Professional Documents
Culture Documents
Keperawatan Jiwa I
Disusun Oleh
Tujuan kami membuat makalah ini adalah untuk melengkapi salah satu tugas
pada mata kuliah Keperawatan Jiwa I. Dalam kesempatan ini tak lupa kami
mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam
menyelesaikan makalah ini.
Atas bantuan dan dorongannya, semoga mendapat balasan dari Allah SWT,
dan kami berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi kami khususnya serta bagi
pembaca pada umumnya.
Karena sifat keterbatasan yang dimiliki, maka saran dan kritik yang
membangun sangat kami harapkan, dan semoga makalah ini dapat menjadi titik
sumbangan bagi pengembangan ilmu pengetahuan khususnya di dunia keperawatan.
Penyusun
DAFTAR ISI............................................................................................................................ ii
BAB I ........................................................................................................................................ 3
PENDAHULUAN .................................................................................................................... 3
C. Tujuan ........................................................................................................................... 4
BAB II....................................................................................................................................... 4
PEMBAHASAAN .................................................................................................................... 4
A. Pengertian ..................................................................................................................... 5
PENUTUP .............................................................................................................................. 40
A. Simpulan ..................................................................................................................... 40
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kehamilan merupakan episode dramatis terhadap kondisi biologis
perubahan psikologis dan adaptasi dari seorang wanita yang pernah
mengalaminya. Sebagian besar kaum wanita menganggap bahwa kehamilan
adalah peristiwa kodrati yang harus dilalui tetapi sebagian wanita
menganggap sebagai peristiwa khusus yang sangat menentukan kehidupan
selanjutnya.
Masa nifas adalah masa sejak selesainya persalinan hingga pulihnya
alat-alat kandungan dan anggota badan serta psikologis yang berhubungan
dengan kehamilan/persalinan selama 6 minggu. Dalam proses adaptasi pada
masa post partum terdapat tiga metode yang meliputi “immediate
puerperineum “ yaitu 24 jam pertama setelah melahirkan, “early
puerperineum “ yaitu 24 jam hingga 1 minggu setelah melahirkan, “late
puerperineum “ yaitu setelah satu minggu samapi 6 minggu post partum.
Perubahan psikologi merupakan hal yang normal terjadi pada
seorang ibu yang baru melahirkan. Namun kadang-kadang terjadi
perubahan psikologis yang abnormal. Gangguan psikologi pascapartum
dibagi menjadi tiga kategori yaitu postpartum blues atau kesedihan
pascapartum, depresi pascapartum nonpsikosis, dan psikosis pascapartum.
Pada makalah ini kami akan membahas secara khusus mengenai postpartum
blues.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan post partum blues?
2. Bagaimana etiologi atau penyebab terjadinya post partum blues?
3. Apa tanda dan gejala dari post partum blues?
4. Bagaimana patofisiologi post partum blues?
3
5. Apa saja pemeriksaan diagnostic pada post partum blues?
6. Bagaimana penatalaksanaan medis pada depresi post partum atau
post partum blues?
7. Bagaimana asuhan keperawatan pada post partum blues
C. Tujuan
a. Tujuan umum
a. Untuk mengetahui dan memahami lebih dalam lagi yang
dimaksud dengan gangguan psikologis pada ibu masa postpartum
khususnya postpartum blues.
b. Untuk mendapatkan gambaran umum secara teoritis konsep dasar
asuhan keperawatan pada klien dengan postpartum blues.
b. Tujuan khusus
1. Dapat mengetahui apa pengertian dari post partum blues
2. Dapat mengetahui penyebab post partum blues
3. Dapat menjelaskan tanda dan gejala post partum blues
4. Dapat menjelaskan patofisiologi dari post partum blues
5. Dapat menyebutkan pemeriksaan diagnostic pada post partum blues
6. Dapat menjelaskan penatalaksanaan medis pada post partum blues
7. Dapat membuat asuhan keperawatan pada post partum blues
BAB II
PEMBAHASAAN
4
A. Pengertian
Postpartum blues adalah depresi ringan dan sepintas yang umumnya
terjadi dalam minggu pertama atau lebih sesudah melahirkan (Marshal,
2004). Menurut Jan Riordan dan Kathleen (2001), mendefinisikan bahwa
post partum blues adalah “Kesedihan” postpartum : tangisan, perubahan
suasana hati yang mana lebih sering terjadi pada anak pertama dan bersifat
sementara pada minggu pertama dan kedua. Dapat juga diartikan keadaan
depresi secara fisik maupun psikis pada ibu yang dapat terjadi setelah
beberapa hari kelahiran sampai kira-kira sebulan kemudian (Sjahruddin,
2006). Sedangkan Linda (2004), mendefinisikan postpartum blues adalah
periode pendek kelabilan emosi sementara yang ditandai dengan mudah
menangis, intabilitas, rasa letih, mudah marah, cemas dan sedih biasanya
terjadi menjelang akhir minggu pascapartum pertama.
Depresi postpartum adalah suatu kondisi mood depresi yang berat
yang terjadinya sekitar 4 minggu setelah kelahiran bayi . Depresi
postpartum mungkin muncul terlambat 30 minggu dari postpartum, bahkan
sebagian mengatakan kurang dari 12 bulan pertama postpartum.
Manifestasinya berupa menangis, insomnia, depresi, kelemahan, cemas,
tidak bergairah dan konsentrasi yang buruk.
Depresi postpartum pertama kali ditemukan oleh Pitt pada tahun
1988. Pitt (Regina dkk, 2001), depresi postpartum adalah depresi yang
bervariasi dari hari ke hari dengan menunjukkan kelelahan, mudah marah,
gangguan nafsu makan, dan kehilangan libido (kehilangan selera untuk
berhubungan intim dengan suami). Masih menurut Pitt (Regina dkk, 2001)
tingkat keparahan depresi postpartum bervariasi. Keadaan ekstrem yang
paling ringan yaitu saat ibu mengalami “kesedihan sementara” yang
berlangsung sangat cepat pada masa awal postpartum, ini disebut dengan
the blues atau maternity blues. Gangguan postpartum yang paling berat
disebut psikosis postpartum atau melankolia. Diantara 2 keadaan ekstrem
tersebut terdapat kedaan yang relatif mempunyai tingkat keparahan sedang
yang disebut neurosa depresi atau depresi postpartum.
5
A. ETIOLOGI
`Penyebab pasti belum diketahui secara pasti, namun banyak faktor yang
diduga berperan dapat menyebabkan post partum blues, diantaranya :
1. Faktor hormonal yang berhubungan dengan perubahan kadar estrogen,
progesterone, prolaktin dan ekstradiol. Penurunan kadar estrogen
setelah melahirkan sangat berpengaruh pada gangguan emosional
pascapartum karena estrogen memiliki efek supresi aktivitas enzim
monoamine aksidase yaitu suatu enzim otak yang bekerja
menginaktifasi noradrenalin dan serotonin yang berperan dalam
perubahan mood dan depresi
2. Faktor demografi yaitu umur dan paritas.
3. Pengalaman dalam proses kehamilan dan persalinan.
4. Latar belakang psikososial ibu, seperti ; tingkat pendidikan, status
perkawinan, kehamilan yang tidak diinginkan, riwayat gangguan jiwa
sebelumnya, social ekonomi serta keadekuatan dukungan social dari
lingkungan ( suami, keluarga dan teman ). Apakah suami
menginginkan juga kehamilan ini, apakah suami, keluarga dan teman
memberikan dukungan moril ( misalnya dengan membantu pekerjaan
rumah tang selama atau berperan sebagai tempat ibu
mengadu/berkeluh-kesah ) selama ibu menjalani kehamilannya atau
timbul permasalahan misalnya suami yang tidak membantu, tidak mau
mengerti perasaan istri maupun persoalan lainnya dengan suami,
problem dengan orangtua dan mertua, problem dengan si sulung.
5. Takut kehilangan bayinya atau kecewa dengan bayinya.
Ada beberapa pendapat yang menyebutkan bahwa postpartum blues
tidak berhubungan dengan perubahan hormonal, biokimia atau
kekurangan gizi. Antara 8 % sampai 12 % wanita tidak dapat
menyesuaikan peran sebagai orang tua dan menjadi sangat tertekan
sehingga mencari bantuan dokter. Dengan kata lain para wanita lebih
mungkin mengembangkan depresi postpartum jika mereka tertekan
6
secara sosial dan emosional serta baru saja mengalami peristiwa
kehidupan yang menekan.
Ada juga pendapat bahwa kemunculan dari postpartum blues ini
disebabkan oleh beberapa faktor dari dalam dan luar individu.
Penelitian dari Dirksen dan De Jonge Andriaansen ( 1985 ) menunjukan
bahwa depresi tersebut membawa kondisi yang berbahaya bagi
perkembangan anak dikemudian hari.
a. Neurobiologi postpartum
Mekanisme biologi dari depresi postpartum dipercaya
berhubungan dengan gangguan depresif mayor. Depresi secara
umum merupakan penyakit dengan integritas sirkuit neuron,
yang telah ditunjukkan pada studi dengan pengurangan volume
otak seseorang yang didiagnosa dengan gangguan depresif
mayor. Yang menarik, jumlah volume yang hilang secara
langsung berhubungan dengan lama penyakit. Stres dan depresi
bekerja dengan mengurangi jumlah protein otak yang
mencetuskan pertumbuhan neuron dan formasi sinaps. Dan
penyebab neurobiologi ini berinteraksi dengan kemampuan
genetik dan faktor lingkungan atau psikososial
b. Gangguan Autoimun
Kondisi fisiologis yang cenderung ke kemarahan
setelah kelahiran bayi bisa berasal dari autoimun. Satu
penelitiian menduga bahwa kemarahan ibu berasal dari paparan
ibu terhadap berbagai antigen fetal selama persalinan. Sebagai
contoh,tiroiditis postpartum merupakan suatu kondisi dengan
autoantibodi tiroid yang terdeteksi di plasma diantara 6 minggu
hingga 6 bulan postpartum. Hal tersebut terjadi pada 6-9 %
wanita yang tidak memiliki riwayat penyakit tiroid. Pada
7
sebagian kasus, penyakit ini muncul dengan fase hipertiroid
yang diikuti dengan fase hipotiroid, atau hanya muncul dengan
hipertiroidisme atau hipotiroidisme saja. Beberapa studi telah
mencoba untuk menentukan kejadian depresi yang mana yang
berhubungan dengan penyakit tiroid itu sendiri. Belum ada
kesimpulan pasti yang berhasil didapatkan, namun depresi
postpartum mungkin berdasarkan tiroid.
c. Gangguan Tidur dan Ritme Sirkardian
Sedikitnya 5 studi sejak tahun 1968 telah menduga
bahwa gangguan tidur dapat menyebabkan depresi
postpartum. Ibu baru tidak selalu dapat tidur ketika mereka
membutuhkannya, karena mereka harus menjaga bayinya.
Kecenderungan wanita tersebut untuk menjadi depresi
mungkin disebabkan oleh kelelahan atau fatique. Melatonin
adalah hormon tidur yang dihasilkan di kelenjar pineal otak.
Konsentrasinya dalam plasma akan mulai meningkat di
sekitar waktu tidur dan memuncak pada pukul 3 dini hari,
dan selanjutnya akan menurun hingga hampir tidak
terdeteksi pada saat bangun. Paparan terhadap cahaya,
terutama cahaya biru dengan panjang gelombang sekitar 470
nm akan menghambat pelepasan melatonin.
8
2. Pola tidur yang tidak teratur karena kebutuhan bayi yang baru
dilahirkannya, ketidaknyamanan karena kelahiran anak, dan perasaan
asing terhadap lingkungan tempat bersalin.
3. Merasa kesepian, jauh dari keluarga, menyalahkan diri sendiri karena
suasana hati yang terus berubah-ubah.
4. Kehilangan kontrol terhadap kehidupannya karena ketergantungan
bayi yang baru dilahirkannya.
Gejala yang menonjol dalam depresi post partum adalah trias depresi
yaitu:
a. Berkurangnya energy
b. Penurunan efek
c. Hilang minat (anhedonia)
Faktor Hormonal
9
10
11
E. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Sampai saat ini belum ada alat test khusus yang dapat mendiagnosa
secara langsung post partum blues. Secara medis, dokter menyimpulkan
beberapa simtom yang tampak dapat disimpulkan sebagai gangguan depresi
post partum blues bila memenuhi kriteria gejala yang ada. Kekurangan
hormon tyroid yang ditemukan pada individu yang mengalami kelelahan
luar biasa (fatigue) ditemukan juga pada ibu yang mengalami post partum
blues mempunyai jumlah kadar tyroid yang sangat rendah.
Skrining untuk mendeteksi gangguan mood/depresi sudah
merupakan acuan pelayanan pasca salin yang rutin dilakukan. Untuk
skrining ini dapat dipergunakan beberapa kuesioner dengan sebagai alat
bantu. Endinburgh Posnatal Depression Scale (EPDS) merupakan kuesioner
dengan validitas yang teruji yang dapat mengukur intensitas perubahan
perasaan depresi selama 7 hari pasca salin. Pertanyaan-pertanyaannya
12
berhubungan dengan labilitas perasaan, kecemasan, perasaan bersalah serta
mencakup hal-hal lain yang terdapat pada post-partum blues . Kuesioner ini
terdiri dari 10 (sepuluh) pertanyaan, di mana setiap pertanyaan memiliki 4
(empat) pilihan jawaban yang mempunyai nilai skor dan harus dipilih satu
sesuai dengan gradasi perasaan yang dirasakan ibu pasca salin saat itu.
Pertanyaan harus dijawab sendiri oleh ibu dan rata-rata dapat diselesaikan
dalam waktu 5 menit. Cox et. Al., mendapati bahwa nilai skoring lebih besar
dari 12 (dua belas) memiliki sensitifitas 86% dan nilai prediksi positif 73%
untuk mendiagnosis kejadian post-partum blues . EPDS juga telah teruji
validitasnya di beberapa negara seperti Belanda, Swedia, Australia, Italia,
dan Indonesia. EPDS dapat dipergunakan dalam minggu pertama pasca
salin dan bila hasilnya meragukan dapat diulangi pengisiannya 2 (dua)
minggu kemudian.
F. PENATALAKSANAAN MEDIS
Post-partum blues atau gangguan mental pasca-salin seringkali
terabaikan dan tidak ditangani dengan baik. Banyak ibu yang ‘berjuang’
sendiri dalam beberapa saat setelah melahirkan. Mereka merasakan ada
suatu hal yang salah namun mereka sendiri tidak benar-benar mengetahui
apa yang sedang terjadi. Apabila mereka pergi mengunjungi dokter atau
sumber-sumber lainnya Untuk minta pertolongan, seringkali hanya
mendapatkan saran untuk beristirahat atau tidur lebih banyak, tidak gelisah,
minum obat atau berhenti mengasihani diri sendiri dan mulai merasa
gembira menyambut kedatangan bayi yang mereka cintai.
Penanganan gangguan mental pasca-salin pada prinsipnya tidak
berbeda dengan penanganan gangguan mental pada momen-momen lainya.
Para ibu yang mengalami post-partum blues membutuhkan pertolongan
yang sesungguhnya. Para ibu ini membutuhkan dukungan pertolongan yang
sesungguhnya. Para ibu ini membutuhkan dukungan psikologis seperti juga
kebutuhan fisik lainnya yang harus juga dipenuhi. Mereka membutuhkan
kesempatan untuk mengekspresikan pikiran dan perasaan mereka dari
13
situasi yang menakutkan. Mungkin juga mereka membutuhkan pengobatan
dan/atau istirahat, dan seringkali akan merasa gembira mendapat
pertolongan yang praktis. Dengan bantuan dari teman dan keluarga, mereka
mungkin perlu untuk mengatur atau menata kembali kegiatan rutin sehari-
hari, atau mungkin menghilangkan beberapa kegiatan, disesuaikan dengan
konsep mereka tentang keibuan dan perawatan bayi. Bila memang
diperlukan, dapat diberikan pertolongan dari para ahli, misalnya dari
seorang psikolog atau konselor yang berpengalaman dalam bidang tersebut.
Para ahli obstetri memegang peranan penting untuk mempersiapkan
para wanita untuk kemungkinan terjadinya gangguan mental pasca-salin dan
segera memberikan penanganan yang tepat bila terjadi gangguan tersebut,
bahkan merujuk para ahli psikologi/konseling bila memang diperlukan.
Dukungan yang memadai dari para petugas obstetri, yaitu: dokter dan
bidan/perawat sangat diperlukan, misalnya dengan cara memberikan
informasi yang memadai/adekuat tentang proses kehamilan dan persalinan,
termasuk penyulit-penyulit yang mungkin timbul dalam masa-masa tersebut
serta penanganannya.Post-partum blues juga dapat dikurangi dengan cara
belajar tenang dengan menarik nafas panjang dan meditasi, tidur ketika bayi
tidur, berolahraga ringan, ikhlas dan tulus dengan peran baru sebagai ibu,
tidak perfeksionis dalam hal mengurusi bayi, membicarakan rasa cemas dan
mengkomunikasikannya, bersikap fleksibel, bergabung dengan kelompok
ibu-ibu baru. Dalam penanganan para ibu yang mengalami post-partum
blues dibutuhkan pendekatan menyeluruh/holistik. Pengobatan medis,
konseling emosional, bantuan-bantuan praktis dan pemahaman secara
intelektual tentang pengalaman dan harapan-harapan mereka mungkin pada
saat-saat tertentu. Secara garis besar dapat dikatakan bahwa dibutuhkan
penanganan di tingkat perilaku, emosional, intelektual, sosial dan psikologis
secara bersama-sama, dengan melibatkan lingkungannya, yaitu: suami,
keluarga dan juga teman dekatnya.
14
Untuk mencegah terjadinya depresi post partum sebagai anggota keluarga
harus memberikan dukungan emosional kepada ibu dan jangan
mengabaikan ibu bila terlihat sedang sedih, dan sarankan pada ibu untuk:
Beristirahat dengan baik
Berolahraga yang ringan
Berbagi cerita dengan orang lain
Bersikap fleksible
Bergabung dengan orang-oarang baru
Sarankan untuk berkonsultasi dengan tenaga medis.
15
Adalah sesi bicara dengan terapi, psikologi atau pekerja sosial
untuk mengubah apa yang difikir, rasa dan lakukan oleh
penderita akibat menderita depresi.
b. Obat medis
Obat anti depresi yang diresepkan oleh dokter, sebelum
mengkonsumsi obat anti depresi, sebaiknya didiskusikan benar
obat mana yang tepat dan aman bagi bayi untuk dikonsumsi oleh
ibu hamil atau ibu menyusui.
A. PENGKAJIAN
1. Identitas Klien
16
mencakup kelahiran pervagina dan beberapa intervensi medis.
sesar), orang tua bisa merasa kecewa karena tidak bisa mencapai
tubuh, dan seksualitas ibu. Bagaimana perasaan ibu baru tentang diri
adaptasinya dalam menjadi orang tua. Konsep diri dan citra tubuh
baru. Ibu yang baru melahirkan bisa merasa enggan untuk memulai
perineum.
17
perilaku maladatif. Baik ibu maupun ayah menunjukkan kedua jenis
perilaku maupun saat ini kebanyakan riset hanya berfokus pada ibu.
ada atau tidaknya kualitas ini, terlihat segera setelah ibu melahirkan,
saat orang tua bereaksi terhadap bayi baru lahir dan melanjutkan
realistis orang tua terhadap kebutuhan bayinya yang baru lahir dan
18
fisik dengan anak mereka. Bayi – bayi ini cenderung akan dapat
diperlakukan kasar.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
19
1. Nyeri akut berhubungan dengan trauma mekanis, pembesaran
karaktristik payudara
malnutrisi
20
9. Keterbatasan gerak dan aktifitas berhubungan dengan nyeri luka
jahitan perineum.
C. RENCANA KEPERAWATAN
dengan trauma selama 3 x 24 jam - Anjurkan ibu agar intervensi yang tepat
perineum
- Melonggarkan
berkurang.
21
2 Ketidak efektifan Setelah diberikan - Kaji ulang tingkat - Membantu dalam
berhubungan selama 2 x 24 jam pengalaman ibu tentang kebutuhan saat ini agar
pengalaman menyusui dengan ibu tinjau ulang teknik - Posisi yang tepat
dengan biokimia diharapkan cedera pada sewaktu melahirkan, cepat dan tepat
efek anastesi, profil ibu tidak terjadi observasi dan catat - Meningkatkan
22
harga diri bebas dari kepala atau gangguan diketahui dan
menandakan infeksi
- Untuk memperlancar
sirkulasi ke perineum
- Membantu
mencegah kontaminasi
23
5 Perubahan eliminasi Setelah diberikan - Kaji dan catat - Mengetahui balance
urin berhubungan asuhan keperawatan cairan masuk dan cairan pasien sehingga
mekanis, edema mengalami gangguan 6-8 jam post partum - Melatih otot-otot
24
melebihi 2 gram%
/100dl
pada Wc duduk
Kolaborasi
pemberian laksantia
supositoria
perawatan diri dan pengetahuan ibu lochea, perubahan berperan pada adaptasi
25
dengan kurang dan bayi bertambah, peran, istirahat, perubahan fisik dan
masa post partum dan yaitu perawatan tali tentang perawatan bayi
immobilitas fisik asuhan keperawatan mobilisasi dan latihan sirkulasi dan aliran
dengan nyeri luka diharapkan gerak dan - KIE perawatan luka bawah
berkurang skala 2
26
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DEPRESI POSTPARTUM
1. Pengkajian
Pengenalan gejala mood merupakan hal yang penting untuk dilakukan
oleh perawatperinatal. Rencana keperawatan harus merefleksikan
respons perilaku yang diharapkan dari gangguan tertentu. Rencan
individu didasarkan pada karakteristik wanita dan keadaannya yang
spesifik. Suami atau pasangan wanita tersebut juga dapat mengalami
gangguan emosional akibat perilaku wanita tersebut.
Pengkajiannya meliputi ;
a. Identitas klien.
Data diri klien meliputi: nama, umur, pekerjaan, pendidikan,
alamat, medical record dan lain-lain.
b. Keluhan Utama
Mudah marah, cemas, melukai diri
c. Riwayat Kesehatan
1) Riwayat Kesehatan Sekarang
Pada Ibu dengan depresi postpartum biasanya terjadi kurang
nafsu makan, sedih – murung, mudah marah, kelelahan,
insomnia, anorexia, merasa terganggu dengan perubahan
fisik, sulit konsentrasi, melukai diri.
2) Riwayat Kesehatan Dahulu
Berhubungan dengan kejadian pada persalinan masa lalu
serta kesehatan pasien.
3) Riwayat kesehatan keluarga
Berhubungan dengan dukungan keluarga terhadap keadaan
pasien
27
Komponen penting lain dalam pengkajian pada pasien post partum
blues ialah melihat komposisi dan fungsi keluarga. Penyesuaian
seorang wanita terhadap perannya sebagai ibu sangat dipengaruhi
oleh hubungannya dengan pasangannya, ibunya dengan keluarga
lain, dan anak-anak lain. Perawat dapat membantu meringankan
tugas ibu baru yang akan pulang dengan mengkaji kemungkinan
konflik yang bisa terjadi diantara anggota keluarga dan membantu
ibu merencanakan strategi untuk mengatasi masalah tersebut
sebelum keluar dari rumah sakit.
e. Pemeriksaan Fisik
Aktivitas/ istirahat
Biasanya aktivitas dan istirahat klien terganggu
Sirkulasi
Biasanya nadi meningkat, (tachikardia), TD kadang meningkat
Eliminasi
Biasanya klien sering BAK, kadang terjadi diare
Makanan/cairan
Biasanya terjadi anoreksia, mual atau muntah, haus , membrane
mukosa kering
Neurosensori
Biasanya klien mengeluh sakit kepala
Pernafasan
Biasanya pernafasan cepat dan dangkal
Nyeri dan ketidaknyamanan
Biasanya terjadi nyeri/ ketidaknyamanan pada daerah abdomen
dan kepala
Integritas Ego
Biasanya klien ansietas, gelisah
Seksualitas
Biasanya seksualitas terganggu dan penurunan libido
TTV
28
Biasanya nadi meningkat, pernafasan meningkat, TD meningkat
2. Diagnosa
1. Koping individu tidak efektif berhubungan dengan stress kelahiran,
konsep diri negative, system pendukung, yang tidak adekuat
2. Kecemasan berhubungan dengan stress psikologi
3. Gangguan interaksi sosial berhubungan dengan depresi berat
4. Risiko kekerasan terhadap diri sendiri berhubungan dengan status
emosional post partum
3. Perencanaan
No. DIAGNOSA NOC NIC RASIONAL
1. Koping individu tidak NOC : NIC :
efektif b/d stress Anxiety Control Counseling (5240)
kelahiran, konsep diri(1402) Aktivitas :
negative, system Indikasi : Beri dorongan kepada pasien 1. agar pasien dapat
pendukung, yang tidak Kontrol untuk mengungkapkan pikiran mengungkapkan keluh kesah y
adekuat instensitas dan perasaan untuk dideritanya.
cemas mengeksternalisasikan 2. agar kecemasan yang
Batasan karakteristik Eliminasi kecemasan. dialaminya berkurang
: tanda cemas Bantu pasien untuk 3. untuk mengurangi kecemas
Gangguan tidur Menggunakan menfokuskan pada situasi saat dan memperluas focus.
Penyalahgunaan strategi ini, sebagai alat untuk 4. agar pasien dapat menerusk
bahan kimia koping efektif mengidentifikasi mekanisme aktivitas sehari-hari dan
Penurunan Menggunakan koping yang dibutuhkan untuk menghilangkan kecemasannya
penggunaan teknik mengurangi kecemasan.
dukungan sosial relaksasi Sediakan pengalihan melalui
Konsentrasi yang untuk televise, radio, permainan serta
buruk menekan terapi okupasi
Kelelahan kecemasan Sediakan penguatan yang
Problem solving positif ketika apsien mampu
tidak adekuat meneruskan aktivitas sehari-
Mengeluhkan hari dan lainnnya meskipun
ketidakmampuan mengalami Kecemasan.
koping atau
ketidakmampuan
untuk meminta
bantuan
29
Ketidak
mampuan
memenuhi
kebutuhan dasar
Perilaku merusak
terhadap diri atau
orang lain
Ketidakmampuan
memnuhi harapan
peran
Tingkat
kesakitan/penyaki
t yang tinggi
Perubahan dalam
pola komunikasi
Menggunakan
bentuk koping
yang meghalangi
/mengganggu
perilaku adaptif
Kurangnya
perilaku yang
bertujuan
langsung/resolusi
masalah,
termasuk
ketidakmampuan
untuk merawat,
dan kesulitan
mengorganisasika
n informasi
2. Kecemasan b/d stress NOC : NIC :
psikologi Anxiety Control Counseling (5240)
(1402) Aktivitas :
Batasan karakteristik Indikasi : Beri dorongan kepada pasien 1. agar pasien dapat
: Kontrol untuk mengungkapkan pikiran mengungkapkan keluh kesah y
Perilaku instensitas dan perasaan untuk dideritanya.
Penurunan cemas mengeksternalisasikan 2. agar kecemasan yang
produktivitas Eliminasi kecemasan. dialaminya berkurang
Gelisah tanda cemas Bantu pasien untuk 3. untuk mengurangi kecemas
Insomnia Menggunakan menfokuskan pada situasi saat dan memperluas focus.
Resah strategi ini, sebagai alat untuk
Afektif koping efektif mengidentifikasi mekanisme
30
Kesedihan Menggunakan koping yang dibutuhkan untuk 4. agar pasien dapat menerusk
yang teknik mengurangi kecemasan. aktivitas sehari-hari dan
mendalam relaksasi Sediakan pengalihan melalui menghilangkan kecemasannya
Takut untuk televise, radio, permainan serta
Gugup menekan terapi okupasi untuk
Mudah
kecemasan mengurangi kecemasan dan
tersinggung
Nyeri hebat memperluas focus.
Ketakutan Sediakan penguatan yang
Distres positif ketika apsien mampu
Khawatir meneruskan aktivitas sehari-
Cemas hari dan lainnnya meskipun
Fisiologi mengalami Kecemasan.
Goyah
Peningkatan
respirasi
(simpatis)
Peningkatan
keringat
Wajah tegang
Anoreksia
(simpatis)
Kelelahan
(parasimpatis)
Gugup
(simpatis)
Mual
(parasimapatis
)
Pusing
(parasimpatis)
Kognitif
B. Bingung
C. Kerusakan
perhatian
D. Ketakutan
terhadap hal
yang tidak
jelas
E. Sulit
berkonsentrasi
3. Gangguan interaksi NOC : NIC :
sosial b/d depresi berat
Social Interaction Dorong keterlibatan 1. agar tetap terjalinnya hubun
Skill (1502) ditingkatkan dalam hubungan saling percaya dan untuk
Batasan karakteristik Pengungkapa yang sudah ditetapkan menghindari isolasi sosial
Dorong pasien dalam
: n, 2. agar pasien dapat melakuka
pengembangan hubungan
Mengungkapka Kesiapan Dorong untuk berhubungan interaksi sosial
/menunjukan Kerjasama dengan orang lain
31
ketidakmampuan Kepekaan Dorong untuk beraktivitas 3. untuk meningkatkan hubun
untuk menerima Konfrontasi dalam masyarakat / social sosial pasien
atau Pertimbangan Dorong untuk berbagi masalah 4. agar tidak terjadinya
dengan orang lain
mengkomunikasi Kehangatan deskriminasi di lingkungan pa
kan rasa Ketenangan 5.agar tidak terjadi depresi sen
kepuasan, rasa Relaksasi
memiliki, Keterlibatan
menyayangi, Kepercayaan
ketertarikan atau dan
membagi Kompromi
pengalaman
Mengungkapkan /
menunjukan
ketidaknyamanan
dalam situasi
sosial
Menunjukkan
penggunaan
perilaku interaksi
social tidak
berhasil
Keluarga
melaporkan
perubahan gaya
hidup atau pola
interaksi
4. Risiko kekerasan NOC : NIC :
terhadap diri sendiri Interaksi Bantuan kontrol marah:
b/d status emosional sosial Prinsip komunikasi terapeutik 1. untuk mengatasi masalah pa
post partum Tanda-tanda Pertahankan konsistensi sikap yang kita dapat dengan teknik
akan (terbuka,tepati janji, hindari
komunikasi terapiutik
melakukan kesan negatif)
Batasan karakteristik kekerasan Gunakan tahap-tahap interaksi 2. untuk membina hubungan s
: seperti ingin dengan tepat percaya terhadap pasien
Putus asa marah, jengke Observasi tanda-tanda 3. untuk menghindari adanya
Penolakan l, ingin perilaku kekerasan pada klien penyimpangan interaksi sosial
Cemas merusak, Bantu klien mengidentifikasi 4. untuk mengetahui tanda-tan
Panic memukul,dll. tanda-tanda perilaku perilaku kekerasan yang terjad
Mengenal pen kekerasan (emosi, fisik,
Mudah marah pada pasien
anganan klien social, spiritual)
Permusuhan dengan Jelaskan pada klien tentang 5. agar pasien dapat mengontr
perilaku respon marah emosinya
kekerasan Dukung dan fasilitasi klien 6. agar pasien mengetahui
Penanganan untuk mencari bantuan saat penyebab dari marah yang
klien dengan muncul marah berlebihan
32
perilaku Diskusikan bersama klien 7. agar marah si pasien dapat
kekerasan pangaruh negatif perilaku terkendali
Bantuan yang kekerasan terhadap dirinya, 8. agar sipasien mengetahui
adaptif pada orang lain dan lingkungan
pengaruh negatif dari kekerasa
klien dengan
perilaku Libatkan keluarga dalam yang dia lakukan
kekerasan perawatan klien:
Cara yang Identifikasi kultur, peran, dan
dipilih untuk situasi keluarga dalam
membantu pengaruhnya
merubah terhadap perilaku klien 1. untuk mengetahui kultur da
perilaku klien Berikan informasi yang tepat
situasi keluarga mempengaruh
Tingkat tentang penanganan klien
kemarahan dengan perilaku marah dan strees si pasien
kekerasan 2. agar pasien mengetahui
Ajarkan ketrampilan koping informasi tentang penanganan
efektif yangdigunakan untuk klien dengan perilaku marahny
penangannan klien perilaku 3. agar pasien dapat menangan
kekerasan.berikan konseling masalahnya dengan mandiri
pada keluarga
4. agarkeluarga tepat memilih
Bantu keluarga memilih untuk
menentukan dalam dalam terapi untuk penangana
penanganan klien dengan dari perilaku pasien
perilaku kekerasan 5. agar keluarga dapat bertany
Fasilitasi pertemuan keluarga atau mendapat informasi meng
dengan pemberi perawatan masalah pasien
Beri kesempatan pada
6. agar keluarga turut serta dal
keluarga untuk mendiskusikan
cara yang dipilih dan anjurkan menentukan penyembuhan de
pada keluarga untuk pasien
menerapkanc ara yang dipilih 7.
D. IMPLEMENTASI
E. EVALUASI
33
2. Evaluasi Sumatif : merefleksikan rekapitulasi dan synopsis
waktu
SKOR
Pertanyaan 1, 2, dan 4 (tanpa *) yang mencetak 0, 1, 2, atau 3, dengan top box
mencetak sebagai 0 dan kotak bawah mencetak sebagai 3.
Pertanyaan 3 dan 5-10 (ditandai dengan *) harus reverse-mencetak, dengan top box
34
mencetak sebagai 3 dan kotak bawah mencetak gol sebagai 0.
Skor maksimum: 30
Kemungkinan depresi: 10 atau lebih tinggi
Selalu melihat Pertanyaan # 10, yang menunjukkan pikiran untuk bunuh diri
INSTRUKSI
1. Ibu diminta untuk menggarisbawahi 1 dari 4 kemungkinan tanggapan yang
datang paling dekat dengan bagaimana dia telah merasakan 7 hari sebelumnya.
2. Semua 10 item harus diselesaikan.
3. Perawatan harus diambil untuk menghindari kemungkinan ibu mendiskusikan
jawaban dengan orang lain.
4. Ibu harus menyelesaikan skala sendiri, kecuali ia memiliki terbatas Inggris atau
memiliki kesulitan dengan membaca.
35
Formulir Edinburgh Postnatal Depression Scale (EPDS)
Nama : Alamat :
Tanggal lahir ibu : No Tlp :
Tanggal lahir bayi :
CONTOH PERTANYAAN:
Ketika Anda sedang hamil atau baru saja memiliki bayi, kami ingin tahu bagaimana
perasaan Anda.
Silakan periksa jawaban yang paling mendekati bagaimana Anda merasa DI MASA
LALU 7 HARI, tidak hanya bagaimana Anda merasa hari ini.
Berikut adalah contoh, sudah selesai.
Ini berarti: "Saya merasa senang sebagian besar waktu" selama seminggu yang lalu.
Lengkapi pertanyaan lain dengan cara yang sama
36
3. Saya telah bisa tertawa dan melihat sisi lucu
❑Ya, kadang-kadang
37
❑Ya, sangat sering
❑Ya, kadang-kadang
❑Ya, sebagian besar waktu saya belum mampu mengatasi sama sekali
❑Ya, kadang-kadang
38
❑Ya, sebagian besar waktu
❑Hanya sesekali
❑Terkadang
39
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
a. Post partum blues yaitu suatu perasaan bercampur aduk,
merupakan kemurungan dan kesediahan.
B. Saran
40
Diharapkan makalah ini dapat menambauh pengetahuan mahasiswa
dalam memberikan pelayanan keperawatan dan dapat
menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Dan untuk para
pelayanan kesehatan khususnya dalam bidang keperawatan
sehingga dapat memaksimalkan kita untuk memberikan Health
Education dalam perawatan depresi post partum blues.
DAFTAR PUSTAKA
Arjatmo T. ( 2001 ). Keadaan Gawat Yang Mengancam Jiwa. Jakarta: Gaya Baru.
Bagian Obstetri dan Ginekologi FK Unpad ( 1994 ), Obstetri Patologi, Bagian Obstetri dan
Ginekologi FK Unpad, Bandung.
Betz Cecily L, Sowden Linda A. ( 2002 ). Buku Saku Keperawatan Pediatri. Jakarta: EGC.
Bobak, Lowdermilk, Jensen. ( 2004 ). Buku Ajar : Keperawatan maternitas edisi - 4. Jakarta:
EGC.
Hanifa Wikyasastro. ( 1997 ), Ilmu Kebidanan, Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo,
Jakarta.
Hacker Moore ( 1999 ), Esensial Obstetri dan Ginekologi Edisi 2, Penerbit Buku Kedokteran
EGC, Jakarta.
Marylin E. Doengoes, Mary Frances Moorhouse, Alice C.Geissler ( 2000 ), Rencana Asuhan
Keperawatan: Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien Edisi
3. Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
41
Ngastiyah. (1997 ), Pedoman Anak Sakit. EGC, Jakarta.
Sacharin Rosa M. ( 1996 ). Prinsip Keperawatan Pediatrik. Alih Bahasa: Maulanny R.F.
EGC, Jakarata.
Romney Marshal, Steinbart. 2004. Accounting Information System (Buku Satu). Jakarta:
Salemba Empat.
Novak, J.C., Broom, B.L. 2009. Maternal and Child Health Nursing. Missouri: Mosby, Inc.
Ling, F. W, dan Duff, P. 2001. Obstetrics and Gynecology. New York : Mc Graw – Hill
Companies.
Malonda, B. F. 1999. Sosial – Budaya, Gangguan Emosi dan Fisik Pasca Salin Masyarakat
Pedesaan Sumedang. Diakses 29 September 2004. http://www.tempo.co.id/ medika arsip/
122002/ art-2.htm.
https://www.scribd.com/document_downloads/direct/73744068?extension=pdf&ft=1477901
031<=1477904641&user_id=276929510&uahk=EpzpYwjeP3j2Qlhws6YWqqiSX7k
42
43