You are on page 1of 9

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Arus pasang surut disebabkan oleh fenomena pasang surut yang dapat berubah
sesuai dengan tipe dari pasang surut tersebut, sehingga arus pasang surut dapat
memiliki tipe seperti tipe pasang surut yaitu diurnal atau harian tunggal dimana
dalam satu hari terdapat satu kali perubahan arus, sedangkan untuk
daerah yang memiliki tipe pasang surut semi diurnal atau harian ganda maka dalam
satu hari akan mengalami dua kali perubahan arah arus. Arus pada sungai
dan daerah perairan yang semi tertutup lebih dominan di timbulkan
oleh faktor pasang surut. Karakteristik arus perairan mempengaruhi
nilai sorting. Pergerakan sedimen dipengaruhi oleh kecepatan arus dan ukuran
butiran sedimen (Qhomariyah dan Yuwono, 2016).

Perairan pantai meliputi perairan di daerah paparan benua dan perairan semi
tertutup. Pasang surut di daerah pantai merupakan pasang surut yang menjalar dari
laut yang terbuka/ lepas, sehingga di daerah ini komponen pasang surutnya seperti
elevasi dan arus pasang surut mengalami perubahan. Biasanya magnitudo
bertambah bahkan terkadang dengan faktor yang besar apabila terjadi resonansi
antara perioda pasut dan perioda alami perairan darat. Arus pasut di paparan benua
dapat menjadi lebih besar. Gaya-gaya pembangkit pasang surut ditimbulkan oleh
gaya tarik menarik bumi, bulan dan matahari. Pembentukan pasang surut air laut
sangat dipengaruhi oleh gerakan utama matahari dan bulan (Fadillah et al. 2014).

Karakteristik pasang surut laut dapat berbeda antara satu daerah dengan daerah
lain. Kadang-kadang karakteristik pasang surut laut untuk suatu daerah tidak
diketahui. Fadahal, karakteristik ini sangat diperlukan oleh banyak pihak seperti
nelayan ataupun para pemegang keputusan. karakteristik pasang surut laut di
Indonesia yaitu pasang surut tunggal mendominasi perairan Indonesia sebelah barat
dan pasang surut ganda mendominasi perairan Indonesia sebelah timur. Pasang
surut.laut terbentuk karena tarikan yang menyebabkan badan air laut bergerak
vertikal dan horisontal. Oleh kaiena itu, permukaan air laut tidaklah statik
melainkan dinamik dan selalu bergerak (Haryono dan Sri Narni, 2004).
Wilayah pesisir dapat dimanfaatkan untuk perencanaan dan pengelolaan
sumberdaya hayati laut seperti pengembangan potensi perikanan dan sarana
pendukungnya. Hal ini dapat diwujudkan apabila sudah terdapat acuan data
pendukung mengenai fenomena yang terjadi. Dalam hal kegiatan perikanan
tangkap, bagi kapal nelayan yang pergi melaut perlu mendapatkan informasi
mengenai kapan surut terendah yang harus dihindari agar tidak membahayakan
kapal yang akan merapat ke dermaga.Bagi kegiatan perikanan budidaya baik
budidaya laut atau di pantai sangat penting untuk mendapatkan informasi
sampai dimana batas tertinggi ketika air pasang ataupun batas terendah ketika air
surut (Adibrata, 2007).

Pulau Jawa dikelilingi oleh dua perairan yang berbeda karakteristiknya.


Perairan laut di sisi selatan pulau Jawa mempunyai karakteristik dengan topografi
dasar laut yang curam, dan gelombang besar, serta berbatasan langsung dengan
Samudera Hindia. Sedangkan perairan laut di sisi utara pulau Jawa memiliki
karakteristik dengan kondisi topografi dasar laut landai dan bergelombang relatif
kecil serta berbatasan langsung dengan laut Jawa. Perbedaan dua karakter ini
menjadi hal yang menarik untuk diamati, terutama Muka Air Laut Rerata (MLR).
Pasang surut di Indonesia dibedakan menjadi beberapa jenis, yang dipengaruhi oleh
topografi dan batasan wilayah pada suatu perairan (Mahatmawati et al. 2009).

1.2 Tujuan Praktikum


1. Mahasiswa dapat melakukan pengukuran pasang surut dengan papan
skala(Tide staff).
2. Mahasiswa dapat mengetahui jenis – jenis pasang surut berdasarkan
konstantanya.
3. Mahasiswa dapat mengetahui dan menghitung beberapa kondisi muka air.
4. Mahasiswa dapat mengetahui faktor yang mempengaruhi pasang surut.
1.3 Manfaat praktikum
Manfaat dari praktikum ini adalah mengetahui cara pengukuran pasang surut
dengan papan skala(Tide staff). Mengetahui jenis – jenis pasang surut. Mengetahui
cara penghitungan beberapa kondisi muka air serta mengantisipasi faktor– faktor
yang akan terjadi selama proses kerja, baik kesalahan dalam pengerjaan maupun
hal – hal yang akan mempengaruhi dalam proses perhitungan tersebut.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Pasang surut adalah suatu fenomena pergerakan naik turunnya permukaan air
laut secara berkala yang diakibatkan oleh kombinasi gaya gravitasi dan gaya tarik
benda-benda astronomi terutama oleh bumi, bulan dan matahari. Pengaruh benda
angkasa lainnya dapat diabaikan karena jaraknya lebih jauh dan ukurannya lebih
kecil. Faktor non astronomi yang mempengaruhi pasang surut terutama di perairan
semi tertutup seperti teluk adalah bentuk garis pantai dan topografi dasar perairan.
Puncak gelombang disebut pasang tinggi dan lembah gelombang disebut pasang
rendah. Perbedaan vertikal antara pasang tinggi dan pasang rendah disebut rentang
pasang surut (tidal range). Pasang surut (pasut) adalah gerakan naik turunnya
permukaan air laut secara berirama (Musrifin, 2011).

Perairan Indonesia mempunyai kisaran tinggi pasang surut yang berbeda –


beda di suatu tempat dengan tempat yang lain. Potensi energi pasang surut di
peroleh dengan menggunakan simulasi sistem kolam tunggal dan sistem daur
ganda. Sistem kolam tunggal ini merupakan gabungan dari sistem daur tunggal
pasang dan daur surat. Sistem ini sangat menguntungkan karena mampu
membangkitkan tenaga listrik pada waktu pasang dan surut. Perkiraan energi
dihitung berdasarkan besarnya fungsi luas kolam dan beda tinggi pasang serta debit
yang dihasilkan. Tinggi potensi energi pasang surut berdasarkan hasil yang
diperoleh dikarenakan pada saat bulan purnama atau bulan baru yang terjadi secara
bergiliran setiap dua minggu sekali (Handoyo et al. 2015).

Pengetahuan mengenai pasang surut sangat penting dalam perencanaan


pelabuhan. Dalam hal ini perencanaan pelabuhan yang dilakukan dari hasil
pengamatan pasang surut adalah selain penentuan datum vertikal, yakni untuk
pengamatan sedimentasi yang terbentuk di pelabuhan yang dibawa oleh gelombang
pasang dan sedimentasi yang terkikis dari pelabuhan oleh gelombang surut.
Pengukuran pasut dapat dilakukan dengan alat pengukur (gauge) yang diukur setiap
jam atau hari. Pada saat terjadi pasang akan terbawa material yang akan mengendap
di dermaga yang dinamakan sedimentasi, dan saat surut material akan terkikis dari
area dermaga. Jumlah sedimentasi disetiap tempat berbeda, hal ini dikarenakan
perbedaan dari pengaruh pasang surut (Qhomariyah dan Yuwono, 2016).
Perkataan pasang surut biasanya dikaitkan dengan proses naik turunnya paras
laut (sea level) secara berkala yang ditimbulkan oleh adanya gaya tarik dari benda-
benda angkasa terutama matahari dan bulan, terhadap massa air di bumi. Proses
pasang surut ini dapat dilihat di daerah pantai sehingga dapat berguna bagi kegiatan
manusia yang hidup di perairan pantai seperti pelayaran dan penangkapan/
budidaya sumberdaya hayati perairan. Variasi permukaan laut secara umum terbagi
dua, yaitu : non astronomi dan astronomi berkala perubahan permukaan laut.
Perubahan non-astronomi, hasil dari variasi massa air laut yang disebabkan oleh
perubahan iklim dunia dan efek meteorologi (misalnya atmosfer, tekanan, angin,
arus, dan penguapan dan presipitasi (Fadillah et al. 2014).

Hasil hitungan data pasang surut laut dengan mnggunakan rumus ialah berupa
bilangan Formzal. Berdasarkan besarnya bilangan Formzal dan interpretasinya
serta peta lokasi pengamatan pasang surut laut, maka dapat disusun peta
karakteristik pasang surut laut untuk pulau Jawa. diketahui bahwa karakteristik
pasang surut laut di pulau Jawa sebagian merupakan pasang surut laut campuran
condong ke harian ganda. Dengan adanya peta karakteristik pasang surut laut di
pulau Jawa, maka para pengguna dapat memakai peta ini dengan mudah dan dapat
mengetahui karakteristik pasang surut laut di pulau Jawa dengan cepat. Dengan
memakai rumus Formzal dapat diketahui angka-angka Formzal pada setiap stasiun
pasang surut (Haryono dan Sri Narni, 2004).

Datum referensi pasut yang biasa digunakan ada tiga macam yaitu duduk
tengah sementara (muka air laut ratarata atau Mean Sea Level setengah bulanan),
muka surutan (Zo atau Chart Datum), dan tinggi muka air rata-rata. Pengukuran
tinggi muka air yaitu secara vertikal dan harus direferensikan terhadap titik nol atau
bidang datum acuan tertentu, biasanya dengan membuat patok permanen sebagai
Bench Mark. Nilai muka air rendah pada saat pasang besar dapat dimanfaatkan
untuk menguras air dari tambak yang digelontorkan secara gravitasi. Nilai datum
referensi seperti MSL akan sangat berguna dalam sebuah investasi budidaya
perikanan yang sangat besar karena apabila terjadi kesalahan perhitungan maka
nilai kerugian yang ditanggung sangat besar (Adibrata, 2007).

Terdapat empat jenis tipe pasang surut yang didasarkan pada periode dan
keteraturannya, yaitu pasang surut harian (diurnal), tengah harian (semi diurnal),
campuran condong ke harian ganda (mixed tides) dan campuran condong ke harian
tunggal (prevailing diurnal). Dalam sebulan, variasi harian dari rentang pasang
surut berubah secara sistematis terhadap siklus bulan. Rentang pasang surut juga
bergantung pada bentuk perairan dan konfigurasi lantai samudera. Tinggi pasang
surut adalah jarak vertikal antara air tertinggi (puncak air pasang) dan air terendah
(lembah air surut) yang berurutan. Periode pasang surut adalah waktu
yang diperlukan dari posisi muka air pada muka air rerata ke posisi yang sama
berikutnya (Mahatmawati et al. 2009).

Untuk menentukan jenis pasang surut pada suatu daerah maka perlu dilakukan
analisa pasang surut. Analisa pasang surut memerlukan data amplitudo dan tinggi
pasang surut selama dua minggu yaitu satu siklus pasang surut. Penelitian ini
bertujuan untuk menganalisa pasang surut dengan menggunakan metode
Admiralty. Pengamatan pasang surut dilakukan dengan menggunakan papan
berskala (peil schall) dengan selang pembacaan pada rambu ukur. Perhitungan data
pasang surut menggunakan metode British Admiralty yang pengolahannya
bertujuan untuk mengetahui nilai konstanta harmonik dari data pasang surut yang
keluarannya berupa grafis sinusoidal tipe pasang surut. Pengukuran tinggi pasang
surut merujuk dengan ramalan pasang surut (Musrifin, 2011).

Dengan mengacu pada Bench Mark di atas, maka dapat diketahui nilai-nilai
kedalaman di laut (bathimetri) berdasarkan pada chart datum. Nilai chart datum
merupakan titik nol untuk pengukuran di laut yang biasa dituliskan untuk nilai
kedalaman air pada peta laut. Nilainilai ketinggian di darat (topografi)
didasarkan pada MSL. Nilai MSL merupakan titik nol untuk pengukuran di darat.
Sebagai contoh, ketika survey untuk penentuan titik-titik kedalaman dasar
perairan yang terukur di laut maka harus dikoreksikan lagi terhadap nilai muka
surutan (Adibrata, 2007).

Faktor-faktor non astronomi yang mempengaruhi tunggang air (interval antara


air tinggi dan air rendah) dan waktu datangnya air tinggi atau waktu air rendah
adalah morfologi pantai, kedalaman perairan dan kedalaman meteorologi serta
faktor hidrografi lainnya, sehingga dapat dikatakan bahwa pasang surut selain
fenomena gerakan paras laut yang periodik secara vertikal, juga gerakan arus
pasang surut yang periodik secara horizontal (Fadillah et al. 2014).
Puncak elevasi disebut pasang tinggi dan lembah elevasi disebut pasang
rendah. Periode pasang surut (Tidal Range) adalah waktu antara puncak atau
lembah gelombang ke puncak atau lembah gelombang berikutnya. Dalam siklus
bulanan, terjadi 2 kali pasang tinggi yang tertinggi dan pasang rendah yang terendah
yaitu saat konjungsi dan oposisi. besaran gaya gravitasi berbanding terbalik
terhadap jarak. Oleh karena itu, meskipun ukuran bulan lebih kecil dari matahari,
gaya tarik gravitasi bulan lebih besar daripada gaya tarik matahari dalam
membangkitkan pasang surut laut karena jarak bulan ke bumi lebih dekat dari pada
jarak matahari ke bumi (Qhomariyah dan Yuwono, 2016).

matahari bersama bulan sama-sama menarik air laut yang menjadikannya


pasang. Apabila bulan dan matahari berada pada satu garis langit, tarikannya
menjadi lebih kuat. Tetapi kerap kali bulan dan matahari itu menarik dari jurusan
yang berbeda-beda, dengan demikian maka kadang-kadang pasang itu sangat tinggi
dan pada waktu lainnya sangat rendah. Gerakan pasang juga bergantung pada
bentuk dasar laut. Di tengahtengah samudra pasang itu naik dan surut tiga puluh
sampai enam puluh sentimeter. Tetapi di banyak pantai, perbedaan mungkin
beberapa meter (Fadillah et al. 2014).

Jenis pasang surut teridentikasi sebagai bentuk pengaruh gravitasi bulan dan
matahari serta gaya sentrifugal bumi secara langsung terhadap pergerakan air laut.
Adapun tipe pasang surut biasanya dipengaruhi oleh faktor lokalitas laut secara
khusus, sehingga membedakan karakter pasang surut antara satu tempat dengan
tempat yang lain. naik turunnya permukaan laut (sea level) yang teratur
disebabkan oleh gravitasi benda-benda langit terutama bulan dan matahari. Posisi
benda-benda langit tersebut selalu berubah secara teratur terhadap bumi, sehingga
besarnya kisaran pasang surut juga berubah secara teratur mengikuti perubahan
tersebut (Musrifin, 2011).

Dinamika pasang surut air laut -selain gravitasi bulan dan matahari- adalah
keadaan laut secara lokal. Meliputi kedalaman, luas, dan gesekan laut. Teori baru
ini juga menyertakan rotasi bumi sebagai faktor yang berpengaruh terhadap
dinamika pasang surut air laut. Kesetimbangan juga diasumsikan dengan
kedalaman laut dan densitas yang sama antara naik dan turunnya elevasi permukaan
laut yang sebanding dengan gaya pembangkit pasang surut (Tide Generating Force)
yaitu Resultante gaya gravitasi bulan matahari dan gaya sentrifugal bumi. Gaya
pembangkit pasang surut akan menimbulkan air tinggi pada dua lokasi dan air
rendah pada dua lokasi (Adibrata, 2007).

Untuk memahami gaya pembangkit pasang surut perlu dilakukan pendekatan


dengan pemisahan pergerakan sistem bumi-bulan-matahari menjadi 2 sistem, yaitu
sistem bumi-bulan dan sistem bumi-matahari. matahari juga memiliki pengaruh
pada variasi pasang surut yang terjadi. Namun bedanya, pengaruh gravitasi
matahari lebih kecil dari pada gravitasi bulan dalam membangkitkan pasang surut
walaupun ukuran matahari jauh lebih besar dari bulan. Hal ini disebabkan jarak
bulan lebih dekat dari pada jarak matahari ke bumi. Perbedaan gaya gravitasi juga
mengakibatkan dua pasang tinggi yang berbeda dalam satu hari pada suatu tempat.
Dinamika pasang surut pada tempat tersebut disebut sebagai pasang surut harian
ganda (semi diurnal) (Musrifin, 2011).

Potensial pasang surut air laut juga bergantung pada jarak bumi-matahari. Oleh
karena bumi mengelilingi matahari melalui lintasan yang berbentuk ellips, maka
jarak antara bumi dan matahari dalam satu tahun akan bervariasi. Dengan
memperhatikan posisi perihelion dan aphelion matahari serta perigee dan apogee
bulan, maka dapat diperkirakan bahwa dinamika elevasi permukaan air laut ketika
terjadi pasang surut akan selalu berubah mengikuti perubahan posisi matahari dan
bulan setiap saat dengan siklus yang mengikuti selisih waktu pergerakan matahari
dan bulan. Pengaruh matahari dan bulan dengan deklinasi yang berbeda-beda
menjadikan dinamika pasang surut air laut semakin bervariasi antara satu tempat
dengan tempat yang lain (Fadillah et al. 2014).

Pasang surut dinamik berpedoman bahwa lautan yang homogen masih


diasumsikan menutupi seluruh bumi pada kedalaman yang konstan, tetapi gaya-
gaya tarik periodik dapat membangkitkan gelombang dengan periode sesuai dengan
konstitue-konstituennya. Karakteristik pasang surut yang terbentuk dipengaruhi
oleh karakter laut secara lokal. gaya pembangkit pasut menghasilkan gelombang
pasut (tide wive) yang periodenya sebanding dengan gaya pembangkit pasut.
Karena terbentuknya gelombang, maka terdapat faktor lain yang perlu
diperhitungkan selain gaya pembangkit pasang surut. Faktor-faktor tersebut adalah:
kedalaman perairan dan luas perairan, pengaruh rotasi bumi (Handoyo et al. 2015).
BAB III
METODOLOGI
3.1 Waktu dan Tempat
Waktu pelaksanaan praktikum ini berlangsung pada Hari Selasa, tanggal 20
Maret 2018, pada pukul 13.00 WIB sampai dengan selesai, bertempat di
Laboratorium Oseanografi dan Instrumentasi Kelautan, Program Studi Ilmu
Kelautan, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas
Sriwijaya.

3.2 Alat dan Bahan


No. Alat Fungsi
1. Kalkulator Alat untuk melakukan penghitungan.
2 Penggaris Alat bantu untuk membuat garis.
3 Pensil Untuk mencatat hasil praktikum.
4 Spidol Untuk mencatat hasil praktikum
(perbedaannya dengan pensil yaitu
diketebalan huruf).

No. Bahan Fungsi


1. Kertas berskala Untuk membuat hasil praktikum dengan
mempekecil atau memperbesar ukuran objek.

3.3 Prosedur Kerja


Pertama ditentukan tipe pasang surut dengan memplotkan tingi muka air dan
membandingkannya dengan pasang surut didaerah lain.

Kemudian hitung beberapa kondisi penting dari muka air sesuai dengan
formatnya.

Setelah itu, untuk menentukan tipe pasang surut harus didasari bilangan
formzahl.
DAFTAR PUSTAKA

Adibrata S. 2007. Analisis Pasang Surut Di Pulau Karampuang, Provinsi Sulawesi


Barat. Jurnal Sumberdaya Perairan. Vol.1(1): 1 – 5.

Fadillah et al. 2014. Menentukan Tipe Pasang Surut dan Muka Air Rencana
Perairan Laut Kabupaten Bengkulu Tengah Menggunakan Metode Admiralty.
Jurnal Maspari. Vol.6(1): 1 – 12.

Handoyo et al. 2015. Konversi Tinggi Pasang Surut Di Perairan Cilacap Terhadap
Energi Yang Dihasilkan. Jurnal Kelautan Tropis. Vol.18(2): 112 – 120.

Haryono dan Sri Narni. 2004. Karakteristik Pasang Surut Laut di Pulau Jawa.
Jurnal Forum Teknik. Vol.28(1): 1 – 5.

Mahatmawati et al. 2009. Perbandingan Fluktuasi Muka Air Laut Rerata (Mlr) Di
Perairan Pantai Utara Jawa Timur Dengan Perairan Pantai Selatan Jawa Timur.
Jurnal Kelautan. Vol.2(1): 31 – 39.

Musrifin. 2011. Analisis Pasang Surut Perairan Muara Sungai Mesjid Dumai.
Jurnal Perikanan dan Kelautan. Vol.16(1): 48 - 55.

Qhomariyah L. dan Yuwono. 2016. Analisa Hubungan antara Pasang Surut Air
Laut dengan Sedimentasi yang Terbentuk (Studi Kasus : Dermaga Pelabuhan
Petikemas Surabaya). Jurnal Teknik ITS. Vol.5(1): 1 – 2.

You might also like