You are on page 1of 17

1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latarbelakang
Pendekatan pembelajaran digunakan sebagai titik tolak atau sudut pandang
terhadap suatu proses pembelajaran. Istilah pendekatan merujuk kepada pandangan
tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum. Oleh karenanya,
strategi dan metode pembelajaran yang digunakan dapat bersumber atau bergantung
pada pendekatan tertentu. Strategi pembelajaran merujuk pada sebuah perencanaan
untuk mencapai sesuatu, sedangkan metode adalah cara yang dapat digunakan untuk
melaksanaan strategi (Sanjaya, 2008).
Pendekatan memegang peranan penting dalam dua hal, yaitu penentuan jenis
pendekatan pembelajaran akan menentukan dan menjiwai isi program, materi
pembelajaran, strategi pembelajaran, sumber belajar, dan teknik/ bentuk penilaian.
Selain itu, pendekatan pembelajaran juga akan menentukan keseluruhan tahapan
pengelolaan pembelajaran (Muslich, 2007). Dengan demikian, maka pemilihan jenis
pendekatan tertentu harus benar-benar dibangun atas kebutuhan dan tujuan yang
hendak dicapai selama proses pembelajaran. Adapun pendekatan jenis pembelajaran
yang menonjolkan keaktifan siswa dalam melakukan sesuatu seperti yang
diungkapkan oleh Sa’ud (2009) dapat memberikan pengalaman belajar yang
berharga dan bernuansa lain kepada siswa karena mereka dapat belajar untuk tahu
serta belajar untuk berbuat.
Kurikulum 2013 untuk jenjang sekolah menuntut adanya implementasi
pembelajaran inovatif. Pembelajaran inovatif merupakan pembelajaran yang bersifat student
center learning yang berarti bahwa pembelajaran memberikan peluang yang lebih kepada
peserta didik untuk mengkonstruksi pengetahuannya secara mandiri dan dibantu oleh teman
sebayanya. Pembelajaran inovatif berlandaskan pada paradigma konstruktivistik yang
bertolak belakang dengan pembelajaran tradisional yang sering digunakan. Tuntutan dunia
yang semakin kompleks mengharuskan peserta didik memiliki kemampuan berpikir kritis,
logis, sistematis, dan kreatif. Oleh karena itu, baik sekolah maupun perguruan tinggi harus
mampu memilih model dan pendekatan yang tepat serta penciptaan suasana belajar yang
kondusif akan mempengaruhi tercapainya tujuan pembelajaran. Pendekatan belajar dalam
IPA terdiri dari empat pilar pendidikan, yaitu inkuiri, sains teknologi dan masyarakat,
konstruktivisme,serta pemecahan masalah yang menghendaki adanya penerapan
pembelajaran inovatif.
2

Sejalan dengan itu, pemerintah yang sadar betul dengan perubahan zaman
yang begitu pesat dan cepat berusaha membuat kebijakan-kebijakan untuk
meningkatkan kualitas dan mutu pendidikan di Indonesia. Selain itu, pihak
UNESCO juga telah mencangkan empat pilar pendidikan yang terdiri dari learning
to know, learning to do, learning to live together, dan learning to beuntuk menjawab
tantangan globalisasi sekaligus sebagai tolak ukur bagi pendidik untuk menentukan
berbagai pendekatan. Untuk itu, pendidik dituntut sebaik mungkin dalam memilih
pendekatan pembelajaran sesuai dengan prinsip-prinsip belajar guna tercipta para
siswa yang berkompetensi
Berdasarkan paparan latar belakang tersebut, maka diperlukan suatu kajian
yang komprehensif terhadap pendekatan Saintifik dan esensi Inluiri dalam
pembelajaran Biologi. Oleh karena itu, disusunlah makalah yang berjudul
“Pendekatan Saintifik dan esensi Inkuiri dalam pembelajaran SAINS/Biologi”

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pendekatan saintifik dalam pembelajaran biologi?
2. Bagaimana esensi Inkuiri dalam pembelajaran Biologi?
3. Bagaimana penerapan pendekatan saintifik dalam pembelajaran
SAINS/Biologi?
4. Bagaimana penerapan Inkuiri dalam pembelajaran Biologi?

C. Tujuan
1. Mengetahui pendekatan pembelajaran saintifik dalam pembelajaran biologi
2. Mengetahui esensi Inkuiri dalam pembelajaran Biologi
3. Mengetahui penerapan pendekatan saintifik dalam pembelajaran
SAINS/Biologi
4. Mengetahuipenerapan Inkuiri dalam pembelajaran Biologi
3

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pendekatan Saintifik

Pendekatan saintifik merupakan pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau


berpusat pada peserta didik (student centered approach). Di dalam pembelajaran
dengan pendekatan saintifik, peserta didik mengkonstruksi pengetahuan bagi
dirinya. Bagi peserta didik, pengetahuan yang dimilikinya bersifat dinamis,
berkembang dari sederhana menuju kompleks, dari ruang lingkup dirinya dan di
sekitarnya menuju ruang lingkup yang lebih luas, dan dari yang bersifat konkrit
menuju abstrak. Sebagai manusia yang sedang berkembang, peserta didik telah,
sedang, dan/atau akan mengalami empat tahap perkembangan intelektual, yakni
sensori motor, pra-operasional, operasional konkrit, dan operasional formal
(Permendikbud Nomor 81 A Tahun 2013).

Wieman (2007) menyatakan bahwa dibutuhkan keefektifan dalam pem-belajaran


ilmu pengetahuan. Pembelajaran ilmu pengetahuan yang sukses adalah mampu
mengubah cara berpikir siswa, dari orang baru menjadi orang yang ahli (from novice
to expert). Hal itu mungkin dilakukan jika diterapkan pendekatan ilmiah dalam
pembelajaran. Dijelaskan dalam Permendikbud No. 65 th 2013 bahwa pen-dekatan
ilmiah (scientific appoach) dalam pembelajaran meliputi menggali informasi melaui
pengamatan, bertanya, percobaan, kemudian mengolah data atau informasi,
menyajikan data atau informasi, dilanjutkan dengan menganalisis, menalar,
kemudian menyimpulkan, dan mencipta.

Pembelajaran dengan menggunakan pendekatan saintific adalah


pembelajaran yang menekankan pada pemberian pengalaman secara langsung baik
menggunakan observasi, eksperimen maupun cara yang lainnya, sehingga realitas
yang akan berbicara sebagai informasi atau data yang diperoleh selain valid juga
dapat dipertanggungjawabkan (Sujarwanta, 2012).

Proses pembelajaran menyentuh tiga ranah, yaitu sikap, pengetahuan, dan


keterampilan. Ranah sikap merupakan transformasi substansi atau materi ajar agar
peserta didik “tahu mengapa.” Ranah keterampilan merupakan transformasi
4

substansi atau materi ajar agar peserta didik “tahu bagaimana”. Ranah pengetahuan
merupakan transformasi substansi atau materi ajar agar peserta didik “tahu apa.” .

1. Langkah-langkah Pembelajaran dengan Pendekatan Saintifik Pendekatan


ilmiah dalam pembelajaran

Gambar 2.3Pendekatan Ilmiah dalam Pembelajaran


(Sumber: Adaptasi dari Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, 2013)

a. Observing merupakan salah satu kegiatan mengamati untuk melakukan


proses pembelajaran (meaningfull learning). Metode ini memiliki keunggulan
tertentu, seperti menyajikan media obyek secara nyata, peserta didik senang dan
tertantang, dan mudah pelaksanaannya. Kegiatan mengamati sangat bermanfaat
untuk memenuhi rasa ingin tahu peserta didik.Sehingga proses pembelajaran
memiliki kebermaknaan yang tinggi.Dengan metode observasi peserta didik
menemukan fakta bahwa ada hubungan antara obyek yang dianalisis dengan materi
pembelajaran yang digunakan oleh guru.

b. Questioning. Guru yang efektif mampu menginspirasi peserta didik untuk


meningkatkan dan mengembangkan ranah sikap, keterampilan, dan pengetahuannya.
Pada saat guru bertanya, pada saat itu pula dia membimbing atau memandu peserta
didiknya belajar dengan baik. Ketika guru menjawab pertanyaan peserta didiknya,
ketika itu pula dia mendorong asuhannya itu untuk menjadi penyimak dan
pembelajar yang baik. Bertanya disini dapat melalui pertanyaan dari guru atau
murid. Dengan memberi kesempatan peserta didik bertanya atau menjawab
pertanyaan guru menumbuhkan suasana pembelajaran yang akrab dan
menyenangkan. Dalam mengajukan pertanyaan diperhatikan kualitas pertanyaan.
Pertanyaan yang berkualitas akan menghasilkan jawaban yang berkualitas.

c. Experimenting hasil belajar yang nyata akan diperoleh peserta didik dengan
mencoba atau melakukan percobaan, terutama untuk materi atau substansi yang
5

sesuai. Misalnya, Pada mata pelajaran, peserta didik harus memahami konsep-
konsep Akidah Akhlak dan kaitannya dengan kehidupan sehari-hari.Aplikasi
metode eksperimen atau mencoba dimaksudkan untuk mengembangkan berbagai
ranah tujuan belajar, yaitu sikap, keterampilan, dan pengetahuan. Aktivitas
pembelajaran yang nyata untuk ini adalah: (1) menentukan tema atau topik sesuai
dengan kompetensi dasar menurut tuntutan kurikulum; (2) mempelajari cara-cara
penggunaan alat dan bahan yang tersedia dan harus disediakan; (3) mempelajari
dasar teoritis yang relevan dan hasil-hasil eksperimen sebelumnya; (4) melakukan
dan mengamati percobaan; (5) mencatat fenomena yang terjadi, menganalisis, dan
menyajikan data; (6) menarik simpulan atas hasil percobaan; dan (7) membuat
laporan dan mengkomunikasikan hasil percobaan.

d. Associating, proses pembelajaran akan berhasil secara efektif jika terjadi


interaksi langsung antara pendidik dengan peserta didik. Pola interaksi ini dilakukan
melalui stimulus dan respon. Proses belajar peserta didik terjadi secara perlahan atau
bertahap, bukan secara tiba-tiba. kerangka proses pembelajaran dengan pendekatan
ilmiah yang dianut dalam Kurikulum 2013 untuk menggambarkan bahwa guru dan
peserta didik merupakan pelaku aktif. Titik tekannya tentu dalam banyak hal dan
situasi peserta didik harus lebih aktif daripada guru.Ada dua cara melakukan
asosiasi, yaitu dengan logika induktif dan deduktif. Logika induktif merupakan cara
menarik kesimpulan dari fenomena atau atribut-atribut khusus untuk hal-hal yang
bersifat umum. Sedangkan logika deduktif merupakan cara menarik kesimpulan
dari pernyataan-pernyataan atau fenomena yang bersifat umum menuju pada hal
yang bersifat khusus. Dengan pola ini peserta didik dapat mengolah informasi
dengan logika induktif dari percobaan yang telah dilakukan sebelumnya, dan dengan
menggunakan logika deduktif dengan membandingkan teori-teori yang telah ada
dengan hasil percobaannya.

e. Communicating memberi kesempatan kepada peserta didik untuk


mengkomunikasi-kan hasil percobaan dan asosiasinya kepada peserta didik lain dan
guru untuk mendapatkan tanggapan. Langkah komunikasi ini member keuntungan
kepada peserta didik dalam meningkatkan rasa percaya diri dan kesungguhan belajar.
Conficius menyatakan, apa yang saya dengar, saya lupa, apa yang saya lihat saya
ingat, apa yang saya lakukan saya paham. Silberman telah memodifikasi penyataan
tersebut menjadi: apa yang saya dengar saya lupa, apa yang saya dengar dan lihat
6

saya ingat, apa yang saya dengar, lihat, dan diskusikan saya mulai paham, apa yang
saya dengar, lihat, diskusikan, dan lakukan, saya memperoleh pengetahuan dan
keterampilan, apa yang saya ajarkan kepada yang lain, saya pemiliknya (Nasution,
2013). Dengan mengkomunikasikan hasil percobaan dan asosiasi yang telah
dilakukan peserta didik dalam pembelajaran akan memperkuat penguasaan peserta
didik terhadap materi pelajaran yang telah disajikan dalam pembelajaran.

2. Penerapan Pendekatan saintifik dalam Pembelajaran

Setiap mata pelajaran memiliki karakteristik khusus dalam menggunakan


pendekatan pembelajaran. Pembelajaran Biologi lebih menekankan pada penerapan
keterampilan proses. Aspek-aspek pada pendekatan saintifik terintegrasi pada
pendekatan keterampilan proses dan metode ilmiah.

Langkah-langkah metode ilmiah: melakukan pengamatan, menentukan hipotesis,


merancang eksperimen untuk menguji hipotesis, menguji hipotesis, menerima atau
menolak hipotesis dan merevisi hipotesis atau membuat kesimpulan (Helmenstine,
2013).

Pada pembelajaran Biologi pendekatan saintifik dapat diterapkan melalui


keterampilan proses. Keterampilan proses sains merupakan seperangkat
keterampilan yang digunakan para ilmuwan dalam melakukan penyelidikan ilmiah.
Menurut Rustaman (2005), keterampilan proses perlu dikembangkan melalui
pengalaman-pengalaman langsung sebagai pengalaman pembelajaran. Melalui
pengalaman langsung seseorang dapat lebih menghayati proses atau kegiatan yang
sedang dilakukan.

Keterampilan yang dilatihkan sering ini dikenal dengan keterampilan proses IPA .

American Association for the Advancement of Science (1970) mengklasifikasikan


menjadi keterampilan proses dasar dan keterampilan proses terpadu. Klasifikasi
keterampilan proses tersebut tertera pada tabel 1.

Tabel 1. Keterampilan Proses Dasar dan Terpadu


7

Keterampilan Proses Dasar Keterampilan Proses Terpadu

Mengamati Mengontrol variabel


Mengukur Menginterpretasikan data

Menyimpulkan Merumuskan hipotesa


Meramalkan Mendefinisikan variabel
Menggolongkan secara operasional
Mengkomunikasikan Merancang eksperimen

Pada tabel berikut ini disajikan jenis-jenis indikator keterampilan proses beserta sub
indikatornya.
Tabel 2. Jenis-jenis Indikator Keterampilan Proses beserta Sub indikatornya.

No Indikator Sub Indikator Keterampilan Proses Sains

1 Mengamati - Menggunakan sebanyak mungkin alat indera


- Mengumpulkan/menggunakan fakta yang relevan
2 Mengelompok Mencatat setiap pengamatan secara terpisah
kan - Mencari perbedaan, persamaan, Mengontraskan ciri-ciri,
- Mencari dasar pengelompokkan atau penggolongan
3 Menafsirkan Menghubungkan hasil-hasil pengamatan
-Menemukan pola dalam suatu seri pengamatan, Menyimpulkan
4 Meramalkan - Menggunakan pola-pola hasil pengamatan
- Mengungkapkan apa yang mungkin terjadi pada keadaan sebelum
diamati
5 Mengajukan Bertanya apa, mengapa, dan bagaimana.
pertanyaan -Bertanya untuk meminta penjelasan; Mengajukan pertanyaan yang
berlatar belakang hipotesis.
6 Merumuskan - Mengetahui bahwa ada lebih dari satu kemungkinan penjelasan dari
hipotesis suatu kejadian.
- Menyadari bahwa suatu penjelasan perlu diuji kebenarannya dengan
memperoleh bukti lebih banyak atau melakukan cara pemecahan
masalah.
7 Merencanakan - Menentukan alat/bahan/sumber yang akan digunakan
percobaan - Mentukan variabel/ faktor penentu;
8

8 Menggunakan Memakai alat/bahan


alat/bahan -Mengetahui alasan mengapa menggunakan alat/bahan, Mengetahui
bagaimana menggunakan alat/bahan.
9 Menerapkan Menggunakan konsep yang telah dipelajari dalam situasi baru
konsep -Menggunakan konsep pada pengalaman baru untuk menjelaskan apa
yang sedang terjadi

Melalui penerapan keterampilan proses pada pembelajaran IPA yang


disajikan dengan strategi dan metode yang tepat, mudah-mudahan siswa dapat
terlatih dalam keterampilan saintifik. Hasil akhir yang diharapkan Kurikulum 2013
adalah adanya peningkatan dan keseimbangan antara kemampuan untuk menjadi
manusia yang baik (soft skills) dan manusia yang memiliki kecakapan dan
pengetahuan untuk hidup secara layak (hard skills) dari peserta didik yang meliputi
aspek kompetensi sikap, keterampilan, dan pengetahuan.

Contoh Kegiatan Pembelajaran Dengan Menerapkan Pendekatan Saintifik

Topik /Tema Pertumbuhan dan Perkembangan Tanaman


Sub Topik/Tema Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan
tumbuhan
Kompetensi Dasar 3.1. Menganalisis hubungan antara faktor internal dan eksternal
dengan proses pertumbuhan dan perkembangan pada Mahluk
Hidup berdasarkan hasil percobaan.
4.1 Merencanakan dan melaksanakan percobaan tentang faktor luar
yang memengaruhi proses pertumbuhan dan perkembangan
tanaman, dan melaporkan secara tertulis dengan menggunakan
tata cara penulisan ilmiah yang benar
Tujuan - Menjelaskan perbedaan pertumbuhan dan perkembangan pada
Pembelajaran tumbuhan
- Mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi proses
pertumbuhan dan perkembangan pada tanaman
- Memahami proses pertumbuhan dan perkembangan pada
tumbuhan
- Memahami peran hormon dalam proses pertumbuhan pada
tanaman
- Melakukan percoban tentang pertumbuhan dan perkembangan
tanaman
- Membuat laporan hasil percobaan proses pertumbuhan dan
perkembangan tanaman
9

Alokasi Waktu 1x pertemuan (3 JP)


Tahapan
Kegiatan
Pembelajaran
Pada kegiatan ini
guru meminta
peserta mengamati
Mengamati gambar yang ada
pada buku
-Peserta didik
mengamati gambar tersebut

Guru memberi kesempatan kepada peserta didik untuk bertanya


setelah mereka mengamati gambar. Contoh pertanyaan yang
Menanya berkaitan dengan pengamatan peserta didik -
Mengapa biji jagung bisa berkecambah?
- Faktor-faktor apa saja yang menyebabkan biji bisa berkecambah?
Setelah kegiatan tanya jawab guru memfasilitasi siswa untuk
menemukan jawaban dengan cara :
- Melakukan percobaan tentang faktor yang mempengaruhi
pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan
- Mencatat data hasil pengamatan dari percobaan dalam kolom
yang tersedia pada lembar kegiatan
Mengumpulkan
Informasi

Dari percobaan ini peserta didik akan mengumpulkan informasi


tentang pengaruh cahaya terhadap perkecambahan
Setelah mengumpulkan informasi melalui pengamatan dan mencatat
hasil pengamatan, peserta didik mengasosiasikan pengetahuan yang
didapat dari percobaan dan buku sumber dengan cara:
Mengasosiasikan - Mendiskusikan hasil pengamatan, menjawab
pertanyaanpertanyaan pada lembar kegiatan berdasarkan data
pengamatan dan konsep yang terkait pada buku siswa.
- Menyimpulkan perbedaan panjang dan kondisi kecambah karena
pengaruh cahaya terhadap perkecambahan.
10

Setelah menemukan kesimpulan, peserta didk membuat laporan dan


peserta didik dapat menyampaikan laporan hasil pengamatan dan
Mengkomunikasikan kesimpulannya tentang pengaruh cahaya terhadap perkecambahan
Pada kegiatan ini peserta didik dapat melakukan tanya jawab.

Pada pembelajaran Biologi, penerapan pendekatan saintifik berkaitan dengan


pengembangan keterampilan proses sain peserta didik. Guru dapat mengidentifikasi
keterampilan proses apa saja yang dilatihkan pada suatu kegiatan pembelajaran baik
eksperimen maupun non eksperimen.

3. Teknik Penilaian dalam Pembelajaran dengan Pendekatan saintifik


Penilaian pada pembelajaran dengan pendekatansaintifikmeliputi :
 Penilaian Proses, dilakukan melalui:
a. Observasi saat siswa bekerja kelompok,
b. Bekerja individu,
c. Berdiskusi,
d. Presentasi dengan menggunakan lembar observasi kinerja.

 Penilaian Produk, berupa pemahaman konsep, prinsip, dan pengetahuan


dilakukan dengan tes tertulis.
 Penilaian Sikap, dilakukan melalui:
a. Observasi Saat Siswa Bekerja Kelompok,
b. Bekerja Individu,
c. Berdiskusi,
d. Saat Presentasi Dengan
e. Menggunakan Lembar Observasi Sikap.

B. Model Pembelajaran Inquiry Learning

Model pembelajaran inquiry merupakan model yang melibatkan peserta didik


dalam proses pengumpulan data dan pengujian hipotesis. Guru membimbing peserta
didik untuk menemukan pengertian baru, praktik keterampilan, dan cara memperoleh
pengetahuan berdasarkan pengalaman belajar peserta didik. Model inquiry
11

memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk belajar aktif dan kreatif dalam
mencari pengetahuan.

Langkah inquiry terdiri dari beberapa tahapan, antara lain: (1) mengidentifikasi
masalah; (2) merumuskan hipotesis; (3) mengumpulkan data; (4) menganalisis dan
menginterpretasikan data untuk menguji hipotesis; (5) menarik kesimpulan.
Sedangkan tahapan atau langkah yang dilakukan oleh guru dalam model
pembelajaran inquiry yaitu (Mulyatiningsih, 2010):

1. Menjelaskan tujuan pembelajaran


2. Membagi petunjuk inquiry atau petunjuk praktikum
3. Menugaskan peserta didik untuk melaksanakan inquiry
4. Memantau pelaksanaan inquiry
5. Menyimpulkan hasil inquiry secara bersama-sama
Menurut Nurhadi, dkk (2004) menjelaskan bahwa dalam model inquiry
peserta didik di dorong untuk mampu belajar dan terlibat aktif dan melakukan suatu
penelitian untuk menemukan suatu penemuan tertentu. Hal ini mampu memacy
peserta didik untuk mengetahui serta memotivasi peserta didik untuk memecahkan
suatu masalah secara mandiri dan memiliki kemampuan kritis dalam menganalisis
sebuah informasi. Model inquiry memberikan pengalaman pembelajaran yang aktif
dan kontekstual yang nantinya mampu melatih peserta didik dalam memecahkan
masalah, membuat kesimpulan atau membuat keputusan, serta memperoleh
keterampilan. Oleh karena itu, model inquiry dapat digunakan oleh guru dalam suatu
kegiatan penelitian atau eksperimen yang bertujuan untuk menemukan materi
pembelajaran tertentu.

Model pembelajaran inquiry dibagi menjadi tiga macam, antara lain:


1. Model Inquiry Free Discovery (penemuan bebas)
Peserta didik diberikan kebebasan untuk memilih permasalahan, dan cara
pemecahan akan permasalahan yang telah dipilih. Peserta didik juga dilatih
membuat hipotesis, menguji hipotesis, serta diberi kesempatan untuk
mengaplikasikan hasil temuannya.
2. Model Inquiry Guided Discovery (penemuan terbimbing)
Guru memberikan bimbingan dan pengarahan agar peserta didik dapat mencapai
tujuan atau menemukan konsep-konsep tertentu, memberikan masalah dan alternatif
12

pemecahannya, memonitoring proses belajar mengajar, membantu peserta didik yang


mengalami hambatan dalam kegiatannya, serta memberikan penilaian. Model
penemuan terbimbing ini peserta didik akan aktif melakukan eksplorasi, observasi,
dan investigasi dengan bimbingan guru. Oleh karena itu, kegiatan dengan model
penemuan terbimbing berdampak positif
pada perkembangan intelektual peserta didik (Darmojo & Kaligis, 1992).

3. Model Inquiry Free Modified (penemuan bebas termodifikasi)


Model inkuiri bebas termodifikasi, guru memberikan suatu permasalahan
atauproblemyang kemudian meminta peserta didik untuk memecahkanpermasalahan
tersebut melalui pengamatan, eksplorasi, sesuai dengan prosedurpenelitian (Mulyasa,
2007).
Setiap model pembelajaran yang diterapkan dalam proses belajarmengajar memiliki
kelebihan dan kekurangan. Model pembelajaran inkuiriterbimbing memiliki
kelebihan tertentu. Kelebihan model pembelajaran inkuiriterbimbing yang
dikemukakan oleh Bruner (dalam Wartono, 2003) yaitu:
a. Model pembelajaran inkuiri meningkatkan potensi intelektual peserta
didik.Hal ini dikarenakan peserta didik diberi kesempatan untuk mencari
danmenemukan Sendiri jawaban dari permasalahan yang diberikan
denganpengamatan dan pengalaman sendiri.
b. Ketergantungan peserta didik terhadap kepuasan ekstrinsik bergeser
kearahkepuasan intrinsik. Peserta didik yang telah berhasil menemukan
sendirisampai dapat memecahkan masalah yang ada akan meningkatkan
kepuasanintelektualnya yang datang dari dalam diri peserta didik.
c. Peserta didik memperoleh pengetahuan yang bersifat penyelidikan
karenaterlibat langsung dalam proses penemuan.
d. Belajar melalui inkuiri dapat memperpanjang proses ingatan.
Pengetahuanyang diperoleh dari hasil pemikiran sendiri akan lebih mudah
diingat.
e. Belajar dengan inkuiri, peserta didik dapat memahami konsep sains dan ide
dengan baik.
f. Pengajaran menjadi terpusat pada peserta didik, salah satu prinsip
psikologibelajar menyatakan bahwa semakin besar keterlibatan peserta didik
dalamproses pembelajaran, maka semakin besar pula kemampuan belajar
13

pesertadidik. Model pembelajaran inquiry tidak hanya ditujukan untuk


belajarkonsep-konsep dan prinsip-prinsip saja tetapi juga belajar pengarahan
diri sendiri, tanggung jawab, komunikasi dan sebagainya.
g. Proses pembelajaran inkuiri dapat membentuk dan mengembangkan konsep
diri peserta didik. Keterlibatan peserta didik dalam proses pembelajaran
inkuiri lebih besar, sehingga memberikan kemungkinan kepada peserta didik
untuk memperluas wawasan dan mengembangkan konsep diri secara baik.
h. Tingkat harapan meningkat, tingkat harapan merupakan bagian dari konsep
diri. Ini berarti bahwa peserta didik memiliki keyakinan atau harapan dapat
menyelesaikan tugasnya secara mandiri berdasarkan pengalaman
penemuannya.
i. Model pembelajaran inkuiri dapat mengembangkan bakat. Manusia memiliki
berbagai macam bakat, salah satunya adalah bakat akademik, semakin
banyak kebebasan dalam proses pembelajaran maka semakin besar
kemungkinan peserta didik untuk mengembangkan bakatbakat lainnya,
seperti kreatif, sosial, dan sebagainya.
j. Model pembelajaran inkuiri dapat menghindarkan peserta didik belajar
dengan hafalan. Pembelajaran inkuiri menekankan kepada peserta didik
untuk menemukan makna lingkungan sekelilingnya.
k. Model pembelajaran inkuiri memberikan kesempatan kepada peserta didik
untuk mencerna dan mengatur informasi yang didapatkan.
Selain memberikan beberapa kelebihan, model pembelajaran inkuiri juga memiliki
kekurangan. Adapun kekurangan dari model pembelajaran inkuiri, yaitu:
a. Model pembelajaran inkuiri mengandalkan suatu kesiapan berpikir peserta didik,
bagi peserta didik yang mempunyai kemampuan berpikir lambat bisa
kebingungan, menemukan hubungan antara konsep dalam suatu mata pelajaran,
atau menyusun materi yang telah mereka peroleh secara tertulis atau lisan.
Peserta didik yang mempunyai kemampuan berpikir tinggi bisa memonopoli
model pembelajaran inkuiri, sehingga menyebabkan adanya jarak atau gap
dengan peserta didik yang lain.
b. Tidak efisien, khususnya untuk mengajar peserta didik yang berjumlah besar
dikarenakan banyak waktu yang dihabiskan untuk membantu seorang peserta
didik dalam menemukan teori-teori tertentu.
14

c. Harapan-harapan dalam model pembelajaran inkuiri dapat terganggu oleh peserta


didik dan guru yang telah terbiasa dengan pengajaran tradisional.
d. Pada bidang sains membutuhkan banyak fasilitas untuk menguji ide-ide dengan
menggunakan model pembelajaran inkuiri.

C. Penerapan inkuiri dalam pembelajaran Biologi


Beberapa hasil penelitian mengenai strategi pembelajaran inkuiri pada mata
pelajaran biologi seperti yang dilakukan oleh Joice and Weil (1992) menyimpulkan
pembelajaran biologi melalui strategi inkuiri dapat meningkatkan hasil belajar siswa
dan kemampuan pemecahan masalah secara signifikan, begitu juga dengan hasil
penelitian yang dilakukan Layton (1992) menyimpulkan penerapan strategi inkuiri
dalam pembelajaran biologi dapat meningkatkan pemahaman konsep dan
menghilangkan miskonsepsi siswa (Wena, 2008). Artikel ini memaparkan beberapa
hal mengenai penerapan strategi inkuri dalam pembelajaran biologi, seperti hal-hal
yang perlu diperhatikan dalam penerapan strategi inkuiri, langkah-langkah dalam
mengajar dengan strategi inkuiri, masalah-masalah yang mungkin dihadapi dan
pemecahannya, topik-topik mata pelajaran biologi yang relevan dengan strategi
inkuiri, dan pembuatan rubik penilaian kegiatan belajar siswa. Harapannya, semoga
guru-guru biologi lebih kreatif dalam merancang kegiatan pembelajaran,
mengajarkan biologi sesuai dengan hakikatnya sebagai sains, salah satunya melalui
strategi pembelajaran inkuiri sehingga dapat meningkatkan kualitas proses dan hasil
belajar siswa.
Kunci untuk membuat siswa mau dan termotivasi adalah dengan memastikan
bahwa mereka memahami pertanyaan, mereka menghasilkan berbagai jawaban yang
masuk akal dan memiliki beberapa ide tentang bagaimana cara menguji siswa. Hal
ini juga membantu untuk mengingatkan siswa bahwa pola berpikir yang digunakan
dalam menjawab pertanyaan ilmiah juga digunakan dalam menjawab pertanyaan
pada kehidupan sehari-hari. Pengajar dapat memberi pengarahan kepada siswa
bahwa dengan proses tersebut maka mereka akan dapat menjawab pertanyaan dan
mengaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.
Sebenarnya tidak ada batasan tegas topik mana pada mata pelajaran biologi
yang dapat diajarkan atau tidak melalui strategi pembelajaran inkuiri. Biologi
sebagai bagian dari IPA, tentunya memberi jalan bagi penerapan strategi
pembelajaran inkuiri terhadap topik-topik yang termuat didalamnya. Dimana dalam
15

IPA, kebenaran deduktif yang kita peroleh dapat dikonfirmasi melalui metode
ilmiah, dan tahapan metode ilmiah tersebut dapat dijumpai pada strategi
pembelajaran inkuiri. Semua topik dalam mata pelajaran biologi dapat diajarkan
dengan strategi pembelajaran inkuiri, seperti struktur sel, keragaman makhluk hidup,
ekosistem, sistem tubuh manusia, dll, selama dalam penerapanya sesuai dengan
prinsip-prinsip pembelajaran inkuiri dan dilakukan dengan benar. Berikut satu
contoh tahapan pembelajaran inkuiri pada topik ekosistem.
Tabel 2. Gambaran umum langkah-langkah pembelajaran inkuiri
pada topik ekosistem.
Tahapan Contoh Pada Topik Ekosistem
Perumusan masalah apakah ekosistem yang berdekatan secara geografis
memiliki perbedaan dalam variabel fisik dan
biologinya (misalnya ekosistem kolam dan padang
rumput di sekitar sekolah)
Perumusan hipotesis eksositem yang berdekatan secara geografis
memiliki perbedaan variabel fisik dan biologi.
Pengumpulan data variabel fisik ( suhu udara dan tanah, kelembaban
udara, pH tanah), variabel biologi (keragaman
tumbuhan, keragaman artrophoda)
Pengujian hipotesis apakah data-data yang terkumpul menunjukkan
bahwa kedua ekositem yang diamati memiliki
perbedaan variabel fisik dan biologinya dan
bagaimana penjelasan teori-teori yang mendukung
dari berbagai literatur, jika jawabanya ya berarti
hipotesis yang diajukan dapat diterima.
Penarikan kesimpulan kesimpulan berdasarakan pada hipotesis yang
diajukan, apakah hipotesis tersebut diterima atau
ditolak
16

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Pendekatan saintifik merupakan pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau
berpusat pada peserta didik (student centered approach). Di dalam pembelajaran
dengan pendekatan saintifik, peserta didik mengkonstruksi pengetahuan bagi
dirinya. Bagi peserta didik, pengetahuan yang dimilikinya bersifat dinamis,
berkembang dari sederhana menuju kompleks, dari ruang lingkup dirinya dan di
sekitarnya menuju ruang lingkup yang lebih luas, dan dari yang bersifat konkrit
menuju abstrak. Sebagai manusia yang sedang berkembang, peserta didik telah,
sedang, dan/atau akan mengalami empat tahap perkembangan intelektual, yakni
sensori motor, pra-operasional, operasional konkrit, dan operasional formal
2. Langkah-langkah Pembelajaran dengan Pendekatan Saintifik Pendekatan ilmiah
dalam pembelajaran: Observing(mengemati), Questioning(Menanya),
Experimenting(mengumpulkan informasi), Associating(menghubungkan).
Communicating(mengkomunikasikan)
3. Esensi pendekatan saintifik terdiri dari lima pengalaman belajar yaitu kegiatan
mengamati; menanya; mengumpulkan informasi; mengasosiasi; dan
mengkomunikasikan dengan lima pengalaman belajar tersebut penerapan
pendekatan ilmiah dalam pembelajaran Biologi bisa tercapai sesuai harapan
peserta didik
4. Model pembelajaran inquiry merupakan model yang melibatkan peserta didik
dalam proses pengumpulan data dan pengujian hipotesis.
5. Langkah inquiry terdiri dari beberapa tahapan, antara lain: (1) mengidentifikasi
masalah; (2) merumuskan hipotesis; (3) mengumpulkan data; (4) menganalisis
dan menginterpretasikan data untuk menguji hipotesis; (5) menarik kesimpulan.
6. Pembelajaran Biologi lebih menekankan pada penerapan keterampilan proses.
Aspek aspek pada pendekatan saintifik dan metode Inkuiri terintegrasi pada
pendekatan keterampilan proses dan metode ilmiah.

B. Saran
Pendekatan Saintifik dan Metode Belajar Inkuiri adalah sangat relevan
diterapkan pada kurikulum 2013 yang menekankan pada pencapaian kompetensi
17

sekaligus keterampilan. Oleh karena itu, guru harus menguasai secara utuh
pendekatan dan metode ini agar mampu menerapkan pada pembelajaran biologi.

DAFTAR PUSTAKA

Bruce, W.C. & J.K. Bruce. (1991). Teaching with Inquiry. Maryland: Alpha
Publishing Company, Inc.
Mulyaningtyas, Endang. 2010. Pembelajaran Aktif, Kreatif, Inovatif, Efektif, dan
Menyenangkan (PAIKEM): Diktat Peningkatan Kompetensi Pengawas
dalamRangka Penjaminan Mutu Pendidikan. Jawa Barat: P4TK Bisnis dan
Pariwisata.
Mulyasa, E., 2007. Kurikulum Berbasis Kompetensi, Bandung:Remaja Rodaskarya
Muslich, Masnur. 2007. Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan Kontekstual.
Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Nurhadi, Burhan Yasin, dan A.G. Senduk., (2004), Pembelajaran Kontekstual


danPenerapannya dalam KBK, Malang, UM PRESS MALANG.
Rustaman, N. Y., Dirdjosoemarto, S., Yudianto, S. A., Achmad, Y., Subekti, R.,
Rochintaniawati, D., dan Nurjhani K., M. 2003. Strategi Belajar Mengajar
Biologi. Malang: JICA IMSTEP
Sa’ud, Udin Saefudin. 2009. Inovasi Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Sanjaya, Wina. 2008. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses


Pendidikan. Jakarta:Kencana.
Sujarwanta, Agus. 2012. Mengkondisikan Pembelajaran Ipa Dengan Pendekatan
Saintifik. Jurnal Nuansa Kependidikan 16 (1). (online)(
http://www.ummetro.ac.id/file_jurnal/MENGKONDISIKAN%20%20PEMBE
LAJARAN%20IPA%20DENGAN.pdf, diakses tanggal 12 Pebruari 2016).
Wena, Made. 2009. Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer. Jakarta: Bumi
Aksara
Wieman, C. 2007. Why Not Try a Scientific Approach to Science Education?.
(Online),
(http://web.mit.edu/jbelcher/www/TEALref/Wieman_Change_2007.pdf),
diakses pada tanggal 12Pebruari 2016.

You might also like