You are on page 1of 10

Sapa Laut Mei 2016. Vol.

1 (2) 32-41 E- ISSN 2503-0396

IDENTIFIKASI PENYAKIT KARANG (SCLERACTINIA) DI PERAIRAN


PULAU SAPONDA LAUT, SULAWESI TENGGARA.

Identification of Coral Disease (Scleractinia) in The Coastal Area of Saponda Laut Isle,
Southeast Sulawesi

Hazrul1), Ratna Diyah Palupi2), Romy Ketjulan2)


1)2)
Program Studi Ilmu Kelautan, Jurusan Ilmu Kelautan FPIK Universitas
Halu Oleo, Kampus Hijau Bumi Tridharma Anduonohu Kendari 93232
1)
email : hazrul558@yahoo.com.id

ABSTRAK
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui prevalensi penyakit karang dan jenis-jenis
penyakit karang yang ada di Perairan Pulau Saponda Laut. Metode yang digunakan dalam
penelitian ini adalah transek sabuk berukuran 40x2 m yang ditarik sejajar garis pantai pada tiap
titik stasiun penelitian. Hasil yang diperoleh adalah nilai prevalesi penyakit karang di lokasi
penelitian rata-rata sebesar 6,5%. Nilai tersebut terbilang sangat kecil jika dibandingkan dengan
prevalensi penyakit karang di beberapa perairan di Indonesia. Jenis penyakit karang yang
ditemukan di ketiga titik lokasi penelitian berjumlah 6 jenis, yaitu White Syndromes (WS), Pink
Blotch (PB), Black Band Disease (BBD),Ulcerative white spot (UWS), Gigitan ikan karang, dan
Skeleton Eroding Band (SEB). Penyakit yang mendominasi di lokasi penelitian adalah
disebabkan oleh gigitan ikan yang banyak dijumpai pada karang jenis massive dan submasive.

Kata Kunci : Karang Scleractinia, Penyakit, Prevalensi, Pulau Saponda Laut.

ABSTRACT
Identification of coral disease (Scleractinia) in the coastal area of Saponda Laut Isle, Southeast
Sulawesi has been performed. This study aims to investigate the prevalence and types of coral
disease detected in Saponda Laut Isle. Belt transect method (size: 40m × 2m) was utilized
parallel to shoreline. Results show that the prevalence value of coral disease was 6.5% in
average. Such value is quite lower comparing to those of coral diseases discovered at Lembata,
Nusa Tenggara Timur (i.e. 42%) and Karibia (i.e. 20%). There were 6 types of coral disease
found during sampling, including White Syndromes (WS), Pink Blotch (PB), Black Band
Disease (BBD), Ulcerative White Spot (UWS), Coral fish biting and Skeleton Eroding Band
(SEB). Coral fish biting is the foremost disease attained in massive and submassive hard corals.

Key words: Coral, Disease, Prevalence, Saponda Laut Isle.

PENDAHULUAN bentuk morfologinya yang tinggi dan


Latar Belakang bervariasi.
Terumbu karang merupakan Salah satu sifat dari ekosistem
hewan bentik yang hidup di dasar perairan. terumbu karang adalah kerentanan
Hewan ini sebagian besar hidupnya ekosistem tersebut menerima dampak dari
berkoloni yang tersusun atas kalsium luar. Sebagai contoh kerusakan terumbu
karbonat (CaCO3) sebagai hasil sekresi karang akibat faktor antropogenik, faktor
dari Zooxanthellae. Terumbu karang alami, maupun dari penyakit karang itu
merupakan habitat berbagai biota laut sendiri dapat menurunkan persentase
untuk tumbuh dan berkembang biak dalam tutupan karang hidup di suatu perairan.
kehidupan yang seimbang. Sadarun (2006) Menurut Kurman (2007) menunjukkan
menyatakan bahwa sifat yang menonjol hasil bahwa tutupan karang hidup di
dari terumbu karang adalah Indonesia hanya sekitar 5% dalam keadaan
keanekaragaman, jumlah spesies, dan bagus dengan persen cover 50-75.

http://ojs.uho.ac.id/index.php/jsl
Sapa Laut Mei 2016. Vol. 1 (2) 32-41

Selanjutnya menurut Willis et al. (2004) Pulau ini banyak dijadikan persinggahan
menyatakan penyakit karang aktivitas menangkap ikan oleh nelayan di
memberikan sumbangsih terbesar sekitar pulau. Dampaknya adalah terjadi
kematian karang di Perairan Australia degradasi kerusakan terumbu karang
khususnya di Great Barrier Reef. Lebih akibat metode penangkapan yang tidak
lanjut Kellogg et al. (2014) ramah lingkungan, pencemaran dari air
mengungkapkan bahwa di pantai balast kapal, polusi sampah, sampai
Florida AS juga mengindikasikan dengan tingginya sedimentasi di perairan
bahwa kematian karang terbesar tersebut.
diakibatkan oleh mokroorganisme yang Berdasarkan survey awal yang
menyebabkan penyakit karang. telah dilakukan, kondisi karang di
Penyakit karang adalah kedalaman 3m kebawah ditemukan dalam
gangguan terhadap kesehatan karang yang keadaan rusak berat. Banyak pecahan
menyebabkan gangguan secara fisiologis karang dan sedimen akibat ledakan bom
bagi biota karang (Raymundo and Harvell, oleh nelayan. Terumbu karang hanya
2008). Munculnya penyakit karang mampu tumbuh pada kedalaman sekitar
dicirikan dengan adanya perubahan warna, 3m dengan bentuk pertumbuhan karang
kerusakan dari skeleton biota karang, didominasi oleh karang masive. Tujuan
sampai dengan kehilangan jaringannya. dari penelitian ini adalah untuk
Munculnya penyakit tersebut merupakan mengetahui persentase prevalensi
interaksi antara host atau inang dalam penyakit karang dan jenis-jenis
hal ini biota karang, agent/pembawa penyakit karang di lokasi penelitian.
dalam hal ini patogen, dan lingkungan.
Beberapa penelitian mengungkapkan bahwa METODE PENELITIAN
penurunan kualitas lingkungan perairan Waktu dan Tempat
sangat berperan terhadap munculnya agent Pengambilan data penelitian dilaksanakan
atau mikroorganisme pembawa patogen pada Bulan Juni 2015 bertempat di Perairan
terhadap karang. Sebagai contoh kenaikan Pulau Saponda Laut, Kecamatan Soropia,
dari nitrogen terlarut yang diikuti dengan Kabupaten Konawe, Sulawesi Tenggara.
penurunan kecerahan perairan dapat Alat dan Bahan
menyebabkan munculnya aspergillosis Alat dan bahan yang digunakan
penyebab penyakit black band disease dalam penelitian identifikasi penyakit
Borger et al. (2005). Selain itu sedimentasi, karang disajikan dalam Tabel 1.
polusi yang ditimbulkan oleh limbah Prosedur Penelitian
domestik, sampah, sampai dengan air balast 1. Penentuan Stasiun Pengamatan
yang masuk ke ekosistem terumbu karang Penentuan titik stasiun penelitian
berpotensi munculnya patogen penyebab dilakukan dengan mengunakan metode
penyakit karang. purposif sampling. Sebelum melakukan
Di Indonesia kematian karang pengambilan titik stasiun penelitan, terlebih
akibat penyakit masih belum menjadi dahulu dilakukan survey pendahuluan
perhatian khusus oleh para peneliti. Hal dengan cara snorkeling. Survey ini
ini terbukti masih jarangnya penelitian dilakukan untuk melihat kondisi awal
yang mengungkapkan penyakit karang lokasi dan digunakan sebagai dasar
di perairan Indonesia. Beberapa penentuan titik lokasi penelitian. Penandaan
penelitian yang pernah dilakukan stasiun penelitian menggunakan GPS
diantaranya di Perairan Wakatobi (Global Position Station) yang diambil
Sulawesi Tenggara, Pulau Seribu DKI sebanyak 3 (tiga) titik stasiun. Pengambilan
Jakarta, dan Pulau Panjang Jawa Tengah lokasi titik stasiun berdasarkan
(Muller et al., 2012; Johan et al., 2012; pertimbangan keberadaan penyakit karang
Sabdono et al., 2014). dan kondisi terumbu karang di perairan
Pulau Saponda Laut merupakan Pulau Saponda laut. Lokasi penelitian
salah satu Pulau kecil yang terdapat di disajikan dalam Gambar 1.
Sulawesi Tenggara dengan luas ± 2,5km2.

Identifikasi penyakit karang (Scleractinia) di perairan pulau Saponda Laut (Hazrul et al.) 33
Sapa Laut Mei 2016. Vol. 1 (2) 32-41

a. Stasiun 1: terletak dibagian Utara 3°53'43.42" LS - 122°50'22.64"BT.


Pulau. Berada pada titik koordinat Letak stasiun ini jauh dari garis pantai
3°53'38.52"LS - 122°50'13.42" BT. dikarenakan jarak pasut yang sangat
Letak stasiun ini tidak jauh dari garis panjang (± 300m dari garis pantai)
pantai. Lokasi ini dijadikan nelayan c. Stasiun 3 : Terletak dibagian
sebagai persinggahan saat menangkap Selatan Pulau. Berada pada titik
ikan di sekitar pulau. koordinat 3°53'48.27" LS -
b. Stasiun 2: terletak dibagianTimur 122°50'6.10" BT.
Pulau. Berada pada titik koordinat

Tabel 1. Alat dan Bahan yang Digunakan dalam Penelitian.

ambar 1. Peta Lokasi Penelitian Perairan Pulau Saponda Laut

Identifikasi penyakit karang (Scleractinia) di perairan pulau Saponda Laut (Hazrul et al.) 34
Sapa Laut Mei 2016. Vol. 1 (2) 32-41

2. Pengambilan Data Penelitian ANALISIS DATA


Pengambilan data penyakit karang 1. Prevalensi
di Perairan Pulau Saponda Laut terdiri dari Prevalensi merupakan persentase
2 aspek yaitu prevalensi dan jenis penyakit jumlah koloni yang terinveksi penyakit
karang. Data utama juga ditunjang dengan dengan jumlah total koloni karang
pengukuran faktor fisik kimia osenografi disuatu perairan. Prevalensi dapat
perairan sebagai data pendukung. dihitung dengan menggunakan rumus
Pengambilan data dilakukan pada berikut (Raymundo et al.,
kedalaman 3 m tiap stasiun. Hal ini 2008).
dikarenakan kedalaman 3m kebawah sudah
tidak ditemukan lagi karang yang masih
dalam kondisi baik. Hampir sebagian
terumbu karang rusak berat akibat
pengeboman yang dilakukan nelayan
setempat. Analisis data hasil penelitian dilakukan
a. Prevalensi penyakit karang dan dengan menggunakan analisis deskriptif
identifikasi jenis penyakit karang dengan bantuan tabel dan gambar.
Pengukuran prevalensi dan Penampakan karang yang terinveksi juga
identifikasi penyakit karang mengunakan ditunjang dengan pendokumentasian berupa
metode Belt Transek (transek sabuk) foto dalam bentuk koloni atau bagian koloni
berukuran 40x2m atau dengan luas 800m2 yang diperbesar.
(Veron, 2000; Suharsono, 2008; Beeden,
2008). Pemasangan transek dilakukan 1 HASIL DAN PEMBAHASAN
(satu) kali di tiap stasiun penelitian. A. Prevalensi penyakit karang
Transek dipasang sejajar garis Secara keseluruhan nilai prevalensi
pantai pada kedalaman 3m. Selanjutnya penyakit karang di lokasi penelitian rata-
didata jumlah koloni karang yang rata sebesar 6,6 (Tabel 2). Nilai ini
terinfeksi penyakit dan jumlah total mengandung arti dari rata-rata 208 koloni
koloni yang berada di dalam transek karang yang terdapat dalam transek sabuk
tersebut. terdapat rata-rata 14 koloni karang yang
Identifikasi penyakit dilakukan terinveksi penyakit dari ketiga titik lokasi
dengan cara mendata jenis atau nama penelitian yang didata. Besaran nilai
penyakit, ciri-ciri fisik penyakit tersebut, prevalensi penyakit karang di Pulau
serta kondisi dan jenis pertumbuhan Saponda Laut tersebut masih jauh lebih
karang yang terinveksi penyakit tersebut. kecil dibanding dengan penemuan prevalesi
Identifikasi penyakit karang berdasarkan karang di beberapa tempat di perairan
buku identifikasi penyakit atau coral Indonesia. Diantaranya Perairan Lembata
disease handbook dan Tabel Decision Nusa Tenggara Timur yang mencapai 42%
Tree (Raymundo et al., 2008). penelitian Budianto, Perairan Pulau
Penggunaan kamera bawah air digunakan Panjang Jawa Tengah (73%) (Sabdono
sebagai dokumentasi dan membantu et al., 2014), Perairan Karibia diatas
dalam pengidentifikasian penyakit karang 20% dan wilayah Filipina mencapai 8%
lebih lanjut. (Harvell, 2007). Hal ini menandakan
bahwa secara imunitas, kekebalan
b. Kondisi fisik kimia oseanografi tubuh atau kesehatan dari biota karang
Pengukuran data pendukung masih dikategorikan dalam kondisi
penelitan berupa suhu, salinitas, kecerahan, bagus. Penyakit karang dapat didefinisikan
dan kecepatan arus. Pengukuran ini sebagai gejala abnormal yang menyebabkan
dilakukan pada tiap stasiun penelitian dan disfungsi secara fisiologis pada kesehatan
dilakukan langsung (in situ) selama karang (Raymundo et al., 2008). Lebih
pengambilan data utama penelitian. Alat lanjut Wobeser (1981) menyatakan penyakit
yang digunakan untuk pengukuran dapat adalah setiap gangguan yang mengganggu
dilihat pada Tabel 1. kinerja fungsi normal suatu organisme

Identifikasi penyakit karang (Scleractinia) di perairan pulau Saponda Laut (Hazrul et al.) 35
Sapa Laut Mei 2016. Vol. 1 (2) 32-41

termasuk respon terhadap faktor Selain faktor agent atau pembawa


lingkungan seperti nutrisi, toxicant, iklim, penyakit karang, faktor lingkungan juga
agen penular, cacat bawaan, atau kombinasi sangat berperan dalam terjangkitnya
dari faktor-faktor tersebut. penyakit oleh biota karang. Lingkungan
Kondisi karang yang masih sehat perairan yang kurang sehat dalam hal ini
didukung dengan persentase tutupan karang adanya polusi, sedimentasi, pengkayaan
hidup di lokasi penelitian rata-rata sebesar nutrien oleh Nitrat dan phospat, serta air
73% (data tidak dipublikasikan). Berdasarkan buangan balast kapal dapat mengakibatkan
pengamatan di lapangan, karang yang kehadiran mikroorganisme patogen di
terinveksi berupa karang Acropora Digitata, perairan. Berdasarkan faktor fisik kimia
karang Massive, dan Submassive. Ketiga oseanografi yang diukur di lokasi
jenis bentuk pertumbuhan ini memang penelitian masih dikategorikan baik atau
sangat mendominasi di Pulau Saponda sesuai biota karang untuk dapat tumbuh
Laut. dan berkembang (Tabel 3).

Tabel 2. Prevalensi penyakit karang berdasarkan stasiun penelitian di lokasi penelitian


Jumlah Total Jumlah koloni Prevalensi penyakit
No Stasiun
koloni karang karang terinveksi karang (%)
1 I 203 14 6,9
2 II 195 10 5,1
3 III 227 18 7,9
Rata-Rata 208 14 6,6

Tabel 3. Hasil pengukuran kondisi kimia fisika osenongrafi perairan di lokasi penelitian.
Pengukuran Satuan Stasiun I Stasiun II Stasiun III
Fisika Oseanografi
Suhu °C 29 28 29
Kecerahan m 13 11 12
Kecepatan arus m/det 0,15 0,05 0,04
Kimia Oseanografi
Salinitas ppt 36 35 36

A. Jenis Penyakit karang adalah ikan kakatua. Ikan jenis ini banyak
Berdasarkan hasil dari ketiga stasiun ditemukan di semua lokasi penelitian. Ikan
penelitian di Perairan Pulau Saponda Laut herbivora yang bersifat grazer ini
ditemukan sebanyak 6 (enam) jenis sebenarnya memakan alga yang menempel
penyakit karang yang menginveksi biota pada karang. Gigitan ikan tersebut
karang. Jenis tersebut adalah White akhirnya menyebabkan luka atau lesi pada
Syndromes (WS), Pink Blotch (PB), biota karang yang akhirnya kehilangan
Black Band Disease (BBD), Ulcerative jaringan tubuhnya (Gambar 2e).
White Spot (UWS), Gigitan ikan, dan Inveksi jenis patogen karang
Skeleton Eroding Band (SEB) (Gambar 2). berdasarkan stasiun penelitian didapatkan
Jenis penyakit yang mendominasi adalah hasil bahwa gigitan ikan juga rata
dari predasi yang disebabkan oleh gigitan menginveksi biota karang dari tiga lokasi
ikan. Penyakit ini banyak menyerang penelitian (Gambar 3). Penyakit karang
karang jenis massive dan submassive. yang disebabkan oleh predasi ikan ini
Bentuknya yang padat dan berupa menginveksi lebih dari 6 (enam) koloni
bongkahan bulat memungkinkan ikan-ikan karang di semua lokasi penelitian. Selain
di sekitar perairan tersebut memakan predasi karena gigitan ikan, jenis penyakit
jaringan karang yang dapat mengakibatkan PB merupakan jenis penyakit terbanyak
kematian. Berdasarkan pengamatan di kedua yang diderita karang. Penyakit jenis
lapangan jenis ikan yang menjadi predator ini ditemukan pada titik lokasi penelitian II

Identifikasi penyakit karang (Scleractinia) di perairan pulau Saponda Laut (Hazrul et al.) 36
Sapa Laut Mei 2016. Vol. 1 (2) 32-41

dan III yang menginveksi sampai dengan 6 menyatakan bahwa perubahan warna pada
koloni karang. Ciri-ciri penyakit ini jaringan permukaan karang merupakan
terdapat lingkaran-lingkaran atau titik deteksi awal munculnya syndrome pink
kecil berwarna pink/ merah muda yang yang disebabkan adanya gangguan
terpisah-pisah dan menyebar pada eksternal dari CO2 yang mengganggu
permukaan koloni karang (Gambar 2b). proses metabolism antara alga dan
Lebih lanjut Frias-Lopez et al. (2002) inangnya.

Gambar 2. Jenis penyakit karang yang ditemukan di Lokasi Penelitian [a. White Syndromes
(WS); b. Pink Blotch (PB); c. Black Band Disease (BBD); d. Ulcerative white
spot (UWS); e. Gigitan ikan; f. Skeleton Eroding Band (SEB)].

Penyakit yang jarang ditemukan di penyebab penyakit ini masih belum


lokasi penelitian adalah jenis WS, SEB, diketahui. Penyakit SEB adalah hilangnya
UWS. Jenis penyakit ini ditemukan jaringan karang yang diakibatkan non
berjumlah masing-masing 2 (dua) koloni predasi. Penyakit ini ditemukan di Perairan
karang dan hanya terdapat pada Stasiun 1 Pulau Saponda Laut menyerang karang
(satu) atau sebelah Utara pulau. WS adalah bercabang dan masive. Ciri-ciri penyakit
hilangnya jaringan karang dengan ciri ini adalah perubahan warna karang
bercak putih atau garis tebal putih tidak berbentuk band (pita) yang merupakan
teratur. Penyakit ini ditemukan menyerang luka pada koloni karang. Pada akhirnya
karang bercabang dan karang masive di luka/lesi tersebut ditumbuhi lumut/alga
stasiun penelitian (Gambar 2a). Menurut serta terdapat endapan sedimen (Gambar
Willis, Page, dan Dinsdale, (2004), 2f). Menurut Dinsdale (2000) menyatakan

Identifikasi penyakit karang (Scleractinia) di perairan pulau Saponda Laut (Hazrul et al.) 37
Sapa Laut Mei 2016. Vol. 1 (2) 32-41

bahwa penyakit ini muncul karena karang perairan. Berdasarkan pengamatan bahwa
bersifat sessil sehingga tidak bisa di sebelah Utara pulau banyak dijadikan
menghindar dari perubahan lingkungan aktifitas menangkap ikan oleh nelayan
seperti kenaikan suhu, salinitas, pH, setempat. Penggunaan bom ditambah
kecerahan, dan sedimentasi. Penyakit dengan arus yang tinggi mengakibatkan
UWS adalah kehilangan jaringan fokal sedimentasi di lokasi tersebut terbilang
karang yang diakibabkan non predasi atau lebih besar dibanding kedua lokasi
bukan karena pemangsaan hewan lain. lainnya. Aktifitas penangkapan biasanya
Ciri-ciri penyakit ini adalah terdapat dilakukan nelayan pada kedalaman 5 meter
lingkaran-lingkaran kecil berwarna putih ke bawah dengan metode yang tidak ramah
dengan diameter 2-3 mm, terpisah-pisah lingkungan. Aktifitas pengeboman juga
dan menyebar pada permukaan koloni mengakibatkan luka pada karang yang
(Gambar 2d). Penyakit ini ditemukan di nantinya dapat mengurangi sistem imun
Pulau Sapoda Laut hanya menyerang sehingga karang mudah terinveksi
karang jenis massive (Rotjan and Lewis, mikroorganisme patogen. Santavy (2005)
2008). menyatakan bahwa ketika terumbu karang
Berdasarkan Gambar 3 dapat mengalami luka pada bagian koloninya
dilihat bahwa jumlah jenis penyakit karang maka karang akan mengeluarkan lendir
tertinggi ditemukan pada Stasiun I (satu), dan mengalami stres. Luka dan stres
yaitu 4 (empat) jenis. Hal tersebut tersebut menyebabkan virus dan bakteri
berkaitan dengan kondisi lingkungan mudah menyerang biota karang.

Ket : WS (White Syndromes); PB (Pink Blotch); BBD (Black Band Disease); UWS (Ulcerative white
spot); dan SEB (Skeleton Eroding Band).

Gambar 3. Diagram jumlah dan jenis penyakit karang keras berdasarkan stasiun penelitian

Penyakit Black Band Disease sudah mati ditumbuhi oleh alga.


(BBD) hanya ditemukan pada stasiun II BBD ini awalnya muncul pada tahun
dan III yang menginfeksi coral massive 1970 yang ditemukan oleh Antonius.
dan coral brancing (Gambar 2c). Ciri- Penyakit Black Band
ciri penyakit ini berupa band (pita) Disease (BBD) ini menyerang
berwarna hitam dengan lebar 7-9 karang keras yang merupakan
mm terletak antara skeleton yang penyakit karang pertama yang
sudah mati (putih) dengan jaringan dilaporkan menyerang terumbu karang
yang masih hidup. Skeleton yang di Belize dan Bermuda. Setelah itu

Identifikasi penyakit karang (Scleractinia) di perairan pulau Saponda Laut (Hazrul et al.) 38
Sapa Laut Mei 2016. Vol. 1 (2) 32-41

jenis penyakit ini mewabah diseluruh lokasi penelitian berjumlah 6 jenis,


Carribean maupun di Indo-Pacific. BBD yaitu White Syndromes. Pink
diyakini disebabkan oleh Blotch, Black Band Disease,
mikroorganisme yang berukuran kurang Ulcerative White Spot, Gigitan
dari 1 mm yaitu Cyanobacterium, ikan, dan Skeleton Eroding Band
Phormidium Corallyticum. Tingginya 3. Dominasi penyakit karang di lokasi
jumlah koloni karang yang terserang penelitian disebabkan oleh gigitan
BBD dapat dijadikan indikator ikan yang menginfeksi karang
perubahan iklin di suatu perairan. masive dan submasive
Willis et al. (2004); Borger et al.
(2005); Santavy et al. (2004); dan Ucapan Terima Kasih
Harvell, (2007) menyatakan bahwa Penelitian ini merupakan bagian
telah ada korelasi dengan dari skripsi Program Studi Ilmu
meningkatnya insiden penyakit karang Kelautan FPIK Universitas Halu Oleo.
Black Band Disease dengan Terima kasih diucapkan kepada segenap
meningkatnya suhu perairan dan juga pihak yang membantu dalam
polusi. pengambilan data di lapangan terutama
Kehadiran penyakit karang di teman-teman yang membantu dalam
Perairan Pulau Saponda Laut erat penelitian yaitu saudara Halim, Haedar,
kaitannya dengan pergantian musim Risal, serta kepada masyarakat Saponda
dan aktifitas masyarakat dalam Laut yang senantiasa menerima
melakukan penangkapan ikan. Dilihat kedatangan kami serta memberikan
dari kondisi lingkungan Pulau fasilitas kapal dan akomodasi lainnya.
Saponda Laut merupakan perairan
yang terbuka dan berhadapan DAFTAR PUSTAKA
langsung dengan laut bebas yang Beeden, R., L.W. Bette, J.R. Laurie,
memungkinkan perubahan iklim A.P. Cathie, & W. Ernesto.
ataupun kenaikan suhu air laut tidak 2008. Underwater cards for
bisa dihindari. Hal ini sangat assessing coral health on
berpengaruh dalam keberlangsungan Indo-Pacific Reefs. CRTR,
hidup organisme seperti terumbu Melbourne Australia. 26 pp
karang yang mendiami dasar laut dan Borger, J.L., and Steiner, S.C.C.
bersifat menetap sehingga tidak bisa 2005.The Spatial Temporal
menghindar dari perubahan lingkungan. Dynamik of Coral Diseases in
Hal tersebut berakibat biota karang Dominica, Eest Indies. Bulletin
sangat sensitif dengan perubahan of Marine Science. 77(1):137-
lingkungan sekitarnya, sehingga 154.
menyebabkan penyakit pada karang Dinsdale, E. A. 2000. Abundance of
(Dinsdale, 2000). Black-Band Disease on Coral
from on Location on the Great
Barrier
Dinsdale, E.A. 2000. Abundance of
SIMPULAN black band disease on coral from
1. Nilai prevalensi penyakit karang di one location on the great barrier
lokasi penelitian rata-rata sebesar reef: a comparison with
6,5% abundance in the carribean
2. Jenis penyakit karang keras region. In Proceeding 9th
(Scleractinia) yang ditemukan di International Coral Reef

Identifikasi penyakit karang (Scleractinia) di perairan pulau Saponda Laut (Hazrul et al.) 39
Sapa Laut Mei 2016. Vol. 1 (2) 32-41

Symposium, Bali Indonesia, 23- Raymundo, L.J., Couch, C.S. and


27 October 2000 (2): 1239 - Harvell, C.D. 2008. Coral
1243. Disease Handbook : Guidelines
Frias-Lopez, J., A. L. Zerkle, G. for Assessment, Monitoring &
T. Bonheyo, and B. W. Fouke. Management. Coral Reef
2002. P a r t i t i o n i n g of Targeted Research and Capacity
bacterial communities Building for Management
between seawater and healthy, Program. The University of
black band diseased, and dead Queensland. Australia.
coral surfaces. Appl. Rotjan, R.D and Sara M. Lewis, S.M.
Environ.Microbiol.68:2214- 2008. Impact of Coral Predators
2228. on Tropical Reefs. Marine
Harvell, C.D. 2007. Coral Disease ecology progress series 367:73-
Environmental Drivers, and The 91
Balance Between Coral and Sabdono A. Radjasa OK. Ambariyanto.
Microbial Associates. Trianto A. Wijayanti DP.
Oceanography 20 (1). Pringgenies D. Munasik. 2014.
Johan O. Bengen D.G. Zamani N.P. An Early Evaluation of Coral
Suharsono. 2012. Distribution Disease Prevalence on Panjang
and Abundance of Black Band Island, Java Sea, Indonesia.
Disease on Corals Montipora sp. International Journal of
In seribu Islands, Jakarta. JICOR Zoological Research 10 (2) 20-
1 (3) 160-170. 29.
Kellogg C.A., Piceno Y.M., Tom L.M., Sadarun, B. 2006. Pedoman
De Santis T.Z., Andersen G.L., Pelaksanaan Transplantasi
Gray M.A. 2014. Comparing Karang. Direktorat Konservasi
Bacterial Community dan Taman Nasional Laut dan
Composition of Healthy and Direktorat Jendral KP3K. DKP.
Dark Spot-Affected Siderastrea Jakarta.
siderea in Florida and the Santavy, D.L and Bruckner, A.W. (in
Caribbean. Plos one Vol. 9. review). (2004). Cyanobacterial
Issue 10. www.plosone.org. Mat Diseases on Stony and Soft
[Desember 2014] Corals: Black-band and Red-
Kurman, W.B.2007. White-band band Diseases
disease in Acropora palm Santavy, D.L. 2005. The Condition of
ata: implications for the Coral Reefs in South Florida
structure and growth of shallow (2000) Using Coral Disease
reefs. Bull. Mar. Sci., 32: 639– and Bleaching as Indicators.
643 Florida, Amerika Serikat.

Muller E.M. Raymundo L.J. Willis B.L. Suharsono, 2008. Jenis-Jenis Karang
Haapkyla J. Yusuf S. Wilson JR. yang Umum di Jumpai di
Harvell DC. 2012. Coral Health Indonesia. LIPI P3O Proyek
and Disease In The Spermonde Penilitian dan Pengembangan
Archipelago and Wakatobi, Daerah, Jakarta
Sulawesi. JICOR 1 (3) 147-159.

Identifikasi penyakit karang (Scleractinia) di perairan pulau Saponda Laut (Hazrul et al.) 40
Sapa Laut Mei 2016. Vol. 1 (2) 32-41

Veron J.E.N. 2000. Cora lof The World. the Great Barrier Reef.Coral
Australian Institute of Marine Disease and Health.
Science. Towns ville. (Rosenberg E, & Loya Y, eds).
Willis, B.L., Page, C.A., Dinsdale, pp 69-104. Springer-Verlag.
E.A. (2004). Coral Diseaseon Berlin.

Identifikasi penyakit karang (Scleractinia) di perairan pulau Saponda Laut (Hazrul et al.) 41

You might also like