You are on page 1of 5
REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN KEPUTUSAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : SK. 6559 /MENLHK-PKTL/IPSDH/PLA.1/12/2017 TENTANG PENETAPAN PETA INDIKATIF PENUNDAAN PEMBERIAN IZIN BARU PEMANFAATAN HUTAN, PENGGUNAAN KAWASAN HUTAN DAN PERUBAHAN PERUNTUKAN KAWASAN HUTAN DAN AREAL PENGGUNAAN LAIN (REVISI XIN) MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa berdasarkan Amar KETIGA angka 1 huruf d Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2017 tentang Penundaan dan Penyempurnaan Tata Kelola Pemberian Izin Baru Hutan Alam Primer dan Lahan Gambut, Peta Indikatif Penundaan Pemberian Izin Baru di Kawasan Hutan dilakukan revisi setiap 6 (enam) bulan sekali; b, bahwa Peta Indikatif sesuai Keputusan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor SK. 351/MENLHK/SETJEN/PLA.1/7/2017 tentang Peta Indikatif Penundaan Pemberian Izin Baru Pemanfaatan Hutan, Penggunaan Kawasan Hutan dan Perubahan Peruntukan Kawasan Hutan dan Areal Penggunaan Lain (Revisi XI), perl dilakuken revisi; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Keputusan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan tentang Penetapan Peta Indikatif Penundaan Pemberian Izin Baru Pemanfaatan Hutan, Penggunaan Kawasan Hutan dan Perubahan Peruntukan Kawasan Hutan dan Areal Penggunaan Lain (Revisi XIII); Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan, sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2004; 2. Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2001 tentang Otonomi Khusus bagi Provinsi Papua; 3. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2001 tentang Otonomi Khusus bagi Provinsi Daerah Istimewa Aceh sebagai Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam; 4. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang; 5. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup; 6. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang- Undang Nomor 9 Tahun 2015; 7. Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 2004 tentang Perencanaan Kehutanan; 8. Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 2004 tentang Perlindungan Hutan sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2009; 9. Peraturan ... 10. 1 124 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. Memperhatikan : Menetapkan KESATU Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2007 tentang Tata Hutan dan Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan, serta Pemanfaatan Hutan sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2008; Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN), sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 2017; Peraturan Pemerintah Nomor 104 Tahun 2015 tentang Tata Cara Perubahan Peruntukan dan Perubahan Fungsi Kawasan Hutan; Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2010 tentang Penggunaan Kawasan Hutan sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir dengan Peraturan Pemerintah Nomor 105 Tahun 2015; Peraturan Presiden Nomor 165 Tahun 2014 tentang Penataan Tugas dan Fungsi Kabinet Kerja; Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2015 tentang Organisasi Kementerian Negara; Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2015 tentang Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan; Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 121/P Tahun 2014 tentang Pembentukan Kementerian dan Pengangkatan Menteri Kabinet Kerja Periode 2014 - 2019, sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir dengan Keputusan Presiden Nomor 115 Tahun 2016; Instruksi Presiden Nomor 6 Tahun 2017 tentang Penundaan dan Penyempurnaan Tata Kelola Hutan Pemberian Izin Baru Hutan Alam Primer dan Lahan Gambut; Keputusan Bersama Menteri Kehutanan, Menteri Pertanian, Kepala Badan Pertanahan Nasional, Kepala Badan Informasi Geospasial dan Ketua Satuan Tugas REDD+ No. SKB.1/Menhut-II/Kum/2012, No.1126/Kpts/OT.160/3/2012, _No.4/SKB-100/II1/2012 dan No.12/KA.BIG/RT/03/2012 tentang Pembentukan Tim Teknis Gabungan Pembuatan Peta Indikatif Penundaan Pemberian Izin Baru; Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P. 47/Menhut-II/2013 tentang Pedoman, Kriteria dan Standar Pemanfaatan Hutan di Wilayah ‘Tertentu pada Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung dan Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi; Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia Nomor P.18/MenLHK-II/2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan; Hasil pembahasan teknis yang melibatkan unsur dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Kementerian Pertanian, dan Kementerian Dalam Negeri, pada tanggal 23-24 November 2017 serta hasil koordinasi Tim Teknis Gabungan Pembuatan Peta Indikatif Penundaan Pemberian Izin Baru; MEMUTUSKAN: KEPUTUSAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN TENTANG PENETAPAN PETA INDIKATIF PENUNDAAN PEMBERIAN IZIN BARU PEMANFAATAN HUTAN, PENGGUNAAN KAWASAN HUTAN DAN PERUBAHAN PERUNTUKAN KAWASAN HUTAN DAN AREAL PENGGUNAAN LAIN (REVISI XII). : Menetapkan Peta Indikatif Penundaan Pemberian Izin Baru Pemanfaatan Hutan, Penggunaan Kawasan Hutan dan Perubahan Peruntukan Kawasan Hutan dan Areal Penggunaan Lain (Revisi XIII) dengan skala 1 : 250.000 sebagaimana tercantum dalam peta lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Keputusan ini. KEDUA ... KEDUA KETIGA KEEMPAT KELIMA KEENAM KETUJUH KEDELAPAN -3- : Peta Indikatif Penundaan Pemberian Izin Baru pada Areal Penggunaan Lain yang berada di dalam peta indikatif sebagaimana dimaksud dalam Amar KESATU, skalanya disesuaikan dengan ketersediaan data perizinan di instansi teknis. : Peta Indikatif Penundaan Pemberian Izin Baru Pemanfaatan Hutan, Penggunaan Kawasan Hutan dan Perubahan Peruntukan Kawasan Hutan skala 1:250.000 sebagaimana dimaksud dalam Amar KESATU ditandatangani oleh Direktur Jenderal Planologi Kehutanan dan Tata Lingkungan atas nama Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Penundaan pemberian izin baru sebagaimana dimaksud dalam Amar KESATU meliputi : a. Izin usaha pemanfaatan hasil hutan kay; b. Izin pemungutan hasil hutan kayu; c. Izin penggunaan kawasan hutan; dan d. Perubahan peruntukan kawasan hutan. : Penundaan pemberian izin baru perubahan peruntukan kawasan hutan sebagaimana dimaksud dalam Amar KEEMPAT huruf d tidak berlaku dalam perubahan peruntukan kawasan hutan terkait dengan revisi Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi. : a. Peta Indikatif Penundaan Pemberian Izin Baru pada kawasan hutan sebagaimana dimaksud dalam Amar KESATU dilakukan revisi setiap 6 (enam) bulan sekali b. Revisi Peta Indikatif sebagaimana dimaksud pada huruf a dikoordinasikan oleh Direktur Jenderal Planologi Kehutanan dan Tata Lingkungan. c. Penetapan Peta Indikatif hasil revisi sebagaimana dimaksud pada huruf b dilakukan oleh Direktur Jenderal Planologi Kehutanan dan Tata Lingkungan atas nama Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan. : Revisi Peta Indikatif Penundaan Pemberian Izin Baru dilakukan dengan memperhatikan : a. Hasil survei kondisi fisik lapangan; b, Perubahan tata ruang; c. Data dan informasi penutupan lahan terkini; d. Masukan dari masyarakat; e. Pembaharuan data perizinan. Dalam hal terdapat indikasi perbedaan antara Peta Indikatif Penundaan Pemberian Izin Baru sebagaimana dimaksud dalam Amar KESATU dengan kondisi fisik lapangan, dapat dilakukan klarifikasi lapangan melalui : a. Survei lahan gambut oleh Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Lahan Pertanian, Kementerian Pertanian dengan menyertakan Balai Pemantapan Kawasan Hutan di wilayah tersebut dan Perguruan Tinggi yang mempunyai ahli di bidang gambut dengan mengacu SNI 7925:2013; b. Survei hutan alam primer oleh Dinas Provinsi yang membidangi Kehutanan, dengan menyertakan Balai Pemantapan Kawasan Hutan di wilayah tersebut dan Perguruan Tinggi yang mempunyai disiplin ilmu di bidang kehutanan dengan mengacu pada Peraturan Direktur Jenderal Planologi Kehutanan dan Tata Lingkungan No. P.3/PKTL/IPSDH/PLA.1/2017 tanggal 6 April 2017 tentang Petunjuk Pelaksanaan Survei Hutan Alam Primer Dalam Rangka Verifikasi Peta Indikatif Penundaan Pemberian Izin Baru (PIPPIB); b. Survei sebagaimana dimaksud pada huruf a dan huruf b, dilaksanakan dengan melakukan penafsiran citra satelit resolusi tinggi dan dilanjutken dengan verifikasi melalui pengecckan lapangan untuk mengetahui kondisi riil penutupan lahan’ di wilayah tersebut. KESEMBILAN . KESEMBILAN KESEPULUH KESEBELAS : KEDUABELAS KETIGABELAS = KEEMPATBELAS ; Dalam hal hasil survei kondisi fisik lapangan sebagaimana dimaksud dalam Amar KEDELAPAN diperoleh hasil : a. b. © Bukan berupa gambut dan/atau bukan hutan alam primer, maka areal tersebut dapat diberikan izin baru; Berupa gambut dan/atau hutan alam primer, maka areal tersebut menjadi areal yang ditunda pemberian izin baru. Pengumpulan data sebagai bahan revisi Peta Indikatif Penundaan Pemberian Izin Baru dapat dilakukan oleh Tim Teknis Gabungan Pembuatan Peta Indikatif Penundaan Pemberian Izin Baru melalui survei ke lapangan untuk memperoleh gambaran kondisi fisik lapangan terhadap hasil masukan masyarakat. Pengumpulan data sebagaimana dimaksud huruf a dapat dibantu oleh Tim Monitoring dan Evaluasi Peta Indikatif Penundaan Pemberian Izin Baru yang dibentuk di daerah. Pada areal perizinan yang sudah habis masa berlakunya dan tidak diperpanjang/tidak diperbaharui, maka izin baru tidak dapat diterbitkan kecuali pada areal bukan hutan alam primer dan/atau bukan lahan gambut. Pemanfaatan hutan di wilayah tertentu. pada Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung dan Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi, harus tetap berpedoman pada Peta Indikatif Penundaan Pemberian Izin Baru sebagaimana dimaksud pada Amar KESATU. Izin lokasi di areal hutan alam primer atau lahan gambut yang terbit sebelum Inpres No. 10 Tahun 2011, tetapi tidak ditindakdanjuti dan atau telah melewati batas berlakunya, maka areal tersebut menjadi areal penundaan pemberian izin baru. : Amar KEDELAPAN, Amar KESEMBILAN, Amar KESEPULUH dan Amar KESEBELAS digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam pemutakhiran Peta Indikatif Penundaan Pemberian lin Baru selanjutnya. a b. a b. c, Gubernur dan Bupati/Walikota dalam menerbitkan rekomendasi dan penerbitan izin lokasi baru wajib berpedoman pada Peta Indikatif Penundaan Pemberian Izin Baru sebagaimana dimaksud dalam Amar KESATU. Gubernur dan Bupati/Walikota memantau —_kemajuan penyempurnaan tata kelola hutan alam primer dan lahan gambut. Peta Indikatif sebagaimana dimaksud dalam Amar KESATU tidak berlaku terhadap lokasi yang telah mendapat perizinan atau titel hak dari pejabat berwenang sesuai peraturan perundang-undangan pada Areal Penggunaan Lain (APL) atau bukan kawasan hutan yang diterbitkan sebelum Instruksi Presiden Nomor 10 Tahun 2011 Peta Indikatif sebagaimana dimaksud dalam Amar KESATU dikecualikan untuk proses pendaftaran tanah yang telah dimiliki masyarakat perseorangan di Areal Penggunaan Lain (APL) sepanjang disertai bukti hak atas tanah/tanda bukti kepemilikan lainnya yang diterbitkan sebelum Instruksi Presiden No. 10 Tahun 2011 dan hasilnya dilaporkan kepada Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan melalui Direktur Jenderal Planologi Kehutanan dan Tata Lingkungan. Lokasi yang telah mendapat perizinan atau titel hak sebagaimana dimaksud pada huruf a dan b digunakan sebagai bahan revisi Peta Indikatif Penundaan Pemberian Izin Baru. KELIMABELAS KELIMABELAS Dengan ditetapkannya Keputusan ini, maka Keputusan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor SK.351/MenLHK/SETJEN/ PLA.1/7/2017 dicabut dan dinyatakan tidak berlaku. KEENAMBELAS : Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan. Ditetapkan di Jakarta Pada tanggal 4 Desember 2017 suai dengan aslinya a.n.MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN an Hukum KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Teknik, DIREKTUR JENDERAL PLANOLOGI KEHUTANAN DAN TATA LINGKUNGAN, ¢ ttd. ay i DI SIGIT HARDWINARTO 1123 199803 1 005 NIP. 19610202 198603 1 003 ‘Tembusan : 1. Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan; 2. Menteri Koordinator Bidang Perekonomian; 3. Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional; Menteri Pertanian; Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral; Menteri Dalam Negeri; Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional; Sekretaris Kabinet; Kepala Badan Informasi Geospasial; 0. Direktur Jenderal/Kepala Badan lingkup Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan; 11, Para Gubernur di seluruh Indonesia; 12. Para Bupati/Walikota di seluruh Indonesia. Been oas

You might also like