You are on page 1of 31

LAPORAN KASUS

Seorang Wanita 24 tahun dengan Impaksi Gigi 4.8

Diajukan untuk melengkapi syarat kepaniteraan senior


Bagian Ilmu Penyakit Gigi dan Mulut
Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro

Disusun oleh:
Shahumi Anun P 22010116220245
M. Faiz Ramadhan 22010116210049

Pembimbing:
drg. Nadia Hardini, Sp. KG

BAGIAN ILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2018
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Kasus

Seorang Pria 21 tahun dengan Impaksi Gigi 4.8

Disusun oleh :

Disusun oleh:
Shahumi Anun P 22010116220245
M. Faiz Ramadhan 22010116210049

Semarang, 14 Februari 2018


Pembimbing,

drg. Nadia Hardini, Sp. KG


BAB I
PENDAHULUAN

Gigi Impaksi merupakan gigi yang gagal erupsi secara utuh pada posisi yang
seharusnya. Hal ini biasa terjadi karena tidak tersedianya ruangan yang cukup pada rahang
untuk gigi tumbuh dan angulasi yang tidak benar dari gigi tersebut. Gigi molar tiga adalah
gigi yang secara insidensi paling sering mengalami impaksi. Hal tersebut karena gigi molar
ketiga adalah gigi yang terakhir tumbuh, sehingga sering mengalami impaksi karena tidak
ada atau kurangnya ruang yang memadai.2
Berdasarkan penelitian oleh Elsey dan Rock, impaksi gigi molar tiga terjadi pada
73% dewasa muda di Eropa. Secara umum, impaksi gigi molar tiga terjadi pada rentang
usia 17 hingga 21 tahun. Di sisi lain, waktu kejadian impaksi ini bervariasi untuk
bermacam-macam ras yang berbeda. Sebagai contoh, pada ras Nigeria, kejadian impaksi
gigi molar tiga terjadi lebih awal yakni pada usia 14 tahun. Pada orang Eropa terjadi pada
usia 26 tahun. Rata-rata impaksi terjadi 3 sampai 6 bulan lebih awal pada jenis kelamin
wanita. Kebanyakan penulis berpendapat bahwa insidensi impaksi gigi molar tiga lebih
banyak terjadi pada wanita1. Hal ini juga sejalan dengan penelitiaan dalam negeri, misal
penelitian yang dilakukan oleh Amaliyana tahun 2014 di Banjarmasin yang menunjukan
bahwa perempuan lebih sering mengalami gigi impaksi dibandingkan dengan laki-laki.3
Keluhan penderita bervariasi dari yang paling ringan misalnya hanya terselip sisa
makanan sampai Apabila impaksi gigi molar ketiga rahang bawah hanya terlihat sebagian
maka akan memudahkan makanan terperangkap di dalamnya, sehingga pasien akan
mengalami kesulitan untuk membersihkannya. Efek selanjutnya adalah rasa tidak enak,
mulut berbau, gigi gampang terserang karies. Kenyataannya di Indonesia berbeda, impaksi
gigi molar ketiga mandibula ternyata frekuensinya lebih banyak dari pada gigi molar
ketiga maksila. Dampak dari adanya gigi impaksi molar ketiga rahang bawah adalah
gangguan rasa sakit. Keluhan sakit juga dapat timbul oleh karena adanya karies pada gigi
molar tiga rahang bawah dan kemungkinan dapat disebabkan oleh adanya karies pada gigi
molar ketiga rahang bawah. 2,5,6
Selanjutnya untuk tatalaksana impaksi gigi sendiri adalah tindakan pencabutan gigi,
terutama bila adanya komplikasi yang diakibatkan gigi impaksi. Pencabutan dianjurkan
jika ditemukan akibat yang merusak atau kemungkinan terjadinya kerusakan pada struktur
sekitarnya dan jika gigi benar benar tidak berfungsi.7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 DEFINISI IMPAKSI


Gigi impaksi adalah gigi yang sebagian atau seluruhnya tidak erupsi dan posisinya
berlawanan dengan gigi lainya, jalan erupsi normalnya terhalang oleh tulang dan jaringan
lunak, terblokir oleh gigi tetangganya, atau dapat juga oleh karena adanya jaringan
patologis. Impaksi dapat diperkirakan secara klinis bila gigi antagonisnya sudah erupsi dan
hampir dapat dipastikan bila gigi yang terletak pada sisi yang lain sudah erupsi.7
Gigi impaksi adalah gigi yang gagal erupsi secara utuh pada posisi yang
seharusnya. Hal ini dapat terjadi karena ketidaktersediaan ruangan yang cukup pada
rahang untuk tumbuhnya gigi dan angulasi yang tidakbenar dari gigi tersebut.2
Secara umum impaksi adalah keadaan jika suatu gigi terhalang erupsi untuk
mencapai kedudukan yang normal. Impaksi gigi dapat berupa gigi yang tumbuhnya
terhalang sebagian atau seluruhnya oleh gigi tetangga, tulang atau jaringan lunak
sekitarnya.7

2.2 ETIOLOGI
Etiologi dari gigi impaksi bermacam-macam diantaranya kekurangan ruang, kista,
gigi supernumerer, retensi gigi sulung, infeksi, trauma, anomali dan kondisi sistemik.8
Faktor yang paling berpengaruh terhadap terjadinya impaksi gigi adalah ukuran
gigi. Sedangkan faktor yang paling erat hubungannya dengan ukuran gigi adalah bentuk
gigi. Bentuk gigi ditentukan pada saat konsepsi. Satu hal yang perlu diperhatikan dan perlu
diingat bahwa gigi permanen sejak erupsi tetap tidak berubah.5
Pada umumnya gigi susu mempunyai besar dan bentuk yang sesuai serta letaknya
terletak pada maksila dan mandibula. Tetapi pada saat gigi susu tanggal tidak terjadi celah
antar gigi, maka diperkirakan akan tidak cukup ruang bagi gigi permanen penggantinya
sehingga bisa terjadi gigi berjejal dan hal ini merupakan salah satu penyebab terjadinya
impaksi.5
Penyebab meningkatnya impaksi gigi geraham rahang bawah disebabkan oleh
karena faktor kekurangan ruang untuk erupsi. Hal ini dapat dijelaskan antara lain jenis
makanan yang dikonsumsi umumnya bersifat lunak, sehingga untuk mencerna tidak
memerlukan kerja yang kuat dari otot-otot pengunyah, khususnya rahang bawah menjadi
kurang berkembang.8
Istilah impaksi biasanya diartikan untuk gigi yang erupsi oleh sesuatu sebab
terhalang, sehingga gigi tersebut tidak keluar dengan sempurna mencapai oklusi yang
normal di dalam deretan susunan gigi geligi. Hambatan halangan ini biasanya berupa
hambatan dari sekitar gigi atau hambatan dari gigi itu sendiri.9,10
Hambatan dari sekitar gigi dapat terjadi karena :10
1. Tulang yang tebal serta padat
2. Tempat untuk gigi tersebut kurang
3. Gigi tetangga menghalangi erupsi gigi tersebut
4. Adanya gigi desidui yang persistensi
5. Jaringan lunak yang menutupi gigi tersebut kenyal atau liat
Hambatan dari gigi itu sendiri dapat terjadi oleh karena :
1. Letak benih abnormal, horizontal, vertikal, distaldan lain-lain.
2. Daya erupsi gigi tersebut kurang.

2.3 GIGI YANG PALING SERING MENGALAMI IMPAKSI


Gigi impaksi merupakan sebuah fenomena yang sering terjadi di masyarakat. Gigi
impaksi merupakan sumber potensial yang terus menerus dapat menimbulakanmkeluhan
sejak gigi mulai erupsi. Keluhan utama yangpaling sering dirasakan adalah rasa sakit dan
pembengkakan yang terjadi di sekeliling gusi gigi tersebut bahkan kadang-kadang dapat
mempengaruhi estetis.4, 11
Gigi molar tiga adalah gigi yang paling akhir erupsi dalam rongga mulut, yaitu
pada usia 18-24 tahun. Keadaan ini kemungkinan menyebabkan gigi molar tiga lebih
sering mengalami impaksi dibandingkan gigi yang lain karena seringkali tidak tersedia
ruangan yang cukup bagi gigi untuk erupsi. Menurut Chu yang dikutip oleh Alamsyah dan
Situmarong, 28,3 % dari 7468 pasien mengalami impaksi, dan gigi molar tiga mandibula
yang paling sering mengalami impaksi (82,5%).4
Adapun sumber lain yang menyebutkan bahwa erupsi gigi molar ketiga rahang
bawah banyak ditemukan pada pasien berusia 16 sampai dengan 21 tahun. Disebutkan
bahwa penyebab adanya kesulitan erupsi gigi adalah kurangnya atau terbatasnya ruang
untuk erupsi, sehingga gigi molarketiga bawah sering mengalami impaksi.8
Frekuensi gigi impaksi yang terjadi sesuai dengan urutan berikut :12
1. Molar ketiga rahang bawah
2. Molar ketiga rahang atas
3. Kaninus rahang atas
4. Premolar rahang bawah
5. Kaninus rahang bawah
6. Premolar rahang atas
7. Insisivus sentralis rahang atas
8. Insisivus lateralis rahang atas
Perkembangan dan pertumbuhan gigi geligi seringkali mengalami gangguan erupsi,
baik pada gigi anterior maupun gigi posterior. Frekuensi gangguan erupsi terbanyak pada
gigi molar ketiga baik di rahang atas maupun rahang bawah diikuti gigi kaninus rahang
atas. Gigi dengan gangguan letak salah benih akan menyebabkan kelainan pada erupsinya,
baik berupa erupsi di luar lengkung yang benar atau bahkan terjadi impaksi. Gigi
dinyatakan impaksi apabila setelah mengalami kegagalan erupsi ke bidang oklusal.13
Andreasen melaporkan frekuensi impaksi gigi molar ketiga sebesar 18% sampai
dengan 32%; Björk et al dan Ventä et al melaporkan frekuensi sebesar 22,3% sampai
dengan 66,6%.12

2.4 PERTUMBUHAN MOLAR KETIGA RAHANG BAWAH


Gigi geraham bungsu bawah adalah gigi terakhir padalengkung mandibula dan gigi
kedelapan dari garis tengah. Ia membantu gigi-geligi molar bawah lain dalam mengelilingi
dan menghancurkan makanannya, walaupunsering ia tidak dapat melakukan fungsinya
karena posisinya yang buruk, misalnya impaksi. Karena alasan ini banyak contoh gigi
molar ketiga praktis tampak tidak terkikis.11
Kronologi pertumbuhan gigi molar ketiga yaitu :14
a. Tahap inisiasi, terjadi pada umur 3.5 – 4 tahun. Tahap inisiasi adalah
permulaan pembentukan kuntum gigi (bud) dari jaringan epitel mulut.
b. Kalsifikasi dimulai, pada umur 8-10 tahun
c. Pembentukan mahkota, pada umur 12-16 tahun.
d. Tahap erupsi, pada umur 17-21 tahun.15
e. Pembentukan akar selesai, terjadi pada umur 18-25 tahun.
Rata-rata gigi molar ketiga bawah mengalami kalsifikasi pada usia 9 tahun dan
erupsi penuh pada usia 20 tahun. Proses pembentukanakar sempurna terjadi pada usia 22
tahun. Dengan keluarnya gigi molar ketiga, maka selesailah proses erupsi aktif gigi
tetap.15
Puncak tonjol mesial dan distal dari gigi molar ketiga bawah dapat
diidentifikasipada usia kurang dari 8 tahun. Kalsifikasi enamel lengkap terjadi pada usia 12
sampai 16 tahun. Erupsi terjadi antara usia 15 sampai 21 tahun atau lebih dan
akarterbentuk lengkap antara usia 18 sampai 25 tahun.15
Molar ketiga bawah klasik mempunyai bentuk mahkota yang sangat mirip
dengan molar kedua bawah, dengan 4 cuspis dan morfologi molar bawah yang khas seperti
yang telah diuraikan sebelumnya, tetapi dengan lebih banyak fisura tambahan yang
berjalan dari fossa sentral. Seperti pada gigigeraham bungsu atas, bentuk dasarnya menjadi
sasaran banyak variasi.11
Bila dilihat dari permukaan oklusal, kecembungan permukaan bukal yang jelas
mudah dibedakan dari permukaan lingual yang lebih datar. Bagan oklusal peripheral
secara keseluruhan serupa dengan molar bawah lain yang secara kasar berbentuk bujur
atau empat persegi, teteapi sudutnya cenderung lebih membulat sampai tingkat beberapa
molar ketiga bawah mempunyai bagan oklusalhampir bundar. Lebar bukolingual gigi ini
terkecil pada ujung distal.11,16
Pada dasarnya dua akar, satu mesial dan satu distal, mirip dengan molar bawah
lain, kecuali bahwa ia lebih pendek dan tidak berkembang baik atau bisa cenderung saling
berfusi menjadi satu massa kerucut dalam beberapa kasus. Lengkungan akar selalu ke
distal, dan biasanya lebih besar daripadamolar kedua bawah. Dengan cara yang sama,
lengkungan akar molar kedua bawah distallebih jelas daripada molar pertama bawah.11

2.5 KLASIFIKASI IMPAKSI GIGI MOLAR KETIGA RAHANG BAWAH


2.5.1 Berdasarkan sifat jaringan12
Berdasarkan sifat jaringan, impaksi gigi molar ketiga dapat diklasifikasikan
menjadi
1. Impaksi jaringan lunak
Adanya jaringan fibrous tebal yang menutupi gigi terkadang mencegah erupsi
gigi secar normal. Hal ini sering terlihat pada kasus insisivus sentral permanen, di
mana kehilangan gigi sulung secara dini yang disertai trauma mastikasi
menyebabkan fibromatosis
2. Impaksi jaringan keras
Ketika gigi gagal untuk erupsi karena obstruksi yang disebabkan oleh tulang
sekitar, hal ini dikategorikan sebagai impaksi jaringan keras. Di sini, gigi impaksi
secara utuh tertanam di dalam tulang, sehingga ketika flap jaringan lunak
direfleksikan, gigi tidak terlihat. Jumlah tulang secara ekstensif harus diangkat, dan
gigi perlu dipotong-potong sebelum dicabut.
2.5.2 Klasifikasi Pell dan Gregory
Pell dan Gregory menghubungkan kedalaman impaksi terhadap bidang oklusal dan
garis servikal gigi molar kedua mandibula dalam sebuah pendekatan dan diameter
mesiodistal gigi impaksi terhadap ruang yang tersedia antara permukaan distal gigi molar
kedua dan ramus ascendens mandibula dalam pendekatan lain.16

Gambar II.1Klasifikasi impaksi molar ketiga rahang bawah menurut Pell dan
Gregory.
Sumber : Monaco G, Montevecchi M, Bonetti GA, GattoMRA, Checchi L.
Reliability of panoramic radiographyin evaluating the topographic relationship
between the mandibular canal and impacted third molars. JADA American Dental
Association 2004;135:315

A. Berdasarkan relasi molar ketiga bawah dengan ramus mandibula17


1. Klas I: Diameter anteroposterior gigi sama atau sebanding dengan ruang antara
batas anterior ramus mandibula dan permukaandistal gigi molar kedua.12 Pada
klas I ada celah di sebelah distal Molar keduayang potensial untuk tempat
erupsi Molar ketiga.17
2. Klas II: Sejumlah kecil tulang menutupi permukaan distal gigi dan ruang tidak
adekuat untuk erupsi gigi, sebagai contoh diameter mesiodistal gigi lebih besar
daripada ruang yang tersedia.12 Pada klas II, celah di sebelah distal M
3. Klas III: Gigi secara utuh terletak di dalam mandibula – akses yang sulit. Pada
klas III mahkota gigi impaksi seluruhnya terletak di dalam ramus.
B. Komponen kedua dalam sistem klasifikasi ini didasarkan pada jumlah tulang yang
menutupi gigi impaksi.12 Baik gigi impaksi atas maupun bawah bisa
dikelompokkan berdasarkan kedalamannya, dalam hubungannya terhadap garis
servikal Molar kedua di sebelahnya.17
Faktor umum dalam klasifikasi impaksi gigi rahang atas dan rahang bawah :
1. Posisi A: Bidang oklusal gigi impaksi berada pada tingkat yang sama dengan
12
oklusal gigi molar kedua tetangga. Mahkota Molar ketiga yang impaksi
berada pada atau di atas garis oklusal.17
2. Posisi B: Bidang oklusal gigi impaksi berada pada pertengahan garis servical
dan bidang oklusal gigi molar kedua tetangga.12 Mahkota Molar ketiga di
bawah garis oklusal tetapi di atas garis servikal Molar kedua.17
3. Posisis C: Bidang oklusal gigi impaksi berada di bawah tingkat garis servikal
gigi molar kedua. Hal ini juga dapat diaplikasikan untuk gigi maksila.12
Mahkota gigi yang impaksi terletak di bawah garis servikal.17

Gambar II.2 Klasifikasi impaksi molar ketiga menurut Pell dan Gregory.
Sumber : Fragiskos D. Oral surgery. Editor: Schroder GM, Heidelberg.
Alih Bahasa: Tsitsogianis H.Berlin: Springer; 2007,p. 126
Pada Gambar II.2 sama dengan yang dijelaskan pada Gambar II.1
Klasifikasi impaksi molar ketiga menurut Pell dan Gregory :18
a. Berdasarkan kedalaman impaksi dan jaraknya ke molar kedua
1. Posisi A : permukaan oklusal gigi impaksi sama tinggi atau sedikit lebih
tinggi dari gigi molar kedua.
2. Posisi B : permukaan oklusal dari gigi impaksi berada pada pertengahan
mahkota gigi molar kedua atau sama tinggi dari garis servikal
3. Posisi C : permukaan oklusal dari gigi impaksi berada di bawah garis
servikal molar kedua.
b. Posisinya berdasarkan jarak antara molar kedua rahang bawah dan batas
anterior ramus mandibula
1. Klas I : jarak antara distal molar dua bawah denganramus mandibula
cukup lebar mesiodistal molar tiga bawah
2. Klas II : jarak antara distal molar dua bawah dengan ramus mandibula
lebih kecil dari lebar mesiodistal molar tiga bawah
3. Klas III : gigi molar tiga bawah terletak di dalam ramus mandibula
2.5.3 Klasifikasi Winter12
Winter mengajukan sebuah klasifikasi impaksi gigi molar ketiga mandibula
berdasarkan hubungan gigi impaksi terhadap panjang aksis gigi molar kedua mandibula.
Beliau juga mengklasifikasikan posisi impaksi yang berbeda seperti impaksi vertikal,
horizontal, inverted, mesioangular, distoangular, bukoangular, dan linguoangular. Quek et
al mengajukan sebuah sistem klasifikasi menggunakan protractor ortodontik. Dalam
penelitian mereka, angulasi dideterminasikan menggunakan sudut yang dibentuk antara
pertemuan panjang aksis gigi molar kedua dan ketiga. Mereka mengklasifikasikan
impaksigigi molar ketiga mandibula sebagai berikut:16
1. Vertikal (10o sampai dengan -10 o)
2. Mesioangular (11 o sampai dengan -79 o)
3. Horizontal (80 o sampai dengan 100 o)
4. Distoangular (-11o sampai dengan -79 o)
5. Lainnya (-111 o sampai dengan -80 o)
Teori didasarkan pada inklinasi impaksi gigi molar ketiga terhadap panjang axis
gigi molar kedua16
a. Mesioangular: Gigi impaksi mengalami tilting terhadap molar kedua dalam
arah mesial.
b. Distoangular: Axis panjang molar ketiga mengarah kedistal atau ke posterior
menjauhi molar kedua.
c. Horisontal: Axis panjang gigi impaksi horisontal

d. Vertikal: Axis panjang gigi impaksi berada pada arah yang sama dengan axis
panjang gigi molar kedua

e. Bukal atau lingual: Sebagai kombinasi impaksi yang dideskripsikan di atas,


gigi juga dapat mengalami impaksi secara bukal atausecara lingual
f. Transversal: Gigi secara utuh mengalami impaksi pada arah bukolingual
g. Signifikansi: Tiap inklinasi memiliki arah pencabutan gigi secara definitif.
Sebagai contoh, impaksi mesioangular sangat mudah untuk dicabut dan
impaksi distoangular merupakan posisi gigi yang paling sulit untuk dicabut.
Gigi maksila dengan posisi bukal lebih mudah dicabut karena tulang yang
menutupi gigi lebih tipis, sedangkan gigi pada sisipalatal tertutupi jumlah tulang yang
banyak, dan membuat ekstraksi sulit untuk dilakukan.12
Posisi mesioangular paling sering terjadi pada impaksi gigi bawah sedangkan
posisi distoangular paling sering terjadipada impaksi gigi atas. Untungnya kedua gigi
tersebut juga paling mudah pencabutannya. Didasarkan pada hubungan ruang, impaksi
juga dikelompokkan berdasarkan hubungan bukal lingualnya. Kebanyakan impaksi Molar
ketiga bawah mempunyai mahkota mengarah ke lingual. Pada impaksi Molar ketiga yang
melintang, orientasi mahkota selalu ke lingual. Hubungan melintang juga terjadi pada
impaksi gigi atas tetapi jarang.17
2.5.4 Klasifikasi Impaksi Molar Ketiga Menurut Thoma16
Thoma mengklasifikasikan kurvatura akar gigi molarketiga yang mengalami
impaksi ke dalam tiga kategori:
1. Akar lurus (terpisah atau mengalami fusi)
2. Akar melengkung pada sebuah posisi distal
3. Akar melengkung secara mesial
2.5.5 Klasifikasi Impaksi Molar Ketiga Menurut Killey dan Kay16
Killey dan Kay mengklasifikasikan kondisi erupsi gigi molar ketiga impaksi dan
jumlah akar ke dalam tiga kategori. Gigi tersebut diklasifikasikan sebagai berikut:
1. Erupsi
2. Erupsi sebagian
3. Tidak erupsi
2.5.6 Menurut American Dental Association16
Jumlah akar mungkin berjumlah dua atau multipel. Gigi impaksi juga dapat terjadi
dengan akar yang mengalami fusi. Dengan tujuan untuk memberikan mekanisme logis dan
praktik untuk industry asuransi.
American Association of Oral and Maxillofacial Surgeons mengklasifikasikan gigi
impaksi dan tidak erupsi berdasarkan prosedur pembedahan yang dibutuhkan untuk
melakukan pencabutan, daripada posisi anatomi gigi. Mereka mengklasifikasikan gigi
impaksi ke dalam empat kategori:
1. Pencabutan gigi hanya dengan impaksi jaringan lunak
2. Pencabutan gigi dengan impaksi tulang secara parsial
3. Pencabutan gigi dengan impaksi tulang secara sempurna
4. Pencabutan gigi dengan impaksi tulang sempurna dan komplikasi
pembedahan yang tidak biasa
Klasifikasi posisi gigi impaksi secara sistematis dan teliti membantu dalam
memeriksa arah pencabutan gigi impaksi dan juga mendeterminasikan jumlah kesulitan
yang akan dialami selama pencabutan.10

2.6 EVALUASI KLINIS


Pemeriksaan awal harus berupa sebuah riwayat medis dan dental, serta
pemeriksaan klinis ektra oral dan intral oral yang menyeluruh. Hasil penemuan positif dari
pemeriksaan ini seharusnya dapat mendeterminasikan apakah pencabutan diindikasikan
atau disarankan, dan harus mengikut sertakan pemeriksaan radiologi.12
2.6.1 Pemeriksaan Umum12
Pemeriksaan umum harus dilakukan dengan cara yang sama dengan prosedur
pembedahan lainnya. Adanya gangguan sistemik atau penyakit sistemik harus dideteksi
dan kehati-hatian harus diterapkan sebelum pembedahan. Pasien juga harus diperiksa
apakah sedang menjalani terapitertentu, seperti terapi irradiasi, terapi cytostatic, dan
transplantasi organ
2.6.2 Pemeriksaan Lokal12
1. Status erupsi gigi impaksi. Status erupsi gigi impaksi harus diperiksa karena
status pembentukan mendeterminasikan waktu pencabutan. Idealnya, gigi
dicabut ketika duapertiga akar terbentuk. Jika akar telah terbentuk sempurna,
maka gigi menjadi sangat kuat, dan gigi terkadang displitting untuk dapat
dicabut.
2. Resorpsi molar kedua. Karena kurangnya ruang molar ketiga yang impaksi
sehingga memungkin terjadi resorpsi akar pada molar kedua. Setelah
pencabutan gigi molar ketiga yang impaksi, molar kedua harus diperiksa untuk
intervensi endodontik atau periodontik tergantung pada derajat resorpsi dan
keterlibatan pulpa.
3. Adanya infeksi lokal seperti periokoronitis. Infeksi ini merupakan sebuah
inflamasi jaringan lunak yang menyelimuti mahkota gigi yang sedang erupsi
yang hampir seluruhnya membutuhkan penggunaan antibiotik atau prosedur
yang jarang dilakukan, eksisi pembedahan pada kasus rekuren. Periokoronitis
rekuren terkadang membutuhkan pencabutan gigi impaksi secara dini.
4. Pertimbangan ortodontik. Karena molar ketiga yang sedang erupsi,
memungkinkan terjadi berjejal pada regio anterior setelah perawatan ortodonti
yang berhasil. Oleh karena itu, disarankan untuk mencabut gigi molar ketiga
yang belum erupsi sebelum memulai perawatan ortodontik.
5. Karies atau resorpsi molar ketiga dan gigi tetangga. Akibatnya kurangnya ruang,
kemungkinan terdapat impaksi makanan pada area distal atau mesial gigi
impaksi yang menyebabkan karies gigi. Untuk mencegah karies servikal gigi
tetangga, disarankan untuk mencabut gigi impaksi.
6. Status periodontal. Adanya poket sekitar gigi molar ketiga yang impaksi atau
molar kedua merupakan indikasi infeksi. Penggunaan antibiotik disarankan
harus dilakukan sebelum pencabutan gigi molar ketiga impaksi secara bedah
untuk mengurangi komplikasi post-operatif.
7. Orientasi dan hubungan gigi terhadap infeksi saluran akar gigi. hal ini akan
didiskusikan secara detail pada pemeriksaan radiologi.
8. Hubungan oklusal.Hubungan oklusal molar ketiga rahang atas terhadap molar
ketiga rahang bawah harus diperiksa. Ketika gigi molar ketiga rahang bawah
yang impaksi berada pada sisi yang sama diindikasikan untuk ekstraksi, sisi
yang satunya juga harus diperiksa.
9. Nodus limfe regional.Pembengkakan dan rasa nyeri pada nodus limfe
regionalmungkin terindikasi infeksi molar ketiga
10. Fungsi temporomandibular joint.
2.6.3 Tehnik Roentgenografi Dalam Penentuan Gigi Impaksi19
Sejalan dengan perkembangan tehnik roentgenografi intraoral maupun ekstraoral,
dimulai dengan ditemukannya panagrafi sampai dengan panoramik dengan demikian
dimulailah roentgenogram gigi khususnya untuk melihat gigi impaksi. Hasilnya dapat
merupakan penuntun kerja bagi ahli bedah mulut dalam menentukan dan penatalaksanaan
kausatif lebih lanjut untuk gigi impaksi tersebut. Saat ini tehnik roentgenografi sangat
diperlukan untuk penentuan lokasi gigi impaksi, dengan kualitas hasil foto yang baik dan
interpretasi yang akurat akan meringankan penatalaksanaan yang tepat bagi operator.
Dalam tehnik roentgenografi penentuan lokasi gigi impaksi terdapat beberapa tehnik
proyeksi dengan nama sendiri-sendiri, tetapi sangat penting pula dalam pemrosesan film
yang baik agar didapat kualitas gambar yang baik pula, yang akhirnya kita bisa
menginterpretasi lokasi dari gigi tersebut sehingga kendala atau faktor-faktor kesulitan
dalam penatalaksanaan gigi impaksi dapat dikurangi.
Tehnik roentgenografi untuk lokasi gigi belakang berbeda dengan tehnik
roentgenografi untuk lokasi gigi depan. Berikut akan dijelaskan mengenai tehnik
roentgenografi untuk lokasi gigi belakang. Tehnik roentgenografi ini dikenal sebagai
roentgenografi right angle procedure.
1. Tehnik proyeksi
Pada tehnik proyeksi ini mula-mula dilakukan tehnikperiapikal kesejajaran
biasa setelah diketahui gigi impaksi (gigi premolardan molar) maka dilakukan
proyeksi true oklusal dengan menggunakan film periapikal no.2 atau film
oklusal no.4. Proyeksi sinar X diarahkan tegak lurus pada film sedangkan
fiksasi filmnya dioklusal plane diusahakan dalam proyeksi ini sinar X
menelurusi inklinasi gigi impaksi.
2. Interpretasi
Pada roentgenogram proyeksi true oklusal, terlihat gambaran radiopak dari
gigi impaksi bila dekat dengan kortek tulang rahangbukalis maka gigi tersebut
berada di bukal atau bila gigi impaksi tersebut dekat dengan kortek tulang
rahang di lingualis atau palatalis maka gigitersebut berada di lingualis atau
palatalis. Untuk rahang bawah tehnik ini lebihmudah dilakukan daripada
rahang atas oleh karena inklinasi rahang bawah lebih vertikal dibanding rahang
atas.

2.7 DAMPAK DAN KELUHAN YANG DITIMBULKAN


Gigi molar ketiga merupakan salah satu gigi yang paling banyak dibahas dalam
literatur kedokteran gigi, dan pertanyaan besar yang mengemuka adalah apakah perluuntuk
melakukan ekstraksi atau tidak perlu mendapatkan perhatian khusus bagi profesional untuk
memperdebatkan maneuver yang sangat kontrovesial ini untuk merencanakan dan
mempelajari subjek ini. Walaupun tidak semua gigi molar ketiga menyebabkan masalah
klinis dan patologis, tiap gigi molar ketiga memiliki sebuah potensi yang besar untuk
menyebabkan masalah periodontal yang berhubungan dengan perikoronitis, karies molar,
reabrsorbsi gigi molar kedua, dan juga pembentukan kista dan tumor.20
Hampir satu abad lalu, gigi impaksi kadang-kadang menimbulkan keluhan baik
akut atau kronis maupun akut eksaserbasi, gejala simptomatik tersebut mula-mula terjadi
di daerah retromolar rahang bawah maupun rahang atas bahkan bila menjalar dapat
menyebabkan timbulnya keluhan umum yang bisa pula mengganggu aktivitas penderita.19
Dampak dari adanya gigi impaksi molar ketiga rahangbawah adalah gangguan rasa
sakit, yang dimaksud dengan gangguan rasa sakit yang berasal dari reaksi radang pada
jaringan operkulum yang tampak hiperemi, bengkak dan rasa sakit bila ditekan.
Kesemuanya itu merupakan gejala yang lazim disebut sebagai perikoronitis.
Keluhan sakit juga dapat timbul olehkarena adanya karies pada gigi
molar tiga rahang bawah.8
Kerusakan atau keluhan yang ditimbulkan dari impaksi dapat berupa :10
1. Inflamasi
Inflamasi merupakan suatu perikoronitis yang lanjutannya menjadi abses
dento-alveolar akut-kronis, ulkus sub-mukus yang apabila keadaan tubuh
lemah dan tidak mendapat perawatan dapat berlanjut menjadi osteomyelitis.
Biasanya gejala-gejala ini timbul bila sudah ada hubungan soket gigi atau
folikel gigi dengan rongga mulut.
2. Resorpsi gigi tetangga
Setiap gigi yang sedang erupsi mempunyai daya tumbuh ke arah oklusal gigi
tersebut. Jika pada stadium erupsi, gigi mendapat rintangan dari gigi tetangga
maka gigi mempunyai daya untuk melawan rintangan tersebut. Misalnya gigi
terpendam molar ketiga dapat menekan molar kedua, kaninus dapat menekan
insisivus dua dan premolar. Premolar dua dapat menekan premolar satu.
Disamping mengalami resorpsi, gigi tetangga tersebut dapat berubah arah atau
posisi.
3. Kista
Suatu gigi yang terpendam mempunyai daya untuk perangsang pembentukan
kista atau bentuk patologi terutama pada masa pembentukan gigi. Benih gigi
tersebut mengalami rintangan sehingga pembentukannya terganggu menjadi
tidak sempurna dan dapat menimbulkan primordial kista dan folikular kista.
4. Rasa sakit
Rasa sakit dapat timbul bila gigi terpendam menekansyaraf atau menekan gigi
tetangga dan tekanan tersebut dilanjutkan ke gigi tetangga lain di dalam
deretan gigi, dan ini dapat menimbulkan rasa sakit. Rasa sakit dapat timbul
karena :
a. Periodontitis pada gigi yang mengalami trauma kronis
b. Gigi terpendam langsung menekan nervus alveolaris inferior pada
kanalis mandibularis.
Gigi molar ketiga rahang bawah impaksi dapat mengganggu fungsi pengunyah dan
sering menyebabkan berbagai komplikasi. Komplikasi yang terjadi dapat berupa resorbsi
patologis gigi yang berdekatan, terbentuknya kista folikuler, rasa sakit neurolgik,
perikoronitis, bahaya fraktur rahang akibat lemahnya rahang dan berdesakan gigi anterior
akibat tekanan gigi impaksi ke anterior. Dapat pula terjadiperiostitis, neoplasma dan
komplikasi lainnya.6
BAB III
LAPORAN KASUS

3.1. Identitas Pasien


Nama : Nn. DA
Jenis Kelamin : Wanita
Usia : 24 tahun
Pekerjaan : Swasta
No. Telp : 08988767522
Alamat : Randusari Pos II atas RT05/02
No. RM : 027043

3.2. Skrining & Tanda Vital


Alergi : Tidak ada
Nyeri : VAS 4
Gizi : Baik
TekananDarah : 100/70 mmHg
Nadi : 76 kali/menit
Respirasi : Tidak dilakukan
Suhu : Tidak dilakukan
TB : Tidak dilakukan
BB : Tidak diakukan

3.3. Pemeriksaan Subjektif


Anamnesis
Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis dengan pasien di Poli Gigi dan Mulut
RSND pada tanggal 8 Februari 2018 pada pukul 08.00

Keluhan Utama : Nyeri gigi kanan bawah

Riwayat Penyakit Sekarang : Kurang lebih 2 miggu sebelum masuk rumah sakit,
pasien mengeluhkan nyeri pada gigi kanan bawah. Nyeri dirasakan hilang timbul.
Biasanya nyeri dipicu makanan dingin dan panas. Bila sedang nyeri, nyeri sangat
mengganggu aktivitas. Nyeri berkurang dengan antinyeri. Rasa mengganjal pada
rahang kanan (+) Riwayat gusi berdarah disangkal, demam disangkal, wajah
bengkak disangkal.

Riwayat Penyakit Dahulu :


 Riwayat penyakit yang mempunyai gejala dan tanda sama disangkal
 Riwayat penyakit kelainan darah disangkal

Riwayat Penyakit Keluarga:


 Riwayat gejala yang sama tidak diketahui
 Riwayat penyakit darah tinggi disangkal
 Riwayat penyakit gula disangkal
 Riwayat penyakit jantung disangkal
 Riwayat kelainan darah disangkal

Riwayat Sosial Ekonomi:


Pasien merupakan pekerja swasta dan masih tinggal bersama orangtua
Pembiayaan ditanggung oleh BPJS
Kesan sosial ekonomi: cukup

3.4. Pemeriksaan Objektif


Pemeriksaan fisik dilakukan di Poli Gigi dan Mulut RSND pada tanggal 8 Februari
2018 pada pukul 08.00

Status General
Kondisi umum : Baik
Sistem Kardiorespirasi : Tidak dilakukan

Pemeriksaan Fisik
Ekstra Oral :
Kelenjar limfe submandibular kiri : Tidak ada pembesaran
Kelenjar limfe submandibular kanan : Tidak ada pembesaran
Asimetri muka : Tidak ada
Intra Oral
Mukosa pipi kanan dan kiri : Edema (-), Hiperemis (-),Perdarahan (-), Pucat (-)
Mukosa palatum : Edema (-), Hiperemis (-),Perdarahan (-), Pucat (-)
Mukosa dasar mulut atau lidah: Edema (-), Hiperemis (-),Perdarahan (-), Pucat (-)
Mukosa pharynx : Edema (-), Hiperemis (-),Perdarahan (-), Pucat (-)
Kelainan periodontal
Giggiva RA : Edema (-), Hiperemis (-),Perdarahan (-), Pucat (-), Resesi (-)
Ginggiva RB : Edema (-), Hiperemis (-),Perdarahan (-), Pucat (-), Resesi (-)

Status Lokalis dan Dental


Inspeksi : mukosa dbn, nampak karies pada gigi 4.7 palatal
impaksi gigi 3.8 dan 4.8 kearah mesial.
Sondasi : 4.8 (+)
Palpasi : 4.8 (-)
Perkusi : 4.8 (-)
Mobilitas : 4.8 (-)
Vitalitas : 4.8 (+)
3.5. Odontogram

Oklusi : normal bite/ cross bite/ step bite


Lain-lain : anomaly/ kalkulus/ stain

3.6. Diagnosis Kerja & Diagnosis Banding


Dx : impaksi gigi 4.8 ke arah mesial
DD :-

3.7. Tatalaksana
Tatalaksana sebagai dokter umum
 Antinyeri asam mefenamat 3 x 500 mg
 Merujuk TS Dokter Gigi
SURAT RUJUKAN

Yth. TS Dokter Gigi


di RSND

Mohon pemeriksaan dan pengobatan lebih lanjut terhadap penderita,


Nama : Nn DA
Jenis kelamin : Wanita
Umur : 24 tahun
Alamat : Randusari, Semarang

Keluhan : Nyeri gigi kanan bawah


Diagnosa sementara : impaksi gigi 4.8 ke arah mesial
Tatalaksana yang sudah diberikan: asam mefenamat 3 x 500 mg

Demikian surat rujukan ini kami kirim. Atas perhatian dan kerja sama
Bapak/Ibu kami ucapkan terima kasih.

Salam sejawat,

dr....
SIP...

Tatalaksana definitif
 Operasi ekstraksi gigi impaksi
BAB IV
PEMBAHASAN

Seorang wanita 24 tahun datang ke Poli Gigi dan Mulut RSND pada hari Kamis, 8
Februari 2018, dengan keluhan Nyeri gigi kanan bawah. Kurang lebih 2 miggu sebelum
masuk rumah sakit, pasien mengeluhkan nyeri pada gigi kanan bawah. Nyeri dirasakan
hilang timbul. Biasanya nyeri dipicu makanan dingin dan panas. Bila sedang nyeri, nyeri
sangat mengganggu aktivitas. Nyeri berkurang dengan antinyeri. Rasa mengganjal pada
rahang kanan (+) Riwayat gusi berdarah disangkal, demam disangkal, wajah bengkak
disangkal. Adapun keluhan pasien ini sesuai dengan tinjauan pustaka, dimana dampak dari
adanya gigi impaksi molar ketiga adalah gangguan rasa sakit, yang dimaksud dengan
gangguan rasa sakit yang berasal dari reaksi radang pada jaringan operkulum yang tampak
hiperemi, bengkak dan rasa sakit bila ditekan.
Berdasarkan hasil pemeriksaan fisik ekstra oral, pada inspeksi tidak didapatkan
asimetri muka. Pada palpasi pembesaran kelenjar limfe submandibular kiri dan kanan.
Pada pemeriksaan intra oral tidak dapatkan kelainan mucosa pada pipi kiri dan kanan,
palatum, dasar mulut atau lidah serta mucosa palatum. Tidak ditemukan ginggivitis pada
gingiva rahang bawah dan pada gingiva rahang atas, tampak impaksi pada gigi 4.8 ke arah
mesial. Tampak adanya karies pada gigi 4.7, dan pada palpasi serta perkusi tidak dijumpai
rasa nyeri, gigi tidak goyah. Pada pemeriksaan sondasi hasil positif pada gigi 4.8. Gigi
dalam keadaan vital. Pada tinjauan pustaka dibahas untuk pemeriksaan fisik ini berguna
untuk status pembentukan mendeterminasikan waktu pencabutan, intervensi endodontik
atau periodontik tergantung pada derajat resorpsi dan keterlibatan pulpa pada molar dua,
dan pertimbahan penggunaan antibiotik.
Dari anamnesis dan pemeriksaan fisik, pasien didiagnosis mengalami impaksi gigi
4.8 ke arah mesial.
Tidak ada perawatan spesifik yang dapat dilakukan untuk penyakit impaksi ini.
Terapi definitif pada impaksi adalah operasi untuk pengambilan gigi yang mengalami
impaksi. Pada pasien ini tatalaksana yang diberikan adalah asam mefenamat, dan dirujuk
ke dokter gigi.
BAB V
KESIMPULAN

2.1 Kesimpulan
Telah diperiksa seorang Wanita usia 24 tahun dengan keluhan nyeri gigi kanan
bawah dengan diagnosis kerja impaksi gigi 4.8 ke arah mesial. Penegakan diagnosis pada
pasien dilakukan dari anamnesis, pemeriksaan ekstra oral dan intra oral. Berdasarkan
diagnosis di atas, Penatalaksanaan yang sesuai dengan kompetensi dokter umum adalah
pemberian antinyeri dan merujuk ke dokter gigi untuk dilakukan ekstraksi gigi impaksi
tersebut, serta pemberian antinyeri dan antibiotik pasca tindakan.

2.2 Saran
1. Perlunya pengetahuan serta pemahaman yang cukup mengenai impaksi gigi,
serta komplikasinya sehingga dokter umum dapat mengedukasi pasien
tindakan yang diperlukan untuk menanangani kondisi tersebut.
2. Perlunya edukasi kepada pasien dan keluarganya mengenai impaksi gigi,
penananganan awal yang diberikan, serta tindakan bedah yang akan dilakukan.
3. Perlunya edukasi kepada pasien dan keluarganya untuk menjaga kebersihan
gigi dan mulut agar terhindar dari penyakit gigi dan mulut, sikat gigi dengan
cara yang benar, dan rutin memeriksakan gigi setiap 6 bulan sekali
DAFTAR PUSTAKA

1. Joudzbalys, Gintaras dan Povilas Daugela. Mandibular Third Impaction : Review


of Literature and a Proposal of a Classification. Journal of Oral & Maxillofacial
Research. 2013 Apr-Jun 4(2) e1.
2. Alamsyah RM, Situmarong N. Dampak Gigi Molar Tiga Mandibula Impaksi
Terhadap Kualitas Hidup Mahasiswa Universitas Sumatera Barat. Dentika Dental
Journal 2005;10(2):73-4
3. Amaliyana E. Deskripsi Gigi Impaksi Molar Ketiga Rahang Bawah Di RSUD
Banjarmasin. Dentino (Jurnal Kedokteran Gigi). 2014;11(2):134-7
4. Tridjaja AN. Pengamatan Klinik Gigi Molar Tiga Bawah Impaksi Dan Variasi
Komplikasi Yang Diakibatkannya Di RS Cipto Mangunkusumo Bulan Juli 1993
S/D Desember 1993. 2011. Available from : URL: http://eprints.lib.ui.ac.id/12366/
5. Chanda MH, Zahbia ZN. Pengaruh Bentuk Gigi Geligi Terhadap Terjadinya
Impaksi Gigi Molar Ketiga Rahang Bawah. Dentofasial Jurnal Kedokteran Gigi
2007; 6(2):65
6. Astuti ERT. Prevalensi Karies Pada Permukaan Distalgigi Geraham Dua Rahang
Bawah Yang Diakibatkan Oleh Impaksi Gigi Geraham Tiga Rahang Bawah. Jurnal
MIKGI 2002;IV(7):154-6
7. Nasir M, Mawardi. Perawatan impaksi impaksi gigi insisivus sentralis maksila
dengan kombinasi teknik flep tertutup dan tarikan ortodontik (laporan kasus).
Dentika Dental Jurnal 2003;8(2):95
8. Astuti ERT. Prevalensi karies pada permukaan distalgigi geraham dua rahang
bawah yang diakibatkan oleh impaksi gigi geraham tiga rahang bawah. Jurnal
MIKGI 2002;IV(7):154-6
9. Pertiwi ASP, Sasmita IS. Penatalaksanaan kekuranganruangan pada gigi impaksi
1.1 secara pembedahan dan ortodontik. Indonesian Jurnal of Oral and Maxillofacial
Surgeon 2004:229-30
10. Tjiptono KN, Harahap S, Arnus S, Osmani S. Ilmu bedah mulut 2nd ed.
Jakarta:Cahaya Sukma;1989,p.145-148
11. Beek GCV. Morfologi gigi 2nd ed. Editor: Andrianto P. Alih Bahasa: Yuwono L.
12. Balaji SM. Oral and maxillofacial surgery. Delhi: Elsevier; 2009,p.233-5
13. Dwipayanti A, Adriatmoko W, Rochim A. Komplikasi post odontektomi gigi
molar ketiga rahang bawah impaksi. Journal of the Indonesian Dental Assocation
2009;58(2):20
14. Harshanur IW. Anatomi gigi. Jakarta : EGC;1991,p.221,239
15. Metalita M. Pencabutan gigi molar ketiga untuk mencegah terjadinya gigi
berdesakan anterior rahang bawah. Available from :URL: http://www.pdgi-
online.com/v2/index.php?option=com_content&task=view&id=582&Itemid=1
Accessed December 18, 2017
16. Obimakinde OS. Impacted mandibular third molar surgery; an overview.
Dentiscope 2009;16:2-3
17. Pederson GW. Buku ajar praktis bedah mulut 2nd ed. Alih Bahasa: Purwanto,
Basoeseno. Jakarta: EGC; 1996,hal.61-3
18. Fragiskos D. Oral surgery. Editor: Schroder GM, Heidelberg. Alih
Bahasa:Tsitsogianis H.Berlin: Springer; 2007,p.126-7
19. Lukman D. Penentuan lokasi roentgnografi gigi impaksi. Journal of the Indonesian
Dental Association 2004;54(1):10-13
20. Marzola C, Comparin E, Filho JLT. Third molars classifications prevalence in the
cities of cunha pora, maravilha and palmitos inthe northwest of santa catarina state
in brazil. Available from: URL:http://www.actiradentes.com.br/revista/2007/text
os/3RevistaATO-Prevalence_Third_Molars_Positions-2007.pdf December 18,
2017
LAMPIRAN

Foto klinis pasien

You might also like