Professional Documents
Culture Documents
saya lewati, sebuah blog yang telah dibuat sejak 2008, saya dedikasikan untuk rekan-
rekan mahasiswa Biologi, Blog ini berisi tentang Handout, Tugas, dan Laporan
praktikum saya dan rekan-rekan yang semoga bisa memberikan manfaat dalam
membantu perkuliahan yang sedang teman-teman tempuh atau akan segera teman-
teman lewati sepanjang perkuliahan di program studi Biologi kita tercinta ini. Have a
nice Reading All
Ada kesalahan di dalam gadget ini
SENIN, 25 OKTOBER 2010
TUGAS BIOTEKNOLOGI
”ELEKTROFORESIS DNA”
OLEH Kelompok 2:
1) DIVYA RANI
2) REZZA TIA UNTARI
3) KIKI REZEKI
4) IRFAN PASARIBU
Elektroforesis merupakan metode yang sudah dipakai oleh banyak peneliti terutama peneliti
yang berkaitan dengan genetika ataupun molecular. Seiring dengan kemajuan zaman yang semakin
pesat dinegara-negara berkembang akan selalu diikuti pula dengan kemajuan ilmu pengetahuan yang
semakin marak dibidang teknologi. Salah satu diantaranya adalah pengembangan di bidang Biologi
Molekul. Bidang ilmu pengetahuan Bidang Molekuler ini telah dimulai pada akhir abad ke 19, setelah
metode elektroforesis ditemukan dan dipakai untuk menganalisa berbagai kegiatan penelitian di
bidang Kimia, Biologi (Genetika, Taksonomi dan Bio-sistematik).
Metode elektroforesis mulai berkembang akhir abad ke-19 setelah ditemukan penelitian yang
menunjukkan adanya penelitian yang menunjukkan adanya efek dari listrik terhadap partikel-partikel
atau molekul-molekul yang bermuatan listrik, dalam hal ini termasuk juga protein. Elektroforesis
berasal dari bahasa Yunani yang mempunyai arti transport atau perpindahan melalui partikelpartikel
listrik. Metode elekroforesis telah digunakan dan dikembangkan didalam teknik analisa untuk
penelitian di bidang biologi dan genetika. Metode tersebut berkembang sangat pesat sekali di zaman
kemajuan teknologi, disebabkan karena pengerjaannya sangat sederhana dan sangat mudah. Di dalam
ilmu biologi maupun biologi molekuler, metode elektrorofesis banyak digunakan untuk taksonomi,
sistematik dan genetik dari hewan ataupun tumbuhan.
1.2. Tujuan
Untuk mengetahui alat-alat yang digunakan dalam proses elektroforesis
dan cara penggunaanya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Elektroforesis merupakan proses bergeraknya molekul bermuatan pada suatu medan listrik.
Kecepatan molekul yang bergerak pada medan listrik tergantung pada muatan, bentuk dan ukuran.
Dengan demikian elektroforesis dapat digunakan untuk separasi makromolekul (seperti protein dan
asam nukleat). Posisi molekul yang terseparasi pada gel dapat dideteksi dengan pewarnaan atau
autoradiografi, ataupun dilakukan kuantifikasi dengan densitometer.
Elektroforesis untuk makromolekul memerlukan matriks penyangga untuk mencegah
terjadinya difusi karena timbulnya panas dari arus listrik yang digunakan. Elektroforesis biasanya
memerlukan media penyangga sebagai tempat bemigrasinya molekul-mulekul biologi. Media
penyangganya bermacam-macam tergantung pada tujuan dan bahan yang akan dianalisa. Media
penyangga yang sering dipakai dalam elektroforesis antara lain yaitu kertas, selulose, asetat dan gel.
Gel poliakrilamid dan agarosa merupakan matriks penyangga yang banyak dipakai untuk separasi
protein dan asam nukleat.
Beberapa faktor mempengaruhi kecepatan migrasi dari molekul protein yakni:
1. Ukuran molekul protein
Migrasi molekul protein berukuran besar lebih lambat daripada migrasi molekul berukuran kecil.
2. Konsentrasi gel
Migrasi molekul protein pada gel berkosentrasi rendah lebih cepat daripada migrasi molekul protein
yang sama pada gel berkosentrasi tinggi.
3. Bufer (penyangga) dapat berperan sebagai penstabil medium pendukung dan dapat
mempengaruhi kecepatan gerak senyawa karena ion sebagai pembawa protein yang
bermuatan. Kekuatan ion yang tinggi dalam bufer akan meningkatkan panas sehingga aliran
listrik menjadi maksimal. Hal ini dapat mempercepat gerakan molekul protein. Kekuatan ion
rendah dalam bufer akan menurunkan panas sehingga aliran listrik akan sangat minimal dan
migrasi molekul protein sangat lambat.
4. Medium penyangga
Medium pendukung ideal untuk elektroforesis adalah bahan kimia inert yang bersifat relatif stabil,
mudah ditangani dan mempunyai daya serap yang baik, sebagai migrasi elektron atau penyaringan
berdasarkan ukuran molekul seperti gel poliakrilamid.
Jika ukuran pori dari medium kira-kira sama dengan molekul, maka molekul yang lebih kecil akan
berpindah lebih bebas di dalam medan listrik, sedangkan molekul yang lebih besar akan dibatasi
dalam migrasinya. Besarnya pori-pori dapat diatur dengan mengubah konsentrasi penyusun gel
poliakrilamidnya yaitu akrilamid dan bisakrilamid.
5. Kekuatan voltase
Voltase yang dipakai rendah (100-500) V, kecepatan migrasi molekul sebanding dengan tingginya
voltase yang digunakan.
Voltase yang dipakai tinggi (500-10000) V, mobolitas molekul meningkat secara lebih tajam dan
digunakan untuk memisahkan senyawa dengan BM rendah serta jenis arus yang dipakai selalu harus
searah (bukan bolak balik).
6.Temperatur medium disaat proses elektroforesis berlangsung. Jika temperatur tinggi akan mempercepat
proses bermigrasinya protein dan sebaliknya jika temperatur rendah akan mengurangi kekuatan
bermigrasinya protein.
Pada saat elektroforesis berlangsung, protein akan bergerak dari elektroda negatif menuju
elektroda positif sampai pada jarak tertentu pada gel poliakrilamid tergantung pada berat molekulnya.
Semakin rendah berat molekulnya maka semakin jauh pula protein bergerak atau mobilitasnya tinggi.
Sebaliknya protein dengan berat molekul lebih besar akan bergerak pada jarak yang lebih pendek atau
mobilitasnya rendah.
Hasil elektroforesis akan didapatkan pita-pita protein yang terpisahkan berdasarkan berat
molekulnya. Tebal tipisnya pita yang terbentuk dari pita protein menunjukkan kandungan atau
banyaknya protein yang mempunyai berat molekul yang sama yang berada pada posisi pita yang
sama. Hal ini sejalan dengan prinsip pergerakan molekul bermuatan, yakni molekul bermuatan dapat
bergerak bebas di bawah pengaruh medan listrik, molekul dengan muatan dan ukuran yang sama akan
terakumulasi pada zona atau pita yang sama atau berdekatan.
Elektroforesis DNA
Pemisahan DNA dilakukan dengan menggunakan elektroforesis gel. Molekul DNA terpisah
berdasarkan ukuran ketika dilewatkan pada matriks gel dengan aliran listrik. DNA memiliki muatan
negatif, dan saat berada dalam aliran listrik, akan bermigrasi melalui gel menuju kutub positif
(Gambar 1).
Molekul yang berukuran besar, memiliki kesulitan melewati pori-pori gel sehingga bermigrasi
lebih lambat melalui gel dibandingkan DNA yang berukuran lebih kecil. Setelah elektroforesis
selesai, molekul DNA divisualisasi dengan pewarna fluorescent seperti ethidium yang berikatan
dengan DNA dan berada di antara basa-basa DNA.
Gambar 4. Pemotongan DNA dengan EcoRI menghasilkan fragmen DNA dengan ukuran yang
bervariasi
Enzim restriksi jenis lain seperti Sau3A1 yang ditemukan pada bakteri Staphylococcus
aureus mengenali sekuens teramerik (4bp) dengan urutan 5′-GATC-3′ sehingga enzim ini memiliki
frekuensi yang lebih tinggi dalam memotong DNA, kira-kira satu kali dalam 250bp. Di sisi lain
terdapat enzim retriksi yang mengenali sekuens oktamerik (8 bp) yaitu enzim NotI yang mengenali
uruta 5′-GCGGCCGC-3′ dan rata-rata memotong hanya sekali dalam 65 kb. Enzim restriksi tidAk
hanya berbeda dalam urutan basa yang dikenali, tetapi juga pada pada struktur hasil produk
pemotongannya. Beberapa enzim seperti HpaI menghasilkan produk dengan ujung tumpul, enzim
lain seperti EcoRI, HindIII dan PstI menghasilkan ujung lengket (Gambar 5).
Gambar 5. Ujung lengket dan ujung tumpul yang merupakan hasil pemotongan DNA dengan enzim
restriksi
Hibridisasi DNA untuk mengidentifikasi molekul DNA yang spesifik
DNA yang telah terdenaturasi memiliki kapasitas untuk bergabung kembali (untuk
membentuk kembali pasngan basa di antara utas komplementer). Hal ini menyebabkan terjadinya
pembentukan molekul hybrid saat homolog, DNA yang terdenaturasi dari dua sumber yang berbeda
bercampur satu sama lain dalam kondisi yang sesuai kekuatan ion dan temperaturnya. Proses
perpasangan basa antara polinukleotida utas tunggal yang komplementer disebut hibridisasi.
Banyak teknik yang tergantung pada ke-khas-an hibridisasi antara dua molekul DNA dari
sekuens yang komplementer. Sebagai contoh, hibridisasi merupakan dasar untuk mendeteksi sekuens
spesifik dalam campuran asam nukleat yang kompleks. Dalam hal ini, satu molekul adalah ‘probe’
dari sekuens tertentu (dapat berupa sekuens yang dimurnikan atau molekul DNA yang disintesis
secara kimia. Probe digunakan untuk mencari molekul yang memiliki sekuens komplementer dalam
campuran DNA. DNA probe harus dilabel, sehingga dapat dengan mudah diketahui lokasinya saat
telah menemukan sekuens targetnya. Campuran yang telah ter=probe dipisahkan berdasarkan
ukuran pada gel atau didistribusikan sebagai perpustakaan klon (library of clones) Gambar 6.
Misalnya genom yeast dipotong dengan enzim EcoRI dan peneliti ingin mengetahui ukuran fragmen
DNA yang mengandung gen yang diinginkan. Saat diwarnai dengan etidium bromida, ribuan
fragmen DNA yang dihasilkan dari pemotongan genom yeast dengan enzim restriksi berjumlah terlalu
banyak sehingga tidak dapat dipisahkan menjadi ‘band’ DNA yang terpisah. Mereka tampak
‘smear’. Teknik yang dianamakan Southern blot hybridization akan mengidentifikasi ukuran dari
fragmen tertentu di antara smear DNA. Gel edirendam dalam larutan alkamli untuk
mendenaturasikan double heliks. Fragmen ini kemudian ditransfer dari gel ke membrane yang
bermuatan positif tempat DNA akan terikat. Setelah DNA tertransfer pada membran, membran
diinkubasi dengan probe yang mengandung sekuens DNA komplementer dengan sekuens yang
diinginkan. ‘Probing’ dilakukan dalam kondisi konsentrasi garam dan temperature dekat dengan
kondisi denaturasi dan reanturasi asam nukleat. Dalam kondisi ini DNA probe akan berhibridisasi
dengan kuat hanya dengan komplementer yang tepat. Media film atau media yang sensitif terhadap
cahaya atau elektron yang dikeluarkan oleh DNA yang dilabel dapat mendeteksi lokasi probe
berhibridisasi. Saat X-ray film diekspos ke filter dan di-develop, maka akan menghasilkan
autoradiogram dengan pola terekspos sama dengan lokasi hybrid (Gambar 6).
Gambar 6. Hasil probing DNA
Kloning DNA
Kemampuan molekul DNA membentuk rekombinan dan menjaganya dalam sel disebut
kloning DNA. Proses ini melibatkan vektor yang menjadi sarana DNA untuk memperbanyak klon
DNA dalam sel dan ‘insert DNA’ yang disisipkan di dalam vector. Kunci untuk menghasilkan
molekul DNa rekombinan adalah enzim restriksi yang memotong DNA pada tempat spesifik dan
enzim lain yang yang menyambung DNA yang terpotong dengan DNA lain. Dengan menghasilkan
molekul DNA rekombinan yang dapat diperbanyak pada organisme inang, fragmen DNA tertentu
dapat dimurnikan dan diamplifikasi untuk menghasilkan produk dalam jumlah besar.
Kloning DNA dalam plasmid vektor
DNa dipotong dengan enzim restriksi, kemudian dimasukkan ke dalam vektor untuk
diperbanyak. Inang (host) yang umum digunakan untuk memperbanyak DNA adalah bakteri E. coli.
Vektor DNA memiliki tiga karakteristik yaitu:
1) Mengandung asal replikasi (origin of replication) yang memungkinkan DNA bereplikasi secara
independen/bebas dari kromosom inang.
2) Mengandung marker selektif yang menyebabkab sel yang membawa vector (termasuk DNA yang
dibawa) dapat diidentifikasi
3) Memiliki situs yang unik/khas untuk satu atau lebih enzim restriksi. Hal ini menyebabkan fragmen
DNA dapat disisipkan pada tempat tertentu dalam vector sehingga penyisipan tidak mengganggu
kedua fungsi lainnya.
Vektor yang paling umum berukuran kecil (kira-kira 3 kb) merupakan molekul DNA sirkular
disebut plasmid. Molekul ini biasanya ditemukan pada banyak bakteri. Pada banyak kasus, DNA
plasmid membawa gen resistensi terhadap antibiotika.
Memasukkan fragmen DNA ke dalam vector pada dasarnya merupakan proses yang
mudah. Misalnya plasmid memiliki situs pengenalan untuk EcoRI, maka vector disiapkan dengan
memotongnya dengan Eco RI. Potongan DNA yang akan diklon kemudian disambungkan dengan
bantuan DNA ligase (Gambar 7).
Gambar 7. Kloning DNA dalam plasmid vektor
Vektor dapat dimasukkan ke organism inang melalui transformasi
Transformasi merupakan proses dimana organisme inang mengambil DNA dari
lingkungan. Beberapa bakteri, tetapi bukan E. coli dapat mengambil DNA secara alami dan dikatakan
memiliki kompetensi genetik. E. coli dapat bersifat kompeten mengambil DNA melalui perlakuan
dengan ion kalsium. Antibiotika kemudian ditambahkan dalam medium untuk menyeleksi
pertumbuhan sel yang mengambil DNA plasmid - sell ini disebut transforman. Sel yang membawa
plasmid akan dapat tumbuh pada medium, sedang yang tidak membawa plasmid, tidak dapat tumbuh
(Gambar 7).
Perpustakaan molekul DNA (DNA library) dapat dihasilkan melalui cloning
Perpustakaan DNA merupakan populasi vector identik yang masing-masing berisi insert yang
berbeda. Untuk membuat perpustakaan DNA, DNA target dipotong dengan enzim restriksi yang
memberikan ukuran rata-rata insert yang diinginkan. Ukuran insert dapat berkisar kurang dari 100 bp
sampai lebih dari satu megabase. DNA yang telah terpotong selanjutnya dicampurkan dengan vector
yang sesuai (yang dipotong dengan enzim restriksi yang sama) dan ditambah ligase. Hal ini
menghasilkan koleksi vector dengan insert DNA yang berbeda (Gambar 8).
Gambar 8. Pembentukan DNA library
Berbagai perpustakaan DNA dapat dihasilkan dengan menggunakan insert dari berbagai
sumber. Perpustakaan DNA yang paling sederhana dihasilkan dari DNA genomik total yang disebut
dengan ‘genomic libraries’. ‘cDNA library’ dikembangkan untuk memperkaya ‘coding sequences’
dalam library. cDNA library dibuat dengan menggunakan mRNA yang dikonversi menjadi
DNA. Proses ini disebut reverse transcription yang dilakukan oleh enzim reverse transcriptase
(Gambar 9). Saat diberi perlakuan dengan reverse transcriptase, mRNA dikonversi menjadi kopi
DNA utas ganda yang disebut cDNA (copy DNA).
Selanjutnya, proses pembentukan library sama dengan pembentukan library pada DNA
genomic. cDNA dan vector diberi perlakuan dengan enzim restriksi yang sama dan fragmen-fragmen
hasilnya disambungkan ke dalam vector.
BAB III
ALAT DAN METODE
3.3. Metode
Cara kerja metode elktroforesis adalah sebagai berikut:
1. Ektraksi enzim
Setelah sampel dibersihkan ditempatkan didalam mortal dan diberi pengestrak sebanyak ±
200 (tergantung dari banyaknya, sedikitnya sampel atau besar kecilnya sampel) kemudian smpel
digerus hingga halus. Penggerusan dilakukan pada kondisi dingin (± 4 0C) dan dilakukan didalam
meja pendingin. Agar suhu tetap konstan. Hasil gerusan tersebut dimasukkan kedalam tabung
eppendrof dan kemudian dilakukan sentrifuse dengan kecepatan 2000 rpm selama 20 menit.
Supernatan yang didapat dipisahkan dari endapan yang selanjutnya dimasukkan dalam
tabung eppendof yang disimpan dalam lemari pendingin (freezer) dalam suhu sekitar 70 0C.
2. Pembuatan gel
Cara pembuatan gel adalah dengan melarutkan gel bubuk yang khusus digunakan untuk elktroforesis
pada erlenmeyer, kemudian di cetak pada cetakan khusus yang telah disediakan dan ditunggu hingga
kering. Dalam pembuatan agar, proporsi campuran antara agar dan pelarutnya harus sesuai, karena
kalau tidak maka substratnya tidak akan dapat berjalan
3. Penempatan sampel
Gel dilepaskan dari cetakan gel dengan cara mengiris keliling tepi gel dengan menggunakan pisau.
Bagian ujung gel diiris atau dibuat sumuran dengan cetakan khusus kira 2 cm dari salah satu tepi yaitu
dari arah katoda yang sebagai penyimpan ekstrak enzim. Ekstar enzim yang akan diuji dikeluarkan
dari freezer dan dibiarkan sebentar hingga mencair. Pengambilan ekstrak enzim dilakukan dengan
cara mencelupkan kertas saring berukuran 6 x 15 mm ke ekstrak enzim atau dengan pipet mikro.
Potongan kertas saring yang telah berisi ekstrak enzim diletakkan dengan posisi tegak lurus ke celah
irisan gel. Jarak anatra celah 1-1.5 mm. Sebagai indikator adanya pergerakan maka celah irisan gel
tersebut diberikan sedikit biru brom fenol.
4. Proses Elektroforesis
1) Gel yang telah siap kemudian diletakkan secara horizontal diatas kotak elektroforis yang telah berisi
larutan penyangga elektroda. Proses ini dilakukan di dalam lemari pendingin dengan suhu 40C.
2) Kedua sisi gel diberi spons yang telah dibasahi dengan larutan penyangga elektroda sebagai jembatan
anatar larutan penyangga elektroda dengan gel.
3) Setelah itu gel ditutup dengan plastik dan di atas gel tersebut diberi gel yang dingin.
4) Proses elekrofororsis dijalankan dengan memberi daya listrik pada gel. Pemberian daya listrik
disesuaikan dengan sampel yang akan digunakan, misalnya sebesar 50-70 A, 50-60 A atau 45-55 A
selama kurang lebih 3 jam.
5) Setelah terlihat bahwa biru brom fenol mencapai titik yang berjarak ± 3 cm dari ujung gel, maka
proses elekrofororsis dihentikan. Bagian gel yang tidak terpakai dipotong, sedangkan potongan gel
yang menjadi tempat migrasi enzim diiris tipis secara horizontal dengan menggunakan gergaji yang
berkawat tipis.
6) Gel diiris menjadi beberapa lembar gel yang kemudian setiap lembar gel yang diletakkan dalam
wadah plastik, untuk selanjutnya diwarnai sesuia enzim yang akan dianalisis.
6. Metode Analisis
Dalam hal ini cara menganalisa hasil pita dari elektroforosis tersebut sangat tergantung dari topik apa
yang akan diteliti. Hasil visualisasi enzim berupa binti atau noda yang disebut pola pita (bandmorp).
Macam pola pita dibedakan atas tipe pola pita yang terbentuk. Semua tipe pola pita yang terbentuk
diinterpretasikan sebagai lokus isozim dan alel yang kemudian dijadikan dasar dalam pengukuran
parameter yang ada dalam suatu populasi.
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1. Kesimpulan
Elektroforesis merupakan proses bergeraknya molekul bermuatan pada suatu medan listrik.
Kecepatan molekul yang bergerak pada medan listrik tergantung pada muatan, bentuk dan ukuran.
Dengan demikian elektroforesis dapat digunakan untuk separasi makromolekul (seperti protein dan
asam nukleat). Posisi molekul yang terseparasi pada gel dapat dideteksi dengan pewarnaan atau
autoradiografi, ataupun dilakukan kuantifikasi dengan densitometer.
Elektroforesis untuk makromolekul memerlukan matriks penyangga untuk mencegah terjadinya difusi
karena timbulnya panas dari arus listrik yang digunakan. Gel poliakrilamid dan agarosa merupakan
matriks penyangga yang banyak dipakai untuk separasi protein dan asam nukleat. Elektroforesis yang
dibahas di bawah ini menggunakan matriks berupa gel poliakrilamida (PAGE = polyacrilamida gel
electrophoresis) untuk separasi sampel protein.
Banyak molekul biologi bermuatan listrik yang besarnya tergantung pada pH dan komposisi
medium dimana molekul biologi tersebut terlarut. Bila berada dalam suatu medan listrik, molekul
biologi yang bermuatan positif akan bermigrasi keelektroda negatif dan sebaliknya. Prinsip inilah
yang dipakai dalam elektroforesis untuk memisahkan molekulmolekul berdasarkan muatannya.
Cara kerja menggunakan metode elktroforesis adalah:
1) Ektraksi enzim,
2) Pembuatan gel,
3) Penempatan sampel,
4) Proses Elektroforesis,
5) Visualisasi sistem enzim dan
6) Metode Analisis.
Dari berbagai literatur yang penulis pelajari, pada dasarnya tahapan metode tes DNA dengan
cara elektroforesis meliputi beberapa tahapan berikut yaitu
pertama tahapan preparasi sampel yang meliputi pengambilan sampel DNA (isolasi) dan pemurnian
DNA. Dalam tahap ini diperlukan kesterilan alat-alat yang digunakan. Untuk sampel darah, dalam
isolasinya dapat digunakan bahan kimia phenolchloroform sedangkan untuk sampel rambut dapat
digunakan bahan kimia Chilex.
Selanjutnya DNA dimurnikan dari kotoran-kotoran seperti protein, sel debris, dan lain lain. Untuk
metode pemurnian biasanya digunakan tehnik sentrifugasi dan metode filtrasi vakum. Tetapi berbagai
ilmuwan telah banyak meninggalkan cara tersebut dan beralih ke produk-produk pemurnian yang
telah dipasarkan seperti produk butir magnet dari Promega Corporation yang memanfaatkan silica-
coated paramagnetic resin yang memungkinkan metode pemisahan DNA yang lebih sederhana dan
cepat.
Tahapan selanjutnya adalah memasukan sampel DNA yang telah dimurnikan kedalam mesin PCR
(polymerase chain reaction) sebagai tahapan amplifikasi.
Hasil akhir dari tahap amplifikasi ini adalah berupa kopi urutan DNA lengkap dari DNA sampel.
Selanjutnya kopi urutan DNA ini akan dikarakterisasi dengan elektroforesis untuk melihat pola
pitanya. Karena urutan DNA setiap orang berbeda maka jumlah dan lokasi pita DNA (pola
elektroforesis) setiap individu juga berbeda. Pola pita inilah yang disebut DNA sidik jari (DNA finger
print) yang akan dianalisa pola STR nya. Tahap terakhir adalah DNA berada dalam tahapan typing,
proses ini dimaksudkan untuk memperoleh tipe DNA. Mesin PCR akan membaca data-data DNA dan
menampilkannya dalam bentuk angka-angka dan gambar-gambar identfikasi DNA. Finishing dari tes
DNA ini adalah mencocokan tipe-tipe DNA.
DAFTAR PUSTAKA
PENGIKUT
SAMBIL BACA-BACA,BISA DOWNLOAD LAGU DISINI
Search MP3
TULISAN KURSOR
BHIMA'S CLOCK
BHIMA TRANSLATE
MENGENAI SAYA
Bhima Wibawa
nikmat alam yang mempunyai impian untuk menjejakkan kaki di setiap daratan terindah di bumi ini
Lihat profil lengkapku
BHIMA FACEBOOK
-Bim Hyun Joong-
LABELS
Agama (1)
Belajar dan Pembelajaran(1)
Biofisika (1)
Biokimia (17)
BioLogi 2007 (1)
Biologi Sel (1)
Biostatistik (4)
Bioteknologi (12)
Dasar dan Proses Pembelajaran Biologi (1)
Ekologi Umum (27)
Etnobiologi (2)
Etnobotani (5)
Evaluasi Proses dan Hasil Belajar Biologi (3)
Evolusi (16)
Fisiologi Hewan I (7)
Fisiologi Hewan II (16)
Fisiologi Tumbuhan I (1)
Fisiologi Tumbuhan II (7)
Fitohormon (3)
Genetika (11)
Info Terbaru Biologi (264)
Keanekaragaman Hayati (Biodiversity) (14)
Kimia Dasar (1)
Kuliah Kerja Nyata (KKN) (3)
Lain-lain (3)
Makalah Olimpiade OSN-PTI(1)
Media Pembelajaran (2)
Metodologi Penelitian (7)
Mikrobiologi (9)
Mikroteaching (1)
Model Pembelajaran (1)
Pengantar Pendidikan (2)
Perencanaan Pengajaran Biologi (5)
Perkembangan Hewan (3)
Perkembangan Tumbuhan(2)
Rancangan Percobaan (7)
Struktur Hewan (5)
Taksonomi Hewan (3)
Taksonomi Monera dan Protista (6)
Taksonomi Tumbuhan (2)
Telaah Kurikulum Biologi SMA (5)
Telaah Kurikulum Biologi SMP (2)
Toksikologi (2)
BHIMA CHAT
COMMENT
"JAWABAN"
LAMAN
Beranda
ABOUT
a
w
a
b
i
W
a
m
i
h
B