Professional Documents
Culture Documents
Keperawatan Maternitas II
Disusun Oleh
Kelompok 3 :
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
dengan judul “Plasenta Previa” ini, meskipun masih jauh dari kesempurnaan.
Tujuan kami membuat makalah ini adalah untuk melengkapi salah satu tugas
pada mata kuliah Keperawatan Maternitas II. Dalam kesempatan ini tak lupa kami
mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam
menyelesaikan makalah ini.
Atas bantuan dan dorongannya, semoga mendapat balasan dari Allah SWT,
dan kami berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi kami khususnya serta bagi
pembaca pada umumnya.
Karena sifat keterbatasan yang dimiliki, maka saran dan kritik yang
membangun sangat kami harapkan, dan semoga makalah ini dapat menjadi titik
sumbangan bagi pengembangan ilmu pengetahuan khususnya di dunia keperawatan.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perdarahan pada kehamilan harus dianggap sebagai kelainan yang
berbahaya. Perdarahan pada kehamilan muda disebut sebagai abortus
sedangkan perdarahan pada kehamilan tua disebut perdarahan anterpartum.
Batas teoritis antara kehamilan muda dengan kehamilan tua adalah 22 minggu
mengingat kemungkinan hidup janin diluar uterus.
Perdarahan anterpartum biasanya berbatas pada perdarahan jalan lahir
setelah kehamilan 22 minggu tapi tidak jarang terjadi pula pada usia kandungan
kurang dari 22 minggu dengan patologis yang sama. Perdarahan saat kehamilan
setelah 22 minggu biasanya lebih berbahaya dan lebih banyak daripada
kehamilan sebelum 22 minggu . Oleh karena itu perlu penanganan yang cukup
berbeda. Perdarahan antepartum yang berbahaya umumnya bersumber pada
kelainan plasenta, sedangkan perdarahan yang tidak bersumber pada kelainan
plasenta umpamanya kelainan serviks biasanya tidak seberapa berbahaya. Pada
setiap perdarahan anterpartum pertama-tama harus selalu dipikirkan bahwa hal
itu bersumber pada kelainan plasenta.
Perdarahan anterpartum yang bersumber dari kelainan plasenta yang
secara klinis biasanya tidak terlampau sukar untuk menentukannya ialah
plasenta previa dan solusio plasenta serta perdarahan yang belum jelas
sumbernya. Perdarahan anterpartum terjadi kira-kira 3 % dari semua persalinan
yang terbagi atas plasenta previa, solusio plasenta dan perdarahan yang belum
jelas penyebabnya.
Pada umumnya penderita mengalami perdarahan pada triwulan tiga atau
setelah usia kehamilan , namun beberapa penderita mengalami perdarahan
1
sedikit-sedikit kemungkinan tidak akan tergesa-gesa datang untuk
mendapatkan pertolongan karena disangka sebagai tanda permulaan persalinan
biasa. Baru setelah perdarahan yang berlangsung banyak, mereka datang untuk
mendapatkan pertolongan.
Setiap perdarahan pada kehamilan lebih dari 22 minggu yang lebih
banyak pada permulaan persalinan biasanya harus lebih dianggap sebagai
perdarahan anterpartum apapun penyebabnya, penderita harus segera dibawah
ke rumah sakit yang memiliki fasilitas untuk transfusi darah dan operasi .
Perdarahan anterpartum diharapkan penanganan yang adekuat dan cepat dari
segi medisnya maupun dari aspek keperawatannya yang sangat membantu
dalam penyelamatan ibu dan janinnya.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan plasenta previa?
2. Bagaimana etiologi atau penyebab terjadinya plasenta previa?
3. Apa saja klasifikasi plasenta previa?
4. Bagaimana epideomologi plasenta previa?
5. Apa tanda dan gejala dari plasenta previa?
6. Bagaimana patofisiologi plasenta previa?
7. Apa diagnosis pada plasenta previa?
8. Apa saja komplikasi pada plasenta previa?
9. Bagaimana penatalaksanaan medis pada plasenta previa?
10. Bagaimana asuhan keperawatan pada plasenta previa?
2
C. Tujuan
a. Tujuan umum
a. Untuk mengetahui dan memahami lebih dalam lagi yang dimaksud
dengan plasenta previa.
b. Untuk mendapatkan gambaran umum secara teoritis konsep dasar
asuhan keperawatan pada klien dengan plasenta previa.
b. Tujuan khusus
1. Dapat mengetahui apa pengertian dari plasenta previa
2. Dapat mengetahui penyebab plasenta previa
3. Dapat mengetahui klasifikasi plasenta previa
4. Dapat mengetahui epidemolgi plasenta previa
5. Dapat menjelaskan tanda dan gejala post partum blues
6. Dapat menjelaskan patofisiologi dari post partum blues
7. Dapat mengetahui diagnosis plasenta previa
8. Dapat menyebutkan komplikasi pada plasenta previa
9. Dapat menjelaskan penatalaksanaan medis pada plasenta previa
10. Dapat membuat asuhan keperawatan pada plasenta previa
3
BAB II
PEMBAHASAAN
4
khusus untuk menunjang pertumbuhan dan ketahanan hidup janin. Hal ini
termasuk pertukaran gas yang efisien, transport aktif zat-zat energi, toleransi
imunologis terhadap imunitas ibu pada alograft dan akuisisi janin. Melihat
pentingnya peranan dari plasenta maka bila terjadi kelainan pada plasenta akan
menyebabkan kelainan pada janin ataupun mengganggu proses persalinan. Salah
satu kelainan pada plasenta adalah kelainan implantasi atau disebut dengan
plasenta previa (Manuaba, 2005).
Plasenta previa adalah keadaan dimana plasenta berimplantasi pada tempat
abnormal, yaitu pada segmen bawah rahim sehingga menutupi sebagian atau
seluruh pembukaan jalan lahir (ostium uteri internal) dan oleh karenanya bagian
terendah sering kali terkendala memasuki Pintu Atas Panggul (PAP) atau
menimbulkan kelainan janin dalam rahim. Pada keadaan normal plasenta
umumnya terletak di korpus uteri bagian depan atau belakang agak ke arah fundus
uteri (Prawirohardjo, 2008).
5
B. Etiologi Plasenta Previa
Plasenta previa meningkat kejadiannya pada keadaan-keadaan yang
endometriumnya kurang baik, misalnya karena atrofi endometrium atau kurang
baiknya vaskularisasi desidua.
Keadaan ini bisa ditemukan pada:
6
a. Placenta Previa Totalis
Bila plasenta menutupi seluruh ostium uteri internum pada pembukaan
cervix 4 cm. Pada posisi ini, jelas tidak mungkin bayi dilahirkan per-
vaginam (normal / spontan / biasa), karena risiko perdarahan sangat hebat.
Plasenta previa sentralis yaitu bila tali pusat plasenta berada tepat dengan
sentral kanalis servikalis.
7
D. Epidemiologi Plasenta Previa
Di Indonesia tercatat dari laporan Rumah Sakit Dr. Cipto Mangunkusumo,
antara tahun 1971-1975, terjadi 37 kasus plasenta previa diantara 4781
persalinan terdaftar, atau kira-kira 1 diantara 125 persalinan terdaftar.
Di Amerika Serikat, plasenta previa terjadi sekitar 0,3 – 0,5 % dari semua
persalinan. Sedangkan jumlah kematian perinatal yang diakibatkan oleh
plasenta previa sekitar 0,03% (Joy,2005). Di negara yang sedang berkembang,
perdarahan yang salah satunya disebabkan oleh plasenta previa, hampir selalu
merupakan malapetaka besar bagi penderita maupun penolongnya karena dapat
menyebabkan kesakitan atau kematian baik pada ibu maupun pada janinnya.
Pada umumnya insiden plasenta previa 1 dari 250 kehamilan. Frekuensinya
bervariasi, namun pada multipara kejadiannya hanya 1 dari 1000 sampai 1500
kehamilan, dimana kejadiannya pada multipara sebesar 1 kejadian dari 29
kehamilan. Faktor resiko yang juga penting dalam terjadinya plasenta previa
adalah kehamilan setelah menjalani seksio sebelumnya ,kejadian plasenta
previa meningkat 1% pada kehamilan dengan riwayat seksio.
8
b) Tanpa alasan dan tanpa nyeri
Kejadian yang paling khas pada plasenta previa adalah perdarahan tanpa
nyeri yang biasanya baru terlihat setelah kehamilan mendekati akhir
trimester kedua atau sesudahnya.
c) Pada ibu, tergantung keadaan umum dan jumlah darah yang hilang,
perdarahan yang sedikit demi sedikit atau dalam jumlah banyak dengan
waktu yang singkat, dapat menimbulkan anemia sampai syok.
d) Pada janin, turunnya bagian terbawah janin ke dalam Pintu Atas panggul
(PAP) akan terhalang, tidak jarang terjadi kelainan letak janin dalam rahim,
dan dapat menimbulkan aspiksia sampai kematian janin dalam rahim
(Manuaba, 2005; Murah dkk, 1999).
e) Bagian terdepan janin tinggi (floating). Sering dijumpai kelainan letak
janin.
f) Pendarahan pertama (first bleeding) biasanya tidak banyak dan tidak fatal,
kecuali bila dilakukan periksa dalam sebelumnya, sehingga pasien sempat
dikirim ke rumah sakit. Tetapi perdarahan berikutnya (reccurent bleding)
biasanya lebih banyak. Pendarahan berulang.
g) Janin bisanya masih baik. Janin sering belum cukup bulan, jadi fundus uteri
masih rendah.
h) Adanya anemia dan renjatan yang sesuai dengan keluarnya darah.
i) His biasanya tidak ada
j) Rasa tidak tegang (biasa) saat palpasi
k) Teraba jaringan plasenta pada periksa dalam vagina
l) Penurunan kepala tidak masuk pintu atas panggul
m) Sering dijumpai kesalahan letak janin
9
F. Patofisiologi Plasenta Previa
Perdarahan anter partum akibat plasenta previa terjadi sejak kehamilan 20
minggu saat sekmen uterus telah terbentuk dan mulai melebar dan menipis.
Umumnya terjadi pada trimester ke tiga karena segmen bawah uterus lebih
banyak mengalami perubahan. Pelebaran sekmen bawah uterus dan pembukaan
servik menyababkan sinus uterus robek karena lepasnya plasenta dari dinding
uterus atau karena robekan sinus marginalis dari plasenta. Perdarahan tak dapat
dihindarkankarena adanya ketidakmampuan selaput otot segmen bawah uterus
untuk berkontraksi seperti pada plasenta letak normal.
Plasenta previa
10
Plasenta menenpel di segmen bawah Rahim/plasenta lepas dari dinding uterus
Perdarahan
Risiko
Kehilangan cairan HbO2 dalam O2 kejaringan pertumbuhan janin
dan darah darah menurun fetus menurun terhambat/kematia
n janin
O2 kejaringan
Resti syok Metabolisme anaerob
menurun
hipovolemik
Penumpukan asam
Perubahan perpusi laktat
jaringan utero
plasenta Kelelahan
Intoleransi Aktivitas
11
Bagian bawah janin biasanya belum masuk pintu atas panggul presentasi
kepala, biasanya kepala masih terapung di atas pintu atas panggul
mengelak ke samping dan sukar didorong ke dalam pintu atas panggul.
3) Pemeriksaan In Spekulo
Pemeriksaan bertujuan untuk mengetahui apakah perdarahan berasal dari
osteum uteri eksternum atau dari ostium uteri eksternum, adanya plasenta
previa harus dicurigai.
4) Penentuan Letak Plasenta Tidak Langsung
Penentuan letak plasenta secara tidak langsung dapat dilakukan radiografi,
radioisotope, dan ultrasonagrafi. Ultrasonagrafi penentuan letak plasenta
dengan cara ini ternyata sangat tepat, tidak menimbulkan bahaya radiasi
bagi ibu dan janinnya dan tidak menimbulkan rasa nyeri.
5) Pemeriksaan Ultrasonografi.
Dengan pemeriksaan ini dapat ditentukan implantasi plasenta atau jarak
tepi plasenta terhadap ostium bila jarak tepi 5 cm disebut plasenta letak
rendah.
6) Diagnosis Plasenta Previa Secara Defenitif
Dilakukan dengan PDMO yaitu melakukan perabaan secara langsung
melalui pembukaan serviks pada perdarahan yang sangat banyak dan pada
ibu dengan anemia berat, tidak dianjurkan melakukan PDMO sebagai
upaya menetukan diagnosis.
12
Placenta akreta. Letak plasenta di segmen bawah rahim dapat
mengakibatkan plasenta berimplantasi / menempel dalam dan kuat pada
dinding rahim. Masalahnya adalah segemen bawah rahim merupakan daerah
yang sempit dan ketebalan otot rahim yang tipis. Sehingga dapat plasenta
menempel erat pada rahim,untuk lepas setelah bayi lahir. Sehingga sering
terjadi perdarahan hebat dan kadang membutuhkan tindakan pengangkatan
rahim (histerketomi) untuk menyelamatkan nyawa ibu.
5. Prematuritas atau lahir mati
Kelahiran prematur. Perdarahan hebat dapat terjadi saat kehamilan
masih belum cukup bulan. Hati-hati jika kehamilan telah menginjak bulan
ke 7-8. Adanya gangguan pada plasenta seperti kontraksi rahim, tindakan
mengangkat berat atau naik turun tangga, dan hubungan intim dapat
menyebabkan perdarahan. Jika terjadi perdarahan banyak membutuhkan
tindakan emergensi operasi sesar. Apabila terjadi tindakan sebelum cukup
bulan maka ada risiko bayi prematur seperti distres pernafasan (bayi sesak)
karena paru-paru belum matang, berat janin kurang, anemia bayi karena
perdarahan banyak.
13
3. Tempat implantasi plasenta previa terdapat banyak vaskularisasi
sehingga cervik uteri dan segmen bawah rahim menjadi tipis dan mudah
robek. Selain itu, bekas tempat implantasi placenta sering menjadi
sumber perdarahan karena adanya perbedaan vaskularisasi dan susunan
serabut otot dengan korpus uteri.
b. Melahirkan pervaginam
Perdarahan akan berhenti jika ada penekanan pada placenta. Penekanan
tersebut dapat dilakukan dengan cara-cara sebagai berikut :
1. Amniotomi dan akselerasi
Umumnya dilakukan pada placenta previa lateralis / marginalis
dengan pembukaan > 3cm serta presentasi kepala. Dengan memecah
ketuban, placent akan mengikuti segmen bawah rahim dan ditekan
oleh kepala janin. Jika kontraksi uterus belum ada atau masih lemah
akselerasi dengan infus oksitosin.
2. Versi Braxton Hicks
Tujuan melakukan versi Braxton Hicks adalah mengadakan
tamponade placenta dengan bokong (dan kaki) janin. Versi Braxton
Hicks tidak dilakukan pada janin yang masih hidup.
3. Traksi dengan Cunam Willet
4. Kulit kepala janin dijepit dengan Cunam Willet, kemudian diberi
beban secukupnya sampai perdarahan berhenti. Tindakan ini kurang
efektif untuk menekan placentadan seringkali menyebabkan
perdarahan pada kulit kepala. Tindakan ini biasanya dikerjakan pada
janin yang telah meninggal dan perdarahan yang tidak aktif.
14
ASKEP PLASENTA PREVIA
A. PENGKAJIAN
a. Pengumpulan data
1) Anamnesa
Identitas klien: Data diri klien meliputi : nama, umur, pekerjaan,
pendidikan, alamat, medicalrecord dll.
Keluhan utama : Gejala pertama; perdarahan pada kehamilan
setelah 28 minggu/trimester III.
Sifat perdarahan; tanpa sebab, tanpa nyeri, berulang
Sebab perdarahan; placenta dan pembuluh darah yang robek;
terbentuknya SBR, terbukanya osteum/ manspulasi
intravaginal/rectal.
Sedikit banyaknya perdarahan; tergantung besar atau kecilnya
robekan pembuluh darah dan placenta.
Inspeksi
- Dapat dilihat perdarahan pervaginam banyak atau sedikit.
- Jika perdarahan lebih banyak; ibu tampak anemia.
Palpasi abdomen
- Janin sering belum cukup bulan; TFU masih rendah.
- Sering dijumpai kesalahan letak
- Bagian terbawah janin belum turun, apabila letak kepala
biasanya kepala masih goyang/floating
2) Riwayat Kesehatan
a) Riwayat Obstetri
Memberikan imformasi yang penting mengenai kehamilan
sebelumnyaagar perawat dapat menentukan kemungkinan
masalah pada kehamilansekarang. Riwayat obstetri meliputi:
Gravida, para abortus, dan anak hidup (GPAH)
15
Berat badan bayi waktu lahir dan usia gestasi
Pengalaman persalinan, jenis persalinan, tempat persalinan,
dan penolong persalinan
Jenis anetesi dan kesulitan persalinan
Komplikasi maternal seperti diabetes, hipertensi, infeksi, dan
perdarahan.
Komplikasi pada bayi
Rencana menyusui bayi
b) Riwayat mensturasi
Riwayat yang lengkap di perlukan untuk menetukan taksiran
persalinan(TP). TP ditentukan berdasarkan hari pertama haid
terakhir (HPHT). Untuk menentukan TP berdasarkan HPHt
dapat digunakan rumus naegle, yaitu hari ditambah tujuh,
bulan dikurangi tiga, tahun disesuaikan.
c) Riwayat Kontrasepsi
Beberapa bentuk kontrasepsi dapat berakibat buruk pada
janin, ibu, ataukeduanya. Riwayat kontrasepsi yang lengkap
harus didapatkan pada saat kunjungan pertama. Penggunaan
kontrasepsi oral sebelum kelahiran dan berlanjut pada
kehamilan yang tidak diketahui dapat berakibat buruk pada
pembentukan organ seksual pada janin.
d) Riwayat penyakit dan operasi:
Kondisi kronis seperti dibetes melitus, hipertensi, dan
penyakit ginjal bisa berefek buruk pada kehamilan. Oleh
karena itu, adanya riwayat infeksi, prosedur operasi, dan
trauma pada persalinan sebelumnya harus di dokumentasikan
3) Pemeriksaan fisik
a) Umum
16
Pemeriksaan fisik umum meliputi pemeriksaan pada ibu
hamil:
Rambut dan kulit
Terjadi peningkatan pigmentasi pada areola, putting
susu dan linea nigra.
Striae atau tanda guratan bisa terjadi di daerah
abdomen dan paha.
Laju pertumbuhan rambut berkurang.Wajah
Mata : pucat, anemis
Hidung
Gigi dan mulut
Leher
Buah dada / payudara
- Peningkatan pigmentasi areola putting susu
- Bertambahnya ukuran dan noduler
Jantung dan paru
- Volume darah meningkat
- Peningkatan frekuensi nadi
- Penurunan resistensi pembuluh darah sistemik dan
pembulu darah pulmonal.
- Terjadi hiperventilasi selama kehamilan.
- Peningkatan volume tidal, penurunan resistensi jalan
nafas.
- Diafragma meningga.
- Perubahan pernapasan abdomen menjadi pernapasan
dada.
Abdomen
- Menentukan letak janin
17
- Menentukan tinggi fundus uteri
Vagina
- Peningkatan vaskularisasi yang menimbulkan warna
kebiruan ( tanda Chandwick)
- Hipertropi epithelium
System musculoskeletal
- Persendian tulang pinggul yang mengendur
- Gaya berjalan yang canggung
- Terjadi pemisahan otot rectum abdominalis
dinamakan dengan diastasis rectal
b) Khusus
1) Tinggi fundus uteri
2) Posisi dan persentasi janin
3) Panggul dan janin lahir
4) Denyut jantung janin
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Diagnosa Pertama : Potensial terjadinya syok hipovolemik berhubungan
dengan perdarahan antepartum
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam kriteria hasil
sudah tercapai dengan hasil evaluasi, subjekif: pasien mengatakan sudah
tidak lemas serta makanan dan minumnya banyak, objektif: pasien tampak
baik, tidak lemas, Hemoglobin : 13,4 g/dL, Hematokrit : 36,0 % serta pasien
telah diberikan ijin dokter untuk pulang pada tanggal 1 Mei 2013 pukul
14.10.
b. Diagnosa Kedua : Intoleransi aktivitas berhubungan dengan perdarahan
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam kriteria hasil
sudah tercapai dibuktikan dengan data evaluasi pasien, subjektif: pasien
mengatakan sudah dapat beraktifitas secara mandiri seperti ke kamar mandi,
18
duduk, dan makan serta minum, objektif: pasien tampak senang, TTV : TD:
120/80 mmhg, N: 83x/menit, S: 36,3 ˚C, RR : 21x/menit. Serta intervensi
dihentikan karena pasien rencana pulang.
c. Diagnosa Ketiga : Ansietas berhubungan dengan ancaman perubahan status
kesehatan
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam kriteria hasil
sudah tercapai, dengan hasil evaluasi subjektif: pasien mengatakan sudah
tidak cemas lagi dan ingin segera pulang bertemu anak pertamanya, objektif:
pasien tampak rileks, assessment masalah ansietas teratasi, planning
intervensi dihentikan pasien rencana pulang
d. Diagnosa Keempat : Kurang Pengetahuan berhubungan dengan kurang
informasi tentang Plasenta Previa
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam kriteria hasil
sudah tercapai, dengan data evaluasi subjektif: pasien mengatakan mengerti
tentang materi yang diberikan, objektif: pasien merasa senang
pengetahuannya bertambah. Assessment masalah kurang pengetahuan
tentang plasenta previa teratasi. Planning intervensi dihentikan.
C. INTERVENSI
19
2. Tanda tanda vital dilakukan setiap 30 mencegah syok
kembali normal menit. sedini mungkin
3. Kesadaran 3.Awasi adanya 4. mengetahui
kompos metis tanda-tanda syok, perdarahan yang
pucat, menguap tersembunyi
terus keringat
dingin, kepala
pusing.
4.Kaji konsistensi
abdomen dan
tinggi fundur uteri.
20
5. Berikan 5. Mengurangi
bantuan aktifitas resiko cidera
pada pasien
3. Setelah dilakukan 1. Monitor tingkat 1. Mengetahui
tindakan keperawatan kecemasan dan sejauh mana rasa
1x24 jam klien dan reaksi fisisk tingkat cemas yang
keluarga tidak mengalami kecemasan dialami pasien
kecemasan 2. Jelaskan 2. Memberi
KH: prosedur tindakan informasi pada
- Klien tenang operasional yang pasien.
- Klien mampu akan dilakukan 3. Menciptapkan
bersosialisasi pada pasien perasaan tentang
3. Tenangkan pada pasien
pasien 4. Menciptakan
4. Beri dukungan perasan tenang
pada pasien 5. Meningkatkan
5. Libatkan perasaan berbagi
keluarga dalam pada pasien
pemberian 6. Dengan
dukungan dan penjelasan dari
motivisi petugas kesehatan
6. Kolaborasi akan menambah
dengan dokter kepercayaan
untuk penjelasan terhadap apa yang
tentang dijelaskan
penyakitnya. sehingga cemas
klien berkurang
21
4. Setelah di lakukan 1. Tanyakan 1. Memberikan
tindakan keperawatan tingkat pendidikan kemudahan dalam
1x24 jam klien dan keluarga dan klien menjelaskan
keluarga. tentanf proses
Mengerti tentang placenta 2. Tanyakan penyakit
previn KH: tingkat 2. Untuk
Ø Keluarga dan pasien pengetahuan dan mengetahui sampai
mengerti dengan penyakit pasien mana keluarga dan
placenta previa. 3. Jelaskan pada pasien mengetahui
Ø Keluarga dan pasien keluarga & pasien penyebab dan
mampu menjelaskan tentang penyakit tentang penyakit
kembali apa yang di placenta previa yang dialami oleh
jelaskan perawat. 4. Beri klien.
kesempatan pada 3. Untuk
keluarga dan menurunkan
pasien untuk tingkat kecemasan
menanyakan hal keluarga dan
yang belum pasien
dimengerti 4. Memberikan
kemudahan dan
menambah
5. Libatkan pengetahuan
keluarga dalam keluarga dan
setiap tindakan pasien tentang
pada klien. proses penyakit
5. Keterlibatan
keluarga dapat
mempercepat
22
proses
penyembuhan
penyakit.
D. IMPLEMENTASI
23
3.Awasi adanya tanda-tanda syok,
pucat, menguap terus keringat
dingin, kepala pusing.
4.Kaji konsistensi abdomen dan
tinggi fundus uteri
13.00
25-9- 14.00 3 1. Jelaskan prosedur tindakan
2015 operasional yang akan dilakukan
pada pasien
2. Tenangkan pasien
14.40 3. Beri dukungan pada pasien
4. Libatkan keluarga dalam
14.40 pemberian dukungan dan motivisi
16.35
24
26-9- 08.00 4 1. Tanyakan tingkat pendidikan
2015 keluarga dan klien
10.00 2. Jelaskan pada keluarga &
pasien tentang penyakit placenta
previa
3. Beri kesempatan pada
keluarga dan pasien untuk
menanyakan hal yang belum
dimengerti
4. Libatkan keluarga dalam
setiap tindakan pada klien.
E. EVALUASI
25
Adanya perdarahan merah cowong, konjungtiva dan konjungtiva dan sclera
segar sclera tidak terlalu anemis. tidak anemis
A : masalah teratasi
P : lanjutkan intervensi
P : lanjutkan intervensi
26
- KU : lemah dan adanya langsung dengan TD : 120/70 mmHg
syok hipovolemik pemeriksaan nadi S : 37,5º C
- Kesadaran : somnolen 120/menit. N : 84x/menit
- DJJ janin tidak normal - Tidak terdapat RR : 22x/menit
160/menit kontraksi uterus
A : masalah teratasi
- Adanya kontraksi - Janin sudah tidak
uterus hipoksia P : hentikan intervensi
27
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Perdarahan yang salah satunya disebabkan oleh plasenta previa,
dapat menyebabkan kesakitan atau kematian baik pada ibu maupun pada
janinnya. Faktor resiko yang juga penting dalam terjadinya plasenta
previa adalah kehamilan setelah menjalani seksio sebelumnya ,kejadian
plasenta previa meningkat 1% pada kehamilan dengan riwayat seksio.
28
seperti infeksi saluran kencing, pneumonia post operatif dan meskipun
jarang dapat terjadi embolisasi cairan amnion (Hanafiah, 2004).
DAFTAR PUSTAKA
Green, Carol. 2012. Rencana Asuhan Keperawatan Maternal dan Bayi Baru Lahir.
Jakarta: EGC
Ida Ayu Chandranita Manuaba. 2008. Gawat-darurat Obstetri Ginekologi Sosial untuk
Profesi Bidan. Jakarta: EGC
29
Nugroho, Taufan. 2012. Obstetri dan Ginekologi. Yogyakarta: Nuha Medika
Oxorn, Harry. 2010. Ilmu Kebidanan: Patologi dan Fisiologi Persalinan. Yogyakarta:
Andi Offset
Taber, Ben-Zion. 2004. Kapita Selekta Kedaruratan Obstetri dan Ginekologi. Jakarta:
EGC
Wylie, Linda. 2010. Esensial Anatomi dan Fisiologi dalam Asuhan Maternitas. Jakarta:
EGC
Bobak M.I dkk 2004 Buku Ajar Keperawatan Maternitas, Jakarta PT Buku Kedokteran
EGC
Doenges M, Dkk, 1999 Rencana Asuhan Keperawatan; Edisi Ke Tiga, Penerbit Buku
Kedokteran, EGC, Jakarta,
Mansjoer Dkk, 2000. Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2 Edisi Ketiga Penerbit Media
Aesculapius Fakultas Kedokteran UI Jakarta
30
31