You are on page 1of 15

Pengaruh Pupuk Organik Cair dari Limbah Sayuran

Terhadap Pertumbuhan Tanaman Bunga Kol

Bab I. Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Bunga kol merupakan tanaman sayur spesies (Brassicaceae). Bunga kol juga
merupakan salah satu anggota dari keluarga tanaman kubis-kubisan (Cruciferae).
Bagian bunga kol yang sering dimanfaatkan memang bunganya atau disebut
dangan “Curd” yang tersusun dari rangkaian bunga kecil bertangkai pendek,
berwarna putih atau kuning (tergantung jenis), padat, dan berdaging tebal, massa
bunga kol umumnya berwarna putih bersih atau putih kekuning-kuningan
(Fitriani, 2009).
Bunga kol mempunyai peranan penting bagi kesehatan manusia, karena
mengandung vitamin dan mineral yang sangat dibutuhkan tubuh, sehingga
permintaan terhadap sayuran ini terus meningkat. Bunga kol dapat membantu
pencernaan dan menetralkan zat-zat asam serta memperlancar buang air besar.
Menurut Rukmana (1994), komposisi zat gizi dan mineral setiap 100 g bunga kol
adalah kalori (25,0 kal), protein (2,4 g), karbohidrat (4,9 g), kalsium (22,0 mg),
fosfor (72,0 mg), zat besi (1,1 mg), vitamin A (90,0 mg), vitamin B1 (0,1 mg),
vitamin C, (69,0 mg) dan air (91,7 g).
Untuk membudidayakan tanaman bunga kol ini diperlukan unsur hara, unsur
hara berperan penting dalam proses pertumbuhan tanaman. Unsur hara
merupakan salah satu faktor yang menunjang pertumbuhan dan perkembangan
tanaman yang optimal. Tanaman bunga kol memerlukan hara yang cukup selama
pertumbuhannya, oleh karena itu pemupukan merupakan faktor penentu
keberhasilan budidaya tanaman bunga kol, karena didalam pupuk terdapat unsur
hara yang dapat meningkatkan kesuburan tanah untuk membantu pertumbuhan
tanaman (Zulkarnain 2009).
Pupuk organik adalah pupuk yang dibuat dari bahan-bahan organik atau
alami. Berdasarkan bentuknya pupuk organik dapat dikelompokkan menjadi
pupuk organik padat dan pupuk organik cair. Beberapa pupuk organik yang
diolah dipabrik misalnya adalah tepung darah, tepung tulang, dan tepung ikan.
Pupuk organik cair antara lain adalah ekstrak tumbuh-tumbuhan, cairan
fermentasi limbah cair peternakan, fermentasi tumbuhan-tumbuhan, dan lain-lain.
Bahan baku pupuk cair yang sangat bagus dari sampah organik yaitu bahan
organik basah atau bahan organik yang mempunyai kandungan air tinggi seperti
sisa buah-buahan atau sayur-sayuran. Selain mudah terkomposisi, bahan ini juga
kaya akan nutrisi yang dibutuhkan tanaman. Semakin besar kandungan selulosa
dari bahan organik (C/N rasio) maka proses penguraian oleh bakteri akan semakin
lama (Purwendro dan Nurhidayat, 2007).
Dalam pembuatan pupuk cair, penggunaan Effective Microorganism (EM4)
berguna untuk mempercepat proses fermentasi. Effective Microorganism
merupakan kultur campuran berbagai jenis mikroorganisme yang bermanfaat
seperti (bakteri fotosintetik, bakteri asam laktat, ragi aktinomisetes, dan jamur
fermentasi) yang dapat meningkatkan keragaman mikroba tanah. Pemanfaatan
EM4 dapat memperbaiki pertumbuhan dan hasil tanaman (Sutanto, 2002). Oleh
karena itu, dilakukan percobaan untuk mengetahui respon tanaman bunga kol
terhadap pemberian pupuk organik cair dengan menggunakan EM4 yang
memberikan pertumbuhan maksimal.

1.2 Rumusan Masalah


Tanaman bunga kol merupakan salah satu jenis tanaman sayuran yang
memiliki kandungan gizi yang cukup tinggi. Tanaman ini dapat menjadi produk
yang lebih bermutu dengan budidaya organik, yaitu dengan pemberian pupuk
organik yang berasal dari fermentasi limbah sayuran. Untuk mempercepat
fermentasi perlu ditambahkan EM4.
Permasalahan selanjutnya, ialah:
1. Pada konsentrasi berapa EM4 yang diberikan pada fermentasi limbah
sayuran yang dapat mempengaruhi pertumbuhan dan hasil tanaman bunga
kol?
2. Bagaimana pengaruh pupuk organik cair terhadap pertumbuhan dan
produktivitas tanaman bunga kol?
1.3 Tujuan
1. Mengetahui penggunaan konsentrasi EM4 menjadi pupuk organik cair yang
paling efektif dan efisien dalam pertumbuhan dan produktivitas tanaman
bunga kol.
2. Mengetahui pengaruh pupuk organik cair terhadap pertumbuhan dan
produktivitas tanaman bunga kol pada penerapan berbagai konsentrasi EM4
yang mengacu pada unsur hara terpenting.

1.4 Manfaat
1. Sebagai dasar rujukan tentang kualitas pupuk organik cair terhadap
implementasi tanaman bunga kol dengan menggunakan aktivator EM4.
2. Memberikan informasi kepada pembaca tentang keunggulan pupuk organik
cair dibandingkan dengan pupuk organik lainnya untuk tanaman bunga kol.

1.5 Landasan Teori


1.5.1 Bunga Kol (Brassica oleraceae)
Bunga kol merupakan tanaman sayur spesies (Brassicaceae) Bunga
kol juga merupakan salah satu anggota dari keluarga tanaman kubis-
kubisan (Cruciferae). Bagian bunga kol yang sering dimanfaatkan memang
bunganya atau disebut dengan “Curd” yang tersusun dari rangkaian bunga
kecil bertangkai pendek, berwarna putih atau kuning (tergantung jenis),
padat, dan berdaging tebal. Massa bunga kol umumnya berwarna putih
bersih atau putih kekuning-kuningan (Fitriani, 2009). Budidayanya
memerlukan lebih banyak perhatian, salah satu tempat tersebut adalah
daerah Kecamatan Baturiti, perbatasan antara Kabupaten Tabanan dan
Buleleng. Di Kecamatan Baturiti, bunga kol dapat tumbuh dengan baik,
karena dilakukan perawatan dan pemeliharaan yang baik pula (Anon,
2014). Masyarakat di Indonesia menyebut kubis bunga sebagai kol
kembang atau blumkol (berasal dari bahasa Belanda “Bloemkool”).
Tanaman bunga kol diduga berasal dari Eropa, pertama kali ditemukan di
Cyprus, Italia Selatan dan Mediterania. Beberapa spesies bunga kol telah
tumbuh di Mediterania Selatan lebih dari 2000 tahun. Mengenai masuknya
bunga kol di Indonesia tidak terdapat keterangan pasti, diduga terjadi pada
abad XIX, yang varietasnya berasal dari India (Rukmana, 1994).
Tanaman bunga kol termasuk dalam golongan tanaman sayuran
semusim atau umur pendek. Tanaman tersebut hanya dapat berproduksi
satu kali dan setelah itu akan mati. Pemanenan bunga kol dapat dilakukan
pada umur 60 – 70 hari setelah tanam, tergantung pada jenis dan
varietasnya (Cahyono, 2001).
1.5.1.1 Taksonomi
Menurut Fitriani (2009), klasifikasi dalam tata nama (sistem
tumbuhan) tanaman bunga kol termasuk sebagai berikut:
Divisi : Spermatophyta
Sub divisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Keluarga : Cruciferae
Genus : Brassica
Spesies : Brassica oleracea
1.5.1.2 Morfologi
Seperti tanaman yang lainnya, tanaman bunga kol mempunyai
bagian-bagian tanaman seperti akar, batang, daun, bunga, buah, dan
biji.
1. Akar
Sistem perakaran bunga kol menurut Cahyono (2001),
memiliki akar tunggang (Radix Primaria) dan akar serabut. Akar
tunggang tumbuh ke pusat bumi (kearah dalam), sedangkan akar
serabut tumbuh ke arah samping (horizontal), menyebar, dan
dangkal (20 cm – 30 cm). Dengan perakaran yang dangkal
tersebut, tanaman akan dapat tumbuh dengan baik apabila ditanam
pada tanah yang gembur dan porous.

2. Batang
Batang tanaman bunga kol tumbuh tegak dan pendek (sekitar
30 cm). Batang tersebut berwarna hijau, tebal, dan lunak namun
cukup kuat dan batang tanaman ini tidak bercabang (Fitriani,
2009).
3. Daun
Daun bunga kol menurut Cahyono (2001) berbentuk bulat telur
(oval) dengan bagian tepi daun bergerigi, agak panjang seperti
daun tembakau, dan membentuk celah-celah yang menyirip agak
melengkung ke dalam. Sedangkan, menurut Sugeng (1981) daun
bunga kol berwarna hijau dan tumbuh berselang-seling pada
batang tanaman. Daun memiliki tangkai yang agak panjang
dengan pangkal daun yang menebal dan lunak. Daun-daun yang
tumbuh pada pucuk batang sebelum massa bunga tersebut
berukuran kecil dan melengkung ke dalam melindungi bunga yang
sedang atau mulai tumbuh.
4. Bunga
Massa bunga terdiri dari bakal bunga yang belum mekar,
tersusun atas lebih dari 5.000 kuntum bunga dengan tangkai
pendek, sehingga tampak membulat padat dan tebal berwarna
putih bersih atau putih kekuning-kuningan. Diameter massa bunga
kol dapat mencapai lebih dari 20 cm dan memiliki berat antara 0,5
kg – 1,3 kg, tergantung varietas dan kecocokan tempat tanam
(Pracaya, 2000).
5. Buah dan Biji
Tanaman bunga kol dapat menghasilkan buah yang
mengandung banyak biji. Buah tersebut terbentuk dari hasil
penyerbukan bunga yang terjadi karena penyerbukan sendiri
ataupun penyerbukan silang dengan bantuan serangga lebah madu.
Buah berbentuk polong, berukuran kecil, dan ramping, dengan
panjang antara 3 cm – 5 cm. Di dalam buah tersebut terdapat biji
berbentuk bulat kecil, berwarna coklat kehitam-hitaman. Biji-biji
tersebut dapat dipergunakan sebagai benih perbanyakan tanaman
(Cahyono, 2001).
1.5.1.3 Syarat Tumbuh
Syarat tumbuh tanaman bunga kol dalam budidaya tanaman
bunga kol adalah sebagai berikut:
1. Iklim
Pada mulanya bunga kol dikenal sebagai tanaman sayuran
daerah yang beriklim dingin (sub tropis), sehingga di Indonesia
cocok ditanam di daerah dataran tinggi antara 1.000 – 2.000 meter
dari atas permukaan laut (dpl) yang suhu udaranya dingin dan
lembab. Kisaran temperatur optimum untuk pertumbuhan dan
produksi sayuran bunga kol antara 15°C – 18°C, dan maksimum
24°C (Rukmana, 1994). Bunga kol termasuk tanaman yang sangat
peka terhadap temperatur terlalu rendah ataupun terlalu tinggi,
terutama pada periode pembentukan bunga. Bila temperatur terlalu
rendah, sering mengakibatkan terjadinya pembentukan bunga
sebelum waktunya. Sebaliknya pada temperatur yang terlalu
tinggi, dapat menyebabkan tumbuhnya daun-daun kecil pada
massa bunga (Pracaya, 2000).
2. Tanah
Tanaman bunga kol cocok ditanam pada tanah lempung
berpasir, tetapi toleran terhadap tanah ringan seperti andosol.
Namun, syarat yang paling penting keadaan tanahnya subur,
gembur, kaya akan bahan organik, tidak mudah becek
(menggenang), kisaran pH antara 5,5 – 6,5, dan pengairannya
cukup memadai (Fitriani, 2009).

1.5.1.4 Manfaat
Dalam www.tipscaramanfaat.com, bunga kol terutama dapat
membantu memerangi berbagai penyakit, meningkatkan kekebalan
tubuh, dan membantu dalam menjaga sistem meabolisme yang
bersih.
a. Kapasitas Antioksidan
Bunga kol mengandung vitamin C, mangan, dan antioksidan
kuat. Bunga kol juga mengandung phytochemical yang disebut
indoles dan glucosinates, glucobrassicin, glucoraphanin, dan
gluconasturtiian. Senyawa sehat ini berguna untuk menstimulasi
pembetukan enzim untuk melawan kanker, melindungi sel-sel
tubuh dari oksidasi akibat stres, dan mencegah kerusakan sel-sel
yang disebabkan oleh radikal bebas.
b. Kesehatan jantung
Bunga kol mengandung vitamin K yang bersifat anti radang.
Mengkonsumsi secara teratur bunga kol akan memastikan
sirkulasi darah yang sehat, karena akan membantu menjaga
pembuluh darah dengan adanya senyawa glucoraphanin.
Glucoraphanin akan dikonversi menjadi isothiocyanates, yang
akan mengaktifkan kegiatan anti peradangan dan mencegah
akumulasi lipid dalam pembuluh darah. Hal ini akan membantu
mencegah aliran darah tersumbat, sehingga mengurangi risiko
kondisi seperti aterosklerosis, serta meningkatkan kesehatan
jantung. Isothiocyanate, indole-3-carbinol atau I3C merupakan
komponen anti inflamasi yang berfungsi pada tingkat genetik
dan menghambat dorongan inflamasi pada tahap awal. Seperti
yang didukung oleh penelitian, indoles telah terbukti secara
efektif pada sintesis lipid, kadar trigliserida, kolesterol dan
menjaga kesehatan jantung. Penelitian juga telah membuktikan
fungsi anti-trombotik dan anti-platelet dari Indole 3
carbinol, yang memberikan kontribusi signifikan terhadap
kesehatan jantung. Omega-3 yang terdapat di bunga kol dalam
bentuk asam alpha-lenolenic.
c. Gangguan Perut
Bunga kol merupakan sumber serat makanan yang
membantu pencernaan dan meningkatkan pengeluaran racun dari
dalam tubuh. Kehadiran glukosinolat, glucoraphanin, dan
sulforaphane pada bunga kol melindungi lapisan perut dan
membantu dalam melawan pertumbuhan bakteri Helicobacter
pylori. Selain memiliki mekanisme pertahanan, isothiocyanates
dalam bunga kol mencegah risiko berbagai gangguan
perut, seperti sakit maag dan kanker usus besar.

1.5.2 Proses Fermentasi Pupuk dan Latar Belakang Penggunaannya


Pupuk organik adalah pupuk yang terbuat dari sisa-sisa makhluk hidup
yang diolah melalui proses pembusukan oleh bakteri pengurai. Kandungan
unsur hara yang terdapat di dalam pupuk organik jauh lebih kecil daripada yang
terdapat dalam pupuk buatan. Cara aplikasinya juga lebih sulit karena pupuk
organik dibutuhkan dalam jumlah yang lebih besar daripada pupuk kimia dan
tenaga kerja yang diperlukan juga lebih banyak. Namun pupuk organik dapat
menyediakan unsur makro dan mikro meski dalam jumlah kecil, memperbaiki
kondisi tanah, dan tidak menyebabkan polusi (Novizan, 2005).
Pupuk anorganik adalah jenis pupuk yang dibuat oleh pabrik dengan cara
meramu berbagai bahan kimia sehingga memiliki persentase kandungan hara
tinggi (Novizan, 2005). Penggunaan pupuk kimia dan pestisida terus menerus
dapat menurunkan kesehatan tanah. Beberapa sifat pupuk anorganik lainnya,
antara lain hanya mengandung satu atau beberapa unsur hara tetapi dalam
jumlah banyak, tidak dapat memperbaiki struktur tanah, tetapi justru
penggunaan dalam jangka waktu panjang dapat membuat tanah menjadi keras,
dan sering membuat tanaman manja sehingga rentan terhadap penyakit
(Djuarnani, et al., 2005).
Penyimpanan limbah sayuran cair mempunyai pengaruh yang baik
terhadap komposisi unsur hara. Penguraian menyebabkan jasad renik dapat
berkembang karena terjadi proses dekomposisi bahan organik (Mulyani, 1990
dan. Triyanto, 2008). Pupuk organik agar dapat segera dimanfaatkan untuk
perkembangan tanaman perlu difermentasikan dengan bantuan EM4. EM
Pertanian dan pupuk bokashi ternyata sangat popular di tengah kehidupan para
petani. Untuk mendapatkan hasil sayur dan buah yang bagus, petani
mengandalkan bokashi sebagai pupuknya. Sedangkan untuk membuat pupuk
bokashi, para petani langsung aplikasikan cairan EM Pertanian untuk
mempercepat proses pembuatan pupuk secara alami (Wigunaningsih, 2007).
Fermentasi merupakan aktivitas mikroorganisme baik aerob maupun
anaerob yang mampu mengubah atau mentranspormasikan senyawa kimia
kesubtrat organik. Selanjutnya Winarno (1990) cit. Naswir (2008)
mengemukakan bahwa fermentasi dapat terjadi karena ada aktivitas
mikroorganisme penyebab fermentasi pada subtrat organik yang sesuai, proses
ini dapat menyebabkan perubahan sifat bahan tersebut. Pengomposan
merupakan proses dekomposisi terkendali secara biologis terhadap limbah
padat organik dalam kondisi aerobik (terdapat oksigen) atau anaerobik (tanpa
oksigen). Dalam proses pengomposan secara aerobik banyak koloni bakteri
yang berperan dan ditandai dengan adanya perubahan temperatur. Proses
pengomposan secara anaerobik akan menghasilkan metana (alkohol), CO2, dan
senyawa lain seperti asam organik yang memiliki berat molekul rendah
(Djuarnani, et al., 2005).
Menurut Joo (1990) cit. Naswir (2008), ada dua tipe bakteri yang terlibat
dalam proses fermentasi yaitu bakteri fakultatif yang mengkonversi sellulola
menjadi glukosa selama proses dekomposisi awal dan bakteri obligate yang
respon dalam proses dekomposisi akhir dari bahan organik yang menghasilkan
bahan yang sangat berguna dan alternatif energi pedesaaan. Effective
Mikroorganism (EM4) merupakan bahan yang mengandung beberapa
mikroorganisme yang sangat bermanfaat dalam proses pengomposan.
Mikroorganisme yang terdapat dalam EM4 terdiri dari Lumbricus (bakteri asam
laktat) serta sedikit bakteri fotosintetik, Actinomycetes, Streptomyces sp dan
ragi. Effective Mikroorganism (EM4) dapat meningkatkan fermentasi limbah
dan sampah organik, meningkatkan ketersediaan unsur hara untuk tanaman,
serta menekan aktivitas serangga, hama dan mikroorganisme patogen
(Djuarnani, et al., 2005).
Mikroorganisme efektif (EM) merupakan inokulum yang dapat
meningkatkan keragaman mikroorganisme tanah yang bermanfaat bagi
kesuburan tanah dan tanaman. EM bukan pupuk tetapi merupakan bahan yang
dapat mempercepat proses pembuatan pupuk organik dan meningkatkan
kualitas pupuk (Parnata, 2004).

1.6 Metode Penelitian


1.6.1 Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan di greenhouse Universitas Brawijaya
Malang. Penelitian dilakukan di greenhouse karena untuk mengurangi
faktor lain yang dapat mempengaruhi pertumbuhan tanaman. Penelitian
akan dilakukan pada awal bulan Juli. Penelitian akan dilakukan selama
lima minggu sesuai dengan fase vegetatif dari tanaman bunga kol.
1.6.2 Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan pada penelitian ini antara lain: benih Brassica
oleraceae., limbah sayuran dan air bersih. Alat yang digunakan adalah
gelas cup, penggaris, timbangan digital, cutter, kamera, alat tulis, peralatan
fermentasi, kertas, saringan, gelas ukur, dan pH meter.

1.6.3 Perancangan Penelitian


Faktor yang diuji ada dua, yaitu: macam pupuk organik (P) dan
konsentrasi EM4 (K).
a. Faktor I: bahan organik limbah sayuran
b. Faktor II: konsentrasi EM4 terdiri atas 3 taraf, yaitu = (K1) 6 ml, (K2)12
ml dan (K3)18 ml
Dari kedua faktor tersebut diperoleh 3 kombinasi perlakuan sebagai
berikut:
1. P1K1 : perlakuan limbah sayuran konsentrasi EM4 sebanyak 6 ml
2. P1K2 : perlakuan limbah sayuran konsentrasi EM4 sebanyak 12 ml
3. P1K3 : perlakuan limbah sayuran konsentrasi EM4 sebanyak 18 ml
1.6.4 Cara Kerja
1. Pembuatan Nutrisi
Membuat nutrisi dari bahan organik berupa limbah sayuran yang
difermentasikan dengan bantuan EM4 selama 15 hari. Larutan bahan
difermentasikan dalam botol plastik yang dibuat sedemikian rupa
sehingga proses fermentasi berlangsung secara anaerob. Larutan nutrisi
dibuat dengan cara mengekstrasi larutan fermentasi menggunakan
saringan kain halus, kemudian sisa endapan yang tidak terlarut diperas
agar partikel kasar yang terdapat dalam larutan pertama tidak tercampur
dalam larutan nutrisi yang telah disaring.
2. Penyemaian
Penyemaian dilakukan sebelum penanaman, dengan tujuan
menyiapkan bibit yang akan ditanam pada gelas cup dan untuk
menyeleksi tanaman yang bagus. Sehingga tanaman dapat tumbuh
dengan lebih baik. Media untuk penyemaian berupa kompos : arang
sekam = 1 : 1.
3. Penyiapan media
Media tanam yang digunakan dalam penelitian ini adalah
pecahan batu bata dengan ukuran 2 – 4,75 mm. Batu bata diperkecil
dengan mesin kemudian disaring agar didapat ukuran yang sesuai dan
kemudian dicuci. Media yang telah dibersihkan dimasukkan dalam gelas
cup.
4. Penanaman
Hasil semaian bunga kol yang sudah berumur 14 hari
dipindahkan ke gelas cup. Gelas cup yang telah di beri media, ditanami
bunga kol kemudian ditata dengan jarak tanam 15 cm x 15 cm.
5. Penyulaman
Penyulaman dilakukan untuk mengganti tanaman yang telah
mati, dilakukan sampai tanaman berumur 2 minggu setelah tanam.
6. Pemeliharaan
Pemeliharaan meliputi penyiraman, penyiangan dan
pengendalian hama dan penyakit. Penyiraman dilakukan bersamaan
dengan pemberian nutrisi, dua hari sekali pada umur dua minggu awal
penyiraman dan satu hari sekali pada tiga minggu aplikasi sampai panen
sebanyak 100ml/tanaman. Umur penyiangan dilakukan saat gulma
muncul dan pengendalian hama dan penyakit dilakukan dengan cara
manual.
7. Pemanenan
Panen dilakukan pada umur 32 hari setelah tanam. Tanaman
yang sudah berumur 35 hari harus dipanen seluruhnya, karena bila
melampaui umur tersebut kualitasnya menurun atau rendah, daun-
daunnya menjadi kasar dan tanaman telah berbunga. Panen hanya
dilakukan satu kali, karena umur tanaman tidak terlalu panjang.
1.7 Tinjauan Pustaka
Sebelum penelitian ini dimulai, telah ada yang menggunakan subjek material
yang sama yaitu penggunaan pupuk organik cair EM4. Sedangkan objek yang
diteliti berbeda berupa tanaman hortikultura. Penelitian-penelitian mengenai
pengaruh pupuk organik cair EM4 sebagai pupuk, sebagian besar berupa skripsi.
Penelitian pertama berupa jurnal yang ditulis oleh Andri H Pardosi, Irianto, dan
Mukhsin dengan judul Respons Tanaman Sawi terhadap Pupuk Organik Cair
Limbah Sayuran pada Lahan Kering Ultisol (2014). Penelitian ini dilaksanakan
mulai bulan Juli hingga September 2013 di kebun percobaan Fakultas Pertanian
Universitas Jambi yang terletak di Desa Mendalo Indah, Kecamatan Jambi Luar
Kota Kabupaten Muaro Jambi, dengan jenis tanah Ultisol, dan ketinggian tempat
+35 m di atas permukaan laut. Akan tetapi penelitian ini dilakukan pada lahan yg
luas sehingga dosis pupuk yang diberikan kurang maksimal.
Penelitian kedua berupa skripsi yang ditulis oleh Eka Jumiati dengan judul
Pengaruh Berbagai Konsentrasi EM4 Pada Fermantasi Pupuk Organik Terhadap
Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Bayam Merah (Amaranthus tricolor L.) Secara
Hidroponik. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Rumah Kaca Fakultas
Pertanian Universitas Sebelas Maret, Surakarta pada ketinggian 95 m dpl. Bahan
yang digunakan adalah ampas tahu dan kotoran ayam. Meskipun demikian,
penelitian ini juga menggunakan lahan sebagai media tanam sehingga dosis yang
akan diserap tanaman tidak bisa sama rata.
Penelitian ketiga berupa skripsi yang ditulis oleh Elfrida Ratnasari Subin
dengan judul Pengaruh Pemberian Konsentrasi Pupuk Organik Cair Daun
Lamtoro (Leucaena Leucocephala) Terhadap Pertumbuhan dan Produktivitas
Tanamana Sawi Caisim (brassica juncea L.) . Penelitian ini dilaksanakan di
Kebun Penelitian Pendidikan Biologi, Universitas Sanata Dharma Paingan,
Maguwoharjo. Kelemahan penelitian ini sama dengan penelitian sebelumnya
yang meggunakan lahan sebagai media tanam sehingga menyebabkan pupuk
organik cair tidak kondusif penyebarannya dan tidak maksimal.
1.8 Sistematika Laporan Penelitian
Penelitian ini terdiri atas tiga bab. Bab pertama yaitu pendahuluan yang terdiri
atas latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat
penelitian, landasan teori, metode penelitian, tinjauan pustaka, dan sistematika
laporan penulisan. Bab kedua yaitu hasil dan pembahasan yang berisi data-data
hasil penelitian pengaruh pupuk organik cair dari limbah sayuran terhadap
pertumbuhan tanaman bunga kol dan pembahasan mengenai hasil penelitian. Bab
ketiga yaitu kesimpulan.
Daftar Pustaka

You might also like