You are on page 1of 44

POST PARTUM BLUES

Makalah Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah

Keperawatan Jiwa I

Yang dibina oleh Ibu Trimeilia S, S.Kp.,M.Kep

Disusun Oleh

Desy Nur Annisa (108116059)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN 2B


STIKES AL-IRSYAD AL-ISLAMIYYAH CILACAP
TAHUN 2018
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
dengan judul “Post Partum Blues” ini, meskipun masih jauh dari kesempurnaan.

Tujuan kami membuat makalah ini adalah untuk melengkapi salah satu tugas
pada mata kuliah Keperawatan Jiwa I. Dalam kesempatan ini tak lupa kami
mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam
menyelesaikan makalah ini.
Atas bantuan dan dorongannya, semoga mendapat balasan dari Allah SWT,
dan kami berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi kami khususnya serta bagi
pembaca pada umumnya.
Karena sifat keterbatasan yang dimiliki, maka saran dan kritik yang
membangun sangat kami harapkan, dan semoga makalah ini dapat menjadi titik
sumbangan bagi pengembangan ilmu pengetahuan khususnya di dunia keperawatan.

Cilacap, 25 Maret 2018

Penyusun

Makalah Post Partum Blues i


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................................................................. i

DAFTAR ISI............................................................................................................................ ii

BAB I ........................................................................................................................................ 3

PENDAHULUAN .................................................................................................................... 3

A. Latar Belakang .............................................................................................................. 3

B. Rumusan Masalah ......................................................................................................... 3

C. Tujuan ........................................................................................................................... 4

BAB II....................................................................................................................................... 4

PEMBAHASAAN .................................................................................................................... 4

A. Pengertian ..................................................................................................................... 5

B. Pengertian Kanulasi ..................................................... Error! Bookmark not defined.

C. Efek setelah kanulasi.................................................... Error! Bookmark not defined.

D. Intervensi Keperawatan dengan Kompres es ............... Error! Bookmark not defined.

E. Hasil intervensi ............................................................ Error! Bookmark not defined.

BAB III ................................................................................................................................... 40

PENUTUP .............................................................................................................................. 40

A. Simpulan ..................................................................................................................... 40

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 41

Makalah Post Partum Blues ii


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kehamilan merupakan episode dramatis terhadap kondisi biologis
perubahan psikologis dan adaptasi dari seorang wanita yang pernah
mengalaminya. Sebagian besar kaum wanita menganggap bahwa kehamilan
adalah peristiwa kodrati yang harus dilalui tetapi sebagian wanita
menganggap sebagai peristiwa khusus yang sangat menentukan kehidupan
selanjutnya.
Masa nifas adalah masa sejak selesainya persalinan hingga pulihnya
alat-alat kandungan dan anggota badan serta psikologis yang berhubungan
dengan kehamilan/persalinan selama 6 minggu. Dalam proses adaptasi pada
masa post partum terdapat tiga metode yang meliputi “immediate
puerperineum “ yaitu 24 jam pertama setelah melahirkan, “early
puerperineum “ yaitu 24 jam hingga 1 minggu setelah melahirkan, “late
puerperineum “ yaitu setelah satu minggu samapi 6 minggu post partum.
Perubahan psikologi merupakan hal yang normal terjadi pada
seorang ibu yang baru melahirkan. Namun kadang-kadang terjadi
perubahan psikologis yang abnormal. Gangguan psikologi pascapartum
dibagi menjadi tiga kategori yaitu postpartum blues atau kesedihan
pascapartum, depresi pascapartum nonpsikosis, dan psikosis pascapartum.
Pada makalah ini kami akan membahas secara khusus mengenai postpartum
blues.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan post partum blues?
2. Bagaimana etiologi atau penyebab terjadinya post partum blues?
3. Apa tanda dan gejala dari post partum blues?
4. Bagaimana patofisiologi post partum blues?

3
5. Apa saja pemeriksaan diagnostic pada post partum blues?
6. Bagaimana penatalaksanaan medis pada depresi post partum atau
post partum blues?
7. Bagaimana asuhan keperawatan pada post partum blues

C. Tujuan
a. Tujuan umum
a. Untuk mengetahui dan memahami lebih dalam lagi yang
dimaksud dengan gangguan psikologis pada ibu masa postpartum
khususnya postpartum blues.
b. Untuk mendapatkan gambaran umum secara teoritis konsep dasar
asuhan keperawatan pada klien dengan postpartum blues.
b. Tujuan khusus
1. Dapat mengetahui apa pengertian dari post partum blues
2. Dapat mengetahui penyebab post partum blues
3. Dapat menjelaskan tanda dan gejala post partum blues
4. Dapat menjelaskan patofisiologi dari post partum blues
5. Dapat menyebutkan pemeriksaan diagnostic pada post partum blues
6. Dapat menjelaskan penatalaksanaan medis pada post partum blues
7. Dapat membuat asuhan keperawatan pada post partum blues

BAB II

PEMBAHASAAN

4
A. Pengertian
Postpartum blues adalah depresi ringan dan sepintas yang umumnya
terjadi dalam minggu pertama atau lebih sesudah melahirkan (Marshal,
2004). Menurut Jan Riordan dan Kathleen (2001), mendefinisikan bahwa
post partum blues adalah “Kesedihan” postpartum : tangisan, perubahan
suasana hati yang mana lebih sering terjadi pada anak pertama dan bersifat
sementara pada minggu pertama dan kedua. Dapat juga diartikan keadaan
depresi secara fisik maupun psikis pada ibu yang dapat terjadi setelah
beberapa hari kelahiran sampai kira-kira sebulan kemudian (Sjahruddin,
2006). Sedangkan Linda (2004), mendefinisikan postpartum blues adalah
periode pendek kelabilan emosi sementara yang ditandai dengan mudah
menangis, intabilitas, rasa letih, mudah marah, cemas dan sedih biasanya
terjadi menjelang akhir minggu pascapartum pertama.
Depresi postpartum adalah suatu kondisi mood depresi yang berat
yang terjadinya sekitar 4 minggu setelah kelahiran bayi . Depresi
postpartum mungkin muncul terlambat 30 minggu dari postpartum, bahkan
sebagian mengatakan kurang dari 12 bulan pertama postpartum.
Manifestasinya berupa menangis, insomnia, depresi, kelemahan, cemas,
tidak bergairah dan konsentrasi yang buruk.
Depresi postpartum pertama kali ditemukan oleh Pitt pada tahun
1988. Pitt (Regina dkk, 2001), depresi postpartum adalah depresi yang
bervariasi dari hari ke hari dengan menunjukkan kelelahan, mudah marah,
gangguan nafsu makan, dan kehilangan libido (kehilangan selera untuk
berhubungan intim dengan suami). Masih menurut Pitt (Regina dkk, 2001)
tingkat keparahan depresi postpartum bervariasi. Keadaan ekstrem yang
paling ringan yaitu saat ibu mengalami “kesedihan sementara” yang
berlangsung sangat cepat pada masa awal postpartum, ini disebut dengan
the blues atau maternity blues. Gangguan postpartum yang paling berat
disebut psikosis postpartum atau melankolia. Diantara 2 keadaan ekstrem
tersebut terdapat kedaan yang relatif mempunyai tingkat keparahan sedang
yang disebut neurosa depresi atau depresi postpartum.

5
A. ETIOLOGI
`Penyebab pasti belum diketahui secara pasti, namun banyak faktor yang
diduga berperan dapat menyebabkan post partum blues, diantaranya :
1. Faktor hormonal yang berhubungan dengan perubahan kadar estrogen,
progesterone, prolaktin dan ekstradiol. Penurunan kadar estrogen
setelah melahirkan sangat berpengaruh pada gangguan emosional
pascapartum karena estrogen memiliki efek supresi aktivitas enzim
monoamine aksidase yaitu suatu enzim otak yang bekerja
menginaktifasi noradrenalin dan serotonin yang berperan dalam
perubahan mood dan depresi
2. Faktor demografi yaitu umur dan paritas.
3. Pengalaman dalam proses kehamilan dan persalinan.
4. Latar belakang psikososial ibu, seperti ; tingkat pendidikan, status
perkawinan, kehamilan yang tidak diinginkan, riwayat gangguan jiwa
sebelumnya, social ekonomi serta keadekuatan dukungan social dari
lingkungan ( suami, keluarga dan teman ). Apakah suami
menginginkan juga kehamilan ini, apakah suami, keluarga dan teman
memberikan dukungan moril ( misalnya dengan membantu pekerjaan
rumah tang selama atau berperan sebagai tempat ibu
mengadu/berkeluh-kesah ) selama ibu menjalani kehamilannya atau
timbul permasalahan misalnya suami yang tidak membantu, tidak mau
mengerti perasaan istri maupun persoalan lainnya dengan suami,
problem dengan orangtua dan mertua, problem dengan si sulung.
5. Takut kehilangan bayinya atau kecewa dengan bayinya.
Ada beberapa pendapat yang menyebutkan bahwa postpartum blues
tidak berhubungan dengan perubahan hormonal, biokimia atau
kekurangan gizi. Antara 8 % sampai 12 % wanita tidak dapat
menyesuaikan peran sebagai orang tua dan menjadi sangat tertekan
sehingga mencari bantuan dokter. Dengan kata lain para wanita lebih
mungkin mengembangkan depresi postpartum jika mereka tertekan

6
secara sosial dan emosional serta baru saja mengalami peristiwa
kehidupan yang menekan.
Ada juga pendapat bahwa kemunculan dari postpartum blues ini
disebabkan oleh beberapa faktor dari dalam dan luar individu.
Penelitian dari Dirksen dan De Jonge Andriaansen ( 1985 ) menunjukan
bahwa depresi tersebut membawa kondisi yang berbahaya bagi
perkembangan anak dikemudian hari.

Etiologi pasti dari depresi postpartum masih belum jelas, namun


berbagai faktor fisiologis dan psikososial telah diinvestigasi. Berikut beberapa
hal yang diduga menjadi etiologi dari depresi postpartum :

a. Neurobiologi postpartum
Mekanisme biologi dari depresi postpartum dipercaya
berhubungan dengan gangguan depresif mayor. Depresi secara
umum merupakan penyakit dengan integritas sirkuit neuron,
yang telah ditunjukkan pada studi dengan pengurangan volume
otak seseorang yang didiagnosa dengan gangguan depresif
mayor. Yang menarik, jumlah volume yang hilang secara
langsung berhubungan dengan lama penyakit. Stres dan depresi
bekerja dengan mengurangi jumlah protein otak yang
mencetuskan pertumbuhan neuron dan formasi sinaps. Dan
penyebab neurobiologi ini berinteraksi dengan kemampuan
genetik dan faktor lingkungan atau psikososial
b. Gangguan Autoimun
Kondisi fisiologis yang cenderung ke kemarahan
setelah kelahiran bayi bisa berasal dari autoimun. Satu
penelitiian menduga bahwa kemarahan ibu berasal dari paparan
ibu terhadap berbagai antigen fetal selama persalinan. Sebagai
contoh,tiroiditis postpartum merupakan suatu kondisi dengan
autoantibodi tiroid yang terdeteksi di plasma diantara 6 minggu
hingga 6 bulan postpartum. Hal tersebut terjadi pada 6-9 %
wanita yang tidak memiliki riwayat penyakit tiroid. Pada

7
sebagian kasus, penyakit ini muncul dengan fase hipertiroid
yang diikuti dengan fase hipotiroid, atau hanya muncul dengan
hipertiroidisme atau hipotiroidisme saja. Beberapa studi telah
mencoba untuk menentukan kejadian depresi yang mana yang
berhubungan dengan penyakit tiroid itu sendiri. Belum ada
kesimpulan pasti yang berhasil didapatkan, namun depresi
postpartum mungkin berdasarkan tiroid.
c. Gangguan Tidur dan Ritme Sirkardian
Sedikitnya 5 studi sejak tahun 1968 telah menduga
bahwa gangguan tidur dapat menyebabkan depresi
postpartum. Ibu baru tidak selalu dapat tidur ketika mereka
membutuhkannya, karena mereka harus menjaga bayinya.
Kecenderungan wanita tersebut untuk menjadi depresi
mungkin disebabkan oleh kelelahan atau fatique. Melatonin
adalah hormon tidur yang dihasilkan di kelenjar pineal otak.
Konsentrasinya dalam plasma akan mulai meningkat di
sekitar waktu tidur dan memuncak pada pukul 3 dini hari,
dan selanjutnya akan menurun hingga hampir tidak
terdeteksi pada saat bangun. Paparan terhadap cahaya,
terutama cahaya biru dengan panjang gelombang sekitar 470
nm akan menghambat pelepasan melatonin.

C. TANDA DAN GEJALA


Gejala post partum blues (Novak dan Broom, 2009) yaitu suatu keadaan yang
tidak dapat dijelaskan, merasa sedih, mudah tersinggung, gangguan pada nafsu
makan dan tidur. Selanjutnya dengan kata lain, ciri-ciri post partum blues
menurut Young dan Ehrhardt (dalam Strong dan Devault, 2009) diantaranya:
1. Perubahan keadaan dan suasana hati ibu yang bergantian dan sulit
diprediksi seperti menangis, kelelahan, mudah tersinggung, kadang-
kadang mengalami kebingungan ringan atau mudah lupa.

8
2. Pola tidur yang tidak teratur karena kebutuhan bayi yang baru
dilahirkannya, ketidaknyamanan karena kelahiran anak, dan perasaan
asing terhadap lingkungan tempat bersalin.
3. Merasa kesepian, jauh dari keluarga, menyalahkan diri sendiri karena
suasana hati yang terus berubah-ubah.
4. Kehilangan kontrol terhadap kehidupannya karena ketergantungan
bayi yang baru dilahirkannya.
Gejala yang menonjol dalam depresi post partum adalah trias depresi
yaitu:
a. Berkurangnya energy
b. Penurunan efek
c. Hilang minat (anhedonia)

Gejala depresi post partum yang dialami 60% wanita mempunyai


karateristik dan spesifik antara lain:
a. Trauma terhadap intervensi medis yang terjadi
b. Kelelahan dan perubahan mood
c. Gangguan nafsu makan dan gangguan tidur
d. Tidak mau berhubungan dengan orang lain
e. Tidak mencintai bayinya dan ingin menyakiti bayinya atau
dirinya sendir
D. PATOFISIOLOGI

Post Partum Blues

Faktor Hormonal

Estrogen Progesteron Prolaktin (+)/(- Oksitosin (+)/(- F. takutEndorpin


kehilangan
Payudara & )
Risiko ) bayinya atau &
Rasa senang
kecewa dengan
Perubahan
Inaktivitas
Anstabil
Risiko
Potensial
Kurang
Estrogen terhadap aereola
pengetahuan
koping Kel.perubahan gangguan
Risiko
Stimulan mengurangi
F. pengalaman dlm
bayinya
nonadrenalin
perubahan
pertumbuhan
individual
perawatan & bayimelebar
mood &dirikoping danmenjadi ortu proses
Tdk peran
Susu nyaman Stimulan Kel,
Prolaktin Partuspola F.proses
Kontraksi
Gangguan F.latar
rasa nyeri
kehamilan
belakang
demografi (usia)
Enzim
depresi lbh gelap menyusui
& serotonin
emosional
keluarga (minder) Produksi
SusuCemas ASI Nyeri
rahimlama
tidur
+/- dan persalinan
Rasa bahagia
psikososial
monoamin

9
10
11
E. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Sampai saat ini belum ada alat test khusus yang dapat mendiagnosa
secara langsung post partum blues. Secara medis, dokter menyimpulkan
beberapa simtom yang tampak dapat disimpulkan sebagai gangguan depresi
post partum blues bila memenuhi kriteria gejala yang ada. Kekurangan
hormon tyroid yang ditemukan pada individu yang mengalami kelelahan
luar biasa (fatigue) ditemukan juga pada ibu yang mengalami post partum
blues mempunyai jumlah kadar tyroid yang sangat rendah.
Skrining untuk mendeteksi gangguan mood/depresi sudah
merupakan acuan pelayanan pasca salin yang rutin dilakukan. Untuk
skrining ini dapat dipergunakan beberapa kuesioner dengan sebagai alat
bantu. Endinburgh Posnatal Depression Scale (EPDS) merupakan kuesioner
dengan validitas yang teruji yang dapat mengukur intensitas perubahan
perasaan depresi selama 7 hari pasca salin. Pertanyaan-pertanyaannya

12
berhubungan dengan labilitas perasaan, kecemasan, perasaan bersalah serta
mencakup hal-hal lain yang terdapat pada post-partum blues . Kuesioner ini
terdiri dari 10 (sepuluh) pertanyaan, di mana setiap pertanyaan memiliki 4
(empat) pilihan jawaban yang mempunyai nilai skor dan harus dipilih satu
sesuai dengan gradasi perasaan yang dirasakan ibu pasca salin saat itu.
Pertanyaan harus dijawab sendiri oleh ibu dan rata-rata dapat diselesaikan
dalam waktu 5 menit. Cox et. Al., mendapati bahwa nilai skoring lebih besar
dari 12 (dua belas) memiliki sensitifitas 86% dan nilai prediksi positif 73%
untuk mendiagnosis kejadian post-partum blues . EPDS juga telah teruji
validitasnya di beberapa negara seperti Belanda, Swedia, Australia, Italia,
dan Indonesia. EPDS dapat dipergunakan dalam minggu pertama pasca
salin dan bila hasilnya meragukan dapat diulangi pengisiannya 2 (dua)
minggu kemudian.

F. PENATALAKSANAAN MEDIS
Post-partum blues atau gangguan mental pasca-salin seringkali
terabaikan dan tidak ditangani dengan baik. Banyak ibu yang ‘berjuang’
sendiri dalam beberapa saat setelah melahirkan. Mereka merasakan ada
suatu hal yang salah namun mereka sendiri tidak benar-benar mengetahui
apa yang sedang terjadi. Apabila mereka pergi mengunjungi dokter atau
sumber-sumber lainnya Untuk minta pertolongan, seringkali hanya
mendapatkan saran untuk beristirahat atau tidur lebih banyak, tidak gelisah,
minum obat atau berhenti mengasihani diri sendiri dan mulai merasa
gembira menyambut kedatangan bayi yang mereka cintai.
Penanganan gangguan mental pasca-salin pada prinsipnya tidak
berbeda dengan penanganan gangguan mental pada momen-momen lainya.
Para ibu yang mengalami post-partum blues membutuhkan pertolongan
yang sesungguhnya. Para ibu ini membutuhkan dukungan pertolongan yang
sesungguhnya. Para ibu ini membutuhkan dukungan psikologis seperti juga
kebutuhan fisik lainnya yang harus juga dipenuhi. Mereka membutuhkan
kesempatan untuk mengekspresikan pikiran dan perasaan mereka dari

13
situasi yang menakutkan. Mungkin juga mereka membutuhkan pengobatan
dan/atau istirahat, dan seringkali akan merasa gembira mendapat
pertolongan yang praktis. Dengan bantuan dari teman dan keluarga, mereka
mungkin perlu untuk mengatur atau menata kembali kegiatan rutin sehari-
hari, atau mungkin menghilangkan beberapa kegiatan, disesuaikan dengan
konsep mereka tentang keibuan dan perawatan bayi. Bila memang
diperlukan, dapat diberikan pertolongan dari para ahli, misalnya dari
seorang psikolog atau konselor yang berpengalaman dalam bidang tersebut.
Para ahli obstetri memegang peranan penting untuk mempersiapkan
para wanita untuk kemungkinan terjadinya gangguan mental pasca-salin dan
segera memberikan penanganan yang tepat bila terjadi gangguan tersebut,
bahkan merujuk para ahli psikologi/konseling bila memang diperlukan.
Dukungan yang memadai dari para petugas obstetri, yaitu: dokter dan
bidan/perawat sangat diperlukan, misalnya dengan cara memberikan
informasi yang memadai/adekuat tentang proses kehamilan dan persalinan,
termasuk penyulit-penyulit yang mungkin timbul dalam masa-masa tersebut
serta penanganannya.Post-partum blues juga dapat dikurangi dengan cara
belajar tenang dengan menarik nafas panjang dan meditasi, tidur ketika bayi
tidur, berolahraga ringan, ikhlas dan tulus dengan peran baru sebagai ibu,
tidak perfeksionis dalam hal mengurusi bayi, membicarakan rasa cemas dan
mengkomunikasikannya, bersikap fleksibel, bergabung dengan kelompok
ibu-ibu baru. Dalam penanganan para ibu yang mengalami post-partum
blues dibutuhkan pendekatan menyeluruh/holistik. Pengobatan medis,
konseling emosional, bantuan-bantuan praktis dan pemahaman secara
intelektual tentang pengalaman dan harapan-harapan mereka mungkin pada
saat-saat tertentu. Secara garis besar dapat dikatakan bahwa dibutuhkan
penanganan di tingkat perilaku, emosional, intelektual, sosial dan psikologis
secara bersama-sama, dengan melibatkan lingkungannya, yaitu: suami,
keluarga dan juga teman dekatnya.

14
Untuk mencegah terjadinya depresi post partum sebagai anggota keluarga
harus memberikan dukungan emosional kepada ibu dan jangan
mengabaikan ibu bila terlihat sedang sedih, dan sarankan pada ibu untuk:
 Beristirahat dengan baik
 Berolahraga yang ringan
 Berbagi cerita dengan orang lain
 Bersikap fleksible
 Bergabung dengan orang-oarang baru
 Sarankan untuk berkonsultasi dengan tenaga medis.

Ada cara-cara menghidari atau mengatasi depresi:


 Batasi pengunjung jika kehadiran mereka ternyata malah
mengganggu waktu istirahat anda.
 Untuk sementara waktu hindari komsumsi coklat atau gula
dalam jumlah yang berlebihan karena dapat menjadi bahan
pemicu depresi.
 Perbanyak mendengar musik favorit anda agar anda dapat
merasa lebih rileks disarankan musik-musik yang
menenangkan.
 Lakukan olahraga atau latihan ringan, cara ini selain ampuh
dalam mengurangi depresi, tapi juga dapat membantu
mengembalikan bentuk tubuh.
 Sesekali berpergianlah agar anda tak merasa bosan, karena
berada di rumah.
 Dukungan yang suportif dari suami dan anggota keluarga
lainnya sangat berpengaruh bagi keadaan psikis ibu.

Ada dua macam perawatan depresi :


a. Terapi bicara

15
Adalah sesi bicara dengan terapi, psikologi atau pekerja sosial
untuk mengubah apa yang difikir, rasa dan lakukan oleh
penderita akibat menderita depresi.
b. Obat medis
Obat anti depresi yang diresepkan oleh dokter, sebelum
mengkonsumsi obat anti depresi, sebaiknya didiskusikan benar
obat mana yang tepat dan aman bagi bayi untuk dikonsumsi oleh
ibu hamil atau ibu menyusui.

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN POSTPARTUM BLUES

A. PENGKAJIAN
1. Identitas Klien

Data diri klien meliputi : nama, umur, pekerjaan, pendidikan,

alamat, medical record dan lain-lain

2. Dampak Pengalaman Melahirkan

Banyak ibu memperlihatkan suatu kebutuhan untuk

memeriksa proses kelahiran itu sendiri dan melihat kembali perilaku

mereka saat hamil dalam upaya retrospeksi diri (Konrad, 1987).

Selama hamil, ibu dan pasangannya mungkin telah membuat suatu

rencana tertentu tentang kelahiran anak mereka, hal-hal yang

16
mencakup kelahiran pervagina dan beberapa intervensi medis.

Apabila pengalaman mereka dalam persalinan sangat berbeda dari

yang diharapkan (misalnya ; induksi, anestesi epidural, kelahiran

sesar), orang tua bisa merasa kecewa karena tidak bisa mencapai

yang telah direncanakan sebelumnya. Apa yang dirasakan orang tua

tentang pengalaman melahirkan sudah pasti akan mempengaruhi

adaptasi mereka untuk menjadi orang tua.

3. Citra Diri Ibu

Suatu pengkajian penting mengenai konsep diri, citra

tubuh, dan seksualitas ibu. Bagaimana perasaan ibu baru tentang diri

dan tubuhnya selama masa nifas dapat mempengaruhi perilaku dan

adaptasinya dalam menjadi orang tua. Konsep diri dan citra tubuh

ibu juga dapat mempengaruhi seksualitasnya. Perasaan-perasaan

yang berkaitan dengan penyesuaian perilaku seksual setelah

melahirkan seringkali menimbulkan kekhawatiran pada orang tua

baru. Ibu yang baru melahirkan bisa merasa enggan untuk memulai

hubungan seksual karena takut merasa nyeri atau takut bahwa

hubungan seksual akan mengganggu penyembuhan jaringan

perineum.

4. Interaksi Orang tua – Bayi

Suatu pengkajian pada masa nifas yang menyeluruh

meliputi evaluasi interaksi orang tua dengan bayi baru. Respon

orang tua terhadap kelahiran anak meliputi perilaku adaptif dan

17
perilaku maladatif. Baik ibu maupun ayah menunjukkan kedua jenis

perilaku maupun saat ini kebanyakan riset hanya berfokus pada ibu.

Banyak orang tua baru mengalami kesulitan untuk menjadi orang

tua sampai akhirnya keterampilan mereka membaik. Kualitas

keibuan atau kebapaan pada perilaku orang tua membantu

perawatan dan perlindungan anak. Tanda-tanda yang menunjukkan

ada atau tidaknya kualitas ini, terlihat segera setelah ibu melahirkan,

saat orang tua bereaksi terhadap bayi baru lahir dan melanjutkan

proses untuk menegakkan hubungan mereka.

5. Perilaku Adaptif dan Perilaku Maladaptif

Perilaku adaptif berasal dari penerimaan dan persepsi

realistis orang tua terhadap kebutuhan bayinya yang baru lahir dan

keterbatasan kemampuan mereka, respon social yang tidak matur,

dan ketidakberdayaannya. Orang tua menunjukkan perilaku yang

adaptif ketika mereka merasakan suka cita karena kehadiran bayinya

dan karena tugas-tugas yang diselesaikan untuk dan bersama

anaknya, saat mereka memahami yang dikatakan bayinya melalui

ekspresi emosi yang diperlihatkan bayi dan yang kemudian

menenangkan bayinya, dan ketika mereka dapat membaca gerakan

bayi dan dapat merasa tingkat kelelahan bayi. Perilaku maladaptif

terlihat ketika respon orang tua tidak sesuai dengan kebutuhan

bayinya. Mereka tidak dapat merasakan kesenangan dari kontak

18
fisik dengan anak mereka. Bayi – bayi ini cenderung akan dapat

diperlakukan kasar.

Orang tua tidak merasa tertarik untuk melihat anaknya.

Tugas merawat anak seperti memandikan atau mengganti pakaian,

dipandang sebagai sesuatu yang menyebalkan. Orang tua tidak

mampu membedakan cara berespon terhadap tanda yang

disampaikan oleh bayi, seperti rasa lapar, lelah keinginan untuk

berbicara dan kebutuhan untuk dipeluk dan melakukan kontak mata.

Tampaknya sukar bagi mereka untuk menerima anaknya sebagai

anak yang sehat dan gembira.

6. Struktur dan fungsi keluarga

Komponen penting lain dalam pengkajian pada pasien post

partum blues ialah melihat komposisi dan fungsi keluarga.

Penyesuaian seorang wanita terhadap perannya sebagai ibu sangat

dipengaruhi oleh hubungannya dengan pasangannya, ibunya dengan

keluarga lain, dan anak-anak lain. Perawat dapat membantu

meringankan tugas ibu baru yang akan pulang dengan mengkaji

kemungkinan konflik yang bisa terjadi diantara anggota keluarga

dan membantu ibu merencanakan strategi untuk mengatasi masalah

tersebut sebelum keluar dari rumah sakit.

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN

19
1. Nyeri akut berhubungan dengan trauma mekanis, pembesaran

jaringan atau distensi efek-efek hormonal

2. Ketidakefektifan menyusui berhubungan dengan tingkat

pengetahuan, pengalaman sebelumnya, tingkat dukungan,

karaktristik payudara

3. Resiko tinggib terhadap cedera berhubungan dengan biokimia efek

anastesi, profil darah abnormal

4. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan trauma jaringan,

penurunan hemoglobin, prosedur invasive, pecah ketuban,

malnutrisi

5. Perubahan eliminasi urin berhubungan dengan efek hormonal,

trauma mekanis, edema jaringan, efek anastesiditandai dengan

distensi kandung kemih

6. Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan berhubungan

dengan penurunan masukan atau penggantian tidak adekuat

kehilangan cairan berlebih

7. Kontipasi berhubungan dengan penurunan tonus otot, efek

progesteron, dehidrasi, nyeri perical ditandai dengan perubahan

bising usus, feses kurang dari biasanya.

8. Kurang pengetahuan atau kebutuhan belajar mengenai perawatan

diri dan bayi berhubungan dengan kurang pemahaman, salah

intervensi, tidak tau sumber-sumber

20
9. Keterbatasan gerak dan aktifitas berhubungan dengan nyeri luka

jahitan perineum.

C. RENCANA KEPERAWATAN

No Diagnosa Rencana tindakan Rasional

Keperawatan Tujuan/kreteria hasil Intervensi

1 Nyeri akut Setelah diberikan  - Kaji ulang skala  - Mengidentifikasi

berhubungan asuhan keperawatan nyeri kebutuhan dan

dengan trauma selama 3 x 24 jam  - Anjurkan ibu agar intervensi yang tepat

mekanis, diharapkan nyeri ibu menggunakan tekhnik  - Untuk mengalihkan


pembesaran berkurang dengan relaksasi dan distraksi perhatian dan rasa
jaringan atau menunjukkan skla rasa nyeri nyeri yang dirasakan
distensi efek-efek nyeri 0-1, ibu  - Motivasi untuk  - Memperlancar
hormonal mengatakan nyerinya mobilisasi sesuai pengeluaran lochea,
berkurang atau hilang, indikasi mempercepat involusi,
tidak merasa nyeri saat
 - Berikan kompres dan mengurangi nyeri
mobilisasi dan TTV secara bertahap
hangat
dalam batas normal
 Celegasi pemberian  - Meningkatkan

analgetik sirkulasi pada

perineum

 - Melonggarkan

sistem saraf perifer

sehingga rasa nyeri

berkurang.

21
2 Ketidak efektifan Setelah diberikan  - Kaji ulang tingkat  - Membantu dalam

menyusui asuhan keperawatan pengetahuan dan mengidentifikasi

berhubungan selama 2 x 24 jam pengalaman ibu tentang kebutuhan saat ini agar

dengan tingkat diharapkan ibu dapat menyusui sebelumnya memberikan intervensi

pengetahuan, mencapai kepuasan  - Demonstrasikan dan yang tepat.

pengalaman menyusui dengan ibu tinjau ulang teknik  - Posisi yang tepat

sebelumnya, tingkat mengungkapakan menyusui biasanya mencegah

dukungan, proses situasi  - Anjurkan ibu luka atau pecah puting


karaktristik menyusui, bayi mengeringkan puting yang dapat merusak
payudara mendapat air susu ibu setelah menyusui dan mengganggu
yang cukup  - Agar kelembaban

pada patudara tetap

dalam batas normal

3 Resiko tinggi Setelah diberikan  - Tinjau ulang kadar  - Dapat mengetahui

terhadap cedera asuhan keperawatan hemoglobin serta kesengjangan kondisi

berhubungan selama 2 x 24 jam kehilangan darah ibu dan intervensi yang

dengan biokimia diharapkan cedera pada sewaktu melahirkan, cepat dan tepat

efek anastesi, profil ibu tidak terjadi observasi dan catat  - Meningkatkan

darah abnormal dengan menunjukkan tanda anemia sirkulasi dan aliran


ibu dapat  - Anjurkan mobilisasi darah ke ekstremitas
mendemonstrasikan dan latihan dini secara bawah

prilaku unsur untuk bertahap  - Bahaya eklamsi ada


menurunkan faktor  - Kaji ada diatas 72 jam post
resiko, melindungi hiperfleksia sakit partum sehingga dapat

22
harga diri bebas dari kepala atau gangguan diketahui dan

komplikasi penglihatan diintraksikan

4 Resiko tinggi Setelah diberikan  - Kaji lochea kontraksi  - Untuk dapat

terhadap infeksi asuhan keperawatan uterus, dan kondisi mendeteksi tanda

berhubungan selama 2 x 24 jam jahitan episiotomi infeksi lebih dini dan

dengan trauma diharapkan infeksi  - Sarankan pada ibu mengintervensi dengan

jaringan, penurunan pada ibu tidak terjadi agar mengganti tepat

hemoglobin, ditandai dengan ibu pembalut tiap 4 jam  - Pembalut yang

prosedur invasive, dapat  - Pantau tanda-tanda lembab dan banyak


pecah ketuban, mendemonstrasikan vital darah merupakan
malnutrisi teknik untuk
- Lakukan rendam media yang menjadi
menurunkan resiko tempat
bokong
infeksi, dan tidak perkembangbiakan
 - Sarankan ibu
terdapat tanda-tanda kuman.
membersihkan perineal
infeksi
dari depan ke belakang.  - Peningkatan suhu
lebih dari 38 ° C

menandakan infeksi

 - Untuk memperlancar

sirkulasi ke perineum

dan mengurangi edema

 - Membantu

mencegah kontaminasi

rektal melalui vagina

23
5 Perubahan eliminasi Setelah diberikan  - Kaji dan catat  - Mengetahui balance

urin berhubungan asuhan keperawatan cairan masuk dan cairan pasien sehingga

dengan efek selama 2 x 24 jam keluar tiap 24 jam diintervensi dengan

hormonal, trauma diharapkan ibu tidak  Anjurkan berkemih tepat

mekanis, edema mengalami gangguan 6-8 jam post partum  - Melatih otot-otot

jaringan, efek eliminasi/ buang air  - Berikan teknik perkemihan


anastesiditandai kecil ditandai dengan merangsang berkemih  Agar kencing yang
dengan distensi Ibu dapat berkemih seperti rendam duduk, tidak dapat keluar, bisa
kandung kemih sendiri dalam 6 – 8 jam aliran air keran dikeluarkan sehingga
post pasrtum, tidak
 - Kolaborasi tidak ada retensi
merasa sakit saat
pemasangan kateter  - Mengurangi distensi
buang air kecil, jumlah
kandung kemih
urine 1,5 – 2 liter/hari

6 Resiko tinggi Setelah diberikan  - Ajarkan ibu agar  - Memberi rangsangan

terhadap asuhan keperawatan massage sendiri fundus pada uterus agar

kekurangan volume selama 2 x 24 jam ibu uteri berkontraksi kuat dan

cairan berhubungan diharapkan tidak  - Pertahankan cairan mengontrol

dengan penurunan kekurangan volume peroral 1,5-2 liter/hari perdarahan.

masukan atau cairan ditandai dengan


 - Observasi  - Mencegah terjadinya

penggantian tidak cairan masuk dan perubahan dehidrasi


adekuat kehilangan keluar seimbang, suhu,nadi,tekanan  - Peningkatan suhu
cairan berlebih hemoglobin dalam darah dapat memperhebat
batas normal (12,0
 - Periksa ulang kadar dehidrasi
sampai 16,0 gr/dl)
hemoglobin  - Penurunan

hemoglobin tidak boleh

24
melebihi 2 gram%

/100dl

7 Kontipasi Setelah diberikan  - Anjurkan pasien  - Membantu

berhubungan asuhan keperawatan untuk melakukan meningkatkan

dengan penurunan selama 2 x 24 jam ambulasi sesuai prestaltik

tonus otot, efek diharapkan konstipasi toleransi dan gastrointestinal

progesteron, tidak terjadi pada ibu meningkatkan secara  - Makanan seperti

dehidrasi, nyeri ditandai dengan ibu progresif buah dan sayuran

perical ditandai dapat buang air besar  - Pertahankan diet membantu


dengan perubahan maksimal hari ketiga reguler dengan meningkatkan pristaltik
bising usus, feses post partum, feces kudapan diantara usus
kurang dari lembek makanan, tingkatan  - Mengurangi rasa
biasanya makan buah dan nyeri

sayuran  - Untuk mencegah

 - Anjurkan ibu BAB dan stres perineal

pada Wc duduk

 Kolaborasi

pemberian laksantia

supositoria

8 Kurang Setelah diberikan  - Berikan informasi  - Membantu

pengetahuan atau asuhan keperawatan tentang perwatan dini mencegah infeksi,

kebutuhan belajar selama 2 x 24 jam (perawatan perineal) mempercepat

mengenai diharapkan perubahan fisiologi, penyembuhan dan

perawatan diri dan pengetahuan ibu lochea, perubahan berperan pada adaptasi

bayi berhubungan tentang perawatan dini yang positif dari

25
dengan kurang dan bayi bertambah, peran, istirahat, perubahan fisik dan

pemahaman, salah dengan kreteria ibu keluarga berencana mental

intervensi, tidak tau dapat mengungkapkan - Berikan informasi  - Menambah

sumber-sumber kebutuhan ibu pada tentang perawatan bayi pengetahuan ibu

masa post partum dan yaitu perawatan tali tentang perawatan bayi

dapat melakukan pusat, ari, memandikan  - Memperjelas

aktivitas yang perlu dan imunisasi pemahaman ibu

dilakukan dan  - Sarankan agar tentang apa yang sudah


alasannya seperti mendemonstrasikan dipelajari
perawatan bayi, apa yang sudah
menyusui, perawatan diperlajari
perineum

9 Hambatan Setelah diberikan  - Anjurkan  - Meningkatkan

immobilitas fisik asuhan keperawatan mobilisasi dan latihan sirkulasi dan aliran

berhubungan selama 2 x 24 jam dini secara bertahap darah ke ekstremitas

dengan nyeri luka diharapkan gerak dan  - KIE perawatan luka bawah

jahitan perineum aktifitas terkoordinasi jahitan perinium  - Mempercepat

dengan kreteria : kesembuhan luka


sudah tidak nyeri pada sehingga memudahkan
luka jahitan pada saat gerak aktivitas
duduk skla 2, luka

jahitan perinium sudah

tidak sakit atau nyeri

berkurang skala 2

26
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DEPRESI POSTPARTUM

1. Pengkajian
Pengenalan gejala mood merupakan hal yang penting untuk dilakukan
oleh perawatperinatal. Rencana keperawatan harus merefleksikan
respons perilaku yang diharapkan dari gangguan tertentu. Rencan
individu didasarkan pada karakteristik wanita dan keadaannya yang
spesifik. Suami atau pasangan wanita tersebut juga dapat mengalami
gangguan emosional akibat perilaku wanita tersebut.
Pengkajiannya meliputi ;
a. Identitas klien.
Data diri klien meliputi: nama, umur, pekerjaan, pendidikan,
alamat, medical record dan lain-lain.
b. Keluhan Utama
Mudah marah, cemas, melukai diri
c. Riwayat Kesehatan
1) Riwayat Kesehatan Sekarang
Pada Ibu dengan depresi postpartum biasanya terjadi kurang
nafsu makan, sedih – murung, mudah marah, kelelahan,
insomnia, anorexia, merasa terganggu dengan perubahan
fisik, sulit konsentrasi, melukai diri.
2) Riwayat Kesehatan Dahulu
Berhubungan dengan kejadian pada persalinan masa lalu
serta kesehatan pasien.
3) Riwayat kesehatan keluarga
Berhubungan dengan dukungan keluarga terhadap keadaan
pasien

d. Struktur dan Fungsi Keluarga

27
Komponen penting lain dalam pengkajian pada pasien post partum
blues ialah melihat komposisi dan fungsi keluarga. Penyesuaian
seorang wanita terhadap perannya sebagai ibu sangat dipengaruhi
oleh hubungannya dengan pasangannya, ibunya dengan keluarga
lain, dan anak-anak lain. Perawat dapat membantu meringankan
tugas ibu baru yang akan pulang dengan mengkaji kemungkinan
konflik yang bisa terjadi diantara anggota keluarga dan membantu
ibu merencanakan strategi untuk mengatasi masalah tersebut
sebelum keluar dari rumah sakit.
e. Pemeriksaan Fisik
 Aktivitas/ istirahat
Biasanya aktivitas dan istirahat klien terganggu
 Sirkulasi
Biasanya nadi meningkat, (tachikardia), TD kadang meningkat
 Eliminasi
Biasanya klien sering BAK, kadang terjadi diare
 Makanan/cairan
Biasanya terjadi anoreksia, mual atau muntah, haus , membrane
mukosa kering
 Neurosensori
Biasanya klien mengeluh sakit kepala
 Pernafasan
Biasanya pernafasan cepat dan dangkal
 Nyeri dan ketidaknyamanan
Biasanya terjadi nyeri/ ketidaknyamanan pada daerah abdomen
dan kepala
 Integritas Ego
Biasanya klien ansietas, gelisah
 Seksualitas
Biasanya seksualitas terganggu dan penurunan libido
 TTV

28
Biasanya nadi meningkat, pernafasan meningkat, TD meningkat

2. Diagnosa
1. Koping individu tidak efektif berhubungan dengan stress kelahiran,
konsep diri negative, system pendukung, yang tidak adekuat
2. Kecemasan berhubungan dengan stress psikologi
3. Gangguan interaksi sosial berhubungan dengan depresi berat
4. Risiko kekerasan terhadap diri sendiri berhubungan dengan status
emosional post partum

3. Perencanaan
No. DIAGNOSA NOC NIC RASIONAL
1. Koping individu tidak NOC : NIC :
efektif b/d stress Anxiety Control Counseling (5240)
kelahiran, konsep diri(1402) Aktivitas :
negative, system Indikasi :  Beri dorongan kepada pasien 1. agar pasien dapat
pendukung, yang tidak  Kontrol untuk mengungkapkan pikiran mengungkapkan keluh kesah y
adekuat instensitas dan perasaan untuk dideritanya.
cemas mengeksternalisasikan 2. agar kecemasan yang
Batasan karakteristik  Eliminasi kecemasan. dialaminya berkurang
: tanda cemas  Bantu pasien untuk 3. untuk mengurangi kecemas
 Gangguan tidur  Menggunakan menfokuskan pada situasi saat dan memperluas focus.
 Penyalahgunaan strategi ini, sebagai alat untuk 4. agar pasien dapat menerusk
bahan kimia koping efektif mengidentifikasi mekanisme aktivitas sehari-hari dan
 Penurunan  Menggunakan koping yang dibutuhkan untuk menghilangkan kecemasannya
penggunaan teknik mengurangi kecemasan.
dukungan sosial relaksasi  Sediakan pengalihan melalui
 Konsentrasi yang untuk televise, radio, permainan serta
buruk menekan terapi okupasi
 Kelelahan kecemasan  Sediakan penguatan yang
 Problem solving positif ketika apsien mampu
tidak adekuat meneruskan aktivitas sehari-
 Mengeluhkan hari dan lainnnya meskipun
ketidakmampuan mengalami Kecemasan.
koping atau
ketidakmampuan
untuk meminta
bantuan

29
 Ketidak
mampuan
memenuhi
kebutuhan dasar
 Perilaku merusak
terhadap diri atau
orang lain
 Ketidakmampuan
memnuhi harapan
peran
 Tingkat
kesakitan/penyaki
t yang tinggi
 Perubahan dalam
pola komunikasi
 Menggunakan
bentuk koping
yang meghalangi
/mengganggu
perilaku adaptif
 Kurangnya
perilaku yang
bertujuan
langsung/resolusi
masalah,
termasuk
ketidakmampuan
untuk merawat,
dan kesulitan
mengorganisasika
n informasi
2. Kecemasan b/d stress NOC : NIC :
psikologi Anxiety Control Counseling (5240)
(1402) Aktivitas :
Batasan karakteristik Indikasi :  Beri dorongan kepada pasien 1. agar pasien dapat
:  Kontrol untuk mengungkapkan pikiran mengungkapkan keluh kesah y
 Perilaku instensitas dan perasaan untuk dideritanya.
 Penurunan cemas mengeksternalisasikan 2. agar kecemasan yang
produktivitas  Eliminasi kecemasan. dialaminya berkurang
 Gelisah tanda cemas  Bantu pasien untuk 3. untuk mengurangi kecemas
 Insomnia  Menggunakan menfokuskan pada situasi saat dan memperluas focus.
 Resah strategi ini, sebagai alat untuk
 Afektif koping efektif mengidentifikasi mekanisme

30
 Kesedihan  Menggunakan koping yang dibutuhkan untuk 4. agar pasien dapat menerusk
yang teknik mengurangi kecemasan. aktivitas sehari-hari dan
mendalam relaksasi  Sediakan pengalihan melalui menghilangkan kecemasannya
 Takut untuk televise, radio, permainan serta
 Gugup menekan terapi okupasi untuk
 Mudah
kecemasan mengurangi kecemasan dan
tersinggung
 Nyeri hebat memperluas focus.
 Ketakutan  Sediakan penguatan yang
 Distres positif ketika apsien mampu
 Khawatir meneruskan aktivitas sehari-
 Cemas hari dan lainnnya meskipun
 Fisiologi mengalami Kecemasan.
 Goyah
 Peningkatan
respirasi
(simpatis)
 Peningkatan
keringat
 Wajah tegang
 Anoreksia
(simpatis)
 Kelelahan
(parasimpatis)
 Gugup
(simpatis)
 Mual
(parasimapatis
)
 Pusing
(parasimpatis)
 Kognitif
B. Bingung
C. Kerusakan
perhatian
D. Ketakutan
terhadap hal
yang tidak
jelas
E. Sulit
berkonsentrasi
3. Gangguan interaksi NOC : NIC :
sosial b/d depresi berat
Social Interaction  Dorong keterlibatan 1. agar tetap terjalinnya hubun
Skill (1502) ditingkatkan dalam hubungan saling percaya dan untuk
Batasan karakteristik  Pengungkapa yang sudah ditetapkan menghindari isolasi sosial
 Dorong pasien dalam
: n, 2. agar pasien dapat melakuka
pengembangan hubungan
 Mengungkapka  Kesiapan  Dorong untuk berhubungan interaksi sosial
/menunjukan  Kerjasama dengan orang lain

31
ketidakmampuan  Kepekaan  Dorong untuk beraktivitas 3. untuk meningkatkan hubun
untuk menerima  Konfrontasi dalam masyarakat / social sosial pasien
atau  Pertimbangan  Dorong untuk berbagi masalah 4. agar tidak terjadinya
dengan orang lain
mengkomunikasi  Kehangatan deskriminasi di lingkungan pa
kan rasa  Ketenangan 5.agar tidak terjadi depresi sen
kepuasan, rasa  Relaksasi
memiliki,  Keterlibatan
menyayangi,  Kepercayaan
ketertarikan atau dan
membagi Kompromi
pengalaman
 Mengungkapkan /
menunjukan
ketidaknyamanan
dalam situasi
sosial
 Menunjukkan
penggunaan
perilaku interaksi
social tidak
berhasil
 Keluarga
melaporkan
perubahan gaya
hidup atau pola
interaksi
4. Risiko kekerasan NOC : NIC :
terhadap diri sendiri  Interaksi Bantuan kontrol marah:
b/d status emosional sosial  Prinsip komunikasi terapeutik 1. untuk mengatasi masalah pa
post partum  Tanda-tanda  Pertahankan konsistensi sikap yang kita dapat dengan teknik
akan (terbuka,tepati janji, hindari
komunikasi terapiutik
melakukan kesan negatif)
Batasan karakteristik kekerasan  Gunakan tahap-tahap interaksi 2. untuk membina hubungan s
: seperti ingin dengan tepat percaya terhadap pasien
 Putus asa marah, jengke  Observasi tanda-tanda 3. untuk menghindari adanya
 Penolakan l, ingin perilaku kekerasan pada klien penyimpangan interaksi sosial
 Cemas merusak,  Bantu klien mengidentifikasi 4. untuk mengetahui tanda-tan
 Panic memukul,dll. tanda-tanda perilaku perilaku kekerasan yang terjad
 Mengenal pen kekerasan (emosi, fisik,
 Mudah marah pada pasien
anganan klien social, spiritual)
 Permusuhan dengan  Jelaskan pada klien tentang 5. agar pasien dapat mengontr
perilaku respon marah emosinya
kekerasan  Dukung dan fasilitasi klien 6. agar pasien mengetahui
 Penanganan untuk mencari bantuan saat penyebab dari marah yang
klien dengan muncul marah berlebihan

32
perilaku  Diskusikan bersama klien 7. agar marah si pasien dapat
kekerasan pangaruh negatif perilaku terkendali
 Bantuan yang kekerasan terhadap dirinya, 8. agar sipasien mengetahui
adaptif pada orang lain dan lingkungan
pengaruh negatif dari kekerasa
klien dengan
perilaku Libatkan keluarga dalam yang dia lakukan
kekerasan perawatan klien:
 Cara yang  Identifikasi kultur, peran, dan
dipilih untuk situasi keluarga dalam
membantu pengaruhnya
merubah terhadap perilaku klien 1. untuk mengetahui kultur da
perilaku klien  Berikan informasi yang tepat
situasi keluarga mempengaruh
 Tingkat tentang penanganan klien
kemarahan dengan perilaku marah dan strees si pasien
kekerasan 2. agar pasien mengetahui
 Ajarkan ketrampilan koping informasi tentang penanganan
efektif yangdigunakan untuk klien dengan perilaku marahny
penangannan klien perilaku 3. agar pasien dapat menangan
kekerasan.berikan konseling masalahnya dengan mandiri
pada keluarga
4. agarkeluarga tepat memilih
 Bantu keluarga memilih untuk
menentukan dalam dalam terapi untuk penangana
penanganan klien dengan dari perilaku pasien
perilaku kekerasan 5. agar keluarga dapat bertany
 Fasilitasi pertemuan keluarga atau mendapat informasi meng
dengan pemberi perawatan masalah pasien
 Beri kesempatan pada
6. agar keluarga turut serta dal
keluarga untuk mendiskusikan
cara yang dipilih dan anjurkan menentukan penyembuhan de
pada keluarga untuk pasien
menerapkanc ara yang dipilih 7.

D. IMPLEMENTASI

Implemenatsi dilakukan sesuai dengan intervensi

E. EVALUASI

1. Evaluasi Formatif : merefleksikan observasi perawat dan

analisis terhadap respon langsung pada intervensi keperawatan

33
2. Evaluasi Sumatif : merefleksikan rekapitulasi dan synopsis

observasi dan analisis mengenai status kesehatan klien terhadap

waktu

Edinburgh Postnatal Depression Scale (EPDS) untuk Postpartum Depression

The Edinburgh Postnatal Depression Scale (EPDS) dikembangkan pada tahun


1987 untuk skrining wanita postpartum di rawat jalan, pengaturan rumah
mengunjungi, atau pada pemeriksaan postpartum 6-8 minggu. Ini telah digunakan
di antara banyak populasi, termasuk wanita AS dan wanita berbahasa Spanyol di
negara-negara lain. Skala sejak itu telah divalidasi, dan bukti dari sejumlah studi
penelitian telah mengkonfirmasi alat untuk menjadi handal dan sensitif dalam
mendeteksi depresi.
EPDS terdiri dari 10 pertanyaan dan biasanya dapat diselesaikan dalam waktu
kurang dari 5 menit. Studi validasi telah digunakan berbagai nilai ambang batas
dalam menentukan perempuan positif dan membutuhkan rujukan. Cut-off skor
berkisar 9-13 poin. Seorang wanita mencetak 9 atau lebih poin atau menunjukkan
setiap keinginan bunuh diri - yaitu, ia skor 1 atau lebih tinggi pada pertanyaan # 10
- harus dirujuk segera untuk ditindaklanjuti.
EPDS skor tidak harus mengesampingkan penilaian klinis. Sebuah penilaian
klinis yang cermat harus dilakukan untuk memastikan diagnosa. Skala
menunjukkan bagaimana ibu telah dirasakan selama minggu sebelumnya. Dalam
kasus yang meragukan hal itu mungkin berguna untuk mengulang alat setelah 2
minggu. Skala tidak akan mendeteksi ibu dengan neurosis kecemasan, fobia, atau
gangguan kepribadian.

SKOR
Pertanyaan 1, 2, dan 4 (tanpa *) yang mencetak 0, 1, 2, atau 3, dengan top box
mencetak sebagai 0 dan kotak bawah mencetak sebagai 3.
Pertanyaan 3 dan 5-10 (ditandai dengan *) harus reverse-mencetak, dengan top box

34
mencetak sebagai 3 dan kotak bawah mencetak gol sebagai 0.
Skor maksimum: 30
Kemungkinan depresi: 10 atau lebih tinggi
Selalu melihat Pertanyaan # 10, yang menunjukkan pikiran untuk bunuh diri

INSTRUKSI
1. Ibu diminta untuk menggarisbawahi 1 dari 4 kemungkinan tanggapan yang
datang paling dekat dengan bagaimana dia telah merasakan 7 hari sebelumnya.
2. Semua 10 item harus diselesaikan.
3. Perawatan harus diambil untuk menghindari kemungkinan ibu mendiskusikan
jawaban dengan orang lain.
4. Ibu harus menyelesaikan skala sendiri, kecuali ia memiliki terbatas Inggris atau
memiliki kesulitan dengan membaca.

35
Formulir Edinburgh Postnatal Depression Scale (EPDS)

Nama : Alamat :
Tanggal lahir ibu : No Tlp :
Tanggal lahir bayi :

CONTOH PERTANYAAN:
Ketika Anda sedang hamil atau baru saja memiliki bayi, kami ingin tahu bagaimana
perasaan Anda.
Silakan periksa jawaban yang paling mendekati bagaimana Anda merasa DI MASA
LALU 7 HARI, tidak hanya bagaimana Anda merasa hari ini.
Berikut adalah contoh, sudah selesai.

❑saya merasa bahagia:

❑Ya, sepanjang waktu

❑Ya, sebagian besar waktu

❑Tidak, tidak terlalu sering

❑Tidak, tidak sama sekali

Ini berarti: "Saya merasa senang sebagian besar waktu" selama seminggu yang lalu.
Lengkapi pertanyaan lain dengan cara yang sama

Di 7 hari yang lalu :

36
3. Saya telah bisa tertawa dan melihat sisi lucu

❑Seperti aku selalu bisa

❑Tidak begitu banyak sekarang

❑Pasti tidak begitu banyak sekarang

❑Tidak sama sekali

4. Saya telah melihat ke depan dengan perasaan nyaman


❑ Seperti aku pernah melakukan
❑ Alih kurang dari aku dulu
❑ Pasti kurang dari aku dulu
❑ Hampir sama sekali

5. *Saya menyalahkan diri saya ketika hal-hal salah

❑Ya, sebagian besar waktu

❑Ya, beberapa waktu

❑Tidak sangat sering

❑Tidak, tidak pernah

6. Saya telah cemas atau khawatir untuk tidak baik.


Alasannya .........................

❑Tidak, tidak sama sekali

❑Hampir tidak pernah

❑Ya, kadang-kadang

37
❑Ya, sangat sering

7. *Saya merasa takut dan panik tanpa sangat baik


Alasannya ...............................

❑Ya, cukup banyak

❑Ya, kadang-kadang

Tidak, tidak banyak

❑Tidak, tidak sama sekali

8. *Hal yang telah dilakukan sesuai pertanyaan di atas

❑Ya, sebagian besar waktu saya belum mampu mengatasi sama sekali

❑Ya, kadang-kadang saya belum mengatasi serta biasa

❑Tidak, sebagian besar waktu saya telah berupaya cukup baik

❑Tidak, saya telah mengatasi serta pernah

9. *Saya telah begitu bahagia bahwa saya mengalami kesulitan tidur

❑Ya, sebagian besar waktu

❑Ya, kadang-kadang

❑Tidak sangat sering

❑Tidak, tidak sama sekali

10. *Saya merasa sedih atau sengsara

38
❑Ya, sebagian besar waktu

❑Ya, cukup sering

❑Tidak sangat sering

❑Tidak, tidak sama sekali

11. *Saya telah begitu bahagia bahwa saya menangis

❑Ya, sebagian besar waktu

❑Ya, cukup sering

❑Hanya sesekali

❑Tidak, tidak pernah

12. *Pikiran merugikan diri telah terjadi untuk saya

❑Ya, cukup sering

❑Terkadang

❑Hampir tidak pernah mengatasi

Diperintah / Diulas oleh ................. Tanggal : .................................


* Sumber: Cox JL, Holden JM, Sagovsky R. Deteksi depresi pasca melahirkan: pengembangan 10-item Skala
Edinburgh Postnatal Depression. Br J Psychiatry. 1987; 150: 782-786. Pengguna dapat mereproduksi skala tanpa
izin lebih lanjut memberikan mereka menghormati hak cipta dengan mengutip nama-nama penulis, judul, dan
sumber kertas dalam semua salinan direproduksi.

39
BAB III

PENUTUP

A. Simpulan
a. Post partum blues yaitu suatu perasaan bercampur aduk,
merupakan kemurungan dan kesediahan.

b. Penyebab post partum blues belum diketahui secara pasti.

c. Penderita post partum blues dapat di deteksi melalui skrining


yaitu dengan kuesioner yang berupa pertanyaan tentang rasa
cemas.

d. Asuhan keperawatan pada pasien post partum blues pada


dasarnya harus holistic yaitu menyeluruh dari Bio-Psiko-
Sosial-Spiritual dan melibatkan orang tua si anak yaitu ayah
dan ibu si anak.

B. Saran

40
Diharapkan makalah ini dapat menambauh pengetahuan mahasiswa
dalam memberikan pelayanan keperawatan dan dapat
menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Dan untuk para
pelayanan kesehatan khususnya dalam bidang keperawatan
sehingga dapat memaksimalkan kita untuk memberikan Health
Education dalam perawatan depresi post partum blues.

DAFTAR PUSTAKA

Arjatmo T. ( 2001 ). Keadaan Gawat Yang Mengancam Jiwa. Jakarta: Gaya Baru.

Bagian Obstetri dan Ginekologi FK Unpad ( 1994 ), Obstetri Patologi, Bagian Obstetri dan
Ginekologi FK Unpad, Bandung.

Betz Cecily L, Sowden Linda A. ( 2002 ). Buku Saku Keperawatan Pediatri. Jakarta: EGC.

Bobak, Lowdermilk, Jensen. ( 2004 ). Buku Ajar : Keperawatan maternitas edisi - 4. Jakarta:
EGC.

Hanifa Wikyasastro. ( 1997 ), Ilmu Kebidanan, Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo,
Jakarta.

Hacker Moore ( 1999 ), Esensial Obstetri dan Ginekologi Edisi 2, Penerbit Buku Kedokteran
EGC, Jakarta.

Marylin E. Doengoes, Mary Frances Moorhouse, Alice C.Geissler ( 2000 ), Rencana Asuhan
Keperawatan: Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien Edisi
3. Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.

41
Ngastiyah. (1997 ), Pedoman Anak Sakit. EGC, Jakarta.

Sacharin Rosa M. ( 1996 ). Prinsip Keperawatan Pediatrik. Alih Bahasa: Maulanny R.F.
EGC, Jakarata.

Romney Marshal, Steinbart. 2004. Accounting Information System (Buku Satu). Jakarta:
Salemba Empat.

Novak, J.C., Broom, B.L. 2009. Maternal and Child Health Nursing. Missouri: Mosby, Inc.

Ling, F. W, dan Duff, P. 2001. Obstetrics and Gynecology. New York : Mc Graw – Hill
Companies.

Malonda, B. F. 1999. Sosial – Budaya, Gangguan Emosi dan Fisik Pasca Salin Masyarakat
Pedesaan Sumedang. Diakses 29 September 2004. http://www.tempo.co.id/ medika arsip/
122002/ art-2.htm.

https://www.scribd.com/document_downloads/direct/73744068?extension=pdf&ft=1477901
031&lt=1477904641&user_id=276929510&uahk=EpzpYwjeP3j2Qlhws6YWqqiSX7k

Regina, Pudjibudojo, J. K dan Malinton, P. K. 2001. Hubungan Antara Depresi Postpartum


Dengan Kepuasan Seksual Pada Ibu Primipara. Anima Indonesian Psychological Journal.
Vol. 16. No. 3. 300 – 314.

Santrock, J .W. 2002. Perkembangan Masa Hidup. Jilid I. Jakarta : Erlangga.


Sloane, P. D, dan Benedict, S. 1997. Petunjuk Lengkap Kehamilan. Jakarta : Mitra Utama.

42
43

You might also like