You are on page 1of 42

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Saat ini di Negara kita yaitu Indonesia, aktivitas bisnis telah berkembang begitu
pesatnya dan terus merambah ke berbagai bidang, baik menyangkut barang maupun jasa,
diperlukan suatu kebutuhan untuk sadar hukum ‘melek’ hukum. Suatu Negara yang
digambarkan dalam diagram Pareto pada awalnya dibuat atas fenomena unik bahwa
menurut penelitian tersebut 80% pendapatan Negara ditentukan oleh 20% penduduknya,
ini menunjukan bahwa bisnis termasuk sebagai penopang perekonomian dan
pembangunan disuatu Negara.
Sebagai pelaku bisnis tentu tidak akan terlepas dari hukum, khususnya hukum
bisnis. Hukum bisnis bertujuan untuk memberikan kepada para pelaku bisnis berupa
keadilan, kepastian hukum, dan ketertiban dalam menjalankan kegiatan bisnis mereka.
Dengan demikian hukum sangat berperan mengatur bisnis agar bisnis bias berjalan
lancar, tertib dan aman, sehingga tidak ada pihak-pihak yang dirugikan akibat adanya
kegiatan bisnis tersebut. Hukum sebagi salah satu alat pengawasan yang efektif untuk
mengendalikan praktek bisnis yang tidak sehat, karenaa pabila terjadi pelanggaran
sanksinya jelas dan terdapat bukti nyata.
Kegiatan bisnis yang terkadang kompleks menjadi alasan perlunya hukum sebagai
atapnya, bisnis tentu melibatkan dua pihak atau lebih yang mana payung hukumlah yang
menjamin agar mereka masing-masing pihak menunaikan seluruh kewajiban dan atau
mendapatkan seluruh haknya.
Didalam hukum bisnis terdapat pula suatu Badan Usaha Milik Negara (BUMN)
yang merupakan badan usaha atau perusahaan yang seluruh atau pun sebagian besar
sahamnya dikuasai dan dimiliki oleh Negara. Badan Usaha MIlik Negara (BUMN)
memiliki berbagai bentuk-bentuk badan usaha yaitu Badan Usaha Perseroan
(PERSERO) dan Badan Usaha Umum (PERUM). Adapun contoh dari Badan Usaha
Perseroan adalah PT dan CV.

Dinamika perekonomian di Indonesia yang bertumbuh pesat, membuat kegiatan


berbisnis harus dilandaskan pada hukum. Oleh karena itu ada beberapa contoh-contoh
hukum yang mengatur dibidang bisnis antara lain , hukum perusahaan (PT, CV, Firma),
kepailitan, hak kekayaan intelektual, hukum perjanjian (jual beli/transaksi dagang),
hukum perlindungan konsumen dan penyelesaian sengketa bisnis (negosiasi dan
mediasi) dan lain-lainnya.

Dengan demikian, menarik Penulis untuk membahas lebih banyak lagi mengenai
pengertian hukum bisnis, Perseroan Terbatas, Commanditaire Vennootschap, Konsumen,
Badan Usaha Milik Negara, Hak Kekayaan Intelektual, Negosiasi dan Mediasi beserta
ruang lingkupnya masing-masing.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan pada latar belakang tersebut diatas, maka
yang diangkat menjadi permasalahan dalam makalah ini adalah :
1. Apakah yang dimaksud dengan Hukum Bisnis, PT, CV, Konsumen, BUMN, HaKI,
Negosiasi dan Mediasi ?
2. Bagaimanakah ruang lingkup dari hukum bisnis ?
3. Apa sajakah Kelebihan dan Kekurangan dari badan-badan usaha tersebut ?
4. Mengapa dalam hukum bisnis diperlukan adanya penyelesaian sengketa bisnis atau
yang biasa disebut negosiasi dan mediasi ?
5. Bagaimanakah peran hukum bisnis dalam suatu usaha ?
6. Apa sajakah manfaat mempelajari hukum bisnis bagi pelaku usaha atau bisnis ?

C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan ini adalah :
1. Untuk mengetahui pengertian hukum bisnis, Perseroan Terbatas,
Commanditaire Vennootschap, Konsumen, Badan Usaha Milik Negara, Hak
Kekayaan Intelektual, Negosiasi dan Mediasi beserta ruang lingkupnya masing-
masing.
2. Untuk mengetahui peran dan manfaat hukum bisnis.

BAB II

PEMBAHASAN
A. HUKUM BISNIS

I. Pengertian Hukum Bisnis


Hukum bisnis adalah hukum yang berkenaan dengan hukum bisnis. Dengan kata lain
hukum bisnis adalah suatu perangkat kaidah hukum yang mengatur tentang tata cara
pelaksanaan urusan atau kegiatan dagang, industri atau keuangan yang dihubungkan
dengan produksi atau pertukaran barang atau jasa dengan menempatkan uang dari para
entrepreneur dalam resiko tertentu dengan usaha tertentu dengan motif adalah
mendapatkan keuntungan.

II. Pengertian Hukum Menurut Para Ahli Hukum


1. Musselman adalah keseluruhan dari aktivitas yang diorganisir oleh orang yang tidak
berurusan didalam bidang industry dan perniagaan yang menyediakan barang atau jasa
agar terpenuhinya suatu kebutuhan dalam perbaikan kualitas hidup.
2. Owen adalah suatu perusahaan yang berhubungan dengan distribusi dan produksi
barang-barang yang nantinya dijual ke pasaran ataupun memberikan harga yang sesuai
pada setiap jasanya.
3. Mochtar Kusumaatmadja Mengartikan Hukum "Tidak hanya di artikan sebagai
suatu peraturan atau norma, melainkan hukum di maknai dengan keseluruhan kaidah dan
asas yang mengatur kehidupan manusia dalam masyarakat termasuk lembaga dan proses
yang menjadi-kan kaidah serta asas berfungsi, kaidah atau norma merupakan peraturan
yang mengikat serta memiliki sanksi apabila tidak di patuhi; asas merupakan hal-hal
mendasar atau prinsip yang melatarbelakangi lahirnya suatu norma.

III. Tujuan Hukum Bisnis

Hukum yang diberlakukan memiliki tujuan yang dikenal dengan tujuan hukum.
Menurut L.J. Van Apeldroorn, tujuan hukum yaitu mengatur pergaulan hidup secara
damai. Selain memiliki tujuan, hukum juga memiliki fungsi. Fungsi hukum mengacu
pada tujuan hukum. Beberapa fungsi hukum di antaranya hukum sebagai sarana
penyelesaian pertikaian, pencapaian keadilan lahir batin dan sebagai sarana pembaharuan
masyarakat.
Berkaitan dengan sarana pembaharuan masyarakat, hukum harus mampu merubah
perilaku dari masyarakat itu sendiri, dari masyarakat yang tidak teratur menjadi
masyarakat yang teratur. Adapun tujuan hukum bisnis secara umum antara lain :

1. Untuk menjamin berfungsinya keamanan mekanisme pasar secara efisien dan lancar.
2. Untuk melindungi berbagai jenis usaha, khususnya untuk jenis Usaha Kecil
Menengah (UKM).
3. Untuk memperbaiki suatu sistem keuangan dan sistem perbankan.
4. Memberikan perlindungan terhadap suatu pelaku ekonomi atau pelaku bisnis.
5. Untuk mewujudkan sebuah bisnis yang aman dan adil untuk semua pelaku bisnis.
6. Ruang Lingkup Hukum Bisnis Dalam Perusahaan

IV. Ruang Lingkup Hukum Bisnis Dalam Perusahaan


Secara garis besar yang merupakan ruang lingkup dari hukum bisnis, antara lain
sebagai berikut : kontrak bisnis, bentuk-bentuk badan usaha (PT,CV,Firma), Perusahaan
go public dan pasar modal,jual beli perusahaan, penanaman modal (PAM,PMDN),
kepailitan dan likuidasi, merger, konsolidasi dan akusisi, pengkreditan dan pembiayaan,
jaminan hutang, surat berharga, hukum ketenagakerjaan/perburuhan, hak kekayaan
intelektual, hukum perjanjian (jual beli/transaksi dagang), hukum perbankan, hukum
pengangkutan, hukum investasi, hukum teknologi, perlindungan konsumen, hukum anti
monopoli, keagenan, distribusi, asuransi, perpajakan dan penyelesaian sengketa bisnis.
Hukum Bisnis selalu ada saat pertama kali pelaku bisnis melakukan kegiatan usaha yang
dimulai dengan kesepakatan tertulis yang tertuang dalam suatu bentuk perjanjian
berbentuk tertulis yang lazim dinamakan kontrak. Kegiatan usaha juga tidak hanya
meliputi pembuatan wadah saja, tidak jarang perbuatan bisnis juga meliputi hak kekayaan
intelektual seperti merek, paten, desain industri, dan rahasia dagang. Dalam menjalankan
bisnis tidak jarang pelaku bisnis juga mengajukan kredit kepada bank. Pelaku bisnis
dapat mengajukan kredit ke Bank dan biasanya Bank akan menyalurkan kredit apabila
salah satunya pembisnis dan perusahaannya memiliki rekening korang yang baik dan
memiliki konsumen yang baik pula.

V. Sumber-Sumber Hukum Bisnis


Sumber hokum bisnis merupakan dasar dibentuknya hokum bisnis. Sumber
hukum bisnis meliputi :
a. Hukum Perdata (KUH Perdata)
b. Hukum Publik (Pidana Ekonomi/KUH Pidana)
c. Hukum Dagang (KUH Dagang)
d. Peraturan Perundang-undangan di luar KUH Perdata, KUH Pidana maupun
KUH Dagang

VI. Peranan Penting Hukum Bisnis Dalam Suatu Perusahaan


Bisnis merupakan salah satu pilar penopang dalam upaya mendukung
perkembangan ekonomi dan pembangunan. Dalam melakukan bisnis tidak mungkin
pelaku bisnis terlepas dari hukum karena hukum sangat berperan mengatur bisnis agar
bisnis bisa berjalan dengan lancar, tertib, aman sehingga tidak ada pihak-pihak yang
dirugikan akibat adanya kegiatan bisnis tersebut, contoh hukum bisnis adalah Undang-
Undang Perlindungan Konsumen (UU No. 8 Tahun 1999).
Undang-undang perlindungan konsumen dalam pasal disebut diatur tentang
kewajiban pengusaha mencantumkan lebel halal dan kadaluarsa pada setiap produk yang
dikeluarkan. Dengan kewajiban tersebut konsumen terlindungi kesehatannya karena ada
jaminan perlindungan jika produk sudah daluarsa. Dengan demikian jelas aturan-aturan
hukum tesebut diatas sangat dibutuhkan dalam dunia bisnis. Aturan-aturan hukum itu
sangat dibutuhkan karena :
• Pihak-pihak yang terlibat dalam persetujuan/perjanjian bisnis itu membutuhkan
sesuatu yang lebih daripada sekedar janji serta itikad baik saja.
• Adanya kebutuhan untuk menciptakan upaya-upaya hukum yang dapat digunakan
seandainya salah satu pihak tidak melaksanakan kewajibannya, tidak memenuhi janjinya.
Disinilah peran hukum bisnis tersebut. Untuk itu pemahaman hukum bisnis dewasa ini
dirasakan semakin penting, baik oleh pelaku bisnis dan kalangan pembelajar hukum,
praktisi hukum maupun pemerintah sebagai pembuat regulasi kebijakan yang berkaitan
dengan dunia usaha. Hal ini tidak terlepas dari semakin intens dan dinamisnya aktifitas
bisnis dalam berbagai sektor serta mengglobalnya sistem perekonomian.

Menurut Ismail Saleh dalam bukunya “HUKUM DAN EKONOMI” 1990 :


”Memang benar ekonomi merupakan tulang punggung kesejehateraan masyarakat dan
memang benar bahwa ilmu pengetahuan dan teknologi adalah tiang-tiang penopang
kemajuan suatu bangsa namun tidak dapat disangkal bahwa hukum merupakan pranata
yang pada akhirnya menentukan bagaimana kesejehateraan yang dicapai tersebut dapat
dinikmati secara merata, bagaimana keadilan sosial dapat diwujudkan dalam kehidupan
masyarakat dan bagaimana kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dapat membawa
kebahagiaan rakyat banyak”.
Berdasarkan hal diatas sangatlah terlihat bahwa hukum sangat penting dalam
dunia ekonomi/bisnis sebagai alat pengatur bisnis tersebut. Kemajuan suatu
ekonomi/bisnis tidak akan berarti kalau kemajuan tidak berdampak pada kesejahteraan
dan keadilan yang dinikmati secara merata oleh rakyat. Negara harus menjamin semua
itu. Agar tidak ada terjadi pengusaha kuat menindas pengusaha lemah, yang kaya
semakin kaya yang miskin semakin miskin, sehingga tidak ada keseimbangan dalam
tatanan kehidupan masyarakat. Disinilah peran hukum membatasi hal tersebut. Maka
dibuat perangkat hukum yang mengatur dibidang bisnis tersebut (hukum bisnis).

Bagaimanapun juga adanya pertumbuhan ekonomi yang sangat pesat serta


kompleks melahirkan berbagai bentuk kerjasama bisnis. Kerjasama bisnis yang terjadi
sangat beraneka ragam tergantung pada bidang bisnis apa yang sedang dijalankan.
Keanekaragaman kerjasama bisnis ini tentu saja melahirkan masalah serta tantangan baru
karena hukum harus siap untuk dapat mengantisipasi setiap perkembangan yang muncul.

VII. Pentingnya Mempelajari Hukum Bisnis Oleh Pelaku Bisnis


Seperangkat aturan hokum adalah sesuatu yang baku yang dalam pembuatannya
memiliki maksud dan tujuan tertentu. Hukum sendiri tidak dapat dipishkan dalam segala
bidang termasuk dalam bidang ekonomi dan bisnis.
Hukum bisnis sangat penting untuk dipelajari baik bagi masyarakat maupun para
pelaku usaha. Hukum bisnis sangat diperlukan serta bermanfaat bagi para konsumen
sehingga dapat terlindungi. Dengan adanya hukum bisnis bisa diharapkan pihak-pihak
yang bersangkutan dengan bisnis tidak semena-mena dalam mengambil keuntungan
pribadi dengan melanggar hak orang lain.
Adapun sebagian orang mungkin menganggap bahwa hukum atau aturan tentang
bisnis terkadang menjadikan kendala bagi pelaku usaha untuk meraih untung sebesar-
besarnya. Tapi bila diselami ternyata hal itu tidaklah benar. Justru hukum bisnis
memberikan pengaturan untuk melindungi konsumen, pelaku usaha, dan masyarakat.
Dalam membangun serta menjalankan suatu bisnis atau usaha tentunya ada
sebuah aturan hukum yang harus kita patuhi. Untuk melihat pentingya peran sebuah
hukum dalam kegiatan bisnis dapat kita lihat saat pelaku bisnis tidak memperhatikan
aspek hukum dalam mendirikan dan menjalankan usahanya tersebut pelaku bisnis
mendapatkan suatu kendala. Para pembisnis dalam melakukan kegiatan bisnis secara
terbuka tanpa harus merasa takut.
Contohnya sebuah usaha yang memiliki surat izin (SIUP) pasti kedudukannya
dianggap legal dan layak untuk terjun dalam dunia bisnis, beda halnya dengan sebuah
usaha yang pendiriannya tidak jelas maka jika terjadi sesuatu dengan usaha tersebut maka
pemerintah tidak bertanggung jawab.

B. CV (Commanditaire Vennootschap)

1. Definisi Persekutuan Komanditer (CV)


Persekutuan Komanditer (commanditaire vennootschap atau CV) adalah suatu
persekutuan yang didirikan oleh seorang atau beberapa orang yang mempercayakan uang
atau barang kepada seorang atau beberapa orang yang menjalankan perusahaan dan
bertindak sebagai pemimpin. Menurut Pasal 19 KUHD perseroan komanditer adalah
perseroan menjalankan suatu perusahaan yang dibentuk antara satu orang atau beberapa
orang pesero yang secara lansung bertanggung jawab untuk seluruhnya pada satu pihak,
dan satu orang atau lebih sebagai pelepasan uang pada pihak lain.
CV berada di antara Firma dan Perseroan Terbatas, dengan demikian, CV adalah
perekutuan dengan setoran uang, barang, tenaga atau sebagai pemasukan para sekutu,
dibentuk oleh satu orang atau lebih anggota aktif yang bertanggung jawab secara renteng,
di satu pihak dengan satu atau lebih orang lain sebagai pelepas uang (Hukum Dagang,
2009 : 144). Perbedaan PT dan CV yang mendasar adalah Modalnya.Didalam Perseroan
Komanditer modal perusahaan tidak disebutkan didalam akta pendirian atau
perubahannya.Terkait hal itu maka para pendiri harus membuat kesepakatan tersendiri
dan membuat catatan yang terpisah mengenai modal yang disetor.
Dari pengertian di atas, sekutu dapat dibedakan menjadi dua, yaitu :
1) Sekutu aktif atau Sekutu Komplementer
adalah sekutu yang menjalankan perusahaan dan berhak melakukan perjanjian dengan
pihak ketiga. Artinya, semua kebijakan perusahaan dijalankan oleh sekutu aktif.Sekutu
aktif sering juga disebut sebagai persero kuasa atau persero pengurus.
2) Sekutu Pasif atau Sekutu Komanditer
adalah sekutu yang hanya menyertakan modal dalam persekutuan. Jika perusahaan
menderita rugi, mereka hanya bertanggung jawab sebatas modal yang disertakan dan
begitu juga apabila untung, uang yang mereka peroleh terbatas tergantung modal yang
mereka berikan.Status Sekutu Komanditer dapat disamakan dengan seorang yang
menitipkan modal pada suatu perusahaan, yang hanya menantikan hasil keuntungan dari
inbreng yang dimasukan itu, dan tidak ikut campur dalam kepengurusan, pengusahaan,
maupun kegiatan usaha perusahaan.Sekutu ini sering juga disebut sebagai persero diam.
II. Jenis-jenis Persekutuan Komanditer (CV)
Di Indonesia terdapat 5 jenis perkutuan komanditer dengan ciri atau
karakteristik tersendiri, yaitu :
1. CV Murni
CV Murni adalah jenis persekutuan komanditer yang hanya terdapat satu pemilik
aktif sementara pihak lain berperan sebagai pemilik pasif. Dengan kata lain, pemilik
aktif bertugas atau bertanggung jawab seorang diri di dalam mengurus CV dan
berhubungan dengan pihak ketiga tanpa di dampingi oleh satu pun rekan lain.

2. CV Campuran
CV Campuran adalah jenis persekutuan komanditer dengan bentuk firma yang
membutuhkan tambahan modal. Di dalam CV Campuran, pemilik aktif dan pasif
berasal dari para pemilik firma yang kemudian menjalankan tugas dan tanggung jawab
masing-masing dan dilarang bekerja sama atau saling mencampuri tugas dan
tanggungan masing-masing.

3. CV Bersaham
CV Bersaham adalah jenis persekutuan komanditer yang mengeluarkan saham
khusus untuk pemilik aktif dan pasif dan dipebolehkan mengambil lebih dari satu
saham sesuai keinginan.Salah satu ciri yang melekat erat pada CV bersaham adalah
tidak mudah menarik kembali modal yang telah di setorkan.Oleh sebab itu, CV
bersaham membebaskan pemilik aktif dan pasif untuk mengambil saham yang di
keluarkan sesuai keinginan.

4. CV Diam-Diam
CV Diam-diam adalah jenis persekutuan komanditer yang memperlihatkan
identitas sebagai sebuah rumah firma, tetapi tetap dimiliki oleh pemilik aktif dan
pasif.Pada CV diam-diam, pemilik aktif menjalankan tugas atau tanggung jawab
sebagai penggerak perusahaan.Sementara itu, pemilik pasif menjalankan tugas atau
tanggung jawab sebatas menyerahkan uang, benda, ataupun tenaga kerja kepada CV
sebagaimana yang telah di sanggupi.
5. CV Terang-Terangan
CV Terang-terangan adalah jenis persekutuan komanditer yang memperlihatkan
identitasnya dengan nama CV dan bukan sebuah firma. Pada umumnya, didalam CV
terang-terangan terdapat lebih dari satu pemilik yang aktif dan pasif mereka bekerja
secara berkelompok menjalankan tugas atau tanggung jawab masing-masing.

III.Prosedur Pendirian CV
Prosedur pendirian CV sama dengan prosedur pendirian firma.
Berdasarkan ketentuan perundang-undangan, CV diatur dalam Pasal 16
sampai dengan 35 Kitab Undang-Undang Hukum Dagang (KUHD) sebagaimana juga
proses pendirian firma, dan pada prakteknya di Indonesia telah menjadi suatu kebiasaan
bahwa setiap orang yang hendak mendirikan CV, dibuat dalam Akta Notaris (Otentik),
dan didaftarkan di Kepaniteraan Pengadilan Negeri (PN) yang berwenang, serta
kemudian diumumkan dalam Tambahan Berita Negara R.I.

Tahapan Proses Pendirian CV, yaitu:


1) Pembuatan Akta Pendirian CV oleh Notaris;
2) Surat Keterangan Domisili Perusahaan (SKDP);
3) Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP);
4) Surat KeteranganTerdaftar Sebagai Wajib Pajak;
5) Pendaftaran ke Pengadilan Negeri;
6) Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP);
7) Tanda Daftar Perusahaan (TDP).

IV. Tanggung Jawab Keluar


Menurut pasal 19 Kitab Undang-Undang Hukum Dagang bahwa pihak yang
bertanggung jawab dan berurusan dengan urusan di luar adalah sekutu kerja atau sekutu
komplementer. Namun pihak sekutu komanditer bertanggung jawab juga ke luar, bila
sekutu komanditer tersebut melanggar pasal 20 Kitab Undang-Undang Hukum Dagang.
Sekutu komanditer hanya berhak mengawasi urusan intern persekutuan CV (pasal 20
Kitab Undang-Undang Hukum Dagang). Sekutu komanditer juga bertanggung jawab
kepada sekutu kerja terkait penyediaan modal (pasal 19 KUHD).
Hak dan Kewajiban Sekutu aktif (komplomenter) :
1) Wajib mengurus CV
2) Wajib bertanggungjawab secara tanggung-renteng atas kewajiban CV terhadap
pihak ketiga
3) Berhak memasukan uang atau kekayaan lainnya kepada CV
4) Berhak menerima pembagian keuntungan.

Hak dan Kewajiban Sekutu pasif (komanditer) :


1) Wajib menyerahkan uang atau kekayaan lainnya kepada CV
2) Wajib bertanggungjawab atas kewajiban persekutuan terhadap pihak ketiga terbatas pada
jumlah pemasukan yang telah disetor untuk modal persekutuan
3) Berhak memperoleh pembagian keuntungan
Tugas Sekutu Pasif yaitu :
1) Wajib menyerahkan uang, benda ataupun tenaga kepada persekutuan sebagaimana yang
telah disanggupkan
2) Berhak menerima keuntungan
3) Tanggung jawab terbatas pada jumlah pemasukan yang telah disanggupkan; dan
4) Tidak boleh campur tangan dalam tugas sekutu aktif (Pasal 20 Kitab Undang-undang
Hukum Dagang), bila dilanggar maka tanggung jawabnya menjadi tanggung jawab
secara pribadi untuk keseluruhan (tanggung jawab sekutu aktif) berdasarkan pasal 21
Kitab Undang-undang Hukum Dagang.

Tugas Sekutu Aktif yaitu :


1) Mengurus CV
2) Berhubungan hukum dengan pihak ketiga dan
3) Bertanggung jawab secara pribadi untuk keseluruhan
4) Risiko bagi Pengurus CV

V. Berakhirnya Persekutuan Komanditer (CV)


Persekutuan komanditer pada hakikatnya adalah persekutuan perdata (Pasal 16
KUH Dagang), maka mengenai berakhirnya persekutuan komanditer sama dengan
berakhirnya persekutuan perdata dan persekutuan firma (Pasal 1646 s/d 1652 KUH
Perdata. Akta Otentik Pendirian Persekutuan Komanditer saat ini pada umumnya
mencantumkan ketentuan mengenai tidak berakhirnya Persekutuan dalam hal salah satu
Sekutu dinyatakan Pailit.Secara logika, ketentuan tersebut bertentangan dengan ketentuan
dalam KUH Perdata sedangkan perjanjian yang bertentangan dengan Undang-Undang
adalah batal demi hukum.

VI. Kelebihan dan Kelemahan CV


Kelebihan CV antara lain :
 Prosedur pendiriannya relatif mudah
 Modal yang dapat dikumpulkan lebih banyak
 Kemampuan untuk memperoleh kredit lebih besar
 Kemampuan manajemen lebih luas
 Manajemen dapat diversifikasikan
 Struktur organisasi yang tidak terlau rumit
 Kemampuan untuk berkembang lebih besar

Adapun kelemahan CV antara lain :


 Sebagian anggota memiliki tanggung jawab tidak terbatas
 Kelangsungan hidup perusahaan tidak terjamin
 Sulit untuk menarik kembali investasinya
 Hutang perusahaan tanggung jawab seluruh sekutu.

C. PERSEROAN TERBATAS

I. Pengertian Perseroan Terbatas (PT)


Perseroan Terbatas diartikan sebagai badan hukum yang merupakan persekutuan
modal, didirikan berdasar perjanjian, dan berperan sebagai pelaku kegiatan usaha dengan
modal dasar yang seluruhnya terbagi dalam saham dan memenuhi dalam persyaratan
yang ditetapkan dalam Undang – Undang serta peraturan pelaksanaannya.
Menurut pasal 1 butir 1 UUPT menyatakan: “perseroan terbatas yang selanjutnya disebut
perseroan adalah badan hukum yang merupakan persekutuan modal, didirikan
berdasarkan perjanjian, melakukan kegiatan usaha dengan modal dasar yang seluruhnya
terbagi dalam modal saham, dan menemukan persyaratan yang ditetapkan dalam undang-
undang ini serta peraturan pelaksanaannya”.

II. Syarat Mendirikan Perseroan Terbatas (PT)


Syarat umum pendirian Perseroan Terbatas adalah :
1. Fotokopi KTP para pemegang saham dan pengurus, , minimal 2 orang.
2. Fotokopi KK Penanggung jawab/Direktur , Nomor NPWP Penanggung Jawab,
Pas foto Penanggung Jawab ukuran 3x4 (2 lembar berwarna).
3. Fotokopi PBB tahun terakhir sesuai domisili perusahaan.
4. Fotokopi surat kontrak atau bukti kepemilikan tempat usaha.
5. Fotokopi Surat keterangan domisili dari pengelola gedung jika berdomisili di
gedung perkantoran, Surat keterangan RT/RW.
III. Struktur dalam Perseroan Terbatas (PT)
Sebagai badan hukum maka dalam melaksanakan kepengurusan Perseroan
Terbatas mempunyai organ, yang terdiri Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS).
Direksi (Pengurus), dan Komisaris, sebagaimana disebutkan dalam pasal 1 (2) UUPT.
Dibandingkan dengan ketentuan dalam KUHD terdapat perbedaan khususnya yang
berkaitan dengan pengurus, sebagaimana dijelaskan dalam pasal 44 KUHD bahwa
Perseroan diurus oleh pengurus, dengan atau tidak dengan komisaris atau
pengawas. Dari ketentuan tersebut menurut KUHD, Komisaris/pengawas bukan
merupakan suatu keharusan, hal ini dapat dilihat dari kalimat dengan atau tidak
dengan komisaris, yang mengandung makna tidak harus. Sedangkan menurut UUPT
komisaris merupakan salah satu organ perseroan yang harus ada, bahkan di dalam
ketentuan selanjutnya bagi Perseroan yang bidang usahanya mengerahkan dana
masyarakat, menerbitkan surat pengakuan utang atau Perseroan Terbuka wajib
mempunyai paling sedikit 2 (dua) orang Pengurus dan 2 (dua) orang Komisaris.
Masing-masing organ PT tersebut mempunyai tugas dan kewenangan sendiri-sendiri.

IV. Pembagian Perseroan Terbatas (PT)


Pembagian Perseroan Terbatas (PT) terdiri atas :
1. PT Terbuka adalah perseroan terbatas yang menjual sahamnya kepada masyarakat
melalui pasar modal.
2. PT Tertutup adalah perseroan terbatas yang modalnya berasal dari kalangan tertentu
misalnya pemegang sahamnya hanya dari kerabat dan keluarga saja atau orang
kalangan tertentu.
3. PT Kosong adalah perseroan yang sudah ada izin usaha dan izin lainnya tapi tidak
ada kegiatannya.

V. Ciri-ciri Organisasi Perseroan Terbatas


1. Kewajiban terbatas pada modal tanpa melibatkan harta pribadi
2. Modal dan ukuran perusahaan besar
3. Kelangsungan hidup perusahaan PT ada ditangan pemilik saham
4. Mudah mencari tenaga kerja untuk karyawan/pegawai
5. Kepemilikan mudah berpindah tangan
6. Terdiri dari pada 2 orang atau lebih
7. Memiliki kerja sama antar anggota
8. Memiliki komunikasi antar anggota
9. Memiliki tujuan yang ingin dicapai
10. Sulit untuk membubarkan PT
11. Dapat dipimpin oleh orang yang tidak memilik bagian saham
12. Pajak berganda pada pajak penghasilam/pph dan pajak deviden
13. Kekuatan dewan direksi lebih besar daripada kekuatan pemegang saham.
14. Keuntungan dibagikan kepada pemilikan.

VI. Kelebihan Perseroan Terbatas (PT)


1. Tanggung jawab yang terbatas dari para pemegang saham terhadap utang-utang
perusahaan.
2. Kelangsungan perusahaan sebagai badan hukum lebih terjamin.
3. Mudah untuk memindahkan hak milik dengan menjual saham kepada orang lain.
4. Mudah memperoleh tambahan modal untuk memperluas volume usahanya.
5. Manajemen dan spesialisasinya memungkinkan pengelolaan sumber-sumber modal
secara efisien.

VII. Kelebihan Perseroan Terbatas (PT)


1. Perseroan Terbatas merupakan subyek pajak tersendiri.
2. Pendiriannya jauh lebih sulit dari bentuk kepemilian usaha lainnya.
3. Biaya pembentukannya jauh lebih tinggi.
4. Bagi sebagian orang PT dianggap kurang rahasia dalam hal perusahaan.

VIII. Dasar Hukum Perseroan Terbatas (PT)


Perseroan Terbatas (PT) yang semula diatur dalam Kitab Undang-Undang
Hukum Dagang (KUHD) yang dahulu disebut Naamloze Vennootschap
(NV).Pengaturan tentang perseroan terbatas (PT) ini diatur dalam Kitab Undang-
Undang Hukum Dagang (KUHD) tersebut pada buku pertama, titel ketiga, bagian
ketiga, yang berjudul tentang Perseroan Terbatas, yaitu diatur dalam Pasal 36 sampai
pasal 56. Pada tahun 1995 diterbitkanlah UU Nomor 1 Tahun 1995 tentang Perseroan
Terbatas. Dengan keluarnya UU ini dinyatakan KUHD sudah tidak berlaku.
Ketidak berlakuan KUHD ini didasarkan beberapa alasan yang disampaikan
oleh Konsiderans UUPT 1995, alasan itu antara lain :

1. Ketentuan yang diatur dalam KUHD, dianggap tidak sesuai lagi dengan peraturan
Perseroan Terbatas, yangmana KUHD sudah tidak relevan lagi melihat
perkembangan ekonomi dan dunia usaha yang semakin pesat, baik secara nasional
maupun internasional.
2. Menciptakan kesatuan hukum dalam Perseroan yang berbentuk badan hukum
(rechtspersoon, legal person, legal entity).
Oleh karena itu dalam rangka menciPTakan kesatuan hukum dan untuk memenuhi
kebutuhan hukum baru yang diharapkan dapat menunjang Pembangunan Nasional
dan menjamin kepastian hukum, maka diterbitkanlah UU Nomor 1 Tahun 1995
tentang Perseroan Terbatas.

IX. Jenis-jenis Saham Perseroan Terbatas (PT)


1. Saham/Sero Atas Nama adalah nama persero ditulis diatas surat sero setelah
didaftarkan dalam buku PT sebagai persero.
2. Saham/Sero Pembawa adalah suatu saham yang diatas surat tidak disebutkan
nama perseronya.
3. Saham/Sero Biasa adalah saham yang biasanya memperoleh keuntungan yang
sama sesuai dengan yang ditetapkan oleh rapat umum pemegang saham.
4. Saham/Sero Preferen adalah saham yang mempunyai hak dan dividen yang
sama dengan sero biasa.
5. Saham/Sero Kumulatif Preferen adalah saham yang mempunyai hak lebih dari
sero preferen. Hak yang bias dibayarkan pada tahun berikutnya.

X. Mekanisme pendirian Perseroan Terbatas (PT)


Adapun syarat yang harus dipenuhi oleh PT agar mendapat izin dari Menteri Hukum
adalah :
1. PT tidak bertentangan dengan ketertiban umum dan kesusilaan.
2. Akta pendirian memenuhi syarat yang ditetapkan oleh Undang-undang.
3. Paling sedikit modal yang ditempatkan dan disetor adalah 25% dari modal dasar.
Mengenai prosedur pendirian Perseroan Terbatas menurut KUHD dengan
UUPT tahap-tahap yang harus ditempuh pada prinsipnya sama. Yaitu ada beberapa
tahap yang harus dilakukan untuk pendirian Perseroan Terbatas antara lain, tahap
pembuatan akta, pengesahan, pendaftaran dan pengumuman. Adapun perincian dari
tahapan-tahapan tersebut yaitu:
 Tahap pembuatan akta,
Sebagaimana dijelaskan dalam pasal 7 (1) UUPT dinyatakan bahwa
Perseroan didirikan oleh 2 (dua) orang atau lebih dengan akta nota ris yang
dibuat dalam bahasa Indonesia. Seperti halnya disebutkan dalam pengertian
Perseroan Terbatas, bahwa PT didirikan berdasarkan perjanjian, juga
menunjukkan PT harus didirikan setidaknya oleh 2 (dua) orang atau lebih,
karena perjanjian setidaknya diadakan oieh minimal 2 (dua) orang.
Disamping itu PT harus didirikan dengan akta otentik dalam hal ini oleh
dan dihadapan pejabat yang berwenang yaitu notaris, yang di dalamnya
memuat Anggaran Dasar dan keterangan lainnya.
 Tahap pengesahan
Setelah dibuat akta pendirian yang di dalamnya memuat Anggaran Dasar
dan keterangan lainnya, kemudian dimintakan pengesahannya. Pengesahan
yang dimaksudkan disini adalah pengesahan pemerintah yang dalam hal ini
oleh Menteri.
Dengan demikian menurut UUPT disamping ada penegasan bahwa PT adalah
Badan Hukum, juga ada penegasan kapan PT itu memperoleh status Badan Hukum,
yaitu sejak akta pendiriannya disahkan oleh Menteri.

D. BADAN USAHA MILIK NEGARA (BUMN)

I. Badan Usaha Milik Negara (BUMN)

Badan Usaha Milik Negara (BUMN) adalah badan usaha yang permodalannya
seluruh atau sebagian dimiliki oleh pemerintah.Di Indonesia, Badan Usaha Milik Negara
adalah badan usaha yang sebagian atau seluruh kepemilikannya nirlaba yang bertujuan
untuk menyediakan barang atau jasa bagi masyarakat. Menurut PP No. 45 Tahun 2005,
BUMN merupakan badan usaha yang seluruh atau sebagian besar modalnya dimiliki oleh
negara melalui penyertaan secara langsung yang berasal dari kekayaan negara yang
dipisahkan.

Berdasarkan Undang-undang No. 19 tahun 2003 pasal 1 dijelaskan bahwa


pengertian badan usaha milik negara, yang selnjutnya disebut BUMN, adalah badan
usaha yang seluruh atau sebagian modalnya dimiliki oleh negara melalui penyertaan
secara lansung yang berasal dari kekayaan negara yang dipisahkan, dan kegiatan
utamanya adalah mengolah cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan
digunakan sepenuhnya untuk kemakmuran rakyat.

Pasal 33 ayat 2 UUD 1945 menyatakan “cabang-cabang produksi yang penting bagi
negara dan meguasai hajat hidup orang bayak bukan berarti memiliki, namun
mengandung arti memberi kekuasaan tertinggi kepada Negara :

-Mengatur dan menyelenggarakan pruntukan, penggunaan, pnyediaan dan memelihara


-Menentukan dan mengatur hak-hak bumi, air, dan kekayaan alam
-Mengatur serta menentukan hubungan hukum antra orang- orang dan perbuatan hukum
mengenai bumi,air, dan kekayaan alam yang tarkandung didalamnya.

Menurut Keputusan Mentri Keuangan RI No. 1232/kmk.013/1989 Psal 2 yang dimaksud


dengan badan usaha milik negara adalah badan usaha da anak perusahaan BUMN yang
seluruh modalnya dimiliki oleh negara. Menurut intruksi presidan No. 7 TAHUN 1967,
Perusahaan negara diubah bentuknya menjadi BUMN dan disederhanakan menjadi
perusahaan jawatan (PERJAN), perusahaan umum (PERUM), dan perusaahaan perseroan
(PERSERO).

II. Ciri-ciri Badan Usaha Milik Negara BUMN


 Badan usaha yang dimiliki oleh pemerintah.
 Pengawasan dilakukan,baik secara hearki maupun fungsional dilakukan oleh
pemerintah.
 Kekuasaan penuh dalam menjalankan kegitan usaha yang berada ditangan
pemerintah.
 Pemerinta berwenang dalam menetapkan kebijakan yang berkaitan dengan
kegiatan uasaha.
 Semua resiko yang terjadi sepenuhnya merupakan tanggung jawab pemerintah.
 Untuk mengisi kas negara karena salah satu sumber penghasilan negara.
 Agar penguasa swasta tidak menopoli usaha yang menguasai hajat hidup orang
lain.
 Usaha bersifat membantu tugas pemerintah, seperti membangun pesarana senjata
dan percetakan uang.
 Dibentuk berdasarkan perundang-undangan yang berlaku dan harus dimilik serta
dikelolah oleh pemerintah.
 Dibentuk dengan tujuan untuk melindungi keselamatan dan kesejahtraan rakyat.
 Usaha bersifat komersial dan fungsinya dapat dilakukan oleh swasta.
 Merupakan lembanga ekonomi yang tidak mempunyai tujuan utama mencari
keuntungan.tetapi dibenarkan untuk menumpuk keuntungan.
 Dapat mengkatan produktivitas, efektifitas dan efesien serta terjaminya prinsip-
prinsip ekonomi.
 Bila saham dimiliki masyarakat, besarnya tidak lebih dari 49% sedangkan
menimal 51%sahamnya dimiliki negara.Bila memperoleh keuntungan, maka
dimanfaatkan untuk kesejahteraan rakyat.

III. Maksud dan Tujuan BUMN


-Memberikan sumbangan bagi perkembangan perekonomilan nasional pada
umumnya dan penerimaan negara pada kususnya.
-Mengejar keuntungan.
-Menyelenggarakan kemanfaatan umum berupa penyediaan barang atau jasa yang
bermutu tnggi dan menandai pemenuhan hajat hidup orang banyak.
-Menjadi perintis kegiatan-kegiatan usaha yang belum dapat dilaksanakan oleh
sector swasta dan koperasi.

IV. Visi dan Misi BUMN


Dibawah pembinaan kementrian BUMN telah tersusun suatu Master plan BUMN
tahun 2002-2008 yang memuat visi menjadikan BUMN sebagai badan usaha yang
tangguh dalam persaingan global dan mampu memenuhi harapan stakerholder
dengan beberapa catatan:

a) BUMN sebagai badan usaha yang perlu dikembangkan sebagai pelaku usaha
dalam perekonomian Indonesia.
b) Pembinaan BUMN diarahkan untuk meningkatkan nilai perusahaan melalui
pengolaan secara provesional,efisien dan tengguh sehingga mampu menghadapi
persaingan global.

Dari visi juga terkandung suatu Misi yang juga tersusun dalam suatu Master plan
BUMN tahun 2002-2008 BUMN sebagai berikut:

a. Melaksanakan reformasi dalam ruang lingkupbudaya kerja, strategi dan pengolaan usaha
untuk mewujudkan profesionalisme dengan berlandaskan pada prinsip Good Corporate
Govermance dalam pengolaan BUMN.
b. Meningkatkan daya saing inivasi dan peningkatan efisiensi untuk menediakan produk
barang dan jasa dengan harga kompetitif serta pelayanan bermutu tinggi.
c. Peningkatan peran BUMN dalam kepedulian terhadap lingkungan,pembinaan koperasi
dan UKM dalam program kementrian.

V. Prinsip-Prinsip Pengolaan BUMN


-Lebih bersifat social oriented atau service oriented artinya berorienasi pada
kepentingan umum.
-Maka pemanfaatan keuntungan tersebut untuk menyejahterakan kehidupan
masyarakat.
-Selama masyarakat masih memerlukan kegiatan badan usaha milik negara dilakukan
secara terus-menerus.
-Merupakan sarana vital yang efektif untuk melaksanakan pembangunan nasional,
sehingga direksi harus senantiasa membuat kebijakan yang sesuai dengan GBHN.
-Pengorganisasian dilakukan secara profesionalisme.

VI. Kelebihan dan Kekurangan BUMN

Kelebihan BUMN :
 Menguasaii sektor yang vital bagi kehidupan rakyat banyak
 Mendapat jaminan dan dukungan dari Negara
 Permodalannya sudah pasti karena mendapat modal dari Negara
 Kelansungan hidup peusahaan terjamin

Kekurangan BUMN :

 Pengelolaan faktor-faktor produksi tidak efisien


 Manajemen perusahaan kurang profesional
 Menimbulkan monopoli antara sektor-sektor vital
 Pengolaan perusahaan terhambat dengan peraturan-peraturan yang meningkat

VII. Bentuk-Bentuk Badan Usaha Milik Negara (BUMN)


1) Perusahaan Jawatan (Perjan)
Perusahaan jawatan (Perjan) adalah BUMN yang seluruh modalnya termasuk daalam
anggaran belanja negara yang menjadikan hak dari departemen yang bersngkutan.Tujuan
perjan adalah pengabdian dan melayani kepentingan masyarakat yang ditujukan untuk
kesejahteraan umum.BUMN yang menggunakan modal perjan karena besarnya biaya
untuk memelihara perjan-perjan tersebut sesuai dengan UU No.19 tahun 2003 tentang
BUMN, yang kususnya tentang ketentuan peralihan pasal 93 dinyatakan bahwa dalam
waktu dua tahun terhitung sejak undang-undang berlaku, semua BUMN yang berbentuk
perjan harus sudah diubah bentuknya menjadi perum atau perseroan.
2) Ciri-ciri perjan sebagai berikut:
-Tujuan utama untuk melayani kepentingan masyarakat tanpa melepaskan syarat
efisiensi, efektifitas dan ekonomis
-Keuntngan dan kerugian menjadi tanggung jawab pemerintah
-Pedoman dan pembiayaan perusahaan termasuk dalam APBN yang menjadi hak dari
departemen yang bersangkutan

VIII. Perusahaan Umum(Perum)

Perusahaan umum adalah BUMN yang seluruh modalnya dimiliki oleh negara dan
tidk terbagi atas saham, yang bertujuan untuk kemanfaatan umum berupa penyediaan
barang atau jasa yang bermutu dan sekaligus mencari keuntungan yang bedasar prinsip
pengolaan perusahaan.

1. Ciri-ciri Perum sebagai berukut:


-Pendirian perum diusulkan oleh menteri kepada presiden
-Karyawan berstatus pengawai perusahaan negara
-Modal seluruhnya dimiliki oleh negara dan kekayaan negara yang dipisahkan dari
APBN
-Dapat melakukan penyertaan modal dalam badan usaha lain dan dapat memperoleh
kredit dari dalam dan luar negeri atau dalam masyarakat dalam bentuk obligasi
-Kepengurusan atau alat perlengkapan perum terdiri dari mentri, direksi, dan dewan
pegawas
-Dewan pengawas bertugas melakukan pengawasan dan memberikan nasihat kepada
direksi.

E. KONSUMEN
I. Pengertian Konsumen

Konsumen secara harfiah memiliki arti, orang atau perusahaan yang membeli
barang tertentu atau menggunakan jasa tertentu, atau sesuatu atau sese orang
yangmenggunakan suatu persediaan atau sejumlah barang. Dalam Undang-Undang No. 8
Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen mendefinisikan konsumen sebagai setiap
orang pemakai barang dan atau jasa yang tersedia dalam masyarakat, baik bagi
kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain, maupun makhluk hidup lain dan tidak
untuk diperdagangkan. Berdasarkan dari pengertian tersebut, yang dimaksud konsumen
orang yang berststus sebagai pemakai barang dan jasa.

II. Dasar Hukum Perlindungan Konsumen

Hukum perlindungan konsumen yang berlaku di Indonesia memiliki dasar hukum


yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Dengan adanya dasar hukum yang pasti,
perlindungan terhadap hak-hak konsumen bisa dilakukan dengan penuh optimisme.
Hukum Perlindungan Konsumen merupakan cabang dari Hukum Ekonomi. Alasannya,
permasalahan yang diatur dalam hukum konsumen berkaitan erat dengan pemenuhan
kebutuhan barang / jasa. Pada tanggal 30 Maret 1999, Dewan Perwakilan Rakyat (DPR)
telah menyepakati Rancangan Undang-Undang (RUU) tentang perlindungan konsumen
untuk disahkan oleh pemerintah setelah selama 20 tahun diperjuangkan. RUU ini sendiri
baru disahkan oleh pemerintah pada tanggal 20 april 1999.
Dengan diundang-undangkannya masalah perlindungan konsumen, dimungkinkan
dilakukannya pembuktian terbalik jika terjadi sengketa antara konsumen dan pelaku
usaha. Konsumen yang merasa haknya dilanggar bisa mengadukan dan memproses
perkaranya secara hukum di badan penyelesaian sengketa konsumen (BPSK).

Dasar hukum tersebut bisa menjadi landasan hukum yang sah dalam soal
pengaturan perlindungan konsumen. Di samping UU Perlindungan Konsumen, masih
terdapat sejumlah perangkat hukum lain yang juga bisa dijadikan sebagai sumber atau
dasar hukum sebagai berikut :

 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 57 Tahun 2001 Tanggal 21 Juli


2001 tentang Badan Perlindungan Konsumen Nasional.
 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 59 Tahun 2001 Tanggal 21 Juli 2001
tentang Lembaga Perlindungan Konsumen Swadaya Masyarakat.
 Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 90 Tahun 2001 Tanggal 21 Juli 2001
tentang Pembentukan Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen Pemerintah Kota Medan,
Kota Palembang, Kota Jakarta Pusat, Kota Jakarta Barat, Kota Bandung, Kota Semarang,
Kota Yogyakarta Kota Surabaya, Kota Malang, dan Kota Makassar.

III. Perlindungan Konsumen

Berdasarkan UU no.8 Pasal 1 Butir 1 Tahun 1999, tentang perlindungan


konsumen disebutkan bahwa “Perlindungan konsumen adalah segala upaya yang
menjamin adanya kepastian hukum untuk memberi perlindungan kepada konsumen”.
Kepastian hukum untuk melindungi hak-hak konsumen, yang diperkuat melalui undang-
undang khusus, memberikan harapan agar pelaku usaha tidak lagi sewenang-wenang
yang selalu merugikan konsumen. Dengan adanya UU Perlindungan Konsumen beserta
perangkat hukum lainnya, konsumen memiliki hak dan posisi yang berimbang, dan
mereka pun bisa menggugat atau menuntut jika ternyata hak-haknya telah atau dilangar
oleh Perlindungan konsumen yang dijamin oleh undang-undang ini adalah adanya
kepastian hukum terhadap segala perolehan kebutuhan konsumen, yang bermula dari
”benih hidup dalam rahim ibu sampai dengan tempat pemakaman dan segala kebutuhan
konsumen. Oleh karena itu, Undang-undang Perlindungan Konsumen dimaksudkan
menjadi landasan hukum yang kuat bagi pemerintah dan lembaga perlindungan
konsumen swadaya masyarakat untuk melakukan upaya pemberdayaan konsumen
melalui pembinaan dan pendidikan konsumen.
Upaya pemberdayaan ini penting karena tidak mudah mengharapkan kesadaran
pelaku usaha yang pada dasarnya prinsip ekonomi pelaku usaha adalah mendapat
kentungan yang semaksimal mungkin dengan modal seminimal mungkin. Prinsip ini
sangat potensial merugikan kepentingan konsumen, baik secara langsung maupun tidak
langsung.

Undang-undang tentang Perlindungan Konsumen ini dirumuskan dengan


mengacu pada filosofi pembangunan nasional bahwa pembangunan nasional termasuk
pembangunan hukum yang memberikan perlindungan terhadap konsumen adalah dalam
rangka membangun manusia Indonesia seutuhnya yang berlandaskan pada falsafah
kenegaraan Republik Indonesia yaitu dasar negara Pancasila dan konstitusi negara
Undang-Undang Dasar 1945.

IV. Tujuan Perlindungan Konsumen

Dalam UU Perlindungan Konsumen Pasal 3, disebutkan bahwa tujuan


perlindungan konsumen adalah sebagai berikut.

 Meningkatkan kesadaran, kemampuan, dan kemandirian konsumen untuk melindungi


diri.
 Mengangkat harkat dan martabat konsumen dengan cara menghindarkannya dari
ekses negatif pemakaian barang dan/atau jasa.
 Meningkatkan pemberdayaan konsumen dalam memilih, dan menuntut hak- haknya
sebagai konsumen.
 Menciptakan sistem perlindungan konsumen yang mengandung unsur kepastian
hukum dan keterbukaan informasi serta akses untuk mendapatkan informasi.
 Menumbuhkan kesadaran pelaku usaha mengenai pentingnya perlindungan konsumen
sehingga tumbuh sikap yang jujur dan bertanggung jawab dalam berusaha.
 Meningkatkan kualitas barang/jasa yang menjamin kelangsungan usaha produksi
barang dan jasa, kesehatan, kenyamanan, keamanan, dan keselamatan konsumen.
V. Hak dan Kewajiban Konsumen
a) Hak-Hak Konsumen

Sebagai pemakai barang/jasa, konsumen memiliki sejumlah hak dan kewajiban.


Pengetahuan tentang hak-hak konsumen sangat penting agar orang bisa bertindak sebagai
konsumen yang kritis dan mandiri. Tujuannya, jika ditengarai adanya tindakan yang tidak
adil terhadap dirinya, ia secara spontan menyadari akan hal itu. Konsumen kemudian bisa
bertindak lebih jauh untuk memperjuangkan hak-haknya. Dengan kata lain, ia tidak
hanya tinggal diam saja ketika menyadari bahwa hak-haknya telah dilanggar oleh pelaku
usaha.

Berdasarkan UU Perlindungan konsumen pasal 4, hak-hak konsumen sebagai berikut :

 Hak atas kenyamanan, keamanan, dan keselamatan dalam mengonsumsi barang/jasa.


 Hak untuk memilih dan mendapatkan barang/jasa sesuai dengan nilai tukar dan
kondisi serta jaminan yang dijanjikan .
 Hak atas informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai kondisi dan jaminan
barang/jasa.
 Hak untuk didengar pendapat keluhannya atas barang/jasa yang digunakan.
 Hak untuk mendapatkan advokasi, perlindungan, dan upaya penyelesaian sengketa
perlindungan konsumen secara patut.
 Hak untuk mendapatkan pembinaan dan pendidikan konsumen.
 Hak untuk diperlakukan atau dilayani secara benar dan jujur serta tidak
diskrimainatif.
 Hak untuk mendapatkan kompensasi, ganti rugi, atau penggantian, jika barang/jasa
yang diterima tidak sesuai dengan perjanjian atau tidak sebagaimana mestinya.
 Hak-hak yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan lainnya.

VI. Kewajiban Konsumen

Kewajiban Konsumen Sesuai dengan Pasal 5 Undang-undang Perlindungan


Konsumen, Kewajiban Konsumen adalah :

• Membaca atau mengikuti petunjuk informasi dan prosedur pemakaian atau


pemanfaatan barang dan/atau jasa, demi keamanan dan keselamatan
• Beritikad baik dalam melakukan transaksi pembelian barang dan/atau jasa
• Membayar sesuai dengan nilai tukar yang disepakati

VII. Jenis-Jenis Konsumen

Ada dua jenis konsumen yaitu :


a. Konsumen Antara adalah setiap orang yang yang mendapatkan barang
atau jasa untuk digunakan dengan tujuan komersial atau dengan kata lain,
mereka membeli barang bukan untuk dipakai.
b. Konsumen Akhir adalah setiap orang yang mendapatkan dan
menggunakan barang atau jasa untuk tujuan memenuhi hidupnya pribadi,
keluarga, dan tidak untuk diperdagangkan kembali.

VIII. Asas-asas Perlindungan Konsumen

1. Asas Manfaat adalah asas yang mengandung makna bahwa penerapan UU No.
8 Tahun 1999 tentang perlindungan konsumen harus memberikan manfaat yang
sebesar-besarnya kepada pihak, konsumen dan pelaku usaha. Sehingga tidak
ada satu pihak yang kedudukannya lebih tinggi disbanding pihak lainnya.
Kedua belah pihak harus memperoleh hak-haknya.
2. Asas Keadilan adalah asas yang mengandung makna bahwa penerapan UU No.
8 Tahun 1999 pasal 4-7 tentang perlindungan konsumen yang mengatur
mengenai hak dan kewajiban konsumen serta pelaku usaha.
3. Asas Keseimbangan adalah asas yang memberikan kesimbangan antara
kepentingan konsumen, pelaku usaha, dan pemerintah dalam arti materil
maupun spiritual.
4. Asas Keamanan dan keselamatan adalah asas yang memberikan jaminan atas
keamanan dan keselamatan kepada konsumen dalam penggunaan, pemakaian
dan pemanfaatan batrang dan jasa yang dikonsumsi atau digunakan.
5. Asas Kepastian Hukum adalah asas yang dimaksudkan agar baik pelaku usaha
maupun konsumen menaati hukum dan memperoleh keadilan dalam
penyelenggara perlindungan konsumen serta Negara menjamin kepastian
hukum.

F. HAK ATAS KEKAYAAN INTELEKTUAL (HAKI)


I. Pengertian Hak atas Kekayaan Intelektual (HaKI)
Hak Kekayaan Intelektual (selanjutnya disebut HaKI) atau Hak Milik
Intelektual adalah padanan kata yang biasa digunakan untuk Intellectual Property
Rights (IPR) atau Geistiges Eigentum, dalam bahasa Jermannya. Istilah atau
terminologi Hak Kekayaan Intelektual (HKI) digunakan untuk pertama kalinya
pada tahun 1790. Adalah Fichte yang pada tahun 1793 mengatakan tentang hak
milik dari si pencipta ada pada bukunya. Yang dimaksud dengan hak milik disini
bukan buku sebagai benda, tetapi buku dalam pengertian isinya. HKI terdiri dari
tiga kata kunci, yaitu Hak, Kekayaan, dan Intelektual.
Jika dilihat secara historis, undang-undang mengenai HaKI pertama kali
ada di Venice, Italia yang menyangkut masalah paten pada tahun 1470. Caxton,
Galileo dan Guttenberg tercatat sebagai penemu-penemu yang muncul dalam
kurun waktu tersebut, dan mempunyai hak monopoli atas penemuan mereka.
Sistem HaKI merupakan hak privat (private rights). Seseorang bebas
untuk mengajukan permohonan atau mendaftarkan karya intelektualnya atau
tidak. Hak eklusif yang diberikan negara kepada individu pelaku HaKI (inventor,
pencipta, pendesain dan sebagainya) tiada lain dimaksudkan sebagai penghargaan
atas hasil karya (kreativitas) dan agar orang lain terangsang untuk dapat lebih
lanjut mengembangkannya lagi, sehingga dengan sistem HaKI tersebut
kepentingan masyarakat ditentukan melalui mekanisme pasar.
Sistem HaKI menunjang diadakannya sistem dokumentasi yang baik atas
segala bentuk kreativitas manusia sehingga kemungkinan dihasilkannya teknologi
atau karya lainnya yang sama dapat dihindari atau dicegah. Dengan dukungan
dokumentasi yang baik tersebut, diharapkan masyarakat dapat memanfaatkannya
dengan maksimal untuk keperluan hidupnya atau mengembangkannya lebih lanjut
untuk memberikan nilai tambah yang lebih tinggi lagi.

II. Ruang Lingkup Hak atas Kekayaan Intelektual (HaKI)


Pada prinsipnya HaKI dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu:
1. Hak Cipta (Copyrights)
a) Sejarah Hak Cipta
Pada zaman dahulu tahun 600 SM, seseorang dari Yunani bernama Peh Riad
menemukan 2 tanda baca yaitu titik (.) dan koma (,). Anaknya bernama Apullus
menjadi pewarisnya dan pindah ke Romawi. Pemerintah Romawi memberikan
Pengakuan, Perlindungan dan Jaminan terhadap karya cipta ayahnya itu. Untuk setiap
penggunaan, penggandaan dan pengumuman atas penemuan Peh Riad itu, Apullus
memperoleh penghargaan dan jaminan sebagai pencerminan pengakuan hak tersebut.
Apullus ternyata orang yang bijaksana, dia tidak menggunakan seluruh honorarium
yang diterimany. Honor titik (.) digunakan untuk keperluan sendiri sebagai ahli waris,
sedangkan honor koma (,) dikembalikan ke pemerintah Romawi sebagai tanda terima
kasih atas penghargaan dan pengakuan terhadap hak cipta tersebut.

b) Pengertian Hak Cipta


Pencipta adalah seorang atau beberapa orang secara bersama-sama yang atas
inspirasinya lahir suatu ciptaan berdasarkan kemampuan pikiran, imajinasi, kecekatan,
keterampilan atau keahlian yang dituangkan dalam bentuk yang khas dan bersifat
pribadi. Pengumuman adalah pembacaan, penyiaran, pameran, penjualan, pengedaran,
atau penyebaran suatu ciptaan dengan menggunakan alat apapun, termasuk media
internet, atau melakukan dengan cara apapun sehingga suatu ciptaan dapat di baca,
didengar atau dilihat orang lain.
Perbanyakan adalah penambahan jumlah suatu ciptaan baik secara keseluruhan
maupun bagian yang sangat substansial dengan menggunakan bahan-bahan yang sama
ataupun tidak sama, termasuk pengalihwujudan secara permanen atau temporer.

c) Kedudukan Hak Cipta


Mengenai kedudukan hak cipta, sudah pula ditetapkan oleh UUHC, bahwa hak
cipta dianggap sebagai benda bergerak (Pasal 3 ayat 1).

d) Ciptaan yang dilindungi


UUHC menganut sistem terbatas dalam melindungi karya cipta seseorang.
Perlindungan ciptaan hanya diberikan dalam bidang ilmu pengetahun, seni dan sastra.
Selain itu UUHC juga melindungi karya melindungi karya seseorang yang berupa
pengolahan lebih lanjut daripada ciptaan aslinya, sebab bentuk pengolahan ini
dipandang merupakan suatu ciptan baru dan tersendiri, yang sudah lain dari ciptaan
aslinya.

e) Masa Berlakunya Hak Cipta


Dalam mengtur jangka waktu berlakunya hak cipta, UUHC tidak menyaratkan
melainkan membeda-bedakan. Perbedaan itu dikelompokkan sebagai berikut:

1. Kelompok I (Bersifat Orisinal)


Untuk karya cipta yang sifatnya asli atau orisinal, perlindungan hukumnya
berlaku selama hidup pencipta dan terus berlanjut sampai dengan 50 tahun setelah
pencipta meninggal. Mengenai alasan penetapan jangka waktu berlakunya hak cipta
orisinal yang demikian lama itu, undang-undang tidak memberikan penjelasan.
2. Kelompok II (Bersifat Derivatip)
Perlindungan hukum atas karya cipta yang bersifat tiruan (derivatip) berlaku
selama 50 tahun yang lalu.
3. Kelompok III (Pengaruh Waktu)
Terhadap karya cipta yang aktulitasnya tidak begitu tahan, perlindungan
hukumnya berlaku selama 25 tahun meliputi hak cipta atas ciptaan:
- Karya fotografi.
- Program komputer atau komputer program.
- Saduran dan penyusunan bunga rampai.

f) Pendaftaran Hak Cipta


Ciptaan tidak kalah pentingnya dengan benda-benda lain seperti tanah, kendaraan
bermotor, kapal, merek yang memerlukan pendaftaran. Perlindungan suatu ciptaan timbul
secara otomatis sejak ciptaan itu diwujudkan dalam bentuk yang nyata. Maksud dari
pendaftaran itu sendiri adalah hanya semata-mata mengejar kebenaran prosedur formal
saja, tetapi juga mempunyai tujuan untuk mendapatkan pengukuhan hak cipta dan
sebagai alat bukti awal di pengadilan apabila timbul sengketa di kemudian hari terhadap
ciptaan tersebut. Pendaftaran hak cipta yaitu di Direktorat Jenderal Hak Kekayaan
Intelektual, Departemen Kehakiman dan Hak Asasi Manusia.
Sifat pendaftaran ciptaan adalah bersifat kebolehan (fakultatip). Artinya orang boleh
juga tidak mendaftarkan. Apabila tidak mendaftarkan, tidak ada sanksi hukumnya.
Dengan sifat demikian, memang UUHC memberikan kebebasan masyarakat untuk
melakukan pendaftaran.

g) Hak dan Wewenang Menuntut


Penyerahan Hak Cipta atas seluruh ciptaan ke pihak lain tidak mengurangi hak
pencipta atau ahli waris untuk menuntut seseorang yang tanpa persetujuannya:
- Meniadakan nama pencipta yang tercantum pada ciptaan itu.
- Mencantumkan nama pencipta pada ciptaannya.
- Mengganti atau mengubah judul ciptaan.
- Mengubah isi ciptaan.

II. Hak Kekayaan Industri (Industrial Property Rights)

Hak kekayaan Industri meliputi :


b. Paten adalah hak khusus yang diberikan Negara kepada penemu atau hasil
penemuannya dibidang teknologi, untuk selama waktu tertentu melaksanakan
sendiri penemuannya tersebut atau memberikan persetujuannya kepada orang
lain untuk melaksanakannya.
c. Merk adalah tanda yang berupa gambar, nama, kata, huruf-huruf, angka-angka,
susunan warna atau kombinasi dari unsur-unsur tersebut yang memiliki daya
pembeda dan dipergunakan dalam kegiatan perdagangan barang ataua jasa.
d. Rancangan industri adalah suatu kreasi tentang bentuk, konfigurasi, atau
komposisi, garis atau warna atau gabungan daripadanya yang berbentuk tiga
dimensi yang mengandung nilai estetika dan dapat diwujudkan dalam pola tiga
dimensi serta dapat dipakai untuk menghasilkan suatu produk, barang atau
komoditi industri dan kerajinan tangan.
e. Rahasia Dagang adalah informasi dibidang teknologi atau bisnis yang tidak
diketahui oleh umum, mempunyai nilai ekonomi karna berguna dalam kegiatan
usaha dan dijaga kerahasiaannya oleh pemiliknya.
f. Indikasi Geografi adalah tand ayang menunjukkan asal suatu barang yang karena
faktor geografis (faktor alam atau factor manusia dan kombinasi dari keduanya
telah memberikan ciri dari kualitas tertentu dari barang yang dihasilkan).
g. Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu adalah denah rangkaian yang berupa peta yang
memperlihatkan letak dan interkoneksi dari rangkaian komponen terpadu, unsur
yang berkemampuan mengolah masukan arus listrik menjadi khas dalam arti arus,
teganagan, frekuensi, serta parameter fisik lainnya.
h. Perlindungan Varietas Tanaman
Perlindungan varietas tanaman adalah hak khusus yag diberikan Negara kepada
pemulia tanaman dan atau pemegang PVT atas varietas tanaman yang dihasilkan
untuk selama kurun waktu tertentu menggunakan sendiri varietas tersebut atau
memberikan persetujuan kepada orang atau badan hokum lain untuk
menggunakannya.

G. NEGOSIASI
I. Pengertian Negosiasi
Negosiasi merupakan salah satu cara penyelesaian sengketa bisnis yang sudah
lama dikenal dan banyak digunakan oleh berbagai pihak dalam menyelesaikan
pemasalahan ataupun sengketa diantara mereka. Negosiasi berasal berasal dari bahasa
inggris negotation yang artinya perundingan bermusyawarah atau bermufakat orang-
orang yang mengadakan perundingan disebut negosiator.
Negosiasi merupakan bentuk penyelesain sengketa diluar pengadilan yang
dilakukan oleh para pihak yang bersengketa sendiri atau kuasanya, tanpa bantuan dari
pihak lain dengan cara bermusyawarah atau berunding untuk mencari pemesahan
yang yang dianggap adil oleh para pihak. Hasil dari negosiasi berupa penyelesaian
kompromi (compromise solution) yang tidak mengikat secara hukum.

Negosiasi adalah suatu yang kita lakukan setiap saat tanpa kita sadari dan terjadi
hampir disetiap aspek kehidupan kita dan merupakan salah satu cara yang efektif
untuk mengatasi dan menyelesaikan konflik atau perbedaan kepentingan .

Negosiasi adalah sebuah proses dimana dua atau lebih orang atau kelompok
bersama-sama memberi perhatian pada minat untuk mendapatkan sebuah kesepakatan
yang akan saling menguntungkan (menguntungkan kedua belah pihak).

Negosiasi merupakan cara yang lebih baik dalam mencari solusi dibanding
dengan sebuah pengadilan ataupun kekerasan. Untuk mendapatkan solusi terbaik dan
dengan profesional.pada umumnya negosiasi digunakan dalam sengketa yang tidak
terlalu pelik .di mana para pihak masih beretika baik dan bersedia untuk duduk
bersama memecahkan masalah .menurrut pasal 2 ayat 6 undang-undang nomor 30
tahun 1999 tentang albitrase dan alternatif penyelesaian sengketa,pada dasarnya para
pihak berhak untuk menyelesaikan sendiri sengketayang timbul diatara mereka
kesepakatan mengenai penyelesaian tersebut selanjutnya harus dituangkan dalam
bentuk tertulis yang disetujui oleh para pihak.

Negosiasi yang baik dan efektif adalah negosiasi yang di dasarkan pada data ril
yang akurat dan faktual.sehingga setiap argumen dan kehendaknya tidak terlepas dari
fakta yang ada.Di samping itu juga harus ditopang dengan negosiator yang handal
dan profesional,yang memahami tujuan negosiasi dilakukan dan mempunyai daya
kemampuan optimal dalam nenemukan solusi tehadap masalah yang dihadapi dan
terhindar dari kemungkinan dead lock.semua orang memerlukan kemampuan
negosiasi yang baaik ,karena negosiasi hampir setiap saat tanpa kita sadari.

Negosiasi yang tidak efektif dalam organisasi akan berdampak :

-Tidak dapat mempertahankan kontrol emosi dalam diri dan linkungan.


-Tidak tecapainya tujuan dikarenakan masing-masing pihak belum dapat mempunyai
presepsi yang sama.
-Timbul suatu konflik yang menyebabkan hubungan menjadi kurang baik .
-Timbulmya stres pada orang yang terlibat dalam negosiasi.
-High Cost dalam sisi waktu ,pikiran,tenaga dan biaya.

II. TEKNIK- TEKNIK NEGOSIASI


Negosiasi adalah sebuah kemapuan yang sangat penting.baik untuk kehidupan
pribadi maupun bisnis. Untuk menjadi Negasiator yang ulung.diperlukan kemampuan
untuk mengetahui kapan sebuah situasi siap untuk negosiasikan, siapa yang dari pihak
lawan yang mempunyai kekuasaan untuk mengambil keputusan dan mengtahui teknik-
teknik negosiasi.

Di bawah ini dikemukakan teknik-teknik negosiasi yang dapat membuat kita menjadi
negosiator yang baik.

Teknik 1: Ketahui Alternatif Terbaik Anda.


Pada tahap apa Anda akan keluar dari Negosiasi?
Posisi anda dalam negosiasi akan meningkat jika anda sudah tahu alternatif terbaik
anda. Alternatif terbaik adalah hasil kesepakatan yang lebih anda sukai dibading yang
diusulkan oleh pihak lain. Jika anda sudah mendefenisikan sejak awal, maka kecil
kemungkinannya anda untuk menyetujui sesuatu selam diskusi yang emosional dan
setelah itu anda menyesalinya.

Teknik 2 : Ketahuilah pihak lawan yang sebenarnya.


Pada tahap-tahap tertentu masing-masing pihak yang bernegosiasi akkann tahu, apa
yang diinginkan oleh pihak lain. Dan yang tidak kalah pentingnya untuk diketahu juga
adalah alasan kenapa mereka mengnginkan itu. Anda akan memiliki sebuah keunggulan
dan berada dalam posisi yang bisa menghasilkan kesepakatan lebih baik jika anda
memahami apa yang menjadi motivasi pihak lain, dan alasan tersembunyi apa yang
berada dibelakakang posisi mereka.
Sebagai contohnya, seorang yang terpaksa harus menjual rumah karena
perusahannya telah memindahkannya kedaerah lain, mungkin tidak akan mau
mengurangi harga yang dimintanya, sebab dia tahu perusahaannya telah setuju untuk
membeli rumah tersebut jika dia tidak bisa menjualnya.ini adalah suatu penting yang
harus diketahui, karena jika perusahaan tidak menyediakan keuntungan dari relokasi,
maka dia mungkin terpaksa harus menerima harga yang lebih murah agar bisa pindah.
Jika anda adalah pihak yang menawar rumah, mengetahui keputusan apa yang melandasi
sang penjual akan menjadi suatu keuntungan bagi anda.

Teknik 3: Kendalikan Setting.


Ada alasan yang logis kenapa para negosiator profisional punya aturan dasar untuk
selalu melakukakan pembicaran ditempat yang netral, misalnya hotel atau ruang
koferensi. Negosiator yang tidak bepengelaman, biasanya gagal untuk menyadari bahwa
pihak lain akan mendapat keuntungan jika negosiasi dilakukan diwilayah pihak lain
tersebut.keuntungan yang didapatkan oleh pihak lain tersebut misalnya, mereka akan
merasa lebih nyaman,punya dan bisa mengakses semua informasi dengan mudah,
mengontrol berbagai faktor lingkungan dan keputusan, dan sebagainya.jadi persiapkan
negosiasi dengan cara mengotrol setting sehingga menguntungkan anda,dan bukan
menguntungkan pihak lain.

Teknik 4: Gunakan Kreteria Objektif.


Gunakan kreteria objektif untuk menilai kualitas penawaran dari masing-masing
pihak, sebab itu akan mungkinkan meningkatan peluang anda untuk mendapatkan
kepuasan jika anda merasa bahwa pihak lain lebih tahu dibandingkan anda, maka
sepertinya anda jadi tidak menyukai mereka dan bertahan,dari pada memberikan meraka
“keuntungan”ini bisa menghambat kesepakatan dan pada akhirnya merugikan
anda.persiapan negosiasi dengan memiliki pihak luar yang berwenang untuk mengukur
atau menimbang posisi dari masing-masing pihak ,berdasrkan kreteria yang objektif.

Teknik 5 : Data Semua Item Yang Akan DiNegosiasikan.


Data semua masalah yang akan diselesaikan menjadi item-item yang terpisah, dan
mintalah pihak lain untuk menambahkannya begitu kedua belah pihak sepakat mengenai
semua masalah yang akan dinegosiasikan,maka anda seharusnya mengelompokan
beberapa item dalam daftar tersebut dalam sebuah “paket”dan memulai negosiasinya
untuk mendapatkan solusi yang sama-sama menguntungkan strategi ini bisa digunakan
untuk membangun rasa saling percaya dalam proses bernegosiasi.

Teknik 6 : Pemilihan Waktu Adalah Segalahnya.


Tanggal, bulan, waktu, dan berbagai kondisi umum, biasanya mempengaruhi hasil
dari negosiasi, tekanan eksternal yang dirasakan oleh pihak yang terlibat (yang mungkin
tidak berhubungan dengan masalah yang dinegosiasikan) terkadang bisa dimanfaatkan
untuk menguntungkan anda jika anda mengetahinya. Persiapkanlah dengan seksama dan
kerjakan tugas anda pemilihan waktu adalah segalanya.

Teknik 7 : Putuskan Seberapa “Tinggi”Yang Anda Anggap Tinggi.


Tuntutan awal anda dalam proses negosiasi adalah kepuputusan palinh penting yang
akan anda buat.jadi,pikirkan dulu hal ini baik-baik, Anda sepertinya tidak akan mendapat
lebih dari apa yang anda minta. Jadi jangan meremehkan apa yang mungkin tidak bisa
anda capai akan tetapi, permintaan anda seharusnyajuga tidak terlau rendah sehingga
pihak lain akan menyimpulkan bahwa anda tidak sungguh –sungguh dalam
bernegosiasi .

Teknik 8 : Kendalikan Emosi Anda


Menampakan emosi atau ras frustasi mengindikasikan pada pihak lawan bahwa
anda tidak nyaman dengan posisi anda dalam benegosiasi,dan mereka akan berasumsi
bahwa itu adalah kelemahan.ini akan menempatkan anda pada kerugian yang besar, dan
bahkan mungkin akan semakin menempatkan pihak lawan pada posisi yang tidak
menguntungkan (baik untuk anda atau kedua belah pihak).

Teknik 9 : Penawaran Jual Beli Timbal Balik.


Apa yang anda lakukan saat kedua belah pihak mencari cara untuk memiliki
sesuatu dimana sesuatu tersebut Cuma ada satu dan tidajk bisa dibagi sama rata.

Teknik 10 : Gunakan Seorang” Saksi Ahli”


Membuat diri anda menjadi seseorang yang ahli dalam topik tertentu agar bisa
anda mendaptkan apa yang anda inginkan , bisa menjadi taktik yang efektif dalam
sebuah situasi yang tepat cara sebaliknya juga sama efektifnya :buat pihak lawan sebagai
seseorang yang ahli dan paksa dia untuk mengotrol diskusi.

III. Kelebihan dan Kekurangan Negosiasi


a. Kelebihan Negosiasi
-Tidak melibatkan orang lain
-Bebas dalam menentukan kesepakatan
-Menghindari perhatian publik
-Pihak dapat memantau sendiri proses penyelesaiannya
-Dapat digunakan untuk setiap tahap penyelesaian sengketa
-Win-win solution
b. Kekurangan Negosiasi
-Tidak menjamin fakta-fakta ditetapkan dengan objektif.
-Tidak dapat menyelesaikan sengketa tertentu.
-Dapat gagal ketika salah satu pihak dalam posisi yang lemah

H. MEDIASI
I. Pengertian mediasi
Pada kepustakaan ditemukan banyak definisi tentang mediasi. Menurut Prof.
Takdir Rahmadi, mediasi adalah suatu proses penyelesaian sengketa antara dua pihak
atau lebih melalui perundingan atau cara mufakat dengan bantuan pihak netral yang tidak
memilih kewenangan memutus.
Pihak netral tersebut disebut mediator dengan tugas memberikan bantuan
prosedural dan substansial. Tetapi menurut Peraturan Mahkamah Agung, Mediasi adalah
penyelesaian sengketa melalui proses perundingan para pihak dengan dibantu oleh
mediator (Pasal 1 ayat (6) PERMA No. 2 tahun 2003).

II. Mengapa Ada Mediasi ?

1) Karena pengintegrasian mediasi ke dalam proses beracara di pengadilan dapat


menjadi salah satu instrumen efektif mengatasi kemungkinan penumpukan perkara
di pengadilan.
2) Karena mediasi merupakan salah satu proses lebih cepat dan murah, serta dapat
mernberikan akses kepada para pihak yang bersengketa untuk memperoleh keadilan
atau penyelesaian yang memuaskan atas sengketa yang dihadapi;
3) Karena institusionalisasi proses mediasi ke dalam sistem peradilan dapat
memperkuat dan memaksimalkan fungsi lembaga pengadilan dalam penyelesaian
sengketa disamping proses pengadilan yang bersifat memutus (ajudikatif);
4) Karena hukum acara yang berlaku, baik Pasal 130 HIR maupun Pasal 154 RBg,
rnendorong para pihak untuk menempuh proses perdamaian yang dapat diintensifkan
dengan cara mengintegrasikan proses mediasi ke dalam prosedur berperkara di
pengadilan tingkat pertama;

Sesuai dengan pasal 2 Peraturan Mahkamah Agung Republik Indonesia No. 2


Tahun 2003 tentang prosedur mediasi di pengadilan Mahkamah Agung Republik
Indonesia, bahwa semua perkara perdata yang diajukan ke pengadilan tingkat pertama
wajib untuk lebih dahulu diselesaikan melalui perdamaian dengan bantuan mediator.
Siapa yang wajib melakukan mediasi ?
Para pihak adalah dua atau lebih subjek hukum yang bersengketa dan membawa
sengketa mereka ke pengadilan tingkat pertama untuk memperoleh penyelesaian.
(pasal 1 ayat (7) PERMA No. 2 Tahun 2003)
Dimana Mediasi Dilakukan ?
Dalam Perma Nomor 2 Tahun 2003 diatur bahwa mediasi bisa dilaksanakan di dalam
dan diluar pengadilan. Jika proses mediasi dilaksanakan di dalam pengadilan maka
pelaksanaannya gratis karena memakai fasilitas pengadilan. Tetapi jika proses
mediasi dilaksanakan di luar pengadilan, maka para pihak harus bersepakat mengenai
tempat, biaya dan sebagainya yang diperlukan.
Bagaimana Prosedur Mediasi ?
Proses mediasi itu awalnya sama seperti orang berperkara biasa, dimana penggugat
mendaftarkan perkaranya. Kemudian pada hari pertama sidang hakim mewajibkan
para pihak untuk menempuh mediasi. Dalam Perma ini juga diberikan beberapa
pilihan. Artinya mediator itu tidak harus hakim, tapi juga bisa non hakim, dan tidak
harus di pengadilan, namun bisa juga di luar pengadilan. Yang paling penting hakim
dengan sedemikian rupa mencoba mendamaikan mereka melalui mediasi.
Alternatifnya, ada para pihak yang tetap tidak mau damai/mediasi karena udah
terlanjur benci atau ada perasaan negatif dengan institusi pengadilan jika proses
mediasinya dilaksanakan di dalam pengadilan. Oleh sebab itu mereka boleh
melakukan proses mediasi di luar pengadilan, tapi mereka terlebih dahulu sudah
meregister seperti halnya dalam meregister perkara biasa.

III. ARTI MEDIASI


Mediasi itu sebenarnya bagian dari alternatif penyelesaian sengketa. Tapi yang
kita bicarakan disini adalah mediasi yang kita sebut court connected mediation
artinya mediasi di dalam ruang lingkup pengadilan. Namun karena dia adalah
pemberdayaan dari Pasal 130 HIR maka mediasi menjadi wajib sifatnya. Tapi
pengertian mediasi secara umum memang seperti yang saya katakan, yaitu mediasi di
dalam perma itu memang sifatnya mandatory, tapi nature dari mediasi sendiri itu
adalah voluntary atau sukarela.
Saat ini kita sedang menyusun kriteria mediator non hakim itu kira-kira siapa saja.
Kalau kita lihat di berbagai negara, mediator non hakim itu ada pengacara, pensiunan
hakim. Mungkin kalau di indonesia juga bisa pemuka adat atau pemuka agama.
Artinya tidak hanya terbatas pada orang yang bergerak di bidang hukum saja.
Kesepakatan damai itu yang telah dicapai para pihak haruslah merupakan
haruslah acceptable solution. Jadi kesepakatan tersebut merupakan kesepakatan yang
diterima oleh kedua belah pihak dan menguntungkan kedua belah pihak. Tidak harus
win-win solution, tapi ada garis yang bisa diambil menjadi kesepakatan. Artinya
kedua belah pihak sama-sama menerima keputusan itu, karena kalau misalnya
ternyata kedua belah pihak itu tidak menerima keputusan itu akan berpengaruh
kepada implementasi dari kesepakatan itu.
Setelah pemilihan penunjukan mediator, para pihak wajib menyerahkan fotokopi
dokumen yang memuat duduk perkara, fotokopi surat-surat yang diperlukan dan hal-
hal lain yang terkait dengan sengketa kepada mediator dan para pihak. Semua hal itu
harus diungkapkan dalam proses mediasi untuk memudahkan para pihak. Namun
dalam proses mediasi, dimungkinkan pemanggilan saksi ahli atas persetujuan para
pihak, untuk memberikan penjelasan dan pertimbangan yang dapat membantu para
pihak dalam menyelesaikan sengketanya. Semua biaya jasa ahli itu ditanggung oleh
para pihak berdasarkan kesepakatan. Namun apabila proses mediasi tersebut tidak
berhasil dan para pihak ternyata melanjutkan perselisihan tersebut ke pengadilan,
maka sebaiknya dipakai saksi ahli yang lain, kecuali orang yang ahli di bidang itu
hanya sedikit atau hanya satu orang. Saksi ahli itu dipanggil untuk penyelesaian
perbedaan sesuai dengan ilmu dan keahliannya. Apa yang dia ungkapkan pada proses
mediasi maupun pengadilan itu sifatnya bukan untuk memihak salah satu pihak
melainkan berbicara mengenai fakta sebenarnya. Fungsi mediator disini hanya
mengarahkan aja. Perlu tidaknya keterangan saksi ahli tergantung para pihak.
Jangka waktu proses mediasi telah ditentukan dalam Perma. Untuk mediasi di luar
pengadilan jangka waktunya 30 hari. Sedangkan apabila proses mediasi tersebut
berjalan di dalam pengadilan, maka jangka waktu proses mediasi tersebut adalah 22
hari setelah penunjukan mediator. Jadi nanti setelah waktu yang ditetapkan itu
kembali ke pengadilan. Kemudian dimintakan penetapan oleh hakim. Jika dalam
batas waktu yang ditentukan yaitu 22 atau 30 hari itu tidak tercapai kata sepakat
mediasi itu wajib dinyatakan gagal oleh mediator dan hal itu harus dilaporkan oleh
mediator ke majelis hakimnya untuk melanjutkan pemeriksaan perkara dengan proses
biasa. Agar tidak rancu, proses mediasi di luar pengadilan artinya tetap di lingkungan
pengadilan, tapi mediatornya bukan berasal dari mediator yang ada dalam list
mediator yang diajukan pengadilan.
Di Indonesia proses mediasi memang untuk memang perdata. Di luar negeri
pelanggaran itu bisa melalui proses mediasi. Namun hukum di Indonesia
mengkategorisasikan pelanggaran ke dalam hukum pidana. Sehingga untuk
pelanggaran tidak mungkin diselesaikan melalui proses mediasi.
Pada dasarnya proses mediasi tertutup untuk umum kecuali untuk kasus-kasus
publik seperti lingkungan, yang melibatkan banyak pihak. Mediasi untuk kasus
lingkungan di atas dilaksanakan secara terbuka karena melibatkan banyak pihak, jadi
sudah semestinya membuka akses informasi kepada publik.
Apabila dalam jangka waktu yang telah ditentukan namun proses mediasi belum
berhasil, maka dokumen-dokumen yang dipakai pada saat proses mediasi tidak boleh
dipergunakan di persidangan. Larangan tersebut didasari dengan alasan untuk
menghindari hal-hal yang tidak diinginkan jika misalnya ada pihak yang beritikad
tidak baik. Yang harus dimusnahkan adalah notulen atau catatan mediator.
Selain itu pengakuan para pihak yang ada dalam proses mediasi itu juga tidak
boleh dibeberkan lagi pada saat sidang. Bahkan mediator atau salah satu pihak yang
terlibat dalam proses mediasi juga tidak dapat diminta menjadi saksi dalam
persidangan untuk kasus yang sama.
Sebagaimana telah diuraikan di atas, maka hasil dari proses mediasi dalah
kesepakatan antar para pihak. Kesepkatan tersebut dituangkan dalam suatu akta
perdamaian yang bersifat final dan binding serta berkekuatan hukum tetap. Sehingga
menkanisme pengawasan pelaksanaan kesepakatan tersebut sama seperti eksekusi
putusan biasa yang berkekuatan hukum tetap, yaitu dari pihak pengadilan sendiri.
Proses penyelesaian melalui mediasi diawali dengan mediator mengadakan
pertemuan dengan para pihak secara terpisah-pisah/kaukus sebelum pertemuan
lengkap diselenggarakan untuk mengetahui informasi apa saja yang boleh dan tidak
boleh diungkap dalam pertemuan lengkap. Artinya pada tahap ini sudah ada
peringatan dari mediator. Misalnya seperti larangan menyerang pihak lawan dengan
bahasa yang memang tidak enak didengar. Kemudian mediator dapat mempengaruhi
apa yang disampaikan oleh satu pihak kepada pihak lawannya dengan cara
memodifikasi pesan dalam bahasa yang dapat diterima dan dipahami oleh kedua
belah pihak. Terkadang kita berbicara sesuatu tapi belum tentu lawan bicara kita
menangkap apa yang kita maksudkan.
Mediator bisa membatasi atau menginterupsi salah satu pihak kalau misalnya
yang dibicarakan itu menyangkut hal yang sensitif bagi pihak lain. Sebelum
melakukan proses mediasi, para pihak sudah harus memasukan data tentang
persengketaan. Data ini sebenarnya cukup melalui pengumpulan data, dan hasilnya
dianalisis untuk kemudian disusun rencana atau strategi mediasi.
Mediator juga dapat melakukan pencarian data-data ke lapangan agar dia lebih
sensitif. Namun lagi-lagi, mediator disini bukan sebagai pihak yang memutus,
melainkan lebih kepada pihak yang mengkondisikan agar pertemuan dapat
melahirkan kesepakatan-kesepakatan berdasarkan kepentingan para pihak.

IV. Tahapan Mediasi


1. Memulai proses mediasi
2. Mengungkap kepentingan tersembunyi
3. Merumuskan masalah dan menyusun agenda
4. Mengembangkan pilihan-pilihan
5. Menganalisis pilihan-pilihan
6. Proses tawar menawar akhir
7. Mencapai kesepakatan
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Hukum tentu sangat penting untuk bisnis, seluruh subjek dan objek bisnis tidak
akan terlepas dari hukum. Hukum menjamin agar kegiatan bisnis dapat berjalan dengan
lancar, aman, tertib, dan terlindungi oleh kepastian hukum. Sesuai dengan fungsinya,
bahwa sebagai sumber informasi yang berguna bagi praktisi bisnis. Untuk memahami
hak-hak dan kewajibannya dalam praktik bisnis, agar terwujud watak dan perilaku
aktivitas dibidang bisnis yang berkeadilan, wajar, sehat dan dinamis (yang dijamin oleh
kepastian hukum).
Hukum pun menjamin bahwa hak dan kewajiban semua pihak terpenuhi, baik itu
produsen maupun konsumennya, sehingga tidak ada satu pihak pun yang merasa
dirugikan jika terjadinya wanprestasi. Hak-hak konsumen untuk merasa aman terhadap
suatu produk pun terjamin. Agar bisnisnya bisa berjalan dengan lancar pelaku bisnis tentu
berhubungan erat dengan hukum sehingga tidak ada kata melanggar hukum atau
melakukan bisnis yang ilegal yang menyebabkan kerugian baik pelaku bisnis itu sendiri
maupun masyarakat (konsumen).

B. Saran
Para pelaku binis perlu lebih menaati aturan hukum bisnis agar para pelaku bisnis dapat
terhindar dari berbagai persoalan, sekaligus membuat kegiatan bisnis menjamin aman dan
terlindungi. Sehingga tidak ada alasan bagi para pelaku bisnis untuk tidak melakukannya.
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami haturkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan karuniaNya
Penulis dapat menyelesaikan makalah mengenai ‘Hukum Bisnis di Indonesia’. Meskipun
banyak hambatan yang Penulis alami dalam proses pengerjaannya, tapi Penulis berhasil
menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya.

Dalam penulisan makalah ini, banyak pihak yang telah membantu hingga makalah ini
dapat Penulis selesaikan. Oleh karena itu, Penulis berterima kasih kepada Dosen Mata Kuliah
Hukum Bisnis di Politeknik Negeri Kupang, serta teman-teman yang telah mendukung
Penulis dalam pembuatan makalah ini.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk
itu Penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun guna
sempurnanya makalah ini. Penulis juga berharap semoga makalah ini bias bermanfaat bagi
kami khususnya selaku Penulis dan bagi para pembaca pada umumnya.

Kupang, 30 Januari 2018

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…………………………………………………...……………….i

DAFTAR ISI………………………………………………………………..………….....ii

BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………………......1

A. Latar Belakang………………………...……………………………......1
B. Rumusan Masalah………………………...………………………….....2
C. Tujuan Penulisan…………………………...…………………………...2
BAB II PEMBAHASAN………………………………………………………………...3
A. Hukum Bisnis……………………………………………………………3
B. CV (Commanditaire Vennootschap)…………………………………....7
C. PT (Perseroan Terbatas)…………………………………….…………..11
D. Badan Usaha Milik Negara (BUMN)………………………………….18
E. Konsumen……………………………………………………………...23
F. Hak Kekayaan Intelektual……………………………………………..28
G. Negosiasi……………………………………………………………….33
H. Mediasi…………………………………………………………………38
BAB III PENUTUP…………………………………………………………………….43
A. Kesimpulan……………………………………………………………43
B. Saran…………………………………………………………………..43

You might also like