You are on page 1of 9

A.

JUDUL PERCOBAAN
Uji benedict.
B. TUJUAN PERCOBAAN
Untuk mengetahi kandungan gula pereduksi dan menenukan adanya
monosarida.
C. LATAR BELAKANG
Karbohidrat terdiri atas unsur-unsur karbon (C), hidrogen (H) dan
oksigen (O), yang pada umumnya mempunyai rumus kimia Cn(H2O)n.
Rumus ini memberi kesan zat karbon yang diikat dengan air (dihidrasi),
sehingga diberi nama karbohidrat. Persamaan lain ialah bahwa ikatan-
ikatan organik yang menyusun kelompok karbohidrat ini ikatan organik
yang menyusun kelompok karbohidrat ini membentuk polialkohol. Dari
sudut fungsi, karbohidrat adalah penghasil utama energi dalam makanan
maupun didalam tubuh (Priyadi Ardi, 2015).
Terdapat berbagai macam cara unuk megetahui adanya karbohidrat
dalam suatu bahan pangan yang di uji, dalam laporan ini akan di bahas
megenai uji karbohidrat mengunakan meode uji benedict (Sudarmarmadji,
2009).
D. TINJAUAN PUSTAKA
Karbohidrat adalah polihidroksi aldehid atau polihidroksilketon dan
meliputi kondensat. Polimer-polimernya yang terbentuk. Nama
karbohidrat dipergunakan pada senyawa-senyawa tersebut mengigat rumus
empirisnya berupa Cn(H2O)n yaitu karbon yang mengalami hidratasi.
Namun demikian, nama ini sebenarnya kurang tepat karena hidrat (H2O)
yang melekat pada gugus karbon bukanlah sebagai hidrat yang
sebenarnya, misalnya tak dapat dipisahkan atau dikristalkan tersendiri
yang terlepas dari gugusnya (Poedjiadi, Slamet. 2013).
1. Penggolongan karbohidrat
Karbohidrat yang terdapat pada makanan umunya hanya 3 jenis,
ialah monosakarida, disakarida, dan polisakarida monosakari dan
disakarida mempunyai rasa manis, sedangkan polisakarida tidak
mempunyai rasa atau awar (Sumardjo, halaman 31, 2009 ).
a. Monosakarida
Monosakarida ialah karbohidarat yang paling sederhana, dalam
arti molekulnya hanya terdiri atas beberapa atom karbon saja dan
tidak dapat di uraikan dengan cara hidrolisis dalam kondisi lunak
menjadi karbohidrat lain. Monosakarida yang paling sederhana ialah
glisaraidehida dan dehidroksiaseton. Yang termaksuk golongan
monosakarida ialah glukosa, frukosa, galaktosa, dan pentosa
(Sumardjo, halaman 24, 2009).
b. Oligosakarida
Senyawa yang termaksuk oligosakarida mempunyai molekul
yang terdiri atas beberapa molekul monosakarida. Dua molekul
monosakarida yang berikatan satu dengan yang lain membentuk
molekul disakarida. Oligosakarida yang lain ialah trisakarida yaitu
yang terdiri atas tiga molekul monosakarida (Sumardjo, halaman 30,
2009).
c. Polisakarida
Pada umumnya polisakarida mempunyai molekul lebih besar
dan lebih kompleks daripada monosakarida dan oligosakarida.
Molekul polisakarida terdiri atas banyak molekul monosakarida.
Polisakarida yang hanya terdiri dari satu macam monosakarida
disebut homopolisakarida. Yang termaksuk golongan polisakarida
ialah amilum, glikogen, dekstrin, selulosa dan mukopolisakarida
(Sumardjo, halaman 35, 2009).
Uji benedict adalah uji untuk membuktikan adanya gula pereduksi.
Gula pereduksi adalah gula yang mengalami hidrolisis dan bisa diurai
menjadi sedikitnya dua monosakarida. Karakteristiknya tidak bisa larut
atau bereaksi langsung dengan benedict, contohnya semua golongan
monosakarida, sedangkan gula non pereduksi struktur-struktur gulanya
berbentuk siklik yang berarti bahwa hemiasetal dan hemiketalnya tidak
berada dalam kesetimbangannya, contohnya fruktosa dan sukrosa. Dengan
prinsip berdasarkan reduksi Cu2+ menjadi Cu+ yang mengendap sebagai
Cu2O berwarna merah bata. Untuk mengindari pengendapan CuCO3 pada
laruan natrium karbonanat reagen benedict, maka ditambahkan asam sitrat.
Larutan tembaga alkalis dapat direduksi oleh karbohidrat yang mempunyai
gugus aldehid atau monoketon bebas, sehingga sukrosa yang tidak
mengandung aldehid atau keton bebas tidak dapat mereduksi larutan
benedict (Purawisastra S, Sahara E. 2010).
E. ALAT DAN BAHAN
1. Alat
Alat yang digunakan adalah gelas kimia, labu ukur, neraca
analitik, penangas kaki tiga, pipet tetes, rak tabung, spirtus, tabung
reaksi.
2. Bahan
Bahan yang digunakan adalah amilum 1%, aquades, fruktosa 1%,
glukosa 1%, laktosa 1%, pati 1%, reagen benedict, dan sukrosa 1%.
F. CARA KERJA
1. Pembuatan bahan
a. Pembuatan larutan amilum 1%
1) Disiapkan alat dan bahan.
2) Ditimbang bubuk amilum sebanyak 0,5 gram dengan neraca
analitik dengan mengunakan aluminium foil.
3) Dimasukan bubuk amilum kedalam gelas kimia kemudian
dilarutkan dengan sedikit aquades hingga larut.
4) Ditambahkan aquades sebanyak 50 ml sampai batas miniskus atas
(larutan berwarna) kemudian dimasukan kedalam labu ukur lalu
dihomogenkan.
5) Dipindahkan larutan amilum kedalam botol kosong yang telah
disiapkan dan beri label.
b. Pembuaan larutan laktosa 1%
1) Disiapkan alat dan bahan.
2) Ditimbang bubuk laktosa sebanyak 0,5 gram dengan neraca
analitik dengan mengunakan aluminium foil.
3) Dimasukan bubuk laktosa kedalam gelas kimia kemudian
dilarukan dengan sedikit aquades hingga larut.
4) Ditambahkan aquades sebanyak 50 ml sampai batas miniskus
bawah kemudian dimasukan kedalam labu ukur, dan
dihomogenkan.
5) Dipindahkan larutan laktosa kedalam botol kosong yang telah
disiapkan dan beri label.
c. Pembuatan larutan glukosa 1%
1) Disiapkan alat dan bahan.
2) Ditimbang bubuk glukosa sebanyak 0,5 gram dengan neraca
analitik dengan mengunakan aluminium foil.
3) Dimasukan bubuk glukosa kedalam gelas kimia kemudian
dilarutkan dengan sedikit aquades hingga larut.
4) Ditambahkan aquades sebanyak 50 ml sampai batas miniskus
bawah kemudian dimasukan kedalam labu ukur, dan
dihomogenkan.
5) Dipindahkan larutan glukosa kedalam botol kosong yang telah
disiapkan dan beri label.
d. Pembuaan larutan Fruktosa 1%
1) Disiapkan alat dan bahan.
2) Ditimbang bubuk Fruktosa sebanyak 0,5 gram dengan neraca
analitik dengan mengunakan aluminium foil.
3) Dimasukan bubuk Fruktosa kedalam gelas kimia kemudian
dilarutkan dengan sedikit aquades hingga larut.
4) Ditambahkan aquades sebanyak 50 ml sampai batas miniskus
bawah kemudian dimasukan kedalam labu ukur, dan
dihomogenkan.
5) Dipindahkan larutan fruktosa kedalam botol kosong yang telah
disiapkan dan beri label.
e. Pembuaan reagen benedict
1) Diambil larutan benedid yang telah jadi dari botolnya.
2) Dimasukan kedalam gelas ukur dengan ukuran 100 ml.
3) Setelah itu dimasukan kedalam botol berwarna coklat untuk
disimpan.
2. Prosedur kerja uji benedict
a) Disiapkan alat dan bahan.
b) Disiapka 6 tabung reaksidan masing-masing diberi label.
c) Dimasukkan 1 ml larutan sampel kedalam tabung reaksi.
d) Ditambahkan 3 ml pereaksi benedict, lalu dihomogenkan.
e) Dipanaskan didalam air mendidih.
f) Diamati perubahan warna yang terjadi.
G. HASIL PENGAMATAN
1. Tabel Hasil Pengamatan

No Sempel Sebelum Sesudah Keterangan


pemanasan pemanasan

1 Amilum 1% Biru biru negatif (-)

2 laktosa 1% Biru Merah bata Positif ( +)

3 Fruktosa 1% Biru Merah bata Positif ( +)

4 Glukosa 1% Biru Merah bata Positif ( +)


(endapan)

5 Sukrosa 1% Biru biru negatif (-)

6 Pati (ubi kayu) 1% Biru biru negatif (-)


2. Gambar Hasil Pengamatan
Sebelum pemanasan Sesudah pemanasan

H. PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini kami membahas tentang uji benedict dengan
tujuan untuk menentukan adanya gula pereduksi dalam suatu sampel. Jadi
uji benedict ini adalah uji kimia untuk mengetahui kandungan gula
(karbohiidrat) pereduksi. Gula pereduksi meliputi semua jenis
monosakarida dan beberapa disakarida seperti laktosa dan maltosa. Prinsip
kerja uji benedict adalah pencampuran larutan uji dengan pereaksi
benedict kemudian dipanaskan. Hasil positif ditunjukkan dengan
terbentuknya endapan berwarna biru kehijauan, merah, atau kuning
tergantung kadar gula pereduksi yang ada.
Bahan yang digunakan pada praktikum adalah amilum, frukosa,
glukosa, laktosa, sukrosa, dan pati (ubi kayu). Ubi kayu merupakan
pangan yang kaya akan karbohidrat.
Pada sampel pati (ubi kayu) 1% setelah ditambahkan reagen benedict,
tidak terjadi perubahan warna. Hal ini berarti bahwa bahan tersebut tidak
mengandung gula pereduksi. Hasil yang kami dapatkan sesuai dengan
teori yang menyatakan bahwa pati merupakan karbohidrat golongan
polisakarida dimana gugus aldehitnya tidak dapat bermutasi menjadi rantai
terbuka sehingga tidak dapat mereduksi reagen benedict.
Pada sampel amilum 1% setelah ditambahkan reagen benedict, tidak
terjadi perubahan warna. Hal ini berarti bahwa bahan tersebut tidak
mengandung gula pereduksi. Hasil yang kami dapatkan tidak sesuai
dengan teori. Seharusnya amilum menghasilkan warna merah bata karena
mengandung gula pereduksi. Kesalahan pada prakikum ini disebabkan
karena pada saat pemipetan tidak melalui dinding tabung reaksi.
Pada sampel fruktosa 1% setelah ditambahkan reagen benedict, terjadi
perubahan warna yaitu warna merah bata. Hal ini berarti bahwa bahan
tersebut mengandung gula pereduksi. Hasil yang kami dapatkan sesuai
dengan teori. Seperti yang telah dikatakan bahwa pada uji benedict,
pereaksi ini akan bereaksi dengan gugus aldehid dalam gugus aromatik,
dan alpha hidroksi keton. Oleh karena itu, meskipun fruktosa bukanlah
gula pereduksi, namun karena memiliki gugus alpha hidroksi keton, maka
fruktosa akan berubah menjadi glukosa dan manosa dalam suasana basa
dan memberikan hasil positif dengan pereaksi benedict
Pada sampel laktosa 1%, dan glukosa setelah ditambahkan reagen
benedict, terjadi perubahan warna yaitu warna merah bata. Hal ini berarti
bahwa bahan tersebut mengandung gula pereduksi. Hasil yang kami
dapatkan sesuai dengan teori yang mengatakan bahwa gula pereduksi
meliputi semua jenis monosakarida dan beberapa disakarida seperti laktosa
dan maltosa.
Pada sampel sukrosa 1% setelah ditambahkan reagen benedict, tidak
terjadi perubahan warna. Hal ini berarti bahwa bahan tersebut tidak
mengandung gula pereduksi. Hasil yang kami dapatkan sesuai dengan
teori yang menyatakan bahwa sukrosa mengandung dua monosakarida
(fruktosa dan glukosa) yang terikat melalui ikatan glikosidik sedemikian
rupa sehingga mengandung gugus aldehit bebas dan alpha hidroksi keton
sehingga sukrosa (gula pasir) tidak terdeteksi oleh pereaksi benedict.
Sukrosa juga tidak bersifat pereduksi.
Kesalahan-kesalahan yang biasanya terjadi pada percobaan uji
benedict sangat banyak diantaranya karena kurangnya ketelitian dalam
melakukan percobaan, kurangnya pengetahuan, bahan-bahan yang
digunakan sudah tidak layak untuk digunakan, kesalahan-kesalahan pada
saat pembuatan sampel atau larutan, dan juga pada saat pemipetan tidak
melalui dinding tabung reaksi.
I. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil praktikum yang kami dapatkan dapat disimpulkan
bahwa laktosa , fruktosa,dan glukosa, mengandung gula pereduksi. Pada
sampel amilum hasil yang kami dapatkan tidak sesuai dengan teori, yang
seharusnya amilum mengandung gula pereduksi sedangkan hasil yang
kami dapatkan amilum tidak mengandung gula pereduksi. Kesalahan pada
praktikum ini disebabkan karena pada saat pemipetan tidak melalui
dinding tabung reaksi.
DAFTAR PUSAKA

Poedjiadi, slamet. 2013. Dasar-dasar biokimia. Universitas indonesia. Jakarta.

Priyadi Ardi, dkk. 2015. Uji kualitatif karbohidrat. Program Studi Pendidikan
Teknologi Agroindustri Fakultas Pendidikan Teknologi Dan
KejuruanUniversitas Pendidikan Indonesia. Bandung.

Purawisastra S, Sahara E. 2010. Jurnal Puslitbang Gizi dan Makanan. PT.


Gramedia pustaka utama. Jakarta.

Sudarmarmadji, selamet. 2009. Analisis bahan makanan. liberty. Yogyakarta.

Sumardjo, Damin. 2009. Pengantar Kimia. Buku Panduan Kedokteran dan


Program Strata 1 Fakultas Bioeksata. Jakarta.

You might also like