You are on page 1of 8

Di era digital seperti sekarang, kebutuhan masyarakat akan kehidupan yang praktis menjadi

perhatian utama bagi para pelaku usaha dalam memenuhi kebutuhan masyarakat sehingga menjadi
peluang bagi mereka dalam mengembangkan usahanya. Pada saat ini, kemajuan teknologi
membuat semua kebutuhan yang diperlukan masyarakat dapat diantar menuju tujuan dengan hanya
bermodalkan telepon genggam dan jaringan internet. Jasa ojek, taxi, pengantaran makan dan
barang semua kini tersedia dalam bentuk aplikasi di mana para konsumennya hanya perlu
menunggu di tempat dan barang/jasa yang mereka butuhkan akan menghampiri. Akhir-akhir ini,
bahkan juga berkembang aplikasi apotek atau yang lebih dikenal dengan istilah apotek online.
Konsumen, yang dalam hal ini adalah pasien, hanya perlu memilih obat yang mereka butuhkan,
maka dalam kurun waktu beberapa jam obat akan diantarkan. Sebenarnya, mengapa apotek online
ini bisa sampai muncul? Apakah dikarenakan pelayanan apotek konvensional menurun
kualitasnya? Bagaimana dampak bagi pasien dan apoteker dengan kehadiran apotek online?
Adakah solusi yang tepat untuk permasalahan ini?

Munculnya apotek online ini dapat disebabkan oleh beberapa hal. Yang pertama, jelas
dikarenakan perkembangan teknologi yang dari hari ke hari semakin canggih sehingga semuanya
beralih menjadi bentuk digital. Hal ini akhirnya menjadi tren di semua aspek seperti angkutan
umum, makanan, jasa pengantaran barang, dan pada akhirnya diikuti juga oleh bidang kesehatan
seperti apotek. Selain itu, akibat kemajuan teknologi dari hari ke hari budaya malas menjadi
semakin berkembang di masyarakat. Apapun hal yang masyarakat rasa membuat kegiatan mereka
menjadi lebih mudah, dengan cepat akan menjadi booming dan menjadi kebutuhan. Apotek online
membuat pasien tidak perlu repot-repot datang dan mengantri di apotek, sehingga tentu saja
adanya apotek online ini dengan cepat dapat diterima di tengah masyarakat.

Yang kedua, dapat dikarenakan jumlah apotek yang belum mencukupi kebutuhan. Dikutip dari
data Kementerian Kesehatan tahun 2012, disebutkan bahwa jumlah penduduk Indonesia adalah
240 juta jiwa, jumlah apotek yang tersedia adalah 17.163, sementara rasio ideal jumlah apotek
dengan jumlah penduduk adalah 1:10.000. Sehingga seharusnya jumlah apotek yang tersedia
adalah 24.000. Dengan jumlah yang kurang, maka apotek tidak dapat memberikan pelayanan
secara maksimal, misalnya akibat terlalu banyaknya pasien yang mengantri dalam satu waktu
sehingga kesempatan untuk memberi edukasi/konseling menjadi sedikit. Adanya antrian yang
panjang juga dapat membuat pasien merasa malas untuk kembali lagi ke apotek. Hal inilah yang
akhirnya dimanfaatkan pelaku usaha untuk mengembangkan apotek online sehingga pasien tidak
perlu datang dan mengantri ke apotek.

Faktor lain yang dapat mendorong munculnya apotek online adalah kurangnya kesadaran
masyarakat terhadap peran apoteker. Hal ini mengakibatkan timbulnya anggapan bahwa semua
obat dapat diperjuabelikan secara bebas tanpa perlu berkonsultasi dengan apoteker. Padahal
terdapat obat-obat khusus yang tidak dapat diperjualbelikan secara bebas, atau diperlukan edukasi
khusus terkait penggunaannya.

Bagaimana dampak munculnya apotek online terhadap masyarakat? Apakah memang apotek
online memberikan keuntungan lebih?

Terdapat berbagai dampak bagi pasien akibat munculnya apotek online ini. Keuntungan yang
didapat dari pasien adalah kemudahan dalam mendapat obat. Pasien tidak perlu repot lagi untuk
datang ke apotek dan mengantri, namun pasien hanya perlu memesan lewat aplikasi dan obat akan
diantar ke rumah. Selain itu adanya apotek online dapat membantu menjaga privasi pasien.
Terkadang terdapat beberapa pasien yang malu untuk datang ke apotek untuk membeli obat-obat
tertentu. Dengan adanya apotek online, pasien tidak perlu datang langsung ke apotek dan cukup
menunggu obat diantar. Namun, adanya apotek online ini juga dapat memberikan dampak
merugikan. Yang pertama, pasien kurang mendapat edukasi mengenai obat yang dibelinya. Hal ini
dapat meningkatkan terjadinya medication error sehingga efikasi dari terapi tidak dapat tercapai.
Apotek online dapat juga menyediakan layanan obat resep. Namun walaupun demikian, perlu
diingat salah satu faktor penyebab medication error adalah akibat kesalahan penulisan maupun
pembacaan resep. Dengan adanya apotek online ini, apoteker tidak dapat melihat secara langsung
resep asli obat sehingga pengawasan terhadap keaslian resep dapat menurun. Hal lain yang perlu
diperhatikan adalah adanya kemungkinan pasien mendapat obat yang sebenarnya tidak sesuai
dengan kondisinya. Ini terjadi akibat pasien sendiri yang memilih obat tanpa didampingi apoteker
yang dapat memberikan saran mengenai terapi yang tepat dan sesuai keluhan/kondisi pasien.

Dampak lain dari munculnya apotek online ini adalah pasien harus kritis terhadap berbagai
aplikasi atau situs apotek online. Pasien harus memastikan bahwa apotek online itu dapat
terpercaya. Hal ini dikarenakan masih banyak apotek online yang menjual obat ilegal atau palsu.
Dikutip dari BPOM tahun 2014, BPOM menemukan 129 situs yang memasarkan obat ilegal dan
palsu di mana situs ini beroperasi di wilayah DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Sumatra
Utara dan Batam. Jika pasien mendapat obat palsu, maka akan sulit untuk meminta
pertanggungjawaban karena tidak ada pihak yang dapat ditemui langsung seperti apotek
konvensional. Tentunya hal ini menimbulkan kerugian materiil bagi pasien, dan apabila sudah
digunakan dapat berdampak negatif bagi kesehatannya. Dampak lain adalah pasien tidak dapat
mengonfirmasi secara langsung apabila terdapat kesalahan pada obat yang diterimanya, sehingga
diperlukan waktu lebih lama lagi untuk mendapat obat yang tepat. Hal ini berbeda dengan apotek
konvensional di mana pasien dapat mengonfirmasi secara langsung sehingga dengan segera pasien
mendapat pengganti obat yang benar.

Lalu bagaimana dampak terhadap apoteker?

Menurut WHO terdapat 9 peran apoteker yang dikenal dengan “9 Star Pharmacist” yaitu care
giver, communicator, decision maker, teacher, long-life learner, manager, leader, entrepeneur, dan
research. Dengan adanya apotek online, maka peran apoteker dapat menjadi semakin berkurang
dan tidak berkembang. Dari sisi peran care giver, seharusnya seorang apoteker berinteraksi secara
langsung dengan pasien dan memberi pelayanan kefarmasian kepada pasien seperti peracikan obat,
memberi PIO (Pelayanan Informasi Obat), konseling, konsultasi, screening resep, monitoring.
Adanya apotek online membuat peran sebagai care-giver menjadi berkurang karena apoteker tidak
dapat berinteraksi secara langsung kepada pasien dan memberikan layanan konseling dan edukasi
terkait terapi yang diterimanya. Hal ini secara tidak langusng juga mempengaruhi peran apoteker
sebagai communicator, dikarenakan apoteker tidak berinteraksi secara langsung dengan pasien dan
hanya menerima pesanan melalui aplikasi online. Di mana seharusnya seorang apoteker sebagai
communicator berperan dalam PIO (Pelayanan Informasi Obat), konseling, konsultasi, dll.

Peran apoteker sebagai decision maker juga berkurang. Hal ini dikarenakan pasien sendiri yang
memutuskan terkait pengobatannya tanpa berkonsultasi dengan apoteker. Padahal sebagai decision
maker apoteker memiliki peran dalam pengambilan keputusan yang bertujuan agar pengobatan
lebih aman, efektif dan rasional. Selain itu, peran apoteker sebagai long-life learner dapat tidak
berkembang. Hal ini dikarenakan apoteker tidak dapat bertatap muka secara langsung dengan
pasien, di mana hal ini biasanya dilakukan untuk assesment mengenai kondisi pasien lalu
memutuskan terapi apa yang tepat. Biasanya melalui proses konseling inilah apoteker dapat
menjumpai bermacam-macam kasus dan pengalaman yang dapat menambah pengetahuan. Namun
dengan adanya apotek online, kesempatan ini menjadi hilang. Dengan demikian, adanya apotek
online dapat menyebabkan peran apoteker menjadi semakin berkurang.

Bagaimana solusi untuk permasalahan apotek online ini?

Saat ini belum ada regulasi resmi yang mengatur mengenai apotek online. Adanya regulasi yang
resmi sangat diperlukan untuk memberikan batasan dan aturan yang jelas sehingga hal ini dapat
menghindarkan kerugian bagi pasien, apoteker, apotek konvensional, maupun pemerintah. Oleh
karena itu perlu dilakukan advokasi mengenai regulasi resmi apotek online kepada pihak-pihak
yang berwenang seperti Ikatan Apoteker Indonesia (IAI) atau Departemen Kesehatan. Dengan
demikian diharapkan segera diterbitkan peraturan tentang apotek online sehingga sistem pelayanan
apotek online yang ada sekarang dapat diperbaiki dan menjadi terstandar. Misalnya mengenai obat
apa saja yang dapat dijual secara online, siapa yang dapat membuat apotek online, persyaratan
yang harus dipenuhi untuk membuat apotek online, dll. Selain itu, pemerintah dan IAI juga perlu
melakukan pengawasan terhadap apotek online, khususnya mengenai peredaran obat melalui
apotek online. Karena, dikhawatirkan banyak obat palsu atau ilegal yang turut dijual di apotek
online.

Solusi lain yang dapat dilakukan adalah menambahkan layanan konsultasi pada apotek online.
Jika apotek online yang mengelola adalah apoteker sendiri, mungkin peran apoteker dapat lebih
berkembang. Hal ini dikarenakan apoteker lebih mengetahui hal-hal apa saja yang seharusnya
apoteker lakukan dan apa yang harus pasien dapatkan. Misalkan mengenai layanan konseling,
dapat meniru beberapa situs dokter online di mana pasien dapat berkonsultasi dengan dokter
mengenai penyakitnya. Hal ini dapat diterapkan juga di apotek online di mana pasien berkonsultasi
terkait terapi. Dengan demikian, apoteker tetap dapat memberikan konseling walaupun tidak
bertatap muka secara langsung. Selain itu, dapat diberikan edukasi kepada masyarakat mengenai
penggunaan apotek online, situs mana yang dapat dipercaya sehingga masyarakat dapat terhindar
dari penipuan dan oabt palsu/ilegal.

Tentunya diharapkan, keberadaan apotek online dapat menunjang peran apotek konvensional
dan begitu pula sebaliknya. Bukan malah bersaing secara tidak sehat atau menjatuhkan satu sama
lain.
Kelebihan dan Kekurangan Membeli Obat di
Apotik Online
Perkembangan teknologi saat ini memberikan kemudahan bagi semua orang termasuk dalam
melakukan pembelian obat melalui apotik online. Apotik dengan sistem online kini telah ada
dimana-mana. Memberikan banyak manfaat kepada para pasien yang membutuhkan obat dengan
praktis. Selain memberikan manfaat, sistem online ini juga memiliki kelebihan dan kekurangan.

Berikut beberapa kelebihan dan kekurangan dari pembelian obat melalui apotik online adalah:

1. Kelebihan:

 Cara yang diberikan sangat mudah,

Kelebihan pertama yang dapat dirasakan dari melakukan pembelian obat secara online adalah
transaksi pembelian yang dilakukan sangat mudah dan efisien, karena seseorang hanya perlu
memesan via online dan melakukan pembayaran melalui transfer maka obat akan dikirim oleh
pihak penjual. Begitupun bagi orang dewasa yang telah lanjut usia atau orang cacat dan lain
sebagainya yang membutuhkan obat namun tidak bisa untuk pergi ke apotik secara langsung
maka dapat dengan mudah membelinya secara online.

 Hemat waktu,

Bagi seseorang yang memiliki kesibukan yang padat sehingga tidak memiliki waktu untuk pergi
ke apotik maka dengan adanya sistem online ini akan memudahkan orang tersebut untuk
mendapatkan obat. Selain itu bagi para manula yang akan terbantu dengan adanya sistem online
karena mereka tidak perlu meminta perhotelan kepada orang lain untuk mengantarnya ke apotik.

 Dapat menjaga kerahasiaan pelanggan,

Keuntungan selanjutnya adalah pihak apotik dengan sistem online ini akan menjaga kerahasiaan
para pelanggan yang membeli obat. Jadi, tidak perlu khawatir jika Anda yang memiliki penyakit
namun tidak ingin diketahui oleh orang lain maka apotik ini sangat membantu sekali agar Anda
bisa mendapatkan obat.

 Memperoleh informasi selengkap-lengkapnya,

Selain caranya yang mudah, membeli obat di apotik dengan sistem online ini para pelanggan
secara tidak langsung bisa berkonsultasi kepada dokter terkait tanpa harus bertatap muka. Bukan
hanya itu saja, tapi para pelanggan juga bisa mendapatkan informasi selengkapnya tentang
penyakit dan obat-obat yang diperlukan.

2. Kekurangan:
 Kurang komunikasi,

Selain memudahkan, sebenarnya dengan membeli obat melalui apotik dengan sistem online ini
sebenarnya para pelanggan akan sulit berkomunikasi bersama apoteker dalam hal penyakit yang
diderita, sehingga pelanggan atau pasien kurang mendapatkan penaksiran yang tepat dari seorang
apoteker.

 Terjadi penyelewengan,

Banyak sekali kejahatan yang terjadi dalam dunia internet termasuk pembelian obat. Untuk itu
berhati-hatilah agar tidak terjadi penyelewengan bahkan penipuan dari sang apoteker karena
tidak berkontak langsung.

 Tidak mengetahui keadaan obat yang sebenarnya,

Sering kali pelanggan tidak mengetahui kondisi obat yang diberikan oleh apoteker. Misal,
tanggal kadaluarsa telah melampaui batas. Untuk itu lebih berhati-hatilah sebelum meminum
obat tersebut.

Walaupun memberikan manfaat kemudahan, namun dengan mengetahui kelebihan dan


kekurangan dari apotik online tersebut, maka disarankan bagi Anda para pasien agar berhati-hati
dalam membeli obat agar penyakit yang diderita dapat disembuhkan.
Peredaran obat palsu dan ilegal masih menjadi masalah besar dalam bidang kesehatan di
Indonesia. Bukan hanya pemerintah dan pihak berwenang saja yang bertanggung jawab untuk
memerangi hal ini, melainkan dibutuhkannya campur tangan masyarakat dengan kewaspadaan
dan kepintaran sebagai konsumen.

Oknum-oknum tidak bertanggung jawab yang semakin pintar melakukan kejahatannya sangat
meresahkan masyarakat. Apalagi temuan di lapangan yang menangkap basah para pelaku usaha
haram ini melakukan produksi obat palsu yang tidak sesuai dengan standarisasi, baik dari segi
kebersihan dan keamanan yang dikeluarkan oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM).

Baca Juga

 Kepala BPOM: Lawan Produk Herbal Ilegal dengan Jamu Berkualitas


 Petugas BPOM Medan Gerebek Gudang Penyimpan Jutaan Pil Herbal Palsu
 Ada Insiden Makarel Bercacing, Tips Aman Mengonsumsi Ikan dalam Kaleng

"Obat yang diproduksi oleh pihak yang tidak berhak tidak berdasarkan peraturan dan perundang-
undangan. Seperti yang ditemukan pabrik ilegal beberapa waktu lalu, obat dibuat dengan cara
yang benar-benar sembrono dan tujuannya untuk menipu," ungkap dr. J. Hudyono, MS., SpOk,
MFPM, Staf Clinical Research Support Unit (CRSU) dari Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia & Staf Penilai Obat Jadi BPOM, dalam Acara Pfizer Press Circle Konsumsi Obat yang
Aman, Hindari Obat Palsu, ditulis Selasa (1/11/2016).

Diakui oleh Kepala Sub Direktorat Inspeksi dan Sertifikasi Distribusi Produk Terapetik dari
Direktorat Pengawasan Distribusi Produk Terapetik BPOM, Dra. Eka Purnamasari, Apt.
MKM, obat palsu dan ilegal yang berkembang di pasaran kini sulit dibedakan secara kasat mata.
Apalagi untuk obat-obat yang dijual secara online, di mana penjual dan pembeli tidak dapat
bertatap muka dalam transaksinya.

"Kita selalu menyampaikan kepada masyarakat untuk selalu menghindari pembelian obat di
online. Karena secara regulasi penjualan obat online itu belum dilegalkan di Indonesia," katanya.

Eka turut menyampaikan bahwa jalur distribusi obat itu dari industri farmasi ke pedagang besar
farmasi, sarana pelayanan misalnya apotek dan instalasi farmasi rumah sakit bukan di online.

"Kan sekarang sudah banyak ya toko obat berizin atau apotek di tempat tinggal kita malah kalau
online kita butuh waktu lama dan gak jelas siapa yang jual," ia menegaskan.

Untuk menghindarinya, masyarakat juga harus selalu melakukan cek nomor izin edar obat yang
terdiri dari 15 digit.

Digit pertama akan diisi dengan huruf D sebagai nama dagang dan G adalah generik. Digit kedua
yaitu :

B: obat bebas
T: obat bebas terbatas
K: obat keras
P: psikotropika
N: narkotika

Digit ketiga pada nomor izin edar berisi huruf L untuk obat lokal dan huruf I untuk obat impor.
Disusul dengan digit ke empat dan lima adalah tahun registrasi obat. Dan digit keenam hingga
terakhir adalah nomor identitas produk yang diproduksi oleh setiap industri farmasi.

You might also like