You are on page 1of 29

5

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tuberkulosis Paru


2.1.1 Definisi Tuberkulosis Paru
Tuberkulosis merupakan infeksi bakteri kronik yang disebabkan oleh
Mycobacterium tuberculosis dan ditandai oleh pembentukan granuloma
pada jaringan yang terinfeksi dan oleh hipersensitivitas yang diperantarai
sel. Penyakit biasanya terletak di paru, tetapi dapat mengenai organ lain
(Kemenkes RI, 2014).

2.1.2 Penyebab Tuberkulosis Paru


Tuberkulosis merupakan suatu penyakit menular yang disebabkan
oleh kuman dari kelompok Mycobacterium dan Mycobacterium
tuberculosis. Terdapat beberapa spesies Mycobacterium, antara lain : M.
tuberculosis, M. Africanum, M. bovis, M. leprae, yang dikenal sebagai
Bakteri Tahan Asam (BTA).
Secara umum sifat kuman TB (Mycobacterium tuberculosis) antara lain :
 Berbentuk batang dengan panjang 1 – 10 mikron, lebar 0,2 – 0,6 mikron
 Bersifat tahan asam dalam pewarnaan dengan metode Ziehl Neelsen
 Memerlukan media khusus untuk biakan, antara lain Lowenstein
Jensen, Ogawa.
 Kuman nampak berbentuk batang berwarna merah dalam pemeriksaan
dibawah mikroskop.
 Tahan terhadap suhu rendah sehingga dapat bertahan hidup dalam
jangka waktu lama pada suhu antara 4 oC sampai minus 70 oC
 Kuman sangat peka terhadap panas, sinar matahari dan sinar ultraviolet.
 Paparan langsung terhadap sinar ultraviolet, sebagian besar kuman akan
mati dalam waktu beberapa menit.
 Dalam dahak pada suhu antara 30 oC – 37 oC akan mati dalam waktu
lebih kurang satu minggu
 Kuman dapat bersifat dorman (tidur/tidak berkembang) (Kemenkes RI,
2014).
6

2.1.3 Gambaran Klinis Tuberkulosis


Keluhan yang dirasakan pasien tuberkulosis dapat bermacam-macam
atau malah banyak pasien ditemukan TB paru tanpa keluhan sama sekali
dalam pemeriksaan kesehatan. Keluhan yang terbanyak adalah :
Demam. Biasanya biasanya subfebris. Tetapi kadang-kadang panas badan
dapat mencapai 40-41 oC. Serangan demam pertama dapat sembuh sebentar,
tetapi kemudian dapat timbul kembali. Begitulah seterusnya hilang
timbulnya demam ini, sehingga pasien merasa tidak pernah terbebas dari
serangan demam. Keadaan ini sangat dipengaruhi oleh daya tahan tubuh
pasien dan berat ringannya infeksi kuman tuberkulosis yang masuk.
Batuk/Batuk darah. Gejala ini banyak ditemukan. Batuk terjadi karena
adanya iritasi pada bronkus. Batuk ini diperlukan untuk membuang produk
produk radang keluar. Karena terlibatnya bronkus pada setiap penyakit tidak
sama, mungkin saja batuk baru ada setelah penyakit berkembang dalam
jaringan paru yakni berminggu-minggu atau berbulan-bulan peradangan
semula. Sifat batuk dimulai dari batuk kering(non produktif) kemudian
setelah timbul peradangan menjadi produktif (menghasilkan sputum).
Keadaan yang lanjut adalah berupa batuk darah karena terdapat pembuluh
darah yang pecah. Kebanyakan batuk darah pada tuberkulosis terjadi pada
kavitas, tetapi dapat juga terjadi pada ulkus dinding bronkus.
Sesak napas. Pada penyakit yang ringan (baru sembuh) belum dirasakan
sesak napas. Sesak napas akan ditemukan pada penyakit yang sudah lanjut,
yang infiltrasinya sudah meliputi setengah bagian paru.
Nyeri dada. Gejala ini agak jarang ditemukan. Nyeri dada timbul bila
infiltrasi radang sudah sampai ke pleura sehingga menimbulkan pleuritis.
Terjadi gesekan kedua pleura sewaktu pasien menarik/melepaskan
napasnya.
Malaise. Penyakit tuberkulosis bersifat radang yang menahun. Gejala
malaise sering ditemukan berupa anoreksia tidak ada nafsu makan, badan
makin kurus (berat badan turun), sakit kepala, meriang, nyeri otot, keringat
malam dll. Gejala malaise ini makin lama makin berat dan terjadi hilang
timbul secara tidak teratur (Sudoyo dkk, 2009).
7

2.2 Pemeriksaan Laboratorium di Puskesmas

2.2.1 Ketenagaan
Untuk dapat melaksanakan fungsinya dan menyelenggarakan
upaya wajib Puskesmas, dibutuhkan sumber daya manusia yang
mencukupi baik jumlah maupun mutunya. Pola ketenagaan minimal harus
dimiliki oleh Puskesmas, Puskesmas Dengan Tempat Perawatan (PDTP),
dan Puskesmas di Daerah Tertinggal, Perbatasan dan Kepulauan terluar
(PDTPK) (Kemenkes RI, 2012).

Tabel 2.1. Jenis, Kualifikasi dan Jumlah Tenaga Laboratorium Puskesmas


JUMLAH
No JENIS TENAGA KUALIFIKASI
PDTP PUSKESMAS PDTPK

1 Penanggung jawab Dokter 1 1 1

Analis
2 Tenaga Teknis: Kesehatan 2 1 1
(DIII)
Minimal SMU/
3 Tenaga non Teknis sederajat 1 1 1
Ketentuan lainnya:
a. Penambahan tenaga pelaksana tergantung dari beban kerja
laboratorium.
b. Penanggung jawab Laboratorium Puskesmas adalah dokter Puskesmas/kepala
Puskesmas.
c. Tenaga teknis dianjurkan jangan merangkap tugas lain.
d. Setiap petugas laboratorium harus mempunyai uraian tugas yang tertulis dan
diketahui oleh kepala Puskesmas. (Kemenkes RI, 2012).
8

2.2.3 Sarana, Prasarana, Perlengkapan dan Peralatan


A.Sarana
Sarana laboratorium merupakan segala sesuatu yang berkaitan dengan
fisik bangunan/ruangan laboratorium itu sendiri, dalam lingkup ini adalah ruangan
Laboratorium Puskesmas. Persyaratan sarana/ruangan Laboratorium Puskesmas
adalah sebagai berikut:
1. Ukuran ruang minimal 3x4 m2, kebutuhan luas ruang disesuaikan dengan
jenis pemeriksaan yang diselenggarakan oleh Puskesmas.
2. Langit-langit berwarna terang dan mudah dibersihkan.
3. Dinding berwarna terang, harus keras, tidak berpori, kedap air, dan mudah
dibersihkan serta tahan terhadap bahan kimia
(keramik).
4. Lantai harus terbuat dari bahan yang tidak licin, tidak berpori, warna terang,
dan mudah dibersihkan serta tahan terhadap bahan kimia (epoxi, vinyl).
5. Pintu disarankan memiliki lebar bukaan minimal 100 cm yang terdiri dari 2
dua daun pintu dengan ukuran 80 cm dan 20 cm.
6. Disarankan disediakan akses langsung (lubang/celah) bagi pasien untuk
memberikan sampel dahak.
7. Pada area bak cuci disarankan untuk menggunakan pembatas transparan
(contoh: pembatas polikarbonat) untuk menghindari paparan/tampias air
cucian ke area sekitarnya.
8. Kamar kecil/WC pasien laboratorium dapat bergabung dengan WC pasien
Puskesmas (Kemenkes RI, 2012).
9

Gambar 2.1 Model denah Laboratorium Puskesmas ukuran 3x4 m2


10

Gambar 2.2 Model denah Laboratorium Puskesmas ukuran 4x4 m2


11

B. Prasarana
Prasarana laboratorium merupakan jaringan/instalasi yang membuat suatu
sarana yang ada bisa berfungsi sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Prasarana-
prasarana Laboratorium Puskesmas yang perlu diperhatikan adalah sebagai
berikut:
a. Pencahayaan harus cukup. Pencahayaan alami diperoleh setidaknya dari
jendela dengan luas minimal 1,6 m2 (yaitu terdiri dari 2 jendela dengan
ukuran lebar 80 cm x tinggi 100 cm). Cahaya dari jendela tidak boleh
langsung mengarah ke meja pemeriksaan dan rak reagen, untuk
menghindari terjadinya reaksi antara reagen dengan sinar matahari yang
panas.
Kategori pencahayaan pada Laboratorium Puskesmas dapat dilihat pada tabel 2
berikut ini:

Tabel 2.2 Kategori Pencahayaan Laboratorium Puskesmas


Intensitas
No. Nama Ruangan/Area Bidang kerja Pencahayaan
(lux)
1 Loket (area penerimaan Membaca, menulis,
sampel, pengambilan pengarsipan, penerimaan 200 – 500
hasil) sampel.
2 Area pengambilan sampel Pengambilan sampel darah
200 – 500
3 Area pemeriksaan spesimen Pengamatan dan
pemeriksaan spesimen 1000 – 2000

4 Toilet Pengambilan sampel 100 –


urin, toilet 200

a. Ruangan harus mempunyai sirkulasi udara yang baik (ventilasi


silang/cross ventilation), sehingga pertukaran udara dari dalam ruangan
dapat mengalir ke luar ruangan. Pertukaran udara yang disarankan
adalah 12 s/d 15 kali per jam (Air Change per Hour; ACH = 12–15
times).
12

b. Disarankan pada area pengambilan sampel dilengkapi exhauster yang


mengarah keluar bangunan Puskesmas ke area terbuka sehingga pasien
tidak dapat memapar/memajan petugas Puskesmas. Exhauster dipasang
pada ketinggian + 120 cm dari permukaan lantai.
c. Suhu ruangan tidak boleh panas, dengan sirkulasi udara yang baik maka
disarankan suhu dipertahankan antara 220C s/d 260C.
d. Pengambilan dahak dilakukan di ruangan terbuka yang telah disiapkan.
e. Harus tersedia fasilitas air bersih yang mengalir dan debit air yang
cukup pada bak cuci. Air tersebut harus memenuhi syarat kesehatan.
f. Harus tersedia wadah (tempat sampah) khusus/terpisah yang dilengkapi
dengan penutupnya untuk pembuangan limbah padat medis infeksius
dan non infeksius pada laboratorium. Pengelolaan (pewadahan,
pengangkutan dan pemusnahan) limbah padat dilakukan sesuai
prosedur dan peraturan yang berlaku.
g. Limbah cair/air buangan dari laboratorium harus diolah pada
sistem/instalasi pengolahan air limbah Puskesmas (Kemenkes RI,
2012).

C. Perlengkapan dan Peralatan


a. Perlengkapan
i. Meja pengambilan sampel darah
1. Minimal menggunakan meja ½ biro (ukuran 90 x 60 cm)
2. Mempunyai laci
ii. Loket pendaftaran, penerimaan sampel urin dan dahak, pengambilan
hasil
iii. Kursi petugas laboratorium dan kursi pasien
1. Mempunyai sandaran
2. Dapat terbuat dari kayu, besi, dan lain-lain
iv. Bak cuci/sink
1. Dilengkapi keran untuk mengalirkan air bersih
2. Ukuran minimal 40 cm x 40 cm dengan kedalaman bak
minimal 30 cm
13

3. Dilengkapi saluran/pipa pembuangan air kotor menuju sistem


pengolahan air limbah Puskesmas
v. Meja pemeriksaan
1. Lebar meja adalah 60 cm dengan panjang sesuai dengan
kebutuhan pelayanan yang diselenggarakan
2. Meja pemeriksaan terbuat/dilapisi dari bahan tahan panas,
tahan zat kimia (seperti teflon/ formika), mudah dibersihkan,
tidak berpori dan berwarna terang
3. Ada meja khusus untuk meletakkan alat centrifuge
vi. Lemari pendingin (refrigerator)
1) Fungsinya adalah untuk menyimpan reagen dan sampel,
volume sesuai kebutuhan
2) Reagen dan sampel disimpan dalam lemari pendingin yang
terpisah
vii. Lemari alat
1) Fungsinya untuk menyimpan alat
2) Ukuran sekitar p x l x t = 160 cm x 40 cm x 100 cm
3) Dapat terbuat dari kayu atau rangka alumunium dengan rak
terbuat dari kaca
4) Khusus untuk mikroskop dilengkapi dengan lampu 5 watt
viii. Rak reagen
1) Fungsinya adalah untuk menyimpan reagen
2) Ukuran sesuai kebutuhan
3) Dapat terbuat dari kayu dilapisi dengan teflon/ formika atau
dapat terbuat dari kaca

2. Peralatan7
Jenis dan jumlah peralatan Laboratorium Puskesmas tergantung dari
metode pemeriksaan, jenis dan program Puskesmas.
Daftar peralatan utama dan penunjang Laboratorium Puskesmas dapat
dilihat pada tabel 2.2 berikut:
14

Tabel 2.3 Daftar Peralatan Utama dan Peralatan Penunjang Laboratorium Puskesmas
NO JENIS PERALATAN PUS.DTP PUSK. PUSK DTPK
I. Peralatan Utama
A Peralatan Pemeriksaan
1 Fotometer 1 1 1
2 Hematology Analyzer 1 - 1
3 Hemositometer Set 1 1 1
4 Mikroskop Binokuler 1 1 1
5 Pemanas/Penangas dengan air 1 1 1

6 Pipet Mikro 5-50, 100-200, 500- 1 Set 1 Set 1 Set


1000 ul
7 Sentrifus Listrik 1 1 1
8 Sentrifus Mikrohematokrit 1 1 1

9 Tabung Laju Endap Darah 3 3 3


(Westergren Set)
10 Telly Counter 1 1 1
11 Urinometer (Alat Pengukur 1 1 1
Berat Jenis Urine)

B Peralatan Gelas
1 Batang Pengaduk 3 3 3
2 Beker Glass 3 3 3
3 Botol Pencuci 1 1 1
4 Corong Kaca (5 cm) 3 3 3
5 Erlenmeyer, Gelas 2 2 2
6 Gelas Pengukur (100 cc) 1 1 1
7 Gelas Pengukur (16 OZ/500 ml) 1 1 1

8 Kaca Objek sesuai sesuai sesuai


kebutuhan kebutuhan kebutuhan
9 Kaca Penutup (Dek Glass) sesuai sesuai sesuai
kebutuhan kebutuhan kebutuhan
15

10 Pipet berskala (Vol 1 cc) 3 3 3


11 Pipet berskala (Vol 10 cc) 3 3 3
12 Tabung Kapiler Mikrohematokrit sesuai sesuai sesuai
kebutuhan kebutuhan kebutuhan
13 Tabung Reaksi (12 mm) sesuai sesuai sesuai
kebutuhan kebutuhan kebutuhan
14 Tabung Reaksi dengan tutup 12 12 12
karet/gabus
15 Tabung Sentrifus tanpa skala 6 6 6

16 Termometer 0 - 50 Derajat Celcius 1 1 1


(Skala1/2 C)
17 Wadah Aquades 1 1 1

II. Peralatan Penunjang


1 Autoklaf 1 - -
2 Blood Lanset dengan autoklik sesuai sesuai sesuai
kebutuhan kebutuhan kebutuhan
3 Kaki Tiga 1 1 1
4 Kawat Asbes 1 - 1

5 Kertas Lakmus sesuai sesuai sesuai


kebutuhan kebutuhan kebutuhan
6 Kertas Lensa sesuai sesuai sesuai
kebutuhan kebutuhan kebutuhan
7 Kertas Saring sesuai - sesuai
kebutuhan kebutuhan
8 Lampu Spiritus 1 1 1
9 Lemari Es 1 1 1
10 Pembendung 1 1 1
11 Penghisap Karet (Aspirator) 3 3 3
12 Penjepit Tabung dari Kayu 2 2 2
13 Pensil Kaca 1 1 1
14 Pipet Tetes (Pipet Pasteur) 12 12 12
16

15 Pot Spesimen Dahak Mulut Lebar sesuai sesuai sesuai


kebutuhan kebutuhan kebutuhan
16 Pot Spesimen Urine (Mulut Lebar) sesuai sesuai sesuai
kebutuhan kebutuhan kebutuhan
17 Rak Pengering 1 1 1
18 Rak Pewarna Kaca Preparat 1 1 1
19 Rak Tabung Reaksi 1 1 1
20 Rotator Plate 1 1 1
21 Sengkelit / Ose 3 3 3
22 Sikat Tabung Reaksi 1 1 1
23 Spuit Disposible
- 3 cc sesuai sesuai sesuai
kebutuhan kebutuhan kebutuhan
- 5 cc sesuai sesuai sesuai
kebutuhan kebutuhan kebutuhan
24 Stopwatch 1 1 1
25 Timer 1 1 1
26 Tip Pipet (kuning dan biru) sesuai sesuai sesuai
kebutuhan kebutuhan kebutuhan

D. Kemampuan Pemeriksaan, Metode dan Reagen


1. Kemampuan Pemeriksaan
Kemampuan pemeriksaan laboratorium di Puskesmas meliputi
pemeriksaan-pemeriksaan dasar seperti:
a. Hematologi: Hemoglobin, Hematokrit, Hitung eritrosit, Hitung trombosit,
Hitung lekosit, Hitung jenis lekosit, LED, Masa perdarahan dan Masa
pembekuan.
b. Kimia klinik: Glukosa, Protein, Albumin, Bilirubin total, Bilirubin direk,
SGOT, SGPT, Alkali fosfatase, Asam urat, Ureum/BUN, Kreatinin,
Trigliserida, Kolesterol total, Kolesterol HDL dan Kolesterol LDL.
c. Mikrobiologi dan Parasitologi: BTA, Diplococcus gram negatif,
Trichomonas vaginalis, Candida albicans, Bacterial vaginosis, Malaria,
Microfilaria dan Jamur permukaan.
17

d. Imunologi: Tes kehamilan, Golongan darah, Widal, VDRL, HbsAg, Anti


Hbs, Anti HIV dan Antigen/antibody dengue.
e. Urinalisa: Makroskopis (Warna, Kejernihan, Bau, Volume), pH, Berat jenis,
Protein, Glukosa, Bilirubin, Urobilinogen, Keton, Nitrit, Lekosit, Eritrosit
dan Mikroskopik (sedimen).
f. Tinja: Makroskopik, Darah samar dan Mikroskopik.

2. Metode
Metode pemeriksaan laboratorium di Puskesmas menggunakan metode
manual, semi automatik dan automatik.
3. Reagen
Reagen yang diperlukan disesuaikan dengan metode yang digunakan untuk tiap
pemeriksaan di Laboratorium Puskesmas tersebut.
Penanganan dan penyimpanan reagen harus sesuai persyaratan antara lain:
a. Perhatikan tanggal kadaluwarsa, suhu penyimpanan.
b. Pemakaian reagen dengan metode First in–First out (sesuai urutan
penerimaan).
c. Sisa pemakaian reagen tidak diperbolehkan dikembalikan ke dalam
sediaan induk.
d. Perhatikan perubahan warna, adanya endapan, kerusakan yang terjadi pada
sediaan reagen.
e. Segera tutup kembali botol sediaan reagen setelah digunakan.
f. Lindungi label dari kerusakan.
g. Tempatkan reagen dalam botol berwarna gelap dan lemari supaya tidak
kena cahaya matahari langsung.
h. Reagen harus terdaftar di Kementerian Kesehatan.
i. Reagen HIV harus sudah dievaluasi oleh Laboratorium Rujukan Nasional.

E. Rujukan
Spesimen yang sudah siap untuk diperiksa dikirimkan ke bagian pemeriksaan
sesuai dengan jenis pemeriksaan yang diminta. Jika Laboratorium Puskesmas
18

tidak mampu melakukan pemeriksaan, maka spesimen atau pasien dikirim ke


laboratorium lain (dirujuk).
Beberapa hal yang perlu diperhatikan pada rujukan laboratorium:
1. Spesimen yang akan dirujuk, sebaiknya dikirim dalam bentuk yang
relatif stabil. Untuk itu perlu diperhatikan persyaratan pengiriman
spesimen antara lain:
a. Waktu pengiriman jangan melampaui masa stabilitas spesimen
(masa stabilitas beberapa spesimen dapat dilihat pada tabel 5)
b. Tidak terkena sinar matahari langsung
c. Kemasan harus memenuhi syarat keamanan kerja laboratorium
termasuk pemberian label yang bertuliskan ”Bahan Pemeriksaan
Infeksius” atau ”Bahan Pemeriksaan Berbahaya”
d. Suhu pengiriman harus memenuhi syarat
e. Penggunaan media transpor untuk pemeriksaan mikrobiologi
2. Spesimen yang dirujuk harus diberi label berisi nomor spesimen, nama,
umur, jenis kelamin, alamat, tanggal pengambilan spesimen pada badan
wadah
3. Spesimen yang dirujuk harus disertai formulir pengiriman yang berisi
data sebagai berikut:
a. Nomor spesimen
b. Nama penderita
c. Umur
d. Jenis kelamin
e. Alamat penderita
f. Tanggal dan jam pengambilan spesimen
g. Jenis spesimen dan asal bahan
h. Gejala penyakit, lamanya penyakit dan pengobatan yang diberikan
sebelumnya
i. Permintaan pemeriksaan
j. Tanggal pengiriman
k. Nama serta alamat pengirim :
19

- Dokter
- Puskesmas
- dll
4. Kemudian dikirim melalui petugas atau melalui pos

F. Pencatatan dan Pelaporan


1. Pencatatan
Pencatatan selain untuk pemantauan data juga untuk evaluasi.
Macam-macam pencatatan antara lain:
a. Buku Register Pendaftaran
b. Buku Permintaan Pemeriksaan dan Hasil Pemeriksaan
c. Buku Rujukan
d. Buku Ekspedisi pengambilan hasil (Kemenkes RI, 2012).

2.3 Monitoring dan Evaluasi Program Pengendalian Tuberkulosis


2.3.2 Pengertian Monitoring dan Evaluasi
Monitoring atau pemantauan adalah suatu kegiatan mengamati
secara “langsung dan berkesinambungan”. Monitoring program TB
untuk memantau sampai sejauh mana keberhasilan kegiatan penemuan
dan pengobatan pasien TB di semua pelayanan kesehatan. Kegiatan
ini dilaksanakan secara rutin dengan mengunakan data masukan
(input), proses (process) dan luaran (output) yang dikumpulkan secara
berkala dan terus-menerus. Apabila ditemukan masalah harus dicari
penyebabnya dan segera mengambil langkah untuk mengatasinya.
Kegiatan ini untuk menilai apakah semua upaya yang
direncanakan sudah sesuai dengan jadwal sehingga dapat diketahui
sampai sejauh mana kemajuan program terhadap target yang telah
ditetapkan serta tingkat pemanfaatan pelayanan kesehatan
Monitoring dapat dilakukan dengan cara :
 Melakukan pencatatan yang baik di fasilitas kesehatan
 Mencermati pencatatan di fasilitas pelayanan kesehatan secara
teratur
 Mengumpulkan data dengan format pencatatan baku
20

 Melakukan pengelolahan data berdasarkan indikator


 Melakukan analisis dan interpretasi berdasarkan indikator yang
berhubungan dengan penemuan, pengobatan pasien dan kualitas
pemeriksaan dahak
 Melakukan rencana tindak lanjut sesuai hasil analisis
Hasil pemantauan berguna untuk bahan evaluasi program

Evaluasi adalah penilaian secara berkala dari kegiatan program


dengan menggunakan data monitoring dan indikator lainnya. Biasaya
evaluasi ini dilakukan pada akhir periode kegiatan/program, misalnya
setahun sekali. Bila perlu dapat juga dilakukan pada pertengahan
periode (mid-term evaluation). Dengan evaluasi dapat dinilai sejauh
mana tujuan yang telah ditetapkan dapat berhasil dicapai dan kalau
belum berhasil dicapai, apa penyebab dan tindak lanjutnya (Kemenkes
RI, 2014).

2.3.2 Pencatatan Dan Pelaporan TB (P2TB)


Pencatatan dan pelaporan merupakan salah satu elemen yang
sangat penting dalam sistem informasi penanggulangan TB. Untuk itu
pencatatan dan pelaporan perlu dilakukan berdasar klasifikasi dan tipe
penderita. Semua unit pelaksana program penanggulangan TB harus
melaksanakan suatu sistem pencatatan dan pelaporan yang baku.

Data yang dikumpulkan pada kegiatan surveilans harus valid


(akurat, lengkap dan tepat waktu) sehingga menjamim kualitas
pengolahan dan analisis data.

Sistem pencatatan dan pelaporan yang baku serta dilaksanakan


dengan baik dan benar merupakan syarat dalam melakukan
monitoring dan evaluasi. Pecatatan dan pelaporan yang baik dan benar
merupakan sumber data penting dalam tatalaksana pasien TB, dengan
demikian kegiatan surveilans pasien TB dapat dilaksanakan melalui
mekanisme pencatatan dan pelaporan yang telah dilakukan (surveilans
data rutin)
21

Sistem pencatatan dan pelporan kegiatan pengendalian TB


mengacu pada sistem yang sesuai dengan pencatatan dan pelaporan
strategi DOTS. Beberapa penyesuaian dilakukan karena operasional di
lapangan (Kemenkes RI, 2012).

Formulir pencatatan dan pelaporan yang digunakan dalam


penanggulangan TB Nasional adalah:

1. TB 01. Kartu pengobatan TB


2. TB 02. Kartu identitas penderita
3. TB 03. Register TB kabupaten
4. TB 04. Register Laboratorium TB
5. TB 05.Formulir permohonan laboratorium TB untuk pemeriksaan
dahak
6. TB 06. Daftar tersangka penderita (suspek) yang diperiksa dahak
SPS
7. TB 07. Laporan triwulan Penemuan Penderita Baru dan Kambuh
8. TB 08. Laporan triwulan Hasil Pengobatan Penderita TB Paru
yang terdaftar 12 -15 bulan lalu
9. TB 09. Formulir rujukan/pindah penderita
10. TB 10. Formulir hasil akhir pengobatan dari penderita TB
pindahan
11. TB 11. Laporan Triwulan Hasil Pemeriksaan Dahak Akhir Tahap
Intensif untuk penderita terdaftar 3-6 bulan lalu
12. TB 12. Formulir Pengiriman Sediaan Untuk Cross Check
13. TB 13. Laporan Penerimaan dan Pemakaian OAT di kabupaten

Disamping formulir tersebut diatas terdapat formulir sebagai


berikut:

1. Rekapitulasi TB 07 kabupaten / kota ( blok 1 & blok 2)


2. Rekapitulasi TB 08 kabupaten / kota (Penderita Baru BTA positif,
Penderita Kambuh, dan Penderita Baru BTA negatif Rontgen
positif)
3. Rekapitulasi TB 12 kabupaten / kota dan propinsi
4. Rekapitulasi TB 11 per kabupaten / kota dan propinsi (Penderita
Baru BTA Positif, Penderita Kambuh, dan Gagal).
5. Rekapitulasi TB 13 propinsi.
22

A. Pencatatan Di Unit Pelayanan Kesehatan


UPK misalnya Puskesmas, Rumah Sakit,. BP4, klinik dan
dokter praktek swasta dalam melaksanakan pencatatan, dapat
menggunakan formulir sebagai berikut:

1. Kartu pengobatan TB (TB.01),


2. Kartu identitas penderita (TB.02),
3. Formulir permohonan laboratorium TB untuk pemeriksaan
dahak (TB.05),
4. Daftar tersangka penderita (suspek) yang diperiksa dahak SPS
(TB.06),
5. Formulir rujukan/pindah penderita (TB 09)
6. Formulir hasil akhir pengobatan dari penderita TB pindahan
(TB.10)
UPK diharuskan melakukan pencatatan semua kegiatan yang
dilaksanakan dan tidak diwajibkan membuat laporan. Petugas
kabupaten / kota akan mengambil data yang dibutuhkan dan
mengisi dalam buku Register TB Kabupaten (Form TB.03) sebagai
bahan laporan yang pelaksanaannya dilakukan secara rutin. UPK
yang banyak penderitanya, misalnya Rumah sakit, dapat
menggunakan buku pencatatan seperti Buku Register TB
kabupaten (TB.03), tetapi untuk nomor register diisi sesuai dengan
nomor register yang diberikan oleh kabupaten/kota.

B. Pencatatan Di Laboratorium PRM / PPM / RS / BP4


Laboratorium yang melakukan pewarnaan pembacaan
sediaan dahak BTA menggunakan formulir pencatatan:

1. Register Laboratorium TB (Formulir TB.04)


2. Formulir Permohonan Laboratorium TB Untuk Pemeriksaan
Dahak (TB.05) bagian bawah (mengisi hasil pemeriksaan).
23

C. Pencatatan dan Pelaporan Di Kabupaten / Kota


Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota menggunakan formulir
pencatatan dan pelaporan sebagai berikut:

1. Register TB kabupaten (Formulir TB.03)


2. Laporan Triwulan Penemuan Penderita Baru dan Kambuh
(Formulir TB.07)
3. Laporan Triwulan Hasil Pengobatan (Formulir TB.08)
4. Laporan Triwulan Hasil Konversi (Kruk Akhir Tahap Intensif
(Formulir TB.11)
5. Formulir Pemeriksaan Sediaan untuk Cross Check (Formulir
TB.12)
6. Rekapitulasi TB.12 kabupaten (Analisis Hasil Cross Check
kabupaten)
7. Laporan Penerimaan dan Pemakaian OAT di daerah
Kabupaten/Kota (Formulir TB.13)

D. Pencatatan dan Pelaporan Di Propinsi


Propinsi menggunakan formulir pencatatan dan pelaporan
sebagai berikut:

1. Rekapitulasi TB.07 blok 1 per kabupaten/kota.


2. Rekapitulasi TB.07 blok 2 per kabupaten/kota.
3. Rekapitulasi TB.08 yang dibuat tersendiri untuk tiap tipe
penderita per kabupaten/kota.
4. Rekapitulasi TB.11 yang dibuat tersendiri untuk tiap tipe
penderita per kabupaten/kota.
5. Rekapitulasi TB.12 propinsi (Rekapitulasi Analisis Hasil Cross
Check propinsi) per kabupaten/kota.

Sistem pencatatan dan pelaporan program TB nasional


dikembangkan mengacu pedoman internasional dari WHO dengan
TB03 sebagai register utama yang dikelola oleh wasor
kabupaten/kota sebagai penanggung jawab. Meskipun pencatatan
24

dan pelaporan dari tingkat fasilitas pelayanan kesehatan ke pusat


telah semakin membaik, rekapitulasi data tahun 2009 masih
menunjukkan beberapa permasalahan. Permasalahan tersebut
meliputi ketepatan waktu pelaporan, kelengkapan data, akurasi data
(misalnya tidak mengikuti kaidah dalam penutupan data, registrasi
ganda) serta kemampuan untuk memilah berdasarkan jenis fasilitas
pelayanan kesehatan. Masalah yang lebih spesifik dalam pencatatan
pelaporan antara lain format TB 12 dan TB 13 yang belum standar,
surveilans TB-HIV yang masih lemah, demikian pula surveilans
rumah sakit dan sektor swasta lainnya. Selain itu analisis data dan
indikator program di beberapa daerah juga masih lemah. Meskipun
berbagai perbaikan sistem telah mulai diujicoba, yaitu
penyempurnaan TB elektronik, pengisian dan distribusi data
berbasis web, otomatisasi software, akan tetapi inovasi ini masih
membutuhkan investasi waktu, tenaga dan biaya yang cukup besar
sebelum dapat diterapkan secara optimal. Pertemuan monitoring
dan evaluasi yang diselenggarakan setiap triwulan di hampir
seluruh provinsi dan kabupaten/kota memberikan kontribusi
terhadap perbaikan manajemen data dan monitoring kinerja
program (Kemenkes RI, 2012).

2.3.3 Indikator Program TB


Setelah data berhasil dikumpulkan maka dilanjutkan dengan
kegiatan analisis data. Untuk mempermudah analisis data diperlukan
indikator sebagai alat ukur kemajuan (marker of progress). Indikator
yang baik harus memenuhi syarat-syarat tertentu seperti :

 Sahih (valid)
 Sensitif dan spesifik (sensitive and spesific)
 Dapat dipercaya (realiable)
 Ddapat diukur (measureable)
 Dapat dicapai (achievable)
25

Indikator yang digunakan dalam melihat keberhasilan program


pengendalian. Indikator utama program pengendalian TB secara
Nasional ada 2, yaitu :

- Angka notifikasi kasus TB (Case Notification Rate = CNR)dan


- Angka keberhasilan pengobatan TB (Treatment success Rate =
TSR)
Beberapa indikator proses untuk mencapai indikator Nasional tersebut
diatas yaitu :

- Angka keberhasilan pengobatan


- Proporsi pasien baru TB patuh terkonfirmasi bakteriologis diantara
terduga TB
- Proporsi pasien TB paru terkonfirmasi bakteriologis diantara semua
TB paru diobati
- Proporsi pasien TB terkonfirmasi bakteriologis yang diobati antara
pasien TB terkonfirmasi bakteriologis
- Proporsi Pasien TB anak diantara seluruh pasien TB
- Angka keberhasilan pengobatan TB Anak
- Angka penemuan kasus TB (CDR)
- Proporsi pasien TB yang di tes HIV
- Proporsi pasien TB yang di tes HIV dan hasilnya positif
- Angka konversi (Conversion Rate)
- Angka kesembuhan (Cure Rate)
- Proporsi pasien TB RR/MDR yang terkonfirmasi dibanding
perkiraan kasus TB RR/MDR yang ada
- Proporsi pasien terbukti TB RR/MDR yang dilakukan konfirmasi
pemeriksaan uji kepekaan OAT lini kedua
- Proporsi pengobatan pasien TB RR/MDR diobati diantara pasien
TB RR/MDR ditemukan (Kemenkes RI, 2014).
2.3.4 Analisis dan Interpretasi Indikator
26

Secara periodik indikator ini dianalisis dan diiterpretasi untuk


mendapatkan (Kemenkes RI, 2014).
a. Angka Notifikasi TB (Case Notification Rate)
Angka ini digunakan untuk mengetahui upaya penemuan pasien
dalam suatu wilayah tertentu, dengan memperhatikan
kecenderungnya dari waktu ke waktu. Capaian indikator ini harus
meningkat minimal 5 % setiap tahun pada suatu wilayah.
Rumus :

Angka penemuan kasus TB ini bisa di interpretasikan bisa


lebih besar dari tahun sebelumnya maka terdapat peningkatan
penemuan kasus TB, bila terjadi penurunan penemuan kasus TB
maka kemungkinan terdapat permasalah dalam proses penemuan
kasus. Indikator ini harus dihubungkan dengan keterlibatan fasilitas
kesehatan yang ada.

b. Proporsi Pasien Baru TB Paru Terkonfirmasi Bakteriologis diantara


terduga TB
Angka ini menggambarkan mutu dari proses penemuan
sampai diagnosis pasien, serta kepekaan menetapkan kriteria
terduga.
Rumus :

Angka ini disekitar 5-15%. Bila angka ini terlalu kecil (<5%)
kemungkinan disebabkan :
 Penjaringan terduga TB terlalu longgar. Banyak orang yang
tidak memenuhi kriteria terduga TB
 Ada masalah dalam pemeriksaan laboratorium (negatif palsu)

Bila angka ini terlalu besar (>15%) kemungkinan disebabkan :


 Penjaringan terlalu ketat
 Ada masalah dalam pemeriksaan laboratorium (positif palsu)
27

c. Proporsi Pasien TB Paru terkonfirmasi Bakteriologis diantara Semua


Pasien TB paru tercatat/diobati
Indikator ini mengambarkan prioritas penemuan pasien tuberkulosis
yang menular diantara seluruh pasien Tuberkulosis yang diobati.
Rumus :

Angka ini minimal 70%, bila angka ini jauh lebih rendah,
berarti diagnsosis kurang memberikan prioritas untuk menemukan
pasien yang menular

d. Angka Penemuan TB Paru BTA Positif (Case Detection Rate)


Case detection rate (CDR) adalah presentase jumlah penderita
baru BTA positif yang ditemukan dibanding jumlah penderita baru BT
positif yang diperkirakan ada dalam wilayah tersebut. Case detection
rate (CDR) menggambarkan cakupan penemuan penderita baru BTA
positif diwilayah tersebut.

Rumus :

Angka perkiraan nasional penderita baru BTA positif adalah


130/100.000 penduduk (100 – 200 per 100.000 penduduk)
e. Angka Konversi (Conversion Rate)
Indikator ini karena berguna untuk mengetahui secara cepat hasil
pengobatan dan untuk mengetahui apakah pengawasan langsung
menelan obat dilakukan dengan benar. Angka minimal yang harus
dicapai adalah 80%.
Rumus :

f. Angka Kesembuhan (Cure Rate)


Indikator ini dapat dihitung dari kartu pasien TB 01, yaitu dengan cara
mereview seluruh kartu pasien baru TB Paru terkonfirmasi biologis
28

mulai berobat dalam 9-12 bulan sebelumnya, kemudian dihitung


diantaranya yang sembuh setelah selesai pengobatan.
Rumus :

Angka minimal yang harus dicapai adalah 85%. Angka


kesembuhan digunakan untuk mengetahui hasil pengobatan.
Walaupun angka kesembuhan telah mencapai 85%, hasil
pengobatan lainnya tetap perlu diperhatikan, yaitu berapa pasien
dengan hasil pengobatan lengkap, meninggal, gagal, putus obat (lost
to follow up) dan tidak dievaluasi.
 Angka pasien putus berobat (lost to follow up) tidak boleh lebih
dari 10, karena akan menghasilkan proporsi kasus retreatment yang
tinggi dimasa yang akan datang yang disebabkan karena
ketidakefektifan dari pengendalian tuberkulosis
 Menurun angka pasien putus berobat (lost to follow up) karena
peningkatan kualitas pengendalian TB akan menurunkan proporsi
kasus pengobatan ulang antara 10-20% dalam beberapa tahun.

Sedangkan angka gagal untuk pasien baru TB paru BTA positif


tidak boleh lebih dari 4% untuk daerah yang belum ada masalah
resistensi obat dan tidak boleh lebih besar dari 10% untuk daerah
yang sudah ada masalah resitensi obat.

g. Angka Keberhasilan Pengobatan TB (Treatment Success Rate = TSR)


Indikator ini merupakan penjumlahan dari angka kesembuhan dan
angka pengobatan lengkap. Angka ini minimal yang harus dicapai
adalah 85%
Rumus :
29

2.4 Tahap Penyusunan Perencanaan Tingkat Puskesmas


Penyusunan Perencanaan Tingkat Puskesmas (PTP) dilakukan
melalui 4 (empat) tahap sebagai berikut :
1. Tahap Persiapan
Tahap ini mempersiapkan staf Puskesmas yang terlibat dalam
proses penyusunan PTP agar memperoleh persamaan pandangan
dan pengetahuan tentang tahap perencanaan. Tahap ini dilakukan
dengan cara :
1) Kepala Puskesmas membentuk Tim penyusun PTP yang
anggotanya staf puskesmas
2) Kepala puskesmas menjelaskan pedoman PTP kepada tim
3) Puskesmas mempelajari kebijakan dan pengarahan yang telah
ditetapkan oleh Dinas Kesehatan Kota/Kabupaten, Dinas
Kesehatan Provinsi dan Departemen Kesehatan
2. Tahap Analisis Situasi
Tahap ini dimaksudkan untuk memperoleh informasi mengenai
keadaan dan permasalahan yang dihadapi Puskesmas melalui
proses analisis terhadap data yang dikumpulkan. Tim yang telah
disusun oleh Kepala Puskesmas melakukan pengumpulan data.
Ada 2 (dua) kelompok data yang perlu dikumpulkan yaitu data
umum yang terdiri dari peta wilayah kerja serta fasilitas
kesehatan, data sumber daya, data peran serta masyarakat, data
penduduk dan sasaran program, data sekolah dan data kesehatan
lingkungan serta ada pula data khusus yang terdiri dari status
kesehatan, kejadian luar biasa, cakupan program pelayanan
kesehatan 1 (satu) tahun terakhir di tiap desa/kelurahan dan hasil
survey (bila ada) (Depkes RI, 2007).
3. Tahap Penyusunan Rencana Usulan Kegiatan (RUK)
Penyusunan RUK ini terdiri dari 2(dua) langkah, yaitu Analisa
Masalah dan Rencana Usulan Kegiatan
1) Analisa Masalah
Analisa masalah dapat dilakukan melalui kesepakatan
kelompok tim penyusun PTP dan konsil kesehatan
kecamatan/Badan Penyantun Puskesmas melalui tahap :
a) Identifikasi Masalah
30

Masalah adalah kesenjangan antara harapan dan


kenyataan. Identifikasi masalah dilaksanakan dengan
membuat daftar masalah yang dikelompokkan menurut
jenis program, cakupan, mutu, ketersediaan sumber daya.

Contoh tabel Identifikasi Masalah


No. Program Target Pencapaian Masalah
1
2
3
dst
b) Menetapkan Urutan Prioritas Masalah
Mengingat adanya keterbatasan kemampuan mengatasi
masalah secara sekaligus, maka perlu dipilih prioritas
masalah dengan jalan kesepakatan tim. Dalam penetapan
urutan prioritas masalah dapat menggunakan berbagai
macam metode seperti kriteria matriks, MCUA, Hanlon,
CARL dsb.
Contoh kriteria matriks : masing-masing kriteria ditetapkan
dengan nilai 1-5. Nilai semakin besar jika tingkat urgensinya
sangat mendesak, atau tingkat perkembangannya dan tingkat
keseriusan semakin memprihatinkan bila tidak diatasi.
Kemudian kalikan tingkat urgensi (U) dengan tingkat
perkembangan (G), dan tingkat keseriusan (S). Prioritas
masalah diurutkan berdasarkan hasil perkalian yang besar dan
disusun dalam matriks.
Masalah Masalah 1 Masalah 2 Masalah 3
Kriteria

Tingkat Urgensi (U)


Tingkat Keseriusan (S)
Tingkat Perkembangan (G)
UxSxG
c) Merumuskan Masalah
Hal ini mencakup apa masalahnya, siapa yang terkena
masalahnya, berapa besar masalahnya, dimana masalah itu
31

terjadi dan bilamana masalah itu terjadi (what, who, when,


where, how)
d) Mencari Akar Penyebab Masalah
Mencari akar penyebab masalah dapat dilakukan dengan
menggunakan metode diagram sebab akibat dari Ishikawa
(disebut juga diagram tulang ikan karena digambarkan
membentuk tulang ikan). Kemungkinan penyebab masalah
dapat berasal dari :
 Input (sumber daya) : Jenis dan jumlah alat, obat,
tenaga serta prosedur kerja manajemen alat, obat dan
dana
 Proses (Pelaksanaan kegiatan) : frekuensi, kepatuhan
pelayanan medis dan non medis
 Lingkungan
Kategori yang dapat digunakan antara lain adalah man,
money, material dan methode.
Gambar 2.3. Diagram Sebab Akibat dari Ishikawa
(Fishbone)

MANUSIA METODE

Masalah

SARANA DANA LINGKUNGAN

e) Menetapkan Cara-Cara Pemecahan Masalah


Untuk menetapkan cara pemecahan masalah dapat
dilakukan dengan kesepakatan diantara anggota tim. Bila
tidak terjadi kesepakatan dapat digunakan kriteria matriks.
Untuk itu harus dicari alternatif pemecahan masalahnya.
Contoh tabel Cara Pemecahan Masalah

Masalah
32

No. Prioritas Penyebab Alternatif Pemecahan Ket


Masalah Masalah Pemecahan Masalah
Masalah Terpilih
1.
2.
3.
Dst

2) Penyusunan Rencana Usulan Kegiatan


Meliputi upaya kesehatan wajib, upaya kesehatan
pengembangan dan upaya kesehatan penunjang, yang meliputi
kegiatan tahunan yang akan datang, kebutuhan sumber daya
berdasarkan ketersediaan sumber daya yang ada, rekapitulasi
rencana usulan kegiatan dan sumber daya yang dibutuhkan ke
dalam format RUK puskesmas.

4. Tahap Penyusunan Rencana Pelaksanaan Kegiatan (RPK)


Tahap penyusunan rencana pelaksanaan kegiatan baik upaya
kesehatan wajib, upaya pengembangan upaya kesehatan
penunjang maupun upaya inovasi dilaksanakan secara bersama,
terpadu dan terintegritasi. Hal ini sesuai dengan azas
penyelenggaraan Puskesmas yaitu keterpaduan.

2.5 Proporsi Pasien TB BTA (+) diantara suspek


2.5.1 Definisi Operasional
Angka proporsi pasien TB BTA (+) diantara suspek adalah
persentase pasien BTA positif yang ditemukan diantara seluruh
suspek yang diperiksa dahaknya.

2.5.2 Cara Perhitungan atau Rumus4


a. Rumus
33

b. Pembilang
Jumlah pasien baru TB paru terkonfirmasi bakteriologis ( BTA
positif dan MTB positif ) yang ditemukan dalam 1 kurun waktu.

c. Penyebut
Jumlah seluruh terduga yang diperiksa dahaknya dalam kurun waktu
yang sama.

d. Ukuran atau konstanta


Persentase (%)

e. Target
5-15 %

2.5.3 Rujukan
Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis (Kemenkes RI,
2014).

You might also like

  • Tuiye
    Tuiye
    Document13 pages
    Tuiye
    adityapras28
    No ratings yet
  • GFGDHZDZHSHASRHR
    GFGDHZDZHSHASRHR
    Document48 pages
    GFGDHZDZHSHASRHR
    adityapras28
    No ratings yet
  • FNDFH
    FNDFH
    Document56 pages
    FNDFH
    adityapras28
    No ratings yet
  • GFGDHZDZHSHASRHR
    GFGDHZDZHSHASRHR
    Document48 pages
    GFGDHZDZHSHASRHR
    adityapras28
    No ratings yet
  • Ekazalika Bab 1 Neww
    Ekazalika Bab 1 Neww
    Document5 pages
    Ekazalika Bab 1 Neww
    Eka
    No ratings yet
  • FJGK, HK
    FJGK, HK
    Document1 page
    FJGK, HK
    adityapras28
    No ratings yet
  • Vasfwfq
    Vasfwfq
    Document4 pages
    Vasfwfq
    adityapras28
    No ratings yet
  • Cover Lapsus New
    Cover Lapsus New
    Document4 pages
    Cover Lapsus New
    adityapras28
    No ratings yet
  • Jadwal Jaga Obgyn
    Jadwal Jaga Obgyn
    Document1 page
    Jadwal Jaga Obgyn
    adityapras28
    No ratings yet
  • Ihihuh
    Ihihuh
    Document1 page
    Ihihuh
    adityapras28
    No ratings yet
  • FNDFNJSZJ
    FNDFNJSZJ
    Document55 pages
    FNDFNJSZJ
    adityapras28
    No ratings yet
  • VHKLJ
    VHKLJ
    Document18 pages
    VHKLJ
    adityapras28
    No ratings yet
  • GFJHKJJL
    GFJHKJJL
    Document8 pages
    GFJHKJJL
    adityapras28
    No ratings yet
  • Cihihiuh
    Cihihiuh
    Document2 pages
    Cihihiuh
    adityapras28
    No ratings yet
  • Cihihiuh
    Cihihiuh
    Document2 pages
    Cihihiuh
    adityapras28
    No ratings yet
  • FDGJGHKJH
    FDGJGHKJH
    Document7 pages
    FDGJGHKJH
    adityapras28
    No ratings yet
  • Dhnfohaofj OPF
    Dhnfohaofj OPF
    Document14 pages
    Dhnfohaofj OPF
    adityapras28
    No ratings yet
  • Ftgihioho
    Ftgihioho
    Document2 pages
    Ftgihioho
    adityapras28
    No ratings yet
  • Jhbukkk
    Jhbukkk
    Document1 page
    Jhbukkk
    adityapras28
    No ratings yet
  • Cover Lapsus New
    Cover Lapsus New
    Document4 pages
    Cover Lapsus New
    adityapras28
    No ratings yet
  • Ftgihioho
    Ftgihioho
    Document2 pages
    Ftgihioho
    adityapras28
    No ratings yet
  • Dgjfsykx
    Dgjfsykx
    Document2 pages
    Dgjfsykx
    adityapras28
    No ratings yet
  • Va GSRHSH
    Va GSRHSH
    Document15 pages
    Va GSRHSH
    adityapras28
    No ratings yet
  • Dgjfsykx
    Dgjfsykx
    Document2 pages
    Dgjfsykx
    adityapras28
    No ratings yet
  • Bhuiomj
    Bhuiomj
    Document3 pages
    Bhuiomj
    adityapras28
    No ratings yet
  • Sdkuhj
    Sdkuhj
    Document4 pages
    Sdkuhj
    aditya
    No ratings yet