Professional Documents
Culture Documents
1102012089
LI.1. MM Demam
LO.1.1 Definisi
Normal suhu tubuh berkisar 36.5-37.2 º C. Suhu subnormal di bawah 36ºC, dengan
adanya demam pada umumnya diartikan suhu tubuh di atas 37.2ºC. Terdapat perbedaan antara
pengukuran suhu di aksila dan oral maupun rektal.Dalam keadaan biasa perbedaan ini berkisar sekitar
0.5ºC; suhu rektal lebih tinggi daripada suhu oral. Suhu tubuh mengikuti irama sirkadian: suhu pada dini
hari rendah, dan suhu tertinggi terjadi pada pukul 16.00-18.00 (Nelwan, 2009)
LO.1.2 Klasifikasi
Demam septik : Pada tipe demam septic, suhu badan berangsur naik ke tingkat yang
tinggi sekali pada malam hari dan turun kembali ke tingkat di atas normal pada pagi hari. Sering disertai
keluhan menggigil dan berkeringat. Bila demam yang tinggi tersebut turun ke tingkat yang normal
dinamakan juga demam hektik.
Demam remiten :Pada tipe demam remiten, suhu badan dapat turun setiap hari tetapi
tidak pernah mencapai suhu badan normal. Perbedaan suhu yang mungkin tercatat dapat mencapai dua
derajat dan tidak sebesar perbedaan suhu yang dicatat pada demam septic.
Demam intermiten : Pada tipe demam intermiten, suhu badan turun ke tingkat yang
normal selama beberapa jam dalam satu hari. Bila demam seperti ini terjadi setiap dua hari sekali disebut
tersiana dan bila terjadi dua hari bebas demam di antara dua serangan demam disebut kuartana.
Demam kontinyu : Pada tipe demam kontinyu variasi suhu sepanjang hari tidak berbeda
lebih dari satu derajat. Pada tingkat demam yang terus menerus tinggi sekali disebut hiperpireksia.
Demam siklik : Pada tipe demam siklik terjadi kenaikan suhu badan selama beberapa hari
yang diikuti oleh periode bebas demam untuk beberapa hari yang kemudian diikuti oleh kenaikan suhu
seperti semula.
SUMBER : IPD JILID III hal 2767
LO.1.3 Etiologi
Fitri Permata Sari
1102012089
Penyebab Demam
Suatu tipe demam kadang-kadang dapat dihubungkan dengan suatu penyakit tertentu, seperti misalnya
tipe demam intermiten untuk malaria. Seorang pasien dengan keluhan demam mungkin dapat
dihubungkan segera dengan suatu sebab yang jelas, misalnya : abses, pneumonia, infeksi saluran kencing
atau malaria; tetapi kadang-kadang sama sakit, biasanya digolongkan sebagai influenza atau common
cold. Dalam peraktek 90 % dari para pasien dengan demam yang baru saja dialami, pada dasarnya
merupakan suatu penyakit yang self-limiting seperti influenza atau penyakit virus sejenis lainnya. Namum
hal ini tidak berarti bahwa kita tidak harus tetap waspada terhadap suatu infeksi bakterial.
Kausa demam selain infeksi juga dapat disebabkan oleh keadaan toksemia, karena keganasan atau reaksi
terhadap pemakaian obat. Juga gangguan pada pusat regulasi suhu sentral dapat menyebabkan peninggian
temperatur seperti pada heat stroke, perdarahan otak, koma atau gangguan sentral lainnya. Pada
perdarahan internal pada saat terjadinya reabsorpsi darah dapat pula menyebabkan peningkatan
temperatur. Kemungkinan beberapa hal secara khusus perlu diperhatikan pada demam, adalah cara timbul
demam, lama demam, sifat harian demam, tinggi demam dan keluhan serta gejala lain yang menyertai
demam. Demam yang tiba-tiba tinggi lebih sering disebabkan oleh penyakit virus.
SUMBER : IPD JILID III hal 2767
Penyebab Umum
Penyebab Khusus
1. Set point hipotalamus meningkat
Fitri Permata Sari
1102012089
a. Pirogen endogen
Infeksi
Keganasan
Alergi
Panas karena steroid
Penyakit kolagen
Racun kalajengking
Penyinaran
Keracunan epinefrin
Hipertermia malignan
Hipertiroidisme
Hipernatremia
Keracunan aspirin
1102012089
Displasia ektoderm
Kombusio (terbakar)
Keracunan phenothiazine
Heat stroke
Ensefalitis/ meningitis
Trauma kepala
Perdarahan di kepala yang hebat
Penyinaran
LO.1.4 Patogenesis
Demam mengacu pada peningkatan suhu tubuh akibat dari peradangan atau infeksi.
Proses perubahan suhu yang terjadi saat tubuh dalam keadaan sakit lebih dikarenakan oleh zat toksin yang
masuk kedalam tubuh.
Umumnya, keadaan sakit terjadi karena adanya proses peradangan (inflamasi) di dalam
tubuh. Proses peradangan itu sendiri sebenarnya merupakan mekanisme pertahanan dasar tubuh terhadap
adanya serangan yang mengancam keadaan fisiologis tubuh. Proses peradangan diawali dengan
masuknya zat toksin (mikroorganisme) kedalam tubuh kita. Mikroorganisme (MO) yang masuk kedalam
tubuh umumnya memiliki suatu zat toksin tertentu yang dikenal sebagai pirogen eksogen.
Dengan masuknya MO tersebut, tubuh akan berusaha melawan dan mencegahnya dengan
pertahanan tubuh antara lain berupa leukosit, makrofag, dan limfosit untuk memakannya (fagositosit).
Dengan adanya proses fagositosit ini, tubuh akan mengeluarkan senjata, berupa zat kimia yang dikenal
sebagai pirogen endogen (khususnya IL-1) yang berfungsi sebagai anti infeksi. Pirogen endogen yang
keluar, selanjutnya akan merangsang sel-sel endotel hipotalamus untuk mengeluarkan suatu substansi
yakni asam arakhidonat. Asam arakhidonat dapat keluar dengan adanya bantuan enzim fosfolipase A2.
Asam arakhidonat yang dikeluarkan oleh hipotalamus akan pemacu pengeluaran prostaglandin (PGE 2).
Pengeluaran prostaglandin dibantu oleh enzim siklooksigenase (COX). Pengeluaran
prostaglandin akan mempengaruhi kerja dari termostat hipotalamus. Sebagai kompensasinya, hipotalamus
akan meningkatkan titik patokan suhu tubuh (di atas suhu normal). Adanya peningkatan titik patokan ini
Fitri Permata Sari
1102012089
dikarenakan termostat tubuh (hipotalamus) merasa bahwa suhu tubuh sekarang dibawah batas normal.
Akibatnya terjadilah respon dingin/ menggigil. Selain itu vasokontriksi kulit juga berlangsung untuk
mengurangi pengeluaran panas. Kedua mekanisme tersebut mendorong suhu naik. Adanya proses
menggigil ( pergerakan otot rangka) ini ditujukan untuk menghasilkan panas tubuh yang lebih banyak.
Dan terjadilah demam.
( Sherwood, 2004)
Gambaran klinis yang umum terjadi pada anemia sel sabit adalah sebagai berikut :
SUMBER : http://books.google.co.id/books?
id=PwLdwyMH9K4C&pg=PT73&dq=patofisiologi+demam&hl=en&sa=X&ei=w6BZUciYGsGMrQe65
4D4CQ&redir_esc=y
LI 2. MM Demam Tifoid
LO 2.1 Definisi
Demam tifoid adalah infeksi akut pada saluran pencernaan yang disebabkan oleh Salmonella
typhi. Demam paratifoid adlah penyakit sejenis yang disebabkan oleh Salmonella paratyphi A, B, dan C.
Gejala dan tanda kedua penyakit tersebut hamper sama, tetapi manifestasi klinis paratifoid lebih ringan.
Kedua penyakit di atas disebut tifoid. Terminologi lain yang sering digunakan adalah typhoid fever,
paratyphoid fever, typhus dan paratyphus abdominalis atau demam enterik.
LO 2.2 Epidemiologi
Demam tifoid menyerang penduduk di semua negara. Seperti penyakit menular lainnya,
tifoid banyak ditemukan di negara berkembang di mana higine pribadi dan sanitasi lingkungannya kurang
baik. Prevelensi kasus bervariasi tergantung lokasi, kondisi lingkungan setempat, dan perilaku
masyarakat. Angka insidensi di seluruh dunia sekitar 17juta per tahun dengan 600.000 orang meninggal
karena penyakit ini. WHO memperkirakan 70% kematian terjadi di Asia.
Fitri Permata Sari
1102012089
Di Amerika Serikat, pada tahun 1950 tercatat sebanyak 2.484 kasus demam tifoid.
Insidensi di Amerika Serikat menurun sejak tahun 1990 menjadi 300-500 kasus per tahun. Penurunan ini
sering dihubungkan dengan meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap perilaku hidup bersih dan
terutama dengan meluasnya pemakaian jamban yang sehat. Kasus yang terjadi di Amerika sebagian besar
adalah kasus impor dari negara endemic demam tifoid.
Indonesia merupakan negara endemic demam tifoid. Diperkirakan terdapat 800 penderita
per 100.000 penduduk setiap tahun yang ditemukan sepanjang tahun. Penyakit ini tersebar di seluruh
wilayah dengan insidensi yang tidak berbeda jauh antar daerah. Serangan penyakit lebih bersifat sporadic
dan bukan epidemic. Dalam suatu daerah terjadi kasus yang berpencar-pencar dan tidak mengelompok.
Sangat jarang ditemukan beberapa kasus pada satu keluarga pada saat yang bersamaan.
LO 2.3 Etiologi
Tertelannya bakteri salmonella tersebut menyebabkan terjadinya infeksi pada usus halus.
Bakteri ini dibawa oleh aliran darah menuju hati dan limfa sehingga berkembangbiak disana yang
menyebabkan rasa sakit ketika diraba.
Bakteri tifoid ditemukan di dalam tinja dan air kemih penderita (pasien tifoid & carier).
Lalat bisa menyebarkan bakteri secara langsung dari tinja ke makanan.
Bakteri masuk ke dalam saluran pencernaan dan bisa masuk ke dalam peredaran darah.
Hal ini akan diikuti oleh terjadinya peradangan pada usus halus dan usus besar.
Pada kasus yang berat, yang bisa berakibat fatal, jaringan yang terkena bisa mengalami perdarahan dan
perforasi (perlubangan).
Sekitar 3% penderita yang terinfeksi oleh Salmonella typhi dan belum mendapatkan pengobatan, di dalam
tinjanya akan ditemukan bakteri ini selama lebih dari 1 tahun.
1102012089
untuk mencerna lemak, bersamaan dengan mikroorganisme (kuman Salmonella). Setelah itu cairan
empedu & mikroorganisme dikeluarkan melalui tinja dan berpotensi sebagai sumber penyakit.
Faktor penyebab :
Kualitas sumber air yang tidak memadai dengan standar hygiene & sanitasinya yang
rendah
Pengolahan makanan yang masih rendah
Urbanisasi
Keadaan sosio-ekonomi yang masih rendah
Pemeliharaan kebersihan pribadi (personal hygiene) kurang baik
Makan makanan yang tidak bersih
Air minum yang tidak memenuhi syarat kesehatan & tidak dimasak mendidih
Kebersihan lingkungan & sanitasi lingkungan yang kurang
LO 2.4 Patogenesis
Penularan penyakit ini melalui makanan, minuman, atau kebiasaan tidak mencuci tangan
sebelum makan sehingga menyebabkan kuman tertelan dan berkembang biak dalam tubuh. Kuman ini
tahan terhadap asam lambung (HCL) sehingga bila tertelan kuman tidak akan dihancurkan oleh asam
lambung. Penggunaan obat-obat yang mengurangi (menetralkan) asam lambung akan mempermudah
kuman ini menimbulkan infeksi. Melalui sistem limfatik, kuman dalam tubuh dapat terbawa sampai ke
hati, limpa, kantong empedu, sumsum tulang.
Kuman S. typhi masuk ke tubuh manusia melalui mulut dengan makanan dan air yang
tercemar. Sebagian kuman dimusnahkan oleh asam lambung. Sebagian lagi masuk ke usus halus dan
mencapai jaringan limfoid plaque Peyeri di ileum terminalis yang mengalami hipertropi. Ditempat ini
terjadi komplikasi yaitu, pendarahan dan perforasi intestinal dapat terjadi.Lalu kuman S. typhi kemudian
menembus ke lamina propina, masuk aliran limfe dan mencapai kelenjar limfe messenterial yang juga
mengalami hipertropi. Setelah melewati kelenjar-kelenjar limfe ini S. typhi masuk kealiran darah melalui
duktus thoracicus. Kuman-kuman S. typhi lain mencapai hati melalui sirkulasi portal dari usus. S. typhi
bersarang di plaque Peyeri, limpa, hati dan bagian-bagian lain system retikuloendotial. Ditempat ini
kuman difagosit oleh sel sel fagosit RES dan kuman yang tidak difagosit akan berkembang biak. Pada
akhir masa inkubasi Demam tifoid (5-9 hari) kuman kembali masuk ke darah kemudian menyebar ke
seluruh tubuh dan sebagian kuman masuk ke organ tubuh terutama limpa, kandung empedu yang
selanjutnya kuman tersebut kembali dikeluarkan dari kandung empedu ke rongga usus dan menyebabkan
reinfeksi usus.
Fitri Permata Sari
1102012089
Endotoksin S. typhi berperan pada patogenesis demam tifoid, karena membantu terjadinya
proses inflamasi lokal pada jaringan setempat S. typhi berkembang biak. Demam pada tifoid disebabkan
karena S. typhi dan endotoksinnya merangsang sintesis dan pelepasan zat pirogen oleh leukosit pada
jaringan yang meradang.
Setelah melalui asam lambung, Salmonella typhosa menembus ileum ditangkap oleh sel
mononuklear, disusul bakteriemi I. Setelah berkembang biak di RES, terjadilah bakteriemi II.
Imunulogi Humoral lokal, di usus diproduksi IgA sekretorik yang berfungsi mencegah
melekatnya salmonella pada mukosa usus
Humoral sistemik, diproduksi IgM (antigen O) dan IgG (antigen H) untuk memudahkan
fagositosis Salmonella oleh makrofag. Seluler berfungsi untuk membunuh Salmonalla intraseluler.
Fitri Permata Sari
1102012089
Fitri Permata Sari
1102012089
Gejala awal yang timbul : pusing, nyeri kepala, demam, nyeri otot, anoreksia, mual,
muntah, obstipasi (diare), perasaan tidak enak di perut, batuk dan epistaksis.
Fitri Permata Sari
1102012089
MINGGU ke-1 :
Demam tinggi 39-40oc, sakit kepala, pusing, anoreksia, mual, muntah, batuk, dengan nadi
cepat lemah, napas cepat, perut kembung, diare dan sembelit silih berganti.
Suhu berangsur-angsur meningkat setiap hari,
biasanya menurun pada pagi hari meningkat pada sore atau malam hari
Khas lidah penderita: kotor di tengah, tepi dan ujung merah serta bergetar atau tremor
Ruam kulit (rash) umumnya terjadi pada hari ke-7 & terbatas pada abdomen disalah satu
sisi dan tidak merata,
MINGGU KE-2 :
1102012089
Gejala toksemia semakin berat; delirium.
Tensi menurun.
Gangguan kesadaran.
MINGGU KE-3 :
MINGGU KE-4 :
Stadium penyembuhan.
Dapat dijumpai pneumonia
Sumber :
LO 2.6 Komplikasi
1. Demam berkepanjangan
2. Gangguan system pencernaan
3. Gangguan kesadaran
1102012089
2) Komplikasi Ekstra-intestinal
a. Komplikasi kardiovaskuler : Kegagalan sirkulasi perifer (renjatan sepsis), miokarditis,
thrombosis, & tromboflebitis.
b. Komplikasi darah : anemia hemolitik, trombositopenia
c. Komplikasi paru : pneumonia, empyema, dan pleuritis
d. Komplikasi hepar dan kandung kemih : hepatitis
e. Komplikasi ginjal : glomerulonephritis
f. Komplikasi tulang : osteomyelitis
LO 2.7 Progosis
Prognosis pasien demam tifoid tergantung ketepatan terapi, usia, keadaan kesehatan
sebelumnya, dan ada tidaknya komplikasi. Di negara maju, dengan terapi antibiotik yangadekuat, angka
mortalitas < 1%.Di negara berkembang, angka mortalitasnya >10%, biasanya karena keterlambatan
diagnosis, perawatan, dan pengobatan. Munculnyakomplikasi seperti perforasi gastrointestinal atau
pendararahan hebat, meningitis,endokarditis, dan pneumonia, mengakibatkan morbiditas dan mortalitas
yang tinggi.Angka kematian pada anak-anak 2,6% dan pada orang dewasa 7,4%, rata-rata 5,7%.Prognosis
demam tifoid umumnya baik asal penderita cepat berobat.Mortalitas pada penderita yang dirawat adalah
6%. Prognosis menjadi kurang baik atau buruk bila terdapat gejala klinis yang berat seperti:
1. Panas tinggi (hiperpireksia) atau febris continual
2. Kesadaran menurun sekali
3. Terdapat komplikasi yang berat misalnya dehidrasi dan asidosis, peritonitis
4. Keadaan gizi penderita buruk (malnutrisi protein)
keadaan sosio-ekonomi
gizi penderita.
Tidak sembuh
Meninggal
Fitri Permata Sari
1102012089
LO 2.8 Diagnosis
Dalam mendiagnosa penyakit demam tifoid selain dengan melihat gejala, maka dokter juga
akan melakukan beberapa pemeriksaan fisik. Pada pemeriksaan fisik biasanya didapatkan peningkatan
suhu, tekanan nadi menunjukkan bradikardi relatif, lidah yang berselaput/kotor (typhoid tongue),
pembesaran hati, dan pembesaran limfa. Selain itu untuk lebih meningkatkan keakuratan dalam
menegakkan diagnosis maka dibutuhkan pemeriksaan laboratorium.
LO 2.9 Penatalaksaan
Penatalaksanaan demam tifoid terdiri dari pengobatan dan perawatan yang bertujuan untuk
mempercepat penyembuhan, menencegah terjadinya komplikasi penyakit serta mencegah agar penyakit
tidak kambuh kembali.
1. Istirahat dan perawatan
Tujuan dari ini adalah untuk mencegah komplikasi dan mempercepat penyembuhan.
Istirahat ini adalah maksudnya tirah baring di tempat tidur. Perawatan yaitu adalah
kebersihan tempat tidur, pakaian,makanan/minuman dan perlengkapan lain yang dipakai.
2. Diet dan terapi penunjang
Sebaiknya konsumsi makanan yang tidak mengandung banyak serat, tidak merangsang dan
menimbulkan gas, dan makanan lunak agar tidak semakain melukai organ pencernaan.
Untuk kembali ke makanan yang seperti biasa dilakukan seacra bertahap tergantung dari
tingkat kesembuhannya.
3. Pemberian antibiotik
Pemberian antibiotik ini dilakukan oleh dokter. Antibiotik yang dapat digunakan adalah: -
Klorafenikol ( dosis hari pertama 4 x 250 mg, hari kedua 4 x 500mg, diberikan selama demam dilanjutkan
sampai 2 hari bebas demam, kemudian dosis diturunkan menjadi 2 x 250mg selama 5 hari kemudian )
- Ampisilin/Amoksisilin ( dosis 50-150 mg/kg BB, diberikan selama 2 minggu)
- Kotimoksazol 2 x 2 tablet ( 1 tablet mengandung 400mg sulafametoksazol-80mg
trimetropin, diberikan selama 2 minggu )
- Sefalosporin generasi II dan III biasanya demam mereda pada hari ke-3 atau menjelang hari
ke-4 ( obat yang dipakai seftriakson 4 g/hari selama 3 hari )
1102012089
- Ofloksasin 600 mg/hari selama 7 hari
- Pefloksasin 400 mg/hari selama 7 hari
- Fleroksasin 400 mg/hari selama 7 hari)
3.8 Pemeriksaan Fisik dan Penunjang
Pemeriksaan penunjang atau laboratorium diantaranya adalah :
1. Pemeriksaan darah tepi lengkap
Pada pemeriksaan ini seringkali ditemukan kadar leukosit rendah (leukopenia), tapi
terkadang bisa normal atau bisa juga kadar leukosit yang tinggi (leukositosis). Kadar Hb bisa turun
terutama apabila terjadi komplikasi perdarahan usus. Selain itu terkadang juga bisa ditemukan kadar
trombosit yang rendah (trombositoipenia).
2. Pemeriksaan widal
Pemeriksaan ini dilakukan untuk mendeteksi adanya antibodi dalam darah terhadap antigen
bakteri salmonella typhi. Pemeriksaan serologi widal ini adalah pemeriksaan yang kuno tapi masih sangat
sering dilakukan terutama di negara endemis seperti Indonesia karena hasil tesnya dapat segera diketahui.
Pemeriksaan ini dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor sehingga terkadang hasilnya dapat menimbulkan
hasil positif palsu atau negatif palsu. Faktor – faktor tersebut antara lain pengobatan dini dengan
antibiotik, waktu pengambilan darah, gangguan pembentukan antibodi, riwayat vaksinasi dan lain- lain.
3. Kultur ( gall culture/ biakan empedu)
Pemeriksaan ini merupakan gold standar dari pemeriksaan demam tifoid. Pemeriksaan ini
bisa menggunakan bahan darah, feses atau urine. Pemeriksaan kultur menggunakan darah dilakukan pada
seminggu pertama. Sedangkan feses dan urine dilakukan setelah 1 minggu. Apabila hasil positif maka
pasti demam tifoid. Tetapi apabila hasil negatif tidak menyingkirkan demam tifoid karena hasil negative
bisa disebabkan oleh beberapa faktor.
Pencegahan
Pencegahan infeksi Salmonella typhi dapat dilakukan dengan penerapan pola hidup yang
bersih dan sehat. Berbagai hal sederhana namun efektif dapat mulai dibiasakan sejak dini oleh setiap
orang untuk menjaga higientias pribadi dan lingkungan, seperti membiasakan cuci tangan dengan sabun
sebelum makan atau menyentuh alat makan/minum, mengkonsumsi makanan dan minuman bergizi yang
sudah dimasak matang, menyimpan makanan dengan benar agar tidak dihinggapi lalat atau terkena debu,
memilih tempat makan yang bersih dan memiliki sarana air memadai, membiasakan buang air di kamar
mandi, serta mengatur pembuangan sampah agar tidak mencemari lingkungan.
http://eljohnsunclinic.com/kategori/topik-kesehatan/demam-tifoid-oleh-dr-
asikadriansari.html
http://medicine.uii.ac.id/index.php/Artikel/Demam-Tifoid.html
http://eljohnsunclinic.com/kategori/topik-kesehatan/demam-tifoid-oleh-dr-
asikadriansari.html
Fitri Permata Sari
1102012089
LI 3. MM Salmonella
LO 3.1 Definisi
Salmonella adalah suatu genus bakteri yang merupakan penyebab utama penyakit bawaan
makanan di seluruh dunia. Bakteri umumnya ditularkan ke manusia melalui konsumsi makanan yang
terkontaminasi yang berasal dari hewan, terutama daging, unggas, telur dan susu.
Gejala infeksi Salmonella biasanya muncul 12-72 jam setelah infeksi, dan termasuk demam,
sakit perut, diare, mual dan kadang-kadang muntah. Penyakit ini biasanya berlangsung 4-7 hari, dan
kebanyakan orang sembuh tanpa pengobatan. Namun, di sangat muda dan orang tua, dan dalam kasus-
kasus ketika bakteri memasuki aliran darah, antibiotherapy mungkin diperlukan.
http://www.who.int/topics/salmonella/en/
Morfologi
Salmonella typhi merupakan bacillus gram negatif berbentuk batang, tidak berspora,
mempunyai flagel, ukuran 2-4 mikrometer X 0,5-0,8 mikrometer, pada biakan agar koloninya besar
bergaris tengah 2 sampai 3 milimeter, bulat, agak cembung, jernih, licin dan tidak menyebabkan
hemolysis
1102012089
Salmonella resisten terhadap bahan kimia tertentu (misal, hijau brilian, natrium
tetrationat, natrium deoksikolat) yang menghambat bakteri enteric lain, oleh karena itu senyawa tersebut
berguna untuk inklusi isolate salmonella dari feses pada medium.
Struktur sel bakteri Salmonella terdiri dari inti (nukleus), sitoplasma, dan dinding sel.
Karena dinding sel bakteri ini bersifat Gram negative, maka memiliki struktur kimia yang berbeda dengan
bakteri Gram positif.
Menurut JAWETZ et al (dalamBonang,1982) mengemukakan bahwa dinding sel bakteri
gram negative mengandung 3 polimer senyawa mukokompleks yang terletak diluar lapisan peptidoglikan
(murein). Ketiga polimer ini terdiri dari :
a) Lipoprotein adalah senyawa protein yang mempunyai fungsi menghubungkan antara
selaput luar dengan lapisan peptidoglikan.
b) Selaput luar adalah selaput ganda yang mengandung senyawa fosfolipid dan sebagian
besar dari senyawa fosfolipid ini terikat oleh molekul-molekul lipopolisakarida pada lapisan atas nya.
LO 3.2 Klasifikasi
2. Salmonella non-tifoid yaitu S. Dublin (sapi), S. cholera suis (babi) , S.gallinarum dan
S.pullarum (unggas), S.aborius equi (kuda) dan S. aborius ovis (domba). Salmonella sp yang beradaptasi
pada jenis hewan tertentu jarang menimbulkan penyakit pada manusia.
1102012089
i. Hidup subur dalam medium yang mengandung garam empedu.
j. Resisten terhadap zat warna hijau brilian, natrium tetrationat, dan natrium deoksikolat
yang menghambat pertumbuhan kuman koliform sehingga senyawa-sennyawa tersebut dapat digunakan
untuk inklusi isolat Salmonella dari feses pada medium.
Spesies Penyakit