You are on page 1of 19

Bencana (Disaster) merupakan suatu kata yang tak asing didengar oleh masyarakat.

Menurut UU no 24 tahun 2007


bencana dapat didefinisikan sebagai peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan
penghidupan masyarakat yang disebabkan oleh faktor alam/non alam ataupun manusia yang menimbulkan korban jiwa manusia,
kerusakan lingkungan, kerugian harta benda dan dampak psikologis.
Berdasarkan buku Disaster Management – A. Disaster Manager’s Handbook (Kodoatie dan Sjarief, 2010:53) menyatakan bahwa:

“Bencana adalah suatu kejadian alam atau buatan manusia, tiba-tiba atau progesive, yang menimbulkan dampak yang dahsyat
(hebat) sehingga komunitas (masyarakat) yang terkena atau terpengaruh harus merespon dengan tindakan-tindakan luar biasa.”

Pengertian mitigasi bencana menurut Undang-undang no. 24 tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana, yaitu:
“Mitigasi Bencana adalah serangkaian upaya untuk mengurangi risiko bencana, baik melalui pembangunan fisik maupun
penyadaran dan peningkatan kemampuan menghadapi ancaman bencana.”

Berdasarkan dua definisi dari mitigasi diatas maka dapat disimpulkan bahwa mitigasi adalah serangkaian upaya atau
tindakan yang dilakukan membatasi dan mengurangi resiko yang disebabkan dari bencana alam dengan memaksimalkan
pembangunan fisik serta peyadaran dalam masyarakat dan pemerintah serta peningkatan kemampuan untuk menghadapi ancaman
bencana yang ada.
Tujuan utama dari Kebijakan Mitigasi Bencana ini, seperti yang dikemukakan dalam Tinjauan Bencana Alam dan
Mitigasinya oleh Balai Besar Meteorologi dan Geofisika Makassar antara lain:
1. Mengurangi resiko/dampak yang ditimbulkan oleh bencana khususnya bagi penduduk, seperti korban jiwa, kerugian ekonomi dan
kerusakan sumberdaya alam.
2. Sebagai landasan (pedoman) untuk perencanaan pembangunan suatu wilayah.
3. Meningkatkan pengetahuan masyarakat dalam menghadapi serta mengurangi dampak/resiko bencana.
4. Meningkatkan peran serta pernerintah baik pusat maupun daerah, pihak swasta maupun masyarakat dalam mitigasi bencana, baik
terhadap kehidupan manusia maupun harta benda.

Dalam mitigasi bencana terdapat istilah-istilah yang harus dikenal dan merupakan sebuah tingkatan dalam sebuah
perencanaan mitigasi bencana yaitu:
a. Ancaman (Hazard) Bencana
Menurut UU No 24 Tahun 2007, Ancaman adalah suatu kejadian atau peristiwa yang menimbulkan bencana.
Berdasarkan waktu kejadiannya, faktor bahaya dapat dibedakan menjadi 3 yaitu:
1) Tiba-tiba/ tidak terduga (gempa bumi, tsunami, dll)
2) Bertahap, terduga dan teramati (wabah penyakit, aktivitas gunung merapi dll)
3) Periodik, terduga dan teramati (banjir, pasang surut, kekeringan, dll)

b. Kerentanan (vulnerability) Sebagai Identitas Kondisi Kebencanaan


Menurut UU Penanggulangan Bencana, kerentanan disebut sebagai rawan bencana, dimana definisinya adalah kondisi
atau karakteristik geologi, biologis, hidrologis, klimatologis, geografis, sosial, budaya, politik, ekonomi dan teknologi pada suatu
wilayah untuk jangka waktu tertentu yang mengurangi kemampuan mencegah, meredam, mencapai kesiapan, dan mengurangi
kemampuan untuk menanggapi dampak buruk bahaya tertentu. Kerentanan dapat menunjukkan nilai dari potensi kerugian pada
suatu wilayah bencana alam, baik itu nilai lingkungan, materi, korban jiwa, tatanan sosial dan lainnya.
Menurut ISDR (2004), ancaman adalah suatu kondisi, gejala atau aktivitas manusia yang berpotensi menimbulkan korban
jiwa, kerugian materil, kerusakan tatanan sosial dan lingkungan. Berdasarkan definisi dari ISDR ini maka kerentanan terdiri dari
4 faktor yaitu:
1) Fisik
Faktor kerentanan fisik pada umumnya merujuk pada perhatian kelemahan atau kekurangan pada lokasi serta lingkungan
terbangun. Hal ini dapat diartikan sebagai wilayah terbuka (exposure) atau tempat yang sangat rentan terkena bahaya (placed in
harm’s way), atau secara sederhana faktor fisik ini berkaitan dengan pemilihan lokasi untuk kawasan terbangun.
2) Sosial
Parameter yang berkaitan dengan faktor kerentanan sosial adalah yang berhubungan dengan kehidupan individu, komunitas, dan
masyarakat pada umumnya. Hal tersebut termasuk aspek yang berkaitan dengan tingkat jaminan keamanan dan ketenangan,
jaminan hak asasi manusia, sistem pemerintahan yang baik, persamaan sosial, nilai sosial positif, ideologi, isu gender, dan
kelompok usia. Kearifan lokal serta kebiasaan atau tradisi dapat menjadi bagian untuk meningkatkan kapabilitas sosial.
3) Ekonomi
Tingkat kerentanan ekonomi sangat bergantung pada status ekonomi dari masyarakat, komunitas serta tingkat diatasnya. Selain
itu jumlah kaum miskin, komposisi jumlah perempuan yang tidak berimbang dan para manula juga akan meningkatkan
kerentanan ekonomi, karena kelompok ini dianggap paling rentan apabila terjadi bencana, karena pada umumnya kelompok ini
memiliki keterbatasan kemampuan dalam upaya pemulihan akibat bencana. Kerentanan ekonomi juga bergantung pada kondisi
cadangan ekonomi dari masyarakat, komunitas atau level diatasnya, akses pada pendanaan, pinjaman dan asuransi. Ekonomi
yang lemah pada umumnya akan meningkatkan tingkat kerentanan ekonomi. Selain itu keterbatasan akses terhadap infrasturktur
pendukung perekonomian seperti akses jalan, perbankan, pasar juga berpengaruh pada tingkat kerentanan ekonomi.
4) Lingkungan (Ekologi)
Aspek kunci dari kerentanan lingkungan termasuk didalamnya peningkatan penurunan sumberdaya alam serta status degradasi
sumberdaya. Dengan kata lain kekurangan dari resilience dalam sistem ekologi serta terbuka terhadap zat beracun serta polutan
berbahaya, merupakan elemen penting dalam membentuk kerentanan lingkungan. Dengan meningkatnya kerentanan lingkungan
seperti berkurangnya biodiversity, penurunan mutu tanah atau kelangkaan air bersih akan dengan mudahnya mengancam jaminan
terpenuhinya kebutuhan pangan bagi masyarakat yang bergantung pada produksi lahan, hutan serta lingkungan laut untuk mata
pencahariannya. Lingkungan yang terpolusi juga meningkatkan ancaman resiko kesehatan.

c. Tingkat Resiko Bencana (Risk)


Dalam UU Penanganan Bencana, resiko bencana adalah potensi kerugian yang ditimbulkan akibat bencana pada suatu
wilayah dan kurun waktu tertentu yang dapat berupa kematian, luka, sakit, jiwa terancam, hilangnya rasa aman mengungsi,
kerusakan, atau kehilangan harta dan gangguan kegiatan masyarakat.

Berdasarkan sumber penyebabnya bencana dapat dikategorikan menjadi


1.Bencana alam adalah segala jenis bencana yang sumber, perilaku, dan faktor penyebab atau pengaruhnya berasal dari alam,
seperti : banjir, tanah longsor, gempabumi, erupsi gunungapi, kekeringan, angin ribut dan tsunami.
2.Bencana non alam adalah adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau rangkaian peristiwa nonalam yang antara
lain berupa gagal teknologi, gagal modernisasi, epidemi, dan wabah penyakit.
3.Bencana sosial adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian peristiwa yang diakibatkan oleh manusia
yang meliputi konflik sosial antarkelompok atau antar komunitas masyarakat, dan teror.

Bagaimana proses mitigasi bencana?


Mitigasi bencana merupakan serangkaian upaya yang meliputi penetapan kebijakan pembangunan yang berisiko timbulnya
bencana, kegiatan pencegahan bencana, tanggap darurat, dan rehabilitasi. Tujuan dari mitigasi bencana adalah :
a. memberikan perlindungan kepada masyarakat dari ancaman bencana;
b. menyelaraskan peraturan perundang-undangan yang sudah ada;
c. menjamin terselenggaranya penanggulangan bencana secara terencana, terpadu, terkoordinasi, dan menyeluruh;
d. menghargai budaya lokal;
e. membangun partisipasi dan kemitraan publik serta swasta;
f. mendorong semangat gotong royong, kesetiakawanan, dan kedermawanan; dan
g. menciptakan perdamaian dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

Mitigasi bencana terbagi menjadi 3 tahapan yaitu


1. pra bencana
2. tanggap darurat
3. pasca bencana
Prabencana

Penyelenggaraan penanggulangan bencana pada tahapan prabencana meliputi:

a. dalam situasi tidak terjadi bencana; meliputi :

1). perencanaan penanggulangan bencana; yang terdiri atas : pengenalan dan pengkajian ancaman bencana; pemahaman tentang
kerentanan masyarakat; analisis kemungkinan dampak bencana; pilihan tindakan pengurangan risiko bencana;penentuan
mekanisme kesiapan dan penanggulangan dampak bencana; dan alokasi tugas, kewenangan, dan sumber daya yang tersedia.

2). pengurangan risiko bencana; yang terdiri atas : pengenalan dan pemantauan risiko bencana; perencanaan partisipatif
penanggulangan bencana; pengembangan budaya sadar bencana; peningkatan komitmen terhadap pelaku penanggulangan
bencana; dan penerapan upaya fisik, nonfisik, dan pengaturan penanggulangan bencana.
3). pencegahan; yang terdiri atas : identifikasi dan pengenalan secara pasti terhadap sumber bahaya atau ancaman bencana;
kontrol terhadap penguasaan dan pengelolaan sumber daya alam yang secara tiba-tiba dan/atau berangsur berpotensi menjadi
sumber bahaya bencana; pemantauan penggunaan teknologi yang secara tiba-tiba dan/atau berangsur berpotensi menjadi sumber
ancaman atau bahaya bencana; penataan ruang dan pengelolaan lingkungan hidup; dan penguatan ketahanan sosial masyarakat.

4). pemaduan dalam perencanaan pembangunan yang dilakukan dengan cara mencantumkan unsur-unsur rencana
penanggulangan bencana ke dalam rencana pembangunan pusat dan daerah, dilakukan secara berkala dikoordinasikan oleh suatu
Badan.

5). analisis resiko bencana


6).pelaksanaan dan penegakan rencana tata ruang dilakukan untuk mengurangi resiko bencana yang mencakup pemberlakuan
peraturan tentang penataan ruang, standar keselamatan, dan penerapan sanksi terhadap pelanggar.
7). pendidikan dan pelatihan; dan
8). persyaratan standar teknis penanggulangan bencana.

b. dalam situasi terdapat potensi terjadinya bencana, meliputi : kesiapsiagaan, peringatan dini, dan mitigasi bencana.

Tanggap Darurat

Penyelenggaraan penanggulangan bencana pada saat tanggap darurat meliputi:

a. pengkajian secara cepat dan tepat terhadap lokasi, kerusakan, dan sumber daya; untuk mengidentifikasi: cakupan lokasi
bencana; jumlah korban; kerusakan prasarana dan sarana; gangguan terhadap fungsi pelayanan umum serta pemerintahan; dan
kemampuan sumber daya alam maupun buatan.
b. penentuan status keadaan darurat bencana;

c. penyelamatan dan evakuasi masyarakat terkena bencana melalui upaya: pencarian dan penyelamatan korban; pertolongan
darurat; dan/atau evakuasi korban.

d. pemenuhan kebutuhan dasar yang meliputi : kebutuhan air bersih dan sanitasi; pangan; sandang; pelayanan kesehatan;
pelayanan psikososial; dan penampungan dan tempat hunian.

e. perlindungan terhadap kelompok rentan yaitu dengan memberikan prioritas kepada kelompok rentan (bayi, balita, dan anak-
anak; ibu yang sedang mengandung atau menyusui; penyandang cacat; dan orang lanjut usia) berupa penyelamatan, evakuasi,
pengamanan, pelayanan kesehatan, dan psikososial.

f. pemulihan dengan segera prasarana dan sarana vital, dilakukan dengan memperbaiki dan/atau mengganti kerusakan akibat
bencana.

Pascabencana

Penyelenggaraan penanggulangan bencana pada tahap pascabencana meliputi:


a. rehabilitasi; melalui kegiatan: perbaikan lingkungan daerah bencana; perbaikan prasarana dan sarana umum; pemberian
bantuan perbaikan rumah masyarakat; pemulihan sosial psikologis; pelayanan kesehatan; rekonsiliasi dan resolusi konflik;
pemulihan sosial ekonomi budaya; pemulihan keamanan dan ketertiban; pemulihan fungsi pemerintahan; dan pemulihan fungsi
pelayanan publik.

b. rekonstruksi, dilakukan melalui kegiatan pembangunan yang lebih baik, meliputi: pembangunan kembali prasarana dan sarana;
pembangunan kembali sarana sosial masyarakat; pembangkitan kembali kehidupan sosial budaya masyarakat; penerapan rancang
bangun yang tepat dan penggunaan peralatan yang lebih baik dan tahan bencana; partisipasi dan peran serta lembaga dan
organisasi kemasyarakatan, dunia usaha, dan masyarakat; peningkatan kondisi sosial, ekonomi, dan budaya; peningkatan fungsi
pelayanan publik; dan peningkatan pelayanan utama dalam masyarakat.
Jenis-Jenis Bencana Alam
1. Bencana alam yang disebabkan oleh dinamika Litosfer
a. Letusan gunung api
Letusan gunung api merupakan proses keluarnya magma yang berada di perut bumi ke permukaan bumi berupa material padat
berupa bom, lavili dan deb vulkanik, material cair berupa lahar dan material gas berupa awan panas
b. Tanah longsor
Tanah longsor merupakan gerakan masa batuan atau tanah menuruni lereng atau tebing.
c. Gempa bumi
Gempa bumi merupakan getaran pada permukaan bumi yang diakibatkan oleh pergerakan dan/atau interaksi lempeng tektonik
serta aktivitas vulkanik
2. Bencana alam yang disebabkan oleh dinamika Hidrosfer
a. Banjir
Fenomena banjir merupakan peristiwa meluapnya air dari sungai sehingga menggenangi wilayah daratan yang normalnya kering.
Banjir umumnya terjadi ketika volume air pada sungai melebihi daya tampung sungai tersebut.
b. Tsunami
Fenomena tsunami merupakan gelombang pasang yang terjadi akibat akibat aktivitas tektonik dan letusan gunung api yang
terdapat di dasar laut
3. Bencana alam yang disebabkan oleh dinamika Atmosfer
a. Badai tropis
Dalam meteorologi dikenal istilah Badai Tropis yang merupakan pusaran angin tertutup pada suatu wilayah bertekanan udara
rendah. Kekuatan angin yang terjadi pada Badai Tropis dapat mencapai kecepatan lebih dari 128 km/jam dengan jangkauan lebih
dari 200 Km dan berlangsung selama beberapa hari hingga lebih dari satu minggu.
b. Tornado

Tornado adalah kolom udara yang berputar kencang yang membentuk hubungan antara awan cumulonimbus atau
dalam kejadian langka dari dasar awan cumulus dengan permukaan tanah. Tornado muncul dalam banyak ukuran namun
umumnya berbentukcorong kondensasi yang terlihat jelas yang ujungnya yang menyentuh bumi menyempit dan sering dikelilingi
oleh awan yang membawa puing-puing. Umumnya tornado memiliki kecepatan angin 177 km/jam atau lebih dengan rata-rata
jangkauan 75 m dan menempuh beberapa kilometer sebelum menghilang. Beberapa tornado yang mencapai kecepatan angin
lebih dari 300-480 km/jam memiliki lebar lebih dari satu mil (1.6 km) dan dapat bertahan di permukaan dengan lebih dari
100 km.

C. Karakteristik Bencana Alam


1. Karakteristik letusan gunung api
Gunung berapi adalah bukaan, atau rekahan, pada permukaan atau kerak Bumi, yang membenarkan gas, abu, dan batu cair yang
panas bebas jauh di dalam bawah permukaan bumi. Aktiviti gunung berapi membabitkan extrusion of rock yang cenderung
membentuk gunung atau ciri-ciri berbentuk gunung melalui tempoh masa.
Gunung berapi yang akan meletus dapat diketahui melalui beberapa tanda, antara lain:
- Suhu di sekitar gunung naik.
- Mata air menjadi kering
- Sering mengeluarkan suara gemuruh, kadang disertai getaran (gempa)
- Tumbuhan di sekitar gunung layu
- Binatang di sekitar gunung bermigrasi

Berikut adalah hasil dari letusan gunung berapi, antara lain :


a) Gas vulkanik
Gas yang dikeluarkan gunung berapi pada saat meletus. Gas tersebut antara lain Karbon monoksida (CO), Karbon
dioksida (CO2), Hidrogen Sulfida (H2S), Sulfur dioksida (S02), dan Nitrogen (NO2) yang dapat membahayakan manusia.
b) Lava dan aliran pasir serta batu panas
Lava adalah cairan magma dengan suhu tinggi yang mengalir dari dalam Bumi ke permukaan melalui kawah. Lava
encer akan mengalir mengikuti aliran sungai sedangkan lava kental akan membeku dekat dengan sumbernya. Lava yang
membeku akan membentuk bermacam-macam batuan.
c) Lahar
Lahar adalah lava yang telah bercampur dengan batuan, air, dan material lainnya. Lahar sangat berbahaya bagi
penduduk di lereng gunung berapi.
d) Hujan Abu
Yakni material yang sangat halus yang disemburkan ke udara saat terjadi letusan. Karena sangat halus, abu letusan
dapat terbawa angin dan dirasakan sampai ratusan kilometer jauhnya. Abu letusan ini bisa menganggu pernapasan.
e) Awan panas
Yakni hasil letusan yang mengalir bergulung seperti awan. Di dalam gulungan ini terdapat batuan pijar yang panas dan
material vulkanik padat dengan suhu lebih besar dari 600 °C. Awan panas dapat mengakibatkan luka bakar pada tubuh yang
terbuka seperti kepala, lengan, leher atau kaki dan juga dapat menyebabkan sesak napas.
2. Karakteristik tanah longsor
Tanah longsor adalah perpindahan material pembentuk lereng berupa batuan, bahan rombakan,tanah, atau material campuran
tersebut, bergerak ke bawah atau keluar lereng.
Faktor-faktor yang menyebabkan longsor
Pada prinsipnya tanah longsor terjadi bila gaya pendorong pada lereng lebih besar dari gaya penahan. Gaya penahan
umumnya dipengaruhi oleh kekuatan batuan dan kepadatan tanah. Sedangkan gaya pendorong dipengaruhi oleh besarnya sudut
kemiringan lereng, air, beban serta berat jenis tanah batuan.
Faktor penyebab terjadinya gerakan pada lereng juga tergantung pada kondisi batuan dan tanah penyusun lereng, struktur
geologi, curah hujan, vegetasi penutup dan penggunaan lahan pada lereng tersebut, namun secara garis besar dapat dibedakan
sebagai faktor alam dan faktor manusia:
a) Faktor alam
• Kondisi geologi : batuan lapuk, kemiringan lapisan, sisipan lapisan batu lempung, strukutur sesar dan kekar, gempa bumi,
stragrafi dan gunung berapi.
• Iklim : curah hujan yang tinggi.
• Keadaan topografi : lereng yang curam.
• Keadaan air : kondisi drainase yang tersumbat, akumulasi massa air, erosi dalam, pelarutan dan tekanan hidrostatika.
• Tutup lahan yang mengurangi tahan geser, misalnya tanah kritis.
• Getaran yang diakibatkan oleh gempa bumi, ledakan, getaran mesin, dan getaran lalu lintas kendaraan.
b) Faktor manusia
• Pemotongan tebing pada penambangan batu di lereg yang terjal.
• Penimbunan tanah urugan di daerah lereng.
• Kegagalan struktur dinding penahan tanah.
• Penggundulan hutan.
• Budidaya kolam ikan diatas lereng.
• Sistem pertanian yang tidak memperhatikan irigasi yang aman.
• Pengembangan wilayah yang tidak di imbangi dengan kesadaran masyarakat, sehingga RUTR tidak ditaati yang akhirnya
merugikan sendiri.
• Sistem drainase daerah lereng yang tidak baik.
Ciri-ciri tanah longsor yaitu sebagai berikut :
• Munculnya retakan-retakan di lereng yang sejajar dengan arah tebing. Biasanya terjadi setelah hujan.
• Munculnya mata air baru secara tiba-tiba.
• Tebing rapuh dan kerikil mulai berjatuhan.
• Jika musim hujan biasanya air tergenang, menjelang bencana itu, airnya langsung hilang.
• Pintu dan jendela yang sulit dibuka.
• Runtuhnya bagian tanah dalam jumlah besar.
• Pohon/tiang listrik banyak yang miring.
• Halaman/dalam rumah tiba-tiba ambles.
Ada enam jenis longsor, yaitu: longsoran translasi, longsoran rotasi, pergerakan blok, runtuhan batu, rayapan tanah dan aliran
bahan rombakan. Jenis longsoran translasi dan rotasi paling banyak terjadi di Indonesia sedangkan longsoran yang
paling banyak memakan korban jiwa manusia adalah aliran bahan rombakan.
3. Karakteristik gempa bumi
Gempabumi adalah peristiwa bergetarnya bumi akibat pelepasan energi di dalam bumi secara tiba-tiba yang ditandai dengan
patahnya lapisan batuan pada kerak bumi. Akumulasi energi penyebab terjadinya gempabumi dihasilkan dari pergerakan
lempeng-lempeng tektonik. Energi yang dihasilkan dipancarkan kesegala arah berupa gelombang gempabumi sehingga efeknya
dapat dirasakan sampai ke permukaan bumi.
Karakteristik Gempabumi
- Berlangsung dalam waktu yang sangat singkat
- Lokasi kejadian tertentu
- Akibatnya dapat menimbulkan bencana
- Berpotensi terulang lagi
- Belum dapat diprediksi
- Tidak dapat dicegah, tetapi akibat yang ditimbulkan dapat dikurangi
Tipe gempa bumi
a. Gempa bumi vulkanik ( Gunung Api ) ; Gempa bumi ini terjadi akibat adanya aktivitas magma, yang biasa terjadi sebelum
gunung api meletus.
b. Gempa bumi tektonik ; Gempa bumi ini disebabkan oleh adanya aktivitas tektonik, yaitu pergeseran lempeng lempeng tektonik
secara mendadak yang mempunyai kekuatan dari yang sangat kecil hingga yang sangat besar. Gempabumi ini banyak
menimbulkan kerusakan atau bencana alam di bumi, getaran gempa bumi yang kuat mampu menjalar keseluruh bagian bumi.
c. Gempa bumi tumbukan ; Gempa bumi ini diakibatkan oleh tumbukan meteor atau asteroid yang jatuh ke bumi, jenis gempa
bumi ini jarang terjadi.
d. Gempa bumi runtuhan ; Gempa bumi ini biasanya terjadi pada daerah kapur ataupun pada daerah pertambangan, gempabumi
jarang terjadi dan bersifat lokal.
e. Gempa bumi buatan ; Gempa bumi buatan adalah gempa bumi yang disebabkan oleh aktivitas dari manusia, seperti peledakan
dinamit, nuklir atau palu yang dipukulkan ke permukaan bumi
4. Karakteristik banjir
Banjir merupakan peristiwa meluapnya air dari sungai sehingga menggenangi wilayah daratan yang normalnya kering.
Banjir umumnya terjadi ketika volume air pada sungai melebihi daya tampung sungai tersebut.
Berdasarkan penyebabnya, banjir dapat dikategorikan dalam empat kategori yaitu:
a. Banjir yang disebabkan oleh hujan lebat yang melebihi kapasitas penyaluran sistem pengaliran air yang terdiri dari
sistem sungai alamiah dan sistem drainase buatan manusia
b. Banjir yang disebabkan meningkatnya muka air di sungai sebagai akibat pasang laut maupun meningginya gelombang
laut akibat badai.
c. Banjir yang disebabkan oleh kegagalan bangunan air buatan manusia seperti bendungan, bendung, tanggul dan
bangunan pengendalian banjir.
d. Banjir akibat kegagalan bendungan alam atau penyumbatan aliran sungai akibat runtuhnya/longsornya tebing sungai.
Pada umumnya banjir yang berupa genangan maupun banjir bandang bersifat merusak. Aliran arus air yang cepat dan
bergolak dapat mengakibatkan korban jiwa karena aliran air yang sangat deras dan besar dapat membuat orang hanyut
atau tenggelam. Aliran air yang membawa material tanah yang halus akan mampu manyeret material yang lebih berat
sehingga daya rusaknya akan lebih tinggi. Banjir mampu merusak pondasi bangunan, pondasi jembatan dan lainnya
yang dilewati sehingga menyebabkan kerusakan parah pada bangunan tersebut bahkan mampu merobohkan bangunan
dan mampu menghanyutkannya.
5. Karakteristik tsunami
Tsunami berasal dari bahasa Jepang. “tsu” berarti pelabuhan, “nami” berarti gelombang sehingga secara umum diartikan sebagai
pasang laut yang besar di pelabuhan.
Ada beberapa penyebab terjadinya tsunami:
- Bempabumi yang diikuti dengan dislokasi/perpindahan masa tanah/batuan yang sangat besar di bawah air (laut/danau).
- Tanah longsor di bawah tubuh air/laut
- Letusan gunung api di bawah laut dan gunung api pulau
Besar kecilnya gelombang tsunami sangat ditentukan oleh karakteristik gempa bumi yang memicunya. Besar kecilnya tsunami
yang yang terjadi di samping tergantung pada bentuk morfologis pantai juga dipengaruhi oleh karakteristik sumber gangguan
implusif yang ditimbulkannya. Karakteristik gelombang tsunami meliputi energi, magnitudo, kedalaman pusat gempa,
mekanisme fokus dan luas rupture area.
Beberapa karakteristik Tsunami, antara lain :
- Tinggi gelombang tsunami di tengah lautan mencapai lebih kurang 5 meter. Serentak sampai pantai tinggi gelombang ini dapat
mencapai 30 meter.
- Panjang gelombang tsunami (50-200 km) jauh lebih besar dari pada gelombang pasang laut (50-150 m). Panjang gelombang
tsunami ditentukan oleh kekuatan gempa, sebagai contoh gempabumi tsunami dengan kekuatan magnitude 7-9 panjang
gelombang tsunami berkisar 20-50 km dengan tinggi gelombang 2 m dari permukaan laut.
- Periode waktu gelombang tsunami yang berkekuatan tinggi hanya berperiode durasi gelombang sekitar 10-60 menit, sedangkan
gelombang pasang bisa berlangsung lebih lama 12-24 jam.
- Cepat rambat gelombang tsunami sangat tergantung pada kedalaman laut, bila kedalaman laut berkurang setengahnya, maka
kecepatan berkurang tiga perempatnya.

6. Karakteristik badai tropis


Badai tropis terbentuk di atas samudera yang umumnya bersuhu permukaan hangat atau lebih dari 26,50C.
Syarat utama untuk dapat tumbuh dan berkembangnya siklon tropis adalah kelembaban udara yang tinggi karena banyaknya
kandungan uap air. Syarat tersebut dapat dipenuhi oleh daerah perairan ( lautan) di zona tropis dan subtropis yang temperaturnya
dapat mencapai > 2600C.

Karakter badai tropis:


- Sebagai tiupan angin yang merusak
- Meningkatkan jumlah curah hujan dan intensitas hujan
- Menimbulkan gelombang badai di pantai
- Rata-rata durasi badai tropis 6 hari, tetapi dapat terjadi < 24 jam namun ada pula yang durasinya sampai 3 minggu
- Dalam citra satelit tampak sebagai kumpulan awan melingkar dengan radius hingga 300 km
Dampak siklon tropis bisa berupa angin kencang, hujan deras selama berjam-jam hingga berhari-hari, banjir, gelombang tinggi
dan gelombang badai

7. Karakteristik tornado
Tornado merupakan pusaran udara yang bergerak cepat dan berbentuk corong spiral. Tornado umumnya berkaitan erat dengan
pertumbuhan awan badai. Kecepatan tornado berkisar mulai dari 72 km per jam hingga lebih dari 400 km per jam.
Ciri ciri datangnya Tornado:

1. Langit terlihat hitam atau mendung.


2. Terjadi hujan es di sekitar daerah (biasanya durasi selama 20-25mnt)
3. Setelah terjadi badai hujan maka suasana akan tenang namun langit semakin hitam gelap
4. Awan bergerak cepat sehingga mengitari daerah kita
5. Kemunculan Tornado bisa didengar. Awalnya suara nya seperti air terjun, namun lama lama berubah menjadi seperti suara jet
yang sangat keras
Perubahan lapisan udara merupakan pemicu lahirnya Tornado dalam hal ini jika lapisan udara dingin berada diatas lapisan udara
panas, udara panas naik dengan kecepatan 300-an km/jam, udara yang menyusup dari sisi inilah yang mengakibatkan angin
berputar sehingga membentuk tornado, dan bila sudah sempurna maka sebuah tornado bisa memiliki kecepatan hingga 400
Km/jam serta lebar cerobong antara 15 - 365 meter.
Proses terjadinya badai tornado:
Udara panas yang terus menerus menghantam bumi akan menyebabkan suhu tanah meningkat. Dan ketika suhu panas
meningkat, udara panas dan lembab yang ada di udara akan mulai naik dan semakin naik.
Ketika udara panas, udara lembab dan dingin memenuhi udara kering, dan terangkat ke atas, kemudian akan masuk ke
lapisan udara atas. Pada fase ini sebuah awan petir mulai tercipta.

Pergerakan udara keatas yang terjadi sangat cepat dan adanya angin dari sisi samping menyebabkan arah yang berbeda dan
membentuk sebuah pusaran.

Sebuah kerucut hasil putaran udara yang berpilin tersebut mulai terbentuk dan terlihat dari awan ke permukaan tanah. Seperti
yang ditunjukkan pada gambar di bawah ini.

D. Sebaran Daerah Rawan Bencana Alam di Indonesia


Beberapa daerah sebaran rawan bencan alam di Indonesia yaitu:
1. Gempa bumi
Indonesia merupakan daerah rawan gempabumi karena dilalui oleh jalur pertemuan 3 lempeng tektonik, yaitu:
Lempeng Indo-Australia, lempeng Eurasia, dan lempeng Pasifik.
Lempeng Indo-Australia bergerak relatip ke arah utara dan menyusup kedalam lempeng Eurasia, sementara lempeng
Pasifik bergerak relatip ke arah barat.
Jalur pertemuan lempeng berada di laut sehingga apabila terjadi gempabumi besar dengan kedalaman dangkal
2. Gunung meletus
Jumlah Gunung Api atau Gunung berapi di Indonesia yang masih aktif 129 buah yang tersebar di wilayah Sumatera,
Jawa, Bali dan Nusa Tenggara, Maluku, Sulawesi, dan Papua.
Daftar Gunung Berapi di Indonesia (disusun berdasarkan letak)
Gunung di Papua (14 buah - termasuk puncak-puncaknya)
Gunung di Jawa (37 buah)
Gunung di Sumatra (13 buah)
Bali & Nusa Tenggara (20 buah)
3. Tanah longsor
4. Banjir
5. Arus laut dan ombak besar
6. Tsunami
7. Kekeringan
8. Kebakaran hutan
9. Bencana angin: badai tropis dan puting bliung
10. Gas beracun

E. Dampak Positif Bencana Alam


1. Letusan Gunung Berapi
Letusan gunung berapi juga sebenarnya membawa berkah meski hanya bagi penduduk yang ada di sekitar. Berikut uraiannya:
a. Tanah yang dilalui oleh hasil abulkanis gunung berapi sangat baik bagi pertanian sebab tanah tersebut secara alamiah menjadi
lebih subur dan bisa menghasilkan tanaman yang jauh lebih berkualitas. Tentunya bagi penduduk sekitar pegunungan yang
mayoritas petani, hal ini sangat menguntungkan.
b. Terdapat mata pencaharian baru bagi rakyat sekitar gunung berapi yang telah meletus, apa itu? Jawabannya penambang pasir.
Material vulkanik berupa pasir tentu memiliki nilai ekonomis.
c. Selain itu, terdapat pula bebatuan yang disemburkan oleh gunung berapi saat meletus. Bebatuan tersebut bisa dimanfaatkan
sebagai bahan bangungan warga sekitar gunung.
d. Meski ekosistem hutan rusak, namun dalam beberapa waktu, akan tumbuh lagi pepohonan yang membentuk hutan baru dengan
ekosistem yang juga baru.
e. Setelah gunung meletus, biasanya terdapat geyser atau sumber mata air panas yang keluar dri dalam bumi dengan berkala atau
secara periodik. Geyser ini kabarnya baik bagi kesehatan kulit.
f. Muncul mata air bernama makdani yaitu jenis mata air dengan kandungan mineral yang sangat melimpah.
g. Pada wilayah vulkanik, potensial terjadi hujan orografis. Hujan ini potensial terjadi sebab gunung adalah penangkan hujan
terbaik.
h. Pada wilayah yang sering terjadi letusan gunung berapi, sangat baik didirikan pembangkit listrik.
2. Tanah Longsor
Dampak positif dari tanah longsor adalah:
- Tanah kembali menjadi gembur
- Perubahan tekstur dan bentuk gunung
- Mempercepat dan memperbanyak proses peleburan batu dalam tanah
3. Gempa Bumi
Dampak positif dari gempa bumi adalah:
- Menciptakan alat-alat tekhnologi pendeteksi gempa
- Menjadikan kita peduli pada sesama
- Meningkatkan kewaspadaan manusia
- Menjadi tempat pariwisata
- Menjadi sumber berita
- Mengurangi kepadatan penduduk
4. Banjir
Dampak positif dari banjir adalah:
- Masyarakat jadi sadar kalau selama ini kurang kesadaran terhadap lingkungan sehingga terkena banjir
- Masyarakat menjadi semakin sadar pentingnya menjaga agar tidak terjadi terjadi banjir
5. Tsunami
Dampak positif dari tsunami adalah:
- Bencana alam merenggut banyak korban, sehingga lapangan pekerjaan menjadi terbuka luas bagi yang masih hidup
- Menjalin kerjasama dan bahu membahu untuk menolong korban bencana,menimbulkan efek kesadaran bahwa manusia itu
saling membutuhkan satu sama lain
- Kita bisa mengetahui sampai dimanakah kekuatan konstruksi bangunan kita serta kelemahannya dan kita dapat melakukan
inovasi baru untuk penangkalan apabila bencana tersebut datang kembali tetapi dengan konstruksi yang lebih baik
6. Badai Tropis
Dampak positif dari badai tropis adalah:
- Secara global siklon tropis sangat diperlukan untuk menjaga keseimbangan panas atmosfer bumi dengan cara memindahkan
panas, dan kelembaban yang tinggi di daerah tropis ke wilayah sub tropis dan kutub yang lebih dingin.
- Pada beberapa situasi khusus, siklon tropis membawa dampak positif bagi wilayah- wilayah yang terkenda dampaknya. Di
wilayah Jepang, sebagian besar curah hujan yang turun merupakan dampak dari typhoon. Hurricane Camille mengakhiri kondisi
kekeringan dan kesulitan air pada daerah-daerah yang dilewatinya.
7. Tornado
Ternyata dibalik dasyatnya tornado tornado menyimpan manfaat :
- Menjaga suhu daerah yang dilalui tornado agar daerah tersebut tidak terlalu dingin/panas karena tornado membawa angin dari
derah lain yang biasanya dari daerah lebih dingin,lebih panas dari daerah yang diterjang angin

F. Dampak Negatif Bencana Alam


1. Letusan Gunung Berapi
Gunung berapi yang meletus tentu akan membawa material yang berbahaya bagi organisme yang dilaluinya, Karena itu
kewaspadaan mutlak diperlukan. Berikut ini hal negatif yang bisa terjadi saat gunung meletus:
a. Tercemarnya udara dengan abu gunung berapi yang mengandung bermacam-macam gas mulai dari Sulfur Dioksida atau SO2,
gas Hidrogen sulfide atau H2S, No2 atau Nitrogen Dioksida serta beberapa partike debu yang berpotensial meracuni makhluk
hidup di sekitarnya.
b. Dengan meletusnya suatu gunung berapi bisa dipastikan semua aktifitas penduduk di sekitar wilayah tersebut akan lumpuh
termasuk kegiatan ekonomi.
c. Semua titik yang dilalui oleh material berbahaya seperti lahar dan abu vulkanik panas akan merusak pemukiman warga.
d. Lahar yang panas juga akan membuat hutan di sekitar gunung rusak terbakar dan hal ini berarti ekosistem alamiah hutan
terancam.
e. Material yang dikeluarkan oleh gunung berapi berpotensi menyebabkan sejumlah penyakit misalnya saja ISPA.
f. Desa yang menjadi titik wisata tentu akan mengalami kemandekan dengan adanya letusan gunung berapi. Sebut saja Gunung
Rinjani dan juga Gunung Merapi, kedua gunung ini dalam kondisi normal merupakan salah satu destinasi wisata terbaik bagi
mereka wisatawan pecinta alam.
2. Tanah Longsor
Dampak negatif dari tanah longsor adalah:
- Korban jiwa
- Rusaknya infrastruktur
- Rusaknya sumber mata pencaharian warga
- Buruknya sanitasi lingkungan
3. Gempa Bumi
Dampak negatif dari gempa bumi adalah:
- Membuat banyak orang meninggal
- Merusak fasilitas umum
- Wilayah menjadi rusak
- Banyaknya pengangguran karena kantornya hancur
- Berkurangnya sumber daya alam dan sumber daya manusia
- Jaringan transportasi dah komunikasi terganggu
4. Banjir
Dampak negatif dari banjir adalah:
- Merusak sarana dan prasarana rumah, gedung, jembatan, jalan, dll
- Memutuskan jalur transportasi, akibat genangan air maka jalur transportasi jadi tidak bisa dilalui
- Bisa merusak dan bahkan menghilangkan peralatan, perlengkapan, harta benda lainnya atau bahkan jiwa manusia
- Bisa mengakibatkan pemadaman listrik, karena ada genangan air maka listrik diwilayah tersebut harus dipadamkan
karena bisa berbahaya
- Mengganggu aktivitas sehari-hari, tidak bisa keluar rumah, tidak bisa ke kantor, sekolah, dll
- Dapat mencemari lingkungan sekitar kita, saat banjir datang tidak hanya air, tetapi juga membawa serta sampah,
kotoran, limbah, dll selain dapat mencemari sumber air bersih, banjir juga akan mengotori, halaman atau bahkan
rumah kita sehingga menjadi tidak hiegienis.
- Mendatangkan masalah / gangguan kesehatan (penyakit)
5. Tsunami
Dampak negatif dari tsunami adalah:
- Merusak apa saja yang dilaluinya. Bangunan, tumbuh-tumbuhan, dan mengakibatkan korban jiwa manusia serta menyebabkan
genangan, pencemaran air asin lahan pertanian, tanah, dan air bersih.
- Banyak tenaga kerja ahli yang menjadi korban sehingga sulit untuk mencari lagi tenaga ahli yang sesuai dalam bidang
pekerjaanya
- Pemerintah akan kewalahan dalam pelaksaan pembangunan pasca bencana karena faktor dana yang besar
- Menambah tingkat kemiskinan apabila ada masyarakat korban bencana yang kehilangan segalanya
6. Badai Tropis
- Angin kecepatan tinggi
- Gelombang laut (storm surge)
- Hujan deras
- Angin tornado
7. Tornado
Dampak yang ditimbulkan akibat angin puting beliung/ tornado dapat menghancurkan area seluas 5 km dan tidak ada
lagi angin puting beliung/tornado susulan. Rumah akan hancur dan tanaman akan tumbang diterjang angin puting beliung,
mahluk hidup bisa sampai mati karena terlempar atau terbentur benda keras lainnya yang ikut masuk pusaran angin. Jaringan
telepon,internet, dan listrik akan terganggu akibat angin putting beliung/tornado, dan dapat merusak infrastruktur daerah/kota.

G. Pengertian Mitigasi dan Adaptasi Penanggulangan Bencana Alam


1. Pengertian Mitigasi Bencana
Dalam Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007, mitigasi didefinisikan sebagai serangkaian upaya untuk mengurangi risiko
bencana, baik melalui pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan kemampuan menghadapi ancaman bencana.
Beberapa tujuan utama mitigasi bencana alam yaitu:
1. Mengurangi resiko bencana bagi penduduk dalam bentuk korban jiwa, kerugian ekonomi dan kerusakan sumber daya alam.
2. Menjadi landasan perencanaan pembangunan
3. Meningkatkan kepedulian masyarakat untuk menghadapi serta mengurangi dampak dan resiko bencana sehingga masyarakat
dapat hidup aman
Untuk melakukan penanggulangan bencana, diperlukan informasi sebagai dasar perencanaan penanganan bencana yang meliputi:
1. Lokasi dan kondisi geografis wilayah bencana serta perkiraan jumlah penduduk yang terkena bencana
2. Jalur transportasi dan sistem telekomunikasi
3. Ketersediaan air bersih, bahan makanan, fasilitas sanitasi, tempat penampungan dan jumlah korban
4. Tingkat kerusakan, ketersediaan obat obatan, peralatan medisserta tenaga kesehatan
5. Lokasi pengungsian dan jumlah penduduk yang mengungsi
6. Perkiraan jumlah korban yang meninggal dan hilang
7. Ketersediaan relawan dalam berbagai bidang keahlian
Siklus manajemen bencana terdiri dari empat fase. Tiap fase tersebut saling melengkapi dan tumpang tindih. Keempat fase
tersebut adalah:
a. Mitigasi
Merupakan upaya meminimalkan dampak bencana. Fase ini umumnya terjadi bersamaan dengan fase pemulihan dari bencana
sebelumnya. Seluruh kegiatan pada fase mitigasi ditujukan agar dampak dari bencana yang serupa tidak terulang.
b. Kesiapsiagaan
Merupakan perencanaan terhadap cara merespons kejadian bencana. Dalam fase ini perencanaan yang dibuat oleh lembaga
penanggulangan bencana tidak hanya berkisar pada bencana yang pernah terjadi pada masa lalu, tetapi juga untuk berbagai jenis
bencana lain yang mungkin terjadi.
c. Respon
Merupakan upaya meminimalkan bahaya yang diakibatkan oleh terjadinya bencana. Fase ini berlangsung sesaat setelah terjadi
bencana dan dimulai dengan mengumumkan kejadian bencana serta mengungsikan masyarakat.
d. Pemulihan
Merupakan upaya pengembalian kondisi masyarakat sehingga menjadi seperti semula. Pada fase ini pekerjaan utama yang
dilakukan masyarakat dan petugas adalah menyediakan tempat tinggal sementara bagi korban bencana dan membangun kembali
sarana dan prasarana yang rusak. Selama masa pemulihan ini, dilakukan pula evakuasi terhadap langkah-langkah penanganan
bencana yang telah dilakukan.
2. Adaptasi Penanggulangan Bencana Alam
Adaptasi bencana adalah penyesuaian sistem alam dan manusiaterhadap stimulus bencana alam nyata atau yang diharapkan tidak
ada dampak-dampaknya, yang menyebabkan kerugian atau mengeksploitasi kesempatan-kesempatan yang memberi manfaat.
Adapatsi bencana alam perlu dilakukan mengingat adanya ancaman-ancaman bencana alam yang membahayakan manusia
seperti:
1. Ancaman alamiah
Proses atau fenomena alam berupa tanah longsor, tanah bergerak yang bisa menyebabkan hilangnya nyawa, cidera atau dampak-
dampak kesehatan lain, kerusakan harta benda, hilangnya penghidupan dan layanan, gangguan sosial dan ekonomi atau
kerusakan lingkungan.
2. Ancaman biologis
Proses atau fenomena bersifat organik atau yang dinyatakan oleh vektor-vektor biologis termasuk keterpaparan terhadap
mikroorganisme yang bersifat patogen, toksin dan bahan-bahan bioaktif yang bisa menghilangkan nyawa, cidera, sakit atau
dampak-dampak kesehatan lainnya kerusakan harta benda, hilangnya penghidupan dan layanan, gangguan sosial dan ekonomi
atau kerusakan lingkungan.
3. Ancaman geologis
Proses atau fenomena geologis berupa gempa bumi dan gunung meletus bisa mengakibatkan hilangnya nyawa, cidera atau
dampak-dampak kesehatan lain, kerusakan harta benda, hilangnya penghidupan dan layanan, gangguan sosial dan ekonomi atau
kerusakan lingkungan.
4. Ancaman hidrometeorologis
Proses atau fenomena yang bersifat atmosferik, hidrologis atau oseanografis berupa pemanasan global dan tsunami yang bisa
mengakibatkan hilangnya nyawa, cidera atau dampak-dampak kesehatan lain, kerusakan harta benda, hilangnya penghidupan dan
layanan, gangguan sosial dan ekonomi atau kerusakan lingkungan.
5. Ancaman sosial-alami
Fenomena meningkatnya kejadian peristiwa-peristiwa ancaman bahaya geofisik dan hidrometeorologis tertentu seperti tanah
longsor, banjir, dan kekeringan, yang disebabkan oleh interaksi antara ancaman bahaya alam dengan sumber daya lahan dan
lingkungan yang dimanfaatkan secara berlebihan atau rusak
Hal-hal penting dalam adaptasi dan ancaman bencana alam adalah:
- Kesadaran publik
- Kesiapsiagaan
- Ketangguhan/tangguh
- Langkah-langkah struktural/nonstruktural
- Manajemen resiko bencana
- Partisipasi
Adaptasi diperlukan untuk mengurangi dampak negatif dari bencana. Berikut contoh adaptasi dalam berbagai bidang kehidupan
manusia:
- Adaptasi dalam bidang ekonomi
- Adaptasi dalam bidang kesehatan
- Adaptasi dalam ketersediaan air
- Adaptasi terhadap wilayah perkotaan yang sering dilanda banjir
3. Usaha Pengurangan Resiko Bencana Alam
Usaha pengurangan resiko bencana alam di Indonesia dapat dilakukan dengan cara:
1. Pembuatan peta risiko bencana
Pengenalan dan pengkajian ancaman bencana atau suatu wilayah berangkat dari pemahaman terhadap kondisi dan karakteristik
suatu wilayah, baik dari segi fisik maupun sosial. Proses kajian ini dilakukan oleh berbagai ahli dengan berbagai bidang ilmu
kemudian digabungkan dan dianalisis dengan menggunakan pendekatan geografi. Hasil akhirnya adalah peta-peta yang
menggambarkan karakteristik suatu wilayah dari berbagai aspek.
Penggambaran resiko bencana yang terdapat di suatu wilayah dilakukan dengan membuat peta resiko bencana. Secara umum,
peta ini menggambarkan tingkat resiko terjadinya suatu bencana tertentu di suatu wilayah. Peta ancaman bencana dibuat
berdasarkan beberapa indikator, antara lain sebagai berikut:
- Zonasi wilayah rawan gempa bumi
- Arus laut
- Perkitaan ketinggian genangan tsunami
- Zonasi wilayah rawan banjir
- Zonasi wilayah rawan longsor
- Zonasi wilayah terkena dampak letusan gunung api
- Penggunaan lahan dan vegetasi
- Bentuk medan dan kelerengan
- Jenis hutan
- Jenis tanah
- Tipe iklim dan curah hujan tahunan
Peta kerentanan dibuat berdasarkan beberapa indikator yaitu:
- Kepadatan penduduk
- Rasio jenis kelamin
- Tingkat kemiskinan
- Jumlah difabel
- Rasio kelompok umur
- Luas lahan produktif
- Kontribusi pendapatan domestik regional bruto (PDRB)
- Jumlah bangunan, fasilitas umum, dan fasilitas darurat
- Kepadatan bangunan
- Jenis vegetasi
2. Sistem peringatan dini bencana alam
UNISDR mendefinisikan sistem peringatan dini adalah sekumpulan kapasitas yang dibutuhkan untuk mengumpulkan dan
menyebarluaskan informasi peringatan yang bermakna dan tepat waktu sehingga memungkinkan individu, masyarakat dan
organisasi yang terancam bencana untuk bersiap dan bertindak dengan tepat dalam waktu yang cukup untuk mengurangi
kemungkinan bahaya atau kerugian.
Konsep sistem peringatan dini terdiri dari empat unsur yaitu:
a. pengetahuan tentang resiko bencana
b. layanan pengawasan dan peringatan
c. penyebaran informasi dan komunikasi
d. kemampuan merespon
Langkah mitigasi sesudah bencana meliputi hal-hal sebagai berikut:
a. menginventarisasi data-data kerusakan akibat bencana dan kekuatan bencana yang terjadi
b. mengidentifikasi wilayah-wilayah yang terkena dampak bencana berdasarkan tingkat kerusakan
c. membuat rekomendasi dan saran untuk penanggulangan bencana pada masa depan
d. membuat rencana penataan ulang wilayah, termasuk rencana tata ruang dan penggunaan lahan
e. memperbaiki dan mengganti fasilitas pemantauan bencana yang rusak
f. melanjutkan aktivitas pemantauan rutin dan simulasi tanggap bencana
3. Simulasi bencana alam
Simulasi bencana adalah kegiatan pemberian informasi tentang cara-cara tentang penyelamatan diri kepada masyarakat
oleh petugas/instansi terkait pada wilayah rawan bencana dan/atau disertai simulasi penyelamatan untuk mencegah atau
meminimalkan dampak bencana alam yang mungkin terjadi. Kegiatan ini idealnya diikuti oleh seluruh anggota masyarakat yang
berada di wilayah rawan bencana dan seluruh pihak yang terlibat dalam proses mitigasi dan penanggulangan bencana.
Salah satu tujuan utama dari pelaksanaan simulasi bencana adalah menguji kesiapan seluruh sistem, prosedur, dan
perangkat mitigasi serta penangulangan bencana.
4. Kelembagaan Penanggulangan Bencana Alam
a. Lembaga penanggulangan bencana alam
1. Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPN)
BNPB adalah lembaga pemerintah nondepartemen yang dibentuk berdasarkan peraturan presiden nomor 8 Tahun 2008. Tugas
BNPB adalah membantu presiden dalam mengkoordinasikan perencanaan dan pelaksanaan kegiatan penanganan bencana serta
melaksanakan penanganan tersebut mulai dari sebelum bencana, pada saat terjadi bencana, dan setelah terjadi bencana.
2. Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG)
PVMBG merupakan salah satu unit kerja Badan Geologi. Badan geologi sendiri merupakan salah satu unit di lingkungan
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM). PVMPG berkantor pusat di Bandung dan mempunyai tugas
melaksanakan penelitian, penyelidikan, perekayasaan dan pelayanan di bidang vulkanologi dan mitigasi bencana geologi.
b. Hubungan antara bencana alam dengan kelembagaan penanggulangan bencana alam
- Apabila di suatu daerah terjadi kenampakan/kerusakan alam yang berhubungan dengan geologi, maka masyarakat melalui
pemerintah daerah dapat segera menghubungi PVMPG yang berkantor pusat di Bandung untuk diteliti keadaannya.
- Apabila terjadi bencana alam seperti meletusnya gunung Merapi, keluarnya gas alam di Dieng, tsunami di Aceh, gempa bumi
di Tasikmalaya dan Padang atau bencana lainnya, masyarakat melalui pemerintah daerah dapat melaporkan kejadian tersebut ke
PNPB dan PVMPB.
PNPB bertugas dalam hal melaksanakan penanganan bencana, sedangkan PVMPB bertugas dalam hal mengatasi dam
menyelidiki sebab-sebab dan akibat bencana alam yang terjadi.

Mitigasi Bencana Gunung Berapi

Akhir-akhir ini banyak gunung berapi di nusantara mulai aktif melakukan aktivitas vulkanik. Gunung berapi yang aktif sangat
rentan untuk menimbulkan letusan, mengeluarkan awan panas, mengeluarkan lava, dan sebagainya. Hal ini sangatlah
membahayakan bagi penduduk yang tinggal di sekitar kawasan gunung merapi. Oleh karena itu perlu dilakukan upaya-upaya
yang dapat meminmalisir jika terjadi bencana akibat aktivitas dari gunung merapi tersebut. Untuk meminimalisir jumlah korban
jiwa dan kerugian-kerugian akibat letusan gunung berapi, dapat dilakukan upaya-upaya sebagai berikut :

1.Melakukan pemantauan. Aktivitas gunung api dipantau selama 24 jam menggunakan alat pencatatgempa (seismograf). Data
harian hasil pemantauan dilaporkan ke kantor Direktorat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (DVMBG) serta pemerintah
daerah setempat.

2.Tanggap Darurat, tindakan yang dilakukan oleh DVMBG ketika terjadi peningkatan aktivitas gunung berapi, antara lain
mengevaluasi laporan dan data, membentuk tim Tanggap Darurat, mengirimkan tim ke lokasi,melakukan pemeriksaan secara
terpadu.

3. Melakukan pemetaan. Pemetaan ini berguna untuk menentukan arah penyelamatan diri, tempat untuk mendirikan tempat
pengunngsian, membuat pos penanggulangan bencana. Pemetaan dibuat juga untuk menjelaskan jenis dan sifat bahaya gunung
berapi.

4.Melakukan penyelidikan gunung berapi menggunakan metoda Geologi, Geofisika, dan Geokimia. Hasil penyelidikan
ditampilkan dalam bentuk buku, peta dan dokumen lainnya.

5.Melakukan sosialisasi kepada Pemerintah Daerah serta masyarakat terutama yang tinggal di sekitar gunung berapi. Bentuk
sosialisasi dapat berupa pengiriman informasi kepada Pemda dan penyuluhan langsung kepada masyarakat.

Mitigasi Gempa

Gempa adalah salah satu bencana yang sering melanda Indonesia. Penyebab gempa bermacam-macam, ada yang karena
pergeseran lempeng bumi, karena gunung berapi, ataupun karena perbuatan manusia (bom misalnya).

Ketika gempa berlangsung, ada beberapa hal yang dapat dilakukan untuk menyelamatkan diri dan meminimalisasi korban jiwa,
yaitu:

1. Tetap tenang, dan fokus

2. Jika sedang berada di dalam gedung, berlindung di bawah meja atau kursi yang kuat, namun jika memungkinkan lebih baik
untuk keluar dari gedung

3. Jika berada di lantai atas dan tidak memungkinkan untuk turun, lebih baik berlindung di sudut ruangan

4. Jka keadaan benar-benar sudah aman dan gempa sudah berhenti, cek keadaan sekitar jika tidak terjadi patah tulang yang
parah, segera keluar dari gedung

5. Jangan berlindung di bawah tangga

6. Jika sedang berada di dalam kendaraan, segera hentikan kendaraan, namun jangan berlindung dibawah pohon

7. Jangan gunakan lift untuk turun dari gedung


Mitigasi Tsunami yang Efektif

Mitigasi meliputi segala tindakan yang mencegah bahaya, mengurangi kemungkinan terjadinya bahaya, dan mengurangi daya
rusaksuatu bahaya yang tidak dapat dihindarkan.Mitigas iadalah dasar managemen situasi darurat.Mitigasi dapat didefinisikans
ebagai “aksi yang mengurangi atau menghilangkan resiko jangka panjang bahaya bencana alam dan akibatnya terhadap
manusia dan harta-benda” (FEMA, 2000).Mitigasi adalah usaha yang dilakukan oleh segala pihak terkait pada tingkat negara,
masyarakat dan individu.

Untuk mitigasi bahaya tsunami atau untuk bencana alam lainnya, sangat diperlukan ketepatan dalam menilai kondisi alam yang
terancam. Ada beberapa langkah penting yang efektif untuk mitigasi bahaya tsunami, yaitu:

1. Penilaian Bahaya (Hazard Assessment)

Unsur pertama untuk mitigasi yang efektif adalah penilaian bahaya. Penilaian bahaya tsunami diperlukan untuk
mengidentifikasi populasi dan aset yang terancam, dan tingkat ancaman (level of risk).Penilaian ini membutuhkan pengetahuan
tentang karakteristik sumber tsunami, probabilitas kejadian, karakteristik tsunami dan karakteristik morfologi dasar laut dan
garis pantai.Untuk beberapa komunitas, data dari tsunami yang pernah terjadi dapat membantu kuantifikasi faktor-faktor
tersebut.Untuk komunitas yang tidak atau hanya sedikit memiliki data dari masalalu, model numerik tsunami dapat
memberikan perkiraan.Tahap aniniumumnya menghasilkan petapotensi bahaya tsunami, yang sangat penting untuk
memotivasi dan merancang kedua unsur mitigasi lainnya, peringatan dan persiapan.

2. Peringatan (warning)

Unsur kunci kedua untuk mitigasi tsunami yang efektif adalah suatu sistem peringatan untuk memberi peringatan kepada
komunitas pesisir tentang bahaya tsunami yang tengah mengancam. Sistem peringatan didasarkan kepada data gempa bumi
sebagai peringatan dini, dan data perubahan muka air laut untuk konfirmasi dan pengawasan tsunami. Sistem peringatan juga
mengandalkan berbagai saluran komunikasi untuk menerima data seismik dan perubahan muka air laut, dan untuk
memberikan pesan kepada pihak yang berwenang. Pusat peringatan (warning center) haruslah: 1) cepat – memberikan
peringatan secepat mungkin setelah pembentukan tsunami potensial terjadi, 2) tepat – menyampaikan pesan tentang tsunami
yang berbahaya seraya mengurangi peringatan yang keliru, dan 3) dipercaya – bahwa sistem bekerja terus-menerus, dan pesan
mereka disampaikan dan diterima secara langsung dan mudah dipahami oleh pihak-pihak yang berkepentingan.

3. Persiapan

Kegiatan kategori ini tergantung pada penilaian bahaya dan peringatan.Persiapan yang layak terhadap peringatan bahaya
tsunami membutuhkan pengetahuan tentang daerah yang kemungkinan terkena bahaya (peta inundasi tsunami) dan
pengetahuan tentang sistem peringatan untuk mengetahui kapan harus mengevakuasi dan kapan saatnya kembali ketika
situasi telah aman. Tanpa kedua pengetahuan tersebut akan muncul kemungkinan kegagalan mitigasi bahaya tsunami.Jenis
persiapan lainnya adalah perencanaan tata ruang yang menempatkan lokasi fasilitas vital masyarakat seperti sekolah, kantor
polisi, pemadam kebakaran,dan rumah sakit berada diluar zona bahaya. Usaha-usaha keteknikan untuk membangun struktur
yang tahan terhadap tsunami, melindungi bangunan yang telah ada dan menciptakan breakwater penghalang tsunami juga
termasuk bagian dari persiapan.

4. Penelitian

Meskipun tidak terkait langsung dengan aktivitas mitigasi, penelitian yang terkait dengan tsunami sangatlah penting untuk
meningkatkan kualitas mitigasi.Riset yang menyelidiki bukti-bukti paleo tsunami, mengembangkan database, kuantifikasi
dampak bahaya tsunami, atau pemodelan numerik dapat meningkatkan tingkat akurasu penilaian bahaya. Teknik sistem
peringatan untuk penilaian cepat dan akurat bahaya gempa bumi tsunami genik potensial dari data seismik dan instrumen
pengukur muka air laut dikembangkan melalui riset. Penelitian juga mampu meningkatkan cara pendidikan publik sehingga
tingkat kepedulian masyarakat akan bahya tsunami meningkat. Menciptakan prosedur evakuasi yang efektif juga membutuhkan
riset tersendiri tentang bahaya susulan, terutama pada kasus tsunami lokal.Penelitian juga memberikan panduan perencanaan
tataruang dalam zonainun dasipotensial.Demikian juga halnya riset mengenai sifat keteknikan untuk meningkatkan daya tahan
struktur dan infrastruktur terhadap tekanan tsunami.

Oleh : Zakiyah Ash Shofi 16710115

29th November 2010

Some nice text

MITIGASI TSUNAMI

Mitigasi tsunami dapat dilakukan dengan 2 upaya, yaitu:

1. Upaya struktural, yaitu upaya teknis yang digunakan untuk meredam atau mengurangi energi gelombang tsunami yang
akan menuju ke kawasan pantai. Upaya ini juga dapat dilakukan dengan dua cara:

a. Secara alami, contohnya adalah, penanaman hutan mangrove atau green belt, disepanjang kawasan pantai dan
perlindungan terumbu karang.

b. Secara buatan,contohnya adalah pembangunan breakwater, seawall, pemecah gelombang sejajar pantai untuk menahan
tsunami, memperkuat desain bangunan serta infrastruktur lainnya dengan kaidah teknik bangunan tahan bencana tsunami dan tata
ruang akrab bencana, dengan mengembangkan beberapa insentif anatara lain, retrofitting dan relokasi. Upaya non-struktural,
yaitu upaya non teknis yang menyangkut penyesuaian dan pengaturan tentang kegiatan manusia agar sejalan dan sesuai dengan
upaya mitigasi struktural maupun upaya lainnya.

2. Upaya nonstruktural, contohnya adalahKebijakan tentang tata guna lahan/ tata ruang/ zonasi kawasan pantai yang aman
bencana, Kebijakan tentang standarisasi bangunan (pemukiman maupun bangunan lainnya) serta infrastruktur sarana dan
prasarana, Mikrozonasi (meminimalisir) daerah rawan bencana dalam skala lokal, Pembuatan peta potensi bencana tsunami,
peta tingkat kerentanan dan peta tingkat ketahanan, sehingga dapat didesain komplek pemukiman “akrab bencana” yang
memperhaikan berbagai aspek, Kebijakan tentang eksplorasi dan kegiatan perekonomian masyarakat kawasan pantai, Pelatihan
dan simulasi mitigasi bencana tsunami, Penyuluhan dan sosialisasi upaya mitigasi bencana tsunami dan, Pengembangan
sistem peringatan dini adanya bahaya tsunami.

Mitigasi Banjir : Sumur Resapan

Dewasa ini banyak sekali kita dengar daerah-daerah di Indonesia yang terkena musibah banjir. Entah itu di daerah dataran
rendah seperti Jakarta, maupun daerah dataran tinggi seperti di Bandung.

Mitigasi banjir sebenarnya mudah, yang diperlukan hanyalah sistem penyerapan air yang baik dan lingkungan yang
mendukung. Salah satu sistem penyerapan air sederhana adalah dengan membuat sumur resapan di pekarangan rumah.

Air hujan yang jatuh ke halaman kita setidaknya 85% harus bisa diserap oleh halaman tersebut agar tidak meluapkan banjir.
Sumur resapan ini lah yang dapat membantu menyerap sekurangnya 85% dari air hujan yang turun disekitar rumah kita.
Selain untuk keperluan mitigasi banjir, sumur resapan ini pun dapat menjadi cadangan air saat musim kemarau datang.
Menurut Satandar Nasional Indonesia (SNI) tentang Tata Cara Perencanaan Sumur Resapan Air Hujan untuk Lahan
Pekarangan, beberapa persyaratan umum yang harus dipenuhi sebuah sumur resapan yaitu :

1. Sumur resapan harus berada pada lahan yang datar, tidak pada tanah berlereng, curam atau labil.

2. Sumur resapan harus dijauhklan dari tempat penimbunan sampah, jauh dari septic tank (minimum lima meter
diukur dari tepi), dan berjarak minimum satu meter dari fondasi bangunan.

3. Penggalian sumur resapan bisa sampai tanah berpasir atau maksimal dua meter di bawah permukaan air tanah.
Kedalaman muka air (water table) tanah minimum 1,50 meter pada musim hujan.

4. Struktur tanah harus mempunyai permeabilitas tanah (kemampuan tanah menyerap air) lebih besar atau sama
dengan 2,0 cm per jam (artinya, genagan air setinggi 2 cm akan teresap habis dalam 1 jam), dengan tiga klasifikasi, yaitu
:

· Permeabilitas sedang, yaitu 2,0-3,6 cm per jam.

· Permeabilitas tanah agak cepat (pasir halus), yaitu 3,6-36 cm per jam.

· Permeabilitas tanah cepat (pasir kasar), yaitu lebih besar dari 36 cm per jam.

Selain itu terdapat spesifikasi khusus untuk pembuatan sumur resapan, yaitu:

1. Penutup Sumur, untuk penutup sumur dapat dipilih beragam bahan diantaranya :

· Pelat beton bertulang tebal 10 cm dicampur dengan satu bagian semen, dua bagian pasir, dan tiga bagian kerikil.

· Pelat beton tidak bertulang tebal 10 cm dengan campuran perbandingan yang sama, berbentuk cubung dan tidak
di beri beban di atasnya atau,

· Ferocement (setebal 10 cm).

2. Dinding Sumur Bagian Atas dan Bawah, untuk dinding sumur dapat digunakan bis beton. Dinding sumur bagian
atas dapat menggunakan batu bata merah, batako, campuran satu bagian semen, empat bagian pasir, diplester dan di aci
semen.

3. Pengisi Sumur, pengisi sumur dapat berupa batu pecah ukuran 10-20 cm, pecahan bata merah ukuran 5-10 cm,
ijuk, serta arang. Pecahan batu tersebut disusun berongga.

4. Saluran air hujan dapat digunakan pipa PVC berdiameter 110 mm, pipa beton berdiameter 200 mm, dan pipa
beton setengah lingkaran berdiameter 200 mm.

You might also like