Professional Documents
Culture Documents
A. Latar Belakang
Tindak kecurangan di pemerintahan di Indonesia sudah mencapai tingkat yang
memprihatinkan. Bila kita sering membaca surat kabar atau melihat televisi, maka
kita akan disuguhi banyak berita tentang kasus-kasus fraud yang telah melibatkan
oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab, baik dijajaran lembaga legislatif,
eksekutif bahkan yudikatif. Berbagai usaha telah dilakukan Pemerintah Indonesia
baik dengan memberdayakan secara maksimal lembaga-lembaga penegak hukum,
seperti Kejaksaan, Pengadilan, dan Kepolisian. Bahkan dalam dasawarsa terakhir
Pemerintah juga telah membentuk dan memberdayakan Komisi Pemberantasan
Korupsi (KPK) untuk melakukan pemberantasan korupsi di Indonesia. Namun
sayangnya hasil yang di dapat masih belum sesuai dengan harapan, di mana Indonesia
masih menduduki 10 negara terkorup di dunia. Mengapa hal ini terjadi?
Terjadinya kecurangan tersebut yang tidak dapat terdeteksi oleh suatu
pengauditan dapat memberikan efek yang merugikan dan cacat bagi proses pelaporan
keuangan. Adanya kecurangan berakibat serius dan membawa dampak kerugian.
Apabila dilihat dari peran akuntan publik, fenomena kecurangan ini menjadi masalah
yang serius karena menyangkut citra akuntan publik terutama auditornya.
Kecurangan yang dilakukan oleh oknum-oknum pemerintah sulit terdeteksi
karena pelaku biasanya merupakan orang-orang yang dipercaya untuk menjalankan
suatu proyek. Oleh karena itu, auditor laporan keuangan harus mempunyai keahlian
untuk mendeteksi kecurangan ini. Untuk tindak lebih lanjut, auditor laporan keuangan
ini hanya dapat mendeteksi saja sedangkan untuk pengungkapannya diserahkan
pada auditor forensik yang lebih berwenang. Auditor forensik inilah yang nantinya
akan menggunakan suatu aplikasi audit lain selain audit biasa yang digunakan para
auditor laporan keuangan untuk mengungkapkan kecurangan yaitu Audit forensik.
Peran audit forensik dalam mengungkap kecurangan di Indonesia dari waktu
ke waktu semakin terus meningkat. Audit forensik banyak diterapkan ketika Komisi
Pemeberantasan Korupsi (KPK) mengumpulkan bukti-bukti hukum yang diperlukan
untuk menagani kasus-kasus korupsi yang dilaporkan kepada instansi tersebut. Audit
forensik juga digunakan oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK), Kepolisian, Badan
Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP), serta Inspektorat Jenderal
Kementerian untuk menggali informasi selama proses pelaksanaan audit kecurangan
(fraud audit) atau audit investigasi. Namun apakah audit forensik yang telah
diterapkan sudah cukup memadai? Artikel ini, melalui tinjauan secara teoritisnya,
akan mencoba untuk menjelaskan bagaimana peran audit forensik dalam mengungkap
fraud di instsansi-instansi pemerintah.
II.TINJAUAN PUSTAKA
A. PENGERTIAN AUDIT FORENSIK
Audit Forensik terdiri dari dua kata, yaitu audit dan forensik. Audit adalah
tindakan untuk membandingkan kesesuaian antara kondisi dan kriteria.
Sementara forensik adalah segala hal yang bisa diperdebatkan di muka hukum /
pengadilan.
Dengan demikian, audit forensik bisa didefinisikan sebagai tindakan
menganalisa dan membandingkan antara kondisi di lapangan dengan kriteria, untuk
menghasilkan informasi atau bukti kuantitatif yang bisa digunakan di muka
pengadilan.
Menurut Charterji (2009) Audit forensik (forensic auditing) dapat
didefinisikan sebagai aplikasi keahlian mengaudit atas suatu keadaan yang memiliki
konsekuensi hukum. Audit forensik umumnya digunakan untuk melakukan pekerjaan
investigasi secara luas. Pekerjaan tersebut meliputi suatu investigasi atas urusan
keuangan suatu entitas dan sering dihubungkan dengan investigasi terhadap tindak
kecurangan (fraud), oleh karena itu audit forensik sering juga diartikan sebagai audit
investigasi.
Di Indonesia lembaga yang berhak untuk melakukan auditforensik adalah
auditor BPK, BPKP, dan KPK yang memiliki sertifikat Certified Fraud
Examiners (CFE).
Dalam LHP tahap II, terang Hadi, BPK menyimpulkan terdapat indikasi
penyimpangan dan/atau penyalahgunaan wewenang yang mengandung
penyimpangan yang dilakukan pihak-pihak terkait dalam pembangunan proyek
hambalang. Penyimpangan wewenang itu terjadi pada proses pengurusan hak atas
tanah, proses izin pembangunan, proses pelelangan, proses persetujuan RAK K/L dan
persetujuan tahun jamak, pelaksanaan pekerjaan konstruksi, pembayaran, dan aliran
dana yang di ikuti dengan rekayasa akuntasi dalam proyek Pusat Pendidiakn
Pelatihan dan Sekolah Olahraga Nasional (P3 SON), Hambalang.. Dalam LHP tahap
II ini BPK kembali menemukan adanya penyimpangan dalam proses pengajuan dan
kerugian negara mencapai Rp471 miliar.
3) Bahwa pihak Kemenpora selaku pemilik proyek tidak pernah melakukan studi
amdal maupun menyusun DELH (Dokumen Evaluasi Lingkungan Hidup) terhadap
proyek pembangunan P3 SON Hambalang sebagaimana yang diamanatkan UU
Lingkungan Hidup. Persyaratan adanya studi amdal terlebih dahulu sebelum
mengajukan izin lokasi, site plan, dan IMB kepada Pemkab Bogor tidak pernah
dipenuhi oleh Kemenpora.
Terkait dengan persetujuan RAK K/L dan persetujuan tahun jamak, BPK juga
menemukan adanya pencabutan Peraturan Menteri Keuangan No 56/2010 yang
diganti dengan Peraturan Menteri Keuangan No 194/2011 tentang Tata Cara
Pengajuan Persetujuan Kontrak Tahun Jamak dalam Pengadaan Barang/Jasa
Pemerintah.
Dewi, Apristia Krisna. (2011, 23 Juni). Audit Forensik Bantu Wujudkan Good
Governance. http://www.uinjkt.ac.id. Diakses pada 27 November 2013, 01:10.
Fajar, Ajat M. (2013, 23 Agustus ). Inilah Hasil Audit Tahap II BPK Soal
Hambalang. http://nasional.inilah.com. Diakses pada 27 November 2013,
01:10.
Farahdina, Gita. (2013, 23 Agustus). BPK: Kasus Hambalang Rugikan Negara Rp463,67
Miliar. http://Metrotvnews.com. Diakses pada 27 November 2013, 00:30.
Hopwood, William, George Young, Jay Leiner. Forensic Accounting. http://Amazon.com:
(9780073526850):Books.
Keris, Panji. (2012, 24 April). Gambaran Umum Audit Forensik.
http://panjikeris.wordpress.com/2012/04/24/audit-forensik/. Diakses pada 27
November 2013, 02:47.
Novita, Dyah Ratna Meta. (2013, 23 Agustus). Berikut Hasil Audit BPK Soal
Hambalang. http://Republika.co.id. Diakses pada 27 November 2013, 01:05.
Purjono. 2013. Peran Audit Forensik Dalam Memberantas Korupsi Di Lingkungan Instansi
Pemerintah. Suatu Tinjauan Teoritis. [pdf]. Diakses pada 27 November 2013, 01:05.
Tirta, Dwi. (2013, 21 Maret). Audit Forensik Untuk Mendeteksi Risiko Fraud atau
Kecurangan. http://mediainformasi.org/audit-forensik-untuk-mendeteksi-risiko-
fraud-atau-kecurangan. Diakses pada 27 November 2013, 01:00.
Tuanakotta, Theodorus M. 2007. Akuntansi Forensik dan Audit Investigatif. Seri
Departemen Akuntansi FEUI. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi
Univesitas Indonesia.