardini, Sp. KG
Laporan Kasus
Disusun oleh :
Disusun oleh:
Shahumi Anun P 22010116220245
M. Faiz Ramadhan 22010116210049
Gigi Impaksi merupakan gigi yang gagal erupsi secara utuh pada posisi yang
seharusnya. Hal ini biasa terjadi karena tidak tersedianya ruangan yang cukup pada rahang
untuk gigi tumbuh dan angulasi yang tidak benar dari gigi tersebut. Gigi molar tiga adalah
gigi yang secara insidensi paling sering mengalami impaksi. Hal tersebut karena gigi molar
ketiga adalah gigi yang terakhir tumbuh, sehingga sering mengalami impaksi karena tidak
ada atau kurangnya ruang yang memadai.2
Berdasarkan penelitian oleh Elsey dan Rock, impaksi gigi molar tiga terjadi pada
73% dewasa muda di Eropa. Secara umum, impaksi gigi molar tiga terjadi pada rentang
usia 17 hingga 21 tahun. Di sisi lain, waktu kejadian impaksi ini bervariasi untuk
bermacam-macam ras yang berbeda. Sebagai contoh, pada ras Nigeria, kejadian impaksi
gigi molar tiga terjadi lebih awal yakni pada usia 14 tahun. Pada orang Eropa terjadi pada
usia 26 tahun. Rata-rata impaksi terjadi 3 sampai 6 bulan lebih awal pada jenis kelamin
wanita. Kebanyakan penulis berpendapat bahwa insidensi impaksi gigi molar tiga lebih
banyak terjadi pada wanita1. Hal ini juga sejalan dengan penelitiaan dalam negeri, misal
penelitian yang dilakukan oleh Amaliyana tahun 2014 di Banjarmasin yang menunjukan
bahwa perempuan lebih sering mengalami gigi impaksi dibandingkan dengan laki-laki.3
Keluhan penderita bervariasi dari yang paling ringan misalnya hanya terselip sisa
makanan sampai Apabila impaksi gigi molar ketiga rahang bawah hanya terlihat sebagian
maka akan memudahkan makanan terperangkap di dalamnya, sehingga pasien akan
mengalami kesulitan untuk membersihkannya. Efek selanjutnya adalah rasa tidak enak,
mulut berbau, gigi gampang terserang karies. Kenyataannya di Indonesia berbeda, impaksi
gigi molar ketiga mandibula ternyata frekuensinya lebih banyak dari pada gigi molar
ketiga maksila. Dampak dari adanya gigi impaksi molar ketiga rahang bawah adalah
gangguan rasa sakit. Keluhan sakit juga dapat timbul oleh karena adanya karies pada gigi
molar tiga rahang bawah dan kemungkinan dapat disebabkan oleh adanya karies pada gigi
molar ketiga rahang bawah. 2,5,6
Selanjutnya untuk tatalaksana impaksi gigi sendiri adalah tindakan pencabutan gigi,
terutama bila adanya komplikasi yang diakibatkan gigi impaksi. Pencabutan dianjurkan
jika ditemukan akibat yang merusak atau kemungkinan terjadinya kerusakan pada struktur
sekitarnya dan jika gigi benar benar tidak berfungsi.7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.2 ETIOLOGI
Etiologi dari gigi impaksi bermacam-macam diantaranya kekurangan ruang, kista,
gigi supernumerer, retensi gigi sulung, infeksi, trauma, anomali dan kondisi sistemik.8
Faktor yang paling berpengaruh terhadap terjadinya impaksi gigi adalah ukuran
gigi. Sedangkan faktor yang paling erat hubungannya dengan ukuran gigi adalah bentuk
gigi. Bentuk gigi ditentukan pada saat konsepsi. Satu hal yang perlu diperhatikan dan perlu
diingat bahwa gigi permanen sejak erupsi tetap tidak berubah.5
Pada umumnya gigi susu mempunyai besar dan bentuk yang sesuai serta letaknya
terletak pada maksila dan mandibula. Tetapi pada saat gigi susu tanggal tidak terjadi celah
antar gigi, maka diperkirakan akan tidak cukup ruang bagi gigi permanen penggantinya
sehingga bisa terjadi gigi berjejal dan hal ini merupakan salah satu penyebab terjadinya
impaksi.5
Penyebab meningkatnya impaksi gigi geraham rahang bawah disebabkan oleh
karena faktor kekurangan ruang untuk erupsi. Hal ini dapat dijelaskan antara lain jenis
makanan yang dikonsumsi umumnya bersifat lunak, sehingga untuk mencerna tidak
memerlukan kerja yang kuat dari otot-otot pengunyah, khususnya rahang bawah menjadi
kurang berkembang.8
Istilah impaksi biasanya diartikan untuk gigi yang erupsi oleh sesuatu sebab
terhalang, sehingga gigi tersebut tidak keluar dengan sempurna mencapai oklusi yang
normal di dalam deretan susunan gigi geligi. Hambatan halangan ini biasanya berupa
hambatan dari sekitar gigi atau hambatan dari gigi itu sendiri.9,10
Hambatan dari sekitar gigi dapat terjadi karena :10
1. Tulang yang tebal serta padat
2. Tempat untuk gigi tersebut kurang
3. Gigi tetangga menghalangi erupsi gigi tersebut
4. Adanya gigi desidui yang persistensi
5. Jaringan lunak yang menutupi gigi tersebut kenyal atau liat
Hambatan dari gigi itu sendiri dapat terjadi oleh karena :
1. Letak benih abnormal, horizontal, vertikal, distaldan lain-lain.
2. Daya erupsi gigi tersebut kurang.
Gambar II.1Klasifikasi impaksi molar ketiga rahang bawah menurut Pell dan
Gregory.
Sumber : Monaco G, Montevecchi M, Bonetti GA, GattoMRA, Checchi L.
Reliability of panoramic radiographyin evaluating the topographic relationship
between the mandibular canal and impacted third molars. JADA American Dental
Association 2004;135:315
Gambar II.2 Klasifikasi impaksi molar ketiga menurut Pell dan Gregory.
Sumber : Fragiskos D. Oral surgery. Editor: Schroder GM, Heidelberg.
Alih Bahasa: Tsitsogianis H.Berlin: Springer; 2007,p. 126
Pada Gambar II.2 sama dengan yang dijelaskan pada Gambar II.1
Klasifikasi impaksi molar ketiga menurut Pell dan Gregory :18
a. Berdasarkan kedalaman impaksi dan jaraknya ke molar kedua
1. Posisi A : permukaan oklusal gigi impaksi sama tinggi atau sedikit lebih
tinggi dari gigi molar kedua.
2. Posisi B : permukaan oklusal dari gigi impaksi berada pada pertengahan
mahkota gigi molar kedua atau sama tinggi dari garis servikal
3. Posisi C : permukaan oklusal dari gigi impaksi berada di bawah garis
servikal molar kedua.
b. Posisinya berdasarkan jarak antara molar kedua rahang bawah dan batas
anterior ramus mandibula
1. Klas I : jarak antara distal molar dua bawah denganramus mandibula
cukup lebar mesiodistal molar tiga bawah
2. Klas II : jarak antara distal molar dua bawah dengan ramus mandibula
lebih kecil dari lebar mesiodistal molar tiga bawah
3. Klas III : gigi molar tiga bawah terletak di dalam ramus mandibula
2.5.3 Klasifikasi Winter12
Winter mengajukan sebuah klasifikasi impaksi gigi molar ketiga mandibula
berdasarkan hubungan gigi impaksi terhadap panjang aksis gigi molar kedua mandibula.
Beliau juga mengklasifikasikan posisi impaksi yang berbeda seperti impaksi vertikal,
horizontal, inverted, mesioangular, distoangular, bukoangular, dan linguoangular. Quek et
al mengajukan sebuah sistem klasifikasi menggunakan protractor ortodontik. Dalam
penelitian mereka, angulasi dideterminasikan menggunakan sudut yang dibentuk antara
pertemuan panjang aksis gigi molar kedua dan ketiga. Mereka mengklasifikasikan
impaksigigi molar ketiga mandibula sebagai berikut:16
1. Vertikal (10o sampai dengan -10 o)
2. Mesioangular (11 o sampai dengan -79 o)
3. Horizontal (80 o sampai dengan 100 o)
4. Distoangular (-11o sampai dengan -79 o)
5. Lainnya (-111 o sampai dengan -80 o)
Teori didasarkan pada inklinasi impaksi gigi molar ketiga terhadap panjang axis
gigi molar kedua16
a. Mesioangular: Gigi impaksi mengalami tilting terhadap molar kedua dalam
arah mesial.
b. Distoangular: Axis panjang molar ketiga mengarah kedistal atau ke posterior
menjauhi molar kedua.
c. Horisontal: Axis panjang gigi impaksi horisontal
d. Vertikal: Axis panjang gigi impaksi berada pada arah yang sama dengan axis
panjang gigi molar kedua
Riwayat Penyakit Sekarang : Kurang lebih 2 miggu sebelum masuk rumah sakit,
pasien mengeluhkan nyeri pada gigi kanan bawah. Nyeri dirasakan hilang timbul.
Biasanya nyeri dipicu makanan dingin dan panas. Bila sedang nyeri, nyeri sangat
mengganggu aktivitas. Nyeri berkurang dengan antinyeri. Rasa mengganjal pada
rahang kanan (+) Riwayat gusi berdarah disangkal, demam disangkal, wajah
bengkak disangkal.
Status General
Kondisi umum : Baik
Sistem Kardiorespirasi : Tidak dilakukan
Pemeriksaan Fisik
Ekstra Oral :
Kelenjar limfe submandibular kiri : Tidak ada pembesaran
Kelenjar limfe submandibular kanan : Tidak ada pembesaran
Asimetri muka : Tidak ada
Intra Oral
Mukosa pipi kanan dan kiri : Edema (-), Hiperemis (-),Perdarahan (-), Pucat (-)
Mukosa palatum : Edema (-), Hiperemis (-),Perdarahan (-), Pucat (-)
Mukosa dasar mulut atau lidah: Edema (-), Hiperemis (-),Perdarahan (-), Pucat (-)
Mukosa pharynx : Edema (-), Hiperemis (-),Perdarahan (-), Pucat (-)
Kelainan periodontal
Giggiva RA : Edema (-), Hiperemis (-),Perdarahan (-), Pucat (-), Resesi (-)
Ginggiva RB : Edema (-), Hiperemis (-),Perdarahan (-), Pucat (-), Resesi (-)
3.7. Tatalaksana
Tatalaksana sebagai dokter umum
Antinyeri asam mefenamat 3 x 500 mg
Merujuk TS Dokter Gigi
SURAT RUJUKAN
Demikian surat rujukan ini kami kirim. Atas perhatian dan kerja sama
Bapak/Ibu kami ucapkan terima kasih.
Salam sejawat,
dr....
SIP...
Tatalaksana definitif
Operasi ekstraksi gigi impaksi
BAB IV
PEMBAHASAN
Seorang wanita 24 tahun datang ke Poli Gigi dan Mulut RSND pada hari Kamis, 8
Februari 2018, dengan keluhan Nyeri gigi kanan bawah. Kurang lebih 2 miggu sebelum
masuk rumah sakit, pasien mengeluhkan nyeri pada gigi kanan bawah. Nyeri dirasakan
hilang timbul. Biasanya nyeri dipicu makanan dingin dan panas. Bila sedang nyeri, nyeri
sangat mengganggu aktivitas. Nyeri berkurang dengan antinyeri. Rasa mengganjal pada
rahang kanan (+) Riwayat gusi berdarah disangkal, demam disangkal, wajah bengkak
disangkal. Adapun keluhan pasien ini sesuai dengan tinjauan pustaka, dimana dampak dari
adanya gigi impaksi molar ketiga adalah gangguan rasa sakit, yang dimaksud dengan
gangguan rasa sakit yang berasal dari reaksi radang pada jaringan operkulum yang tampak
hiperemi, bengkak dan rasa sakit bila ditekan.
Berdasarkan hasil pemeriksaan fisik ekstra oral, pada inspeksi tidak didapatkan
asimetri muka. Pada palpasi pembesaran kelenjar limfe submandibular kiri dan kanan.
Pada pemeriksaan intra oral tidak dapatkan kelainan mucosa pada pipi kiri dan kanan,
palatum, dasar mulut atau lidah serta mucosa palatum. Tidak ditemukan ginggivitis pada
gingiva rahang bawah dan pada gingiva rahang atas, tampak impaksi pada gigi 4.8 ke arah
mesial. Tampak adanya karies pada gigi 4.7, dan pada palpasi serta perkusi tidak dijumpai
rasa nyeri, gigi tidak goyah. Pada pemeriksaan sondasi hasil positif pada gigi 4.8. Gigi
dalam keadaan vital. Pada tinjauan pustaka dibahas untuk pemeriksaan fisik ini berguna
untuk status pembentukan mendeterminasikan waktu pencabutan, intervensi endodontik
atau periodontik tergantung pada derajat resorpsi dan keterlibatan pulpa pada molar dua,
dan pertimbahan penggunaan antibiotik.
Dari anamnesis dan pemeriksaan fisik, pasien didiagnosis mengalami impaksi gigi
4.8 ke arah mesial.
Tidak ada perawatan spesifik yang dapat dilakukan untuk penyakit impaksi ini.
Terapi definitif pada impaksi adalah operasi untuk pengambilan gigi yang mengalami
impaksi. Pada pasien ini tatalaksana yang diberikan adalah asam mefenamat, dan dirujuk
ke dokter gigi.
BAB V
KESIMPULAN
2.1 Kesimpulan
Telah diperiksa seorang Wanita usia 24 tahun dengan keluhan nyeri gigi kanan
bawah dengan diagnosis kerja impaksi gigi 4.8 ke arah mesial. Penegakan diagnosis pada
pasien dilakukan dari anamnesis, pemeriksaan ekstra oral dan intra oral. Berdasarkan
diagnosis di atas, Penatalaksanaan yang sesuai dengan kompetensi dokter umum adalah
pemberian antinyeri dan merujuk ke dokter gigi untuk dilakukan ekstraksi gigi impaksi
tersebut, serta pemberian antinyeri dan antibiotik pasca tindakan.
2.2 Saran
1. Perlunya pengetahuan serta pemahaman yang cukup mengenai impaksi gigi,
serta komplikasinya sehingga dokter umum dapat mengedukasi pasien
tindakan yang diperlukan untuk menanangani kondisi tersebut.
2. Perlunya edukasi kepada pasien dan keluarganya mengenai impaksi gigi,
penananganan awal yang diberikan, serta tindakan bedah yang akan dilakukan.
3. Perlunya edukasi kepada pasien dan keluarganya untuk menjaga kebersihan
gigi dan mulut agar terhindar dari penyakit gigi dan mulut, sikat gigi dengan
cara yang benar, dan rutin memeriksakan gigi setiap 6 bulan sekali
DAFTAR PUSTAKA