You are on page 1of 11

KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha pengasih lagi Maha penyayang,
saya panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan
rahmat, hidayah dan inayah-Nya kepada saya, sehingga saya dapat menyelesaikan
makalah Biologi mengenai Zat-zat makanan ini.

Adapun makalah Biologi tentang zat-zat makanan ini telah saya usahakan
semaksimal mungkin. Oleh karena itu dengan lapang dada dan tangan terbuka kami
membuka selebar-lebarnya bagi pembaca yang ingin member saran dan kritik kepada
saya sehingga saya dapat memperbaiki makalah biologi ini.

Akhirnya penyusun mengharapkan semoga dari makalah biologi ini kita dapat
mengambil hikmah dan manfaatnya sehingga dapat memberikan inspirasi terhadap
pembaca.

Payakumbuh , 24 September 2016

Penulis

Konsep Silahturahmi Dalam Ajaran Islam – Kelompok 07 | 1


DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR……………………………………………………………………………………………. i

DAFTAR ISI………………………………………………………………………………………………………… ii

KONSEP SILAHTURAHMI DALAM AJARAN ISLAM


PENDAHULUAN………………………………………………………………………………………………… 1

SILAHTURAHMI DALAM AL-QURAN DAN HADITS


A. Pengertian Silahturahmi………………………………………………………………………….. . 1
B. Keutamaan Silahturahmi…………………………………………………………………………... 2
C. Pembagian Silahturahmi…………………………………………………………………………… . 3
D. Bentuk-bentuk silahturahmi……………………………………………………………………… 3
E. Silahturahmi Dalam Pandangan Islam……………………………………………………….. 3
F. Pandangan Silahturahmi Menurut Hadits……………………………………………………. 4
G. Silahturahmi Dalam Al-Quran dan As-sunnah……………………………………………... 5
H. Silahturahmi Bukan Hanya Membalas Budi………………………………………………… 6
I. Silahturahmi Jika Kerabat Non Muslim………………………………………….……………. 6
J. Silahturahmi Tatkala Hari Raya……………………………………………………….………….. 7
K. Ancaman Bagi Pemutus Silahturahmi…………………………………….…………………… 7
L. Faktor Penyebab Terjadi Putusnya Silahturahmi...……………………………………... 7

PENUTUP
A. Kesimpulan……………………………………………………………………………………………….. 8
B. Saran…………………………………………………………………………………………………………. 8

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………………………………………. 9

Konsep Silahturahmi Dalam Ajaran Islam – Kelompok 07 | 2


KONSEP SILAHTURAHMI DALAM AJARAN
ISLAM
I. PENDAHULUAN
Dalam kehidupan sehari-hari manusia ditakdirkan untuk hidup bersosial, yaitu
selalu hidup dalam keadaan saling membutuhkan. Islam sangat memperhatikan hal ini
dalam banyak pembahasan fiqih tentang tatacara bermuamalah salah satunya adalah
pembahasan tentang akhlak manusia dengan sesamanya.

Islam adalah agama yang indah dan sempurna yang mengajarkan seluruh aspek
kehidupan manusia. Islam mengajarkan adab dan akhlak yang tinggi, menghormati yang
tua dan menyayangi yang muda, menjaga keharmonisan hubungan keluarga dan
menghilangkan hal-hal yang dapat merusak hubungan persaudaraan.

Di dalam pembahasan tentang akhlak tersebut, penulis ingin membahas salah


satu kajian akhlak yang berhubungan dengan muamalah seorang manusia dengan yang
lainnya, yaitu silaturahmi. Karena tanpa kita sadari, sesungguhnya silaturahmi sangat
penting dalam kehidupan bersosial. Banyak sekali ayat-ayat al-Quran dan hadits-hadits
yang membahas tentang hal ini. Oleh sebab itu penulis ingin mencoba memandang
kajian tersebut dari sudut pandang al-Quran dan Hadits, yang mana keduanya adalah
sumber hukum yang paling utama bagi seluruh umat muslim. Mudah-mudahan dengan
adanya makalah yang sederhana ini, dapat memberikan pencerahan dan pegangan
dalam kehidupan bermuamalah.

Islam sangat menganjurkan silaturahmi. Bahkan, silaturahmi merupakan inti dari


ajaran Islam, sebagaimana diriwayatkan dari Abu Umamah radhiyallahu ‘anhu, dia
berkata, “Amr bin ‘Abasah as-Sulami berkata,“Aku berkata,“Dengan apa Allah
mengutusmu? Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab: “Allah mengutusku
dengan silahturahim, menghancurkan berhala dan agar Allah ditauhidkan, Dia tidak
disekutukan dengan sesuatupun.” (HR. Muslim no. 1927)

II. SILAHTURAHMI DALAM AL-QURAN DAN HADITS


A. Pengertian Silahturahmi
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007 : 1065) silaturahim atau
silaturahmi bermakna tali persahabatan, persaudaraan, hubugan atau kekerabatan.
Yang artinya adalah “menyambung tali persaudaraan kepada kerabat yang memiliki
hubungan nasab”. Silaturahim berasal dari Bahasa Arab, yaitu dari kata shilah dan ar-
rahim. Kata shilah adalah bentuk mashdar dari kata washola-yashilu yang berarti

Konsep Silahturahmi Dalam Ajaran Islam – Kelompok 07 | 3


‘sampai, menyambung’. ar-Raghib al-Asfahani berkata, “yaitu menyatunya beberapa
hal, sebagian dengan yang lain.” (al-Mufradat fi Gharibil Qur-an, hal. 525).

Dalam perspektif bahasa Arab, Ahmad Warson dan Muhammad Fairuz (2007 :
810) mengungkap bahwa silaturahmi itu sebagai terjemahan Indonesia dari bahasa
Arab ‫ الرحم صلة‬. Dilihat dari aspek tarkib, lafadz ‫ الرحم صلة‬merupakan tarkib idhofi,
yaitu tarkib (susunan) yang terdiri dari mudhof (‫ )صلة‬dan mudhof ilaih (‫)الرحم‬. Untuk
memahami makna silaturahmi, maka kami terlebih dahulu akan menjelaskan tentang
makna ‫ صلة‬dan ‫ الرحم‬, kemudian makna silaturahmi, sebagai berikut :
1. Makna Shillah :
→ Lafadz ‫ صلة‬merupakan mashdar dari ‫ وصل‬, Ahmad Warson (2002 : 1562-1563)
mengartikan bahwa ‫ صلة‬adalah perhubungan, hubungan, pemberian dan
karunia.
2.Makna Rahim :
→ Ahmad Warson (2002 : 483) mengartikan, ‫ رحم‬adalah rahim, peranakan dan
kerabat. Al-Raghib (2008 : 215 ) mengkaitkan kata rahim dengan rahim al-
mar`ah (rahim seorang perempuan) yaitu tempat bayi di perut ibu. Yang bayi
itu punya sifat disayangi pada saat dalam perut dan menyayangi orang lain
setelah keluar dari perut ibunya. Dan kata rahim diartikan “kerabat” karena
kerabat itu keluar dari satu rahim yang sama. Al-Raghib (2008 : 216) juga
mengutip sabda Nabi, yang isinya menyebutkan, ketika Allah Swt menciptakan
rahim, Ia berfirman, “Aku al-Rahman dan engkau al-Rahim, aku ambil namamu
dari namaku, siapa yang menghubungkan padamu Aku menghubungkannya
dan siapa yang memutuskan denganmu Aku memutuskannya”. Ini memberi
isyarat bahwa rahmah-rahim mengandung makna al-Riqqatu (belas-kasihan)
dan al-Ihsân (kedermawanan, kemurahan hati).
3.Makna Silahturahmi :
→ Berdasarkan dua pengertian dua diatas, maka makna silaturahmi secara harfiah
adalah menyambungkan kasih-sayang atau kekerabatan yang menghendaki
kebaikan. Secara istilah makna silaturahmi, antara lain dapat dipahami dari apa
yang dikemukakan Al-maraghi menyebutkan, “Yaitu menyambungkan kebaikan
dan menolak sesuatu yang merugikan dengan sekemampuan”. Sementara itu
imam as-Shon’ani (1992 : 4 : 295) mendefinisikan bahwa silaturahmi adalah
kiasan tentang berbuat baik kepada kerabat yang memiliki hubungan nasab
dan kerabat bersikap lembut, menyayangi dan memperhatikan kondisi mereka.

B. Keutamaan Silahturahim

Islam adalah agama yang indah nan sempurna. Tidaklah Islam memerintahkan
sesuatu, kecuali pasti ada kebaikan dan keutamaan yang akan didapatkan pelakunya,
sebagaimana silaturahmi ini. Diantara keutamaan silaturahmi ialah:
1. Sebagai Konsekuensi Iman dan Tanda-tandanya.
→ Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda, “Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir,

Konsep Silahturahmi Dalam Ajaran Islam – Kelompok 07 | 4


maka hendaklah ia menyambung hubungan silaturahmi.” (HR. Al-Bukhari no.
5787)
2. Mendapatkan keberkahan umur dan riski.
→ Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, “Aku mendengar Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Barangsiapa yang senang diluaskan
rizqinya dan dipanjangkan umurnya, maka hendaklah ia menyambung
hubungan silaturahim.” (HR. al-Bukhari no. 5986 dan Muslim no. 2557)
3. Salah satu cirri penyebab utama masuk surga dan jauh dari neraka.
→ Dari Abu Ayyub al-Anshari radhiyallahu ‘anhu, sesungguhnya seorang laki-laki
berkata, “Ya Rasulullah, ceritakanlah kepadaku amalan yang memasukkan aku
ke dalam Surga dan menjauhkan aku dari Neraka.” Maka Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda:
”Engkau menyembah Allah dan tidak menyekutukan sesuatu dengan-Nya,
mendirikan shalat, menunaikan zakat dan menyambung tali silaturahmi.” (HR.
al-Bukhari no. 1396 dan Muslim no. 13)
4. Merupakan amalan yang paling utama.
→ Seorang laki-laki bertanya kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, “Ya
Rasulullah, amalan apa yang paling dicintai Allah?” Beliau menjawab,
“Beriman kepada Allah.” Dia bertanya lagi, “Kemudian apa lagi?” Beliau
menjawab, “Kemudian menyambung silaturahmi.” (Shahih at-Targib wa at-
Tarhib no. 2522)

C. Pembagian Silahturahmi
As-Shon’ani (1992 : 4 : 298) mengutip pendapat imam al-Qurthubi yang
menjelaskan bahwa silaturahmi yang mesti disambungkan itu terbagi kepada dua
bagian, yaitu silaturahmi umum dan silaturahmi khusus. Silaturahmi umum yaitu
rahim dalam agama, wajib disambungkan dengan cara saling menaehati, berlaku adil,
menunaikan hak-hak yang wajib dan yang sunnah. Sedangkan sulaturahmi khusus
yaitu dengan cara memberi nafakah kepada kerabat.

D. Bentuk-bentuk Bersilahturahmi
Silaturahmi merupakan ibadah yang agung, mudah dan membawa berkah.
Banyak cara yang bisa dilakukan untuk mewujudkan silaturahmi, diantaranya dengan
berziarah, memberi hadiah, memberi nafkah, berlaku lemah-lembut, bermuka manis
(senyum), memuliakannya dan semua yang manusia itu menganggapnya silaturahmi.

E. Silahturahmi Dalam Pandangan Al-Quran


Sejauh pengamatan penulis terhadap ayat-ayat al-Quran, penulis tidak
menemukan satu ayat pun yang memerintahkan silaturahmi dengan bentuk fi’il amr
dari lafadz ‫ وصل‬yang kami temukan bukab fi’il amr, melainkan bentuk fi’il madhi
yang terdapat dalam surat al-Qoshos ayat 51 dan fi’il mudhore yang diulang sepuluh
kali pada enam surat (Abdul Baqi, tt : 919). Meskipun demikian, bukan berarti al-
Konsep Silahturahmi Dalam Ajaran Islam – Kelompok 07 | 5
Quran tidak memerintahkan silaturahmi, tetapi silaturahmi dalam al-Quran
digunakan dengan lafadz yang lain. Bila kita mencermati kembali makna rahim, kita
temukan bahwa makna rahim itu adalah kerabat, sebagaimana diungkap oleh ar-
Roghib dan Ahmad Warson. Di dalam al-Quran dijumpai beberapa ayat yang
memerintahkan untuk memberikan hak kepada kerabat. Hal tersebut
mengindikasikan bahwa silaturahmi diperintahkan dalam al-Quran walaupun
menggunakan redaksi lain. Ayat-ayat yang dimaksud antara lain adalah sebagai
berikut :
a. Surat An-Nahl : 90
َّ ‫ل يهأ ْ ُم َُّر‬
َّ‫ّللاه ِإن‬ َِّ ْ‫ان ِب ْال هعد‬
َِّ ‫س‬ ‫اْلحْ ه‬ ِ ْ ‫هاء هو‬ َِّ ‫عن هويه ْن ههى ْالقُ ْربهى ذِي هو ِإيت‬ َِّ ‫هر ْالفهحْ ش‬
َّ‫هاء ِِ ه‬ َِّ ‫ي ِ هو ْال ُم ْنك‬
َّ ‫ظ ُك َّْم هو ْالبه ْغ‬
ُ ‫له هعل ُك َّْم يه ِع‬
‫ه‬
َّ‫تهذك ُر ه‬
‫ون‬
Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku ‘adil dan berbuat kebajikan,
memberi bantuan kepada kerabat, dan Dia melarang (melakukan) perbuatan keji,
kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu
dapat mengambil pelajaran.
Pada ayat tersebut terdapat perintah memberi bantuan kepada kerabat dekat,
terkait dengan makna tersebut, Ats-tsa’labi (tt: 2: 321), As-Sulami (2001: 1:372),
‘izz bin Abdussalam (1996: 1: 577), Fahrurrozi (tt: 1: 2747), dan Ahmad bin
Muhammad bin Mahdi (2002: 24:73) mereka menafsirkan bahwa ungkapan
tersebut bermakna perintah untuk silaturahmi.
b. Surat Al-Isro :26
َِّ ‫ين هحق َّهُ ْالقُ ْربهى ذها هوآ‬
‫ت‬ َّ‫ْن هو ْال ِم ْس ِك ه‬ َّ‫ل هواب ه‬ َِّ ‫ل السبِي‬ َّْ ‫ِيرا تُبهذ‬
َّ ‫ِر هو ه‬ ً ‫ت ه ْبذ‬
Dan berikanlah haknya kepada kerabat dekat, juga kepada orang miskin dan
orang yang dalam perjalanan; dan janganlah kamu menghambur-hamburkan
(hartamu) secara boros.
Pada ayat ini terdapat perintah Dan berikanlah haknya kepada kerabat dekat,
menurut Baidhowi (tt: 1: 441), Al-Khozin (1979: 4: 157) bahwa makna kerabat
tersebut adalah perintah untuk menyambungkan silaturahmi.
c. Surat ar-Rum ayat 38
َِّ ‫ين هحق َّهُ ْالقُ ْربهى ذها فهآ‬
‫ت‬ َّ‫ْن هو ْال ِم ْس ِك ه‬ َّ‫ل هواب ه‬ َِّ ‫ك السبِي‬ َّ‫ِين هخيْرَّ ذه ِل ه‬
َّ‫ُون ُِي ِللذ ه‬َّ‫ّللاِ هوجْ َّهه ِريد ه‬َّ ‫ك‬ َّ‫ون ُه َُّم هوأُولهئِ ه‬ َّ‫ْال ُم ْف ِل ُح ه‬
Maka berikanlah haknya kepada kerabat dekat, juga kepada orang miskin dan
orang-orang yang dalam perjalanan. Itulah yang lebih baik bagi orang-orang yang
mencari keridaan Allah. Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung.
As-Sam’ani (1997: 4: 215)mencatat bahwa perintah memberikan haq kepada
kerabat dekat itu menurut mayoritas mufassir maknanya adalah silaturahmi
dengan memberikan hadiah. Berdasarkan tiga ayat diatas beserta penafsiran
para mufasir jelaslah bahwa silaturahmi diperintahkan didalam Quran.

F. Pandangan Silahturahmi Menurut Hadits


Hadis-hadis yang berkaitan dengan silaturahmi, diantaranya adalah:
a. Orang yang bersilaturahmi akan diperluas rizkinya, dipanjangkan umurnya.
َّْ ‫ل عنه هللا رضي ه هُري هْر َّة ه أهبِي هع‬
‫ن‬ َّ‫قها ه‬: ‫ل‬ َّ‫ل قها ه‬ َُّ ‫سو‬ َّْ ‫ن أهِه هحبَّ هم‬
َّ ‫ن وسلم عليه هللا صلى ه‬
ُ ‫ّللاِ هر‬ َّْ ‫ط أ ه‬
َّ‫س ه‬
‫فِي هعله ْي َِّه يُ ْب ه‬
‫ر ْزقِ َِّه‬,
ِ ‫ن‬َّْ ‫سَّأ ه هوأ ه‬
‫أهث ه ِر َِّه فِي له َّهُ يُ ْن ه‬, ‫ل‬
َّْ ‫ص‬ِ ‫هاريَّ أ ه ْخ هر هج َّه ُ هر ِح هم َّهُ فه ْل هي‬
ِ ‫اه ْلبُخ‬.
Dari Abu Hurairoh r.a: Rosul bersabda barang siapa yang ingin diluaskan
rizkinya, dan di panjangkan umurnya, hendaklah dia menyambungkan
silaturahmi (H.R. Bukhori)
Konsep Silahturahmi Dalam Ajaran Islam – Kelompok 07 | 6
Dalam hadits lain, yang di takhrij oleh Ahmad dari Aisyah secara marfu’ Nabi
pernah bersabda bahwa silaturahmi dan berbuat baik kepada tetangga akan
dapat memakmurkan rumah serta menambah umur. Terkait dengan hadis
tersebut, Ibnu Hajar (tt: 10: 416) dan As-Son’ani mencamtumkan pendapat
Ibnu Tiin yang menyatakan bahwa dzohir hadis tersebut bertentangan
dengan surat Al-A’rof ayat 34 yaitu
َِّ ‫ل أه هجلُ ُه َّْم هجا هَّء فهإِذها َّأ ه هجلَّ أُمةَّ هو ِل ُك‬
‫ل‬ َّ‫سا هع َّةً يه ْست هأ ْ ِخ ُر ه‬
َّ ‫ون ه‬ ‫ل ه‬َّ ‫ون هو ه‬َّ‫( هي ْسته ْق ِد ُم ه‬34)
tiap-tiap umat mempunyai batas waktu; Maka apabila telah datang waktunya
mereka tidak dapat mengundurkannya barang sesaatpun dan tidak dapat
(pula) memajukannya.
Selanjutnya Ibnu Tiin mengkompromikan dua dalil tersebut dari dua aspek,
salah satunya yaitu yang dimaksud tambahan umur pada hadis tersebut
merupakan kinayah tentang keberkahan umur sebab adanya taufik untuk
taat serta makmurnya waktu digunakan untuk sesuatu yang bermanfaat
untuk akhirat serta memeliharanya dari melakukan perbuatan yang sia-sia.
b. Pemutus silaturahmi tidak akan masul surga.
َّْ ‫ْر هو هع‬
‫ن‬ َِّ ‫ْن ُجبهي‬
َِّ ‫ط ِعمَّ ب‬ ْ ‫ل عنه هللا رضي ُم‬ َّ‫قها ه‬: ‫ل‬ َّ‫ل قها ه‬ َُّ ‫سو‬ َّ ‫ل وسلم عليه هللا صلى ه‬
ُ ‫ّللاِ هر‬ َُّ ‫اطعَّ ا ه ْل هجن َّةه يهدْ ُخ‬
َّ ‫ل ه‬ ِ ‫يهَّ ْع ِني قه‬:
‫اط هَّع‬ ‫ه‬
ِ ‫ر ِحمَّ ق‬. ‫ه‬
‫هعل ْي َِّه ُمتفقَّ ه‬ ‫ه‬
Dari Jubair bin Mut’im r.a: Rosul bersabda tidak akan masuk surga orang yang
memutus, yaitu: memutuskan silaturahmi (mutafaq ‘alaihi)
c. Pemutus silaturahmi akan dipercepat siksaan terhadap dosanya.
‫مع الدنيا في العقوبة لصاحبه هللا يعجل أن أجدر ذنب من ما يرفعه بكرة أبي حديث من داود أبو وأخرج‬
‫الرحم قطيعة من اآلخرة في له ادخر ما‬
Abu Daud mentakhrij dari hadis Abu Bakroh yang marfu’ tidak ada satu dosa
yang lebih pantas dipercepat oleh Allah siksaan bagi pelakunya didunia
disamping disediakan baginya siksaan di akhirat dari melainkan pemutus
silaturahmi.
d. Amal pemutus silaturahmi tidak diterima oleh Allah.
‫الخميس عشية تعرض أمتي أعمال إن يرفعه هريرة أبي حديث من المفرد األدب في البخاري وأخرج‬
‫رحم قاطع عمل يقبل فال الجمعة ليلة‬
Bukhori mentakhrij dalam Adabul Mufrod dari hadis Abu Hurairoh yang
marfu’ sesungguhnya amal-amal umatku akan disetorkan pada waktu kamis
sore malam jumat maka tidak akan diterima amalan pemutus silaturahmi.
e. Rahmat tidak akan turun bagi pemutus silaturahmi.
‫رحم قاطع فيهم قوم على تنزل ل الرحمة إن أوفى أبي ابن حديث من فيه وأخرج‬
Bukhori mentakhrij dalam Adabul Mufrod dari hadis Abu Aufa sesungguhnya
rahmat tidak akan turun kepada suatu kaum yang didalamnya ada pemutus
silaturahmi.
f. Pintu langit akan tertutup bagi pemutus silaturahmi.
‫الرحم قاطع دون مغلقة السماء أبواب إن مسعود ابن حديث من الطبراني وأخرج‬
Thobroni mentakhrij dari hadis ibnu mas’ud sesungguhnya pintu-pintu langit
tertutup bagi pemutus silaturahmi.

G. Silahturahmi dalam Al-Quran dan As-sunnah

Konsep Silahturahmi Dalam Ajaran Islam – Kelompok 07 | 7


Allah ta’ala menganjurkan hamba-Nya untuk saling menyambung silaturahmi
dalam kitab-Nya, begitu juga Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam banyak
hadits, diantaranya ialah firman Allah, “Dan bertakwalah kepada Allah, yang dengan
(mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain dan peliharalah
hubungan silaturrahim” (QS. an-Nisa': 1)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Wahai manusia! Ucapkanlah
salam, sambunglah silaturrahim, berikanlah makan dan shalatlah di malam hari
tatkala manusia sedang tidur, maka kalian akan masuk Surga dengan selamat.” (HR.
at-Tirmidzi No. 2485 dan dishahihkan oleh al-Albani dalam Shahih Ibnu Majah
III/155)
H. Silahturahmi Bukan Hanya dengan Membalas Budi
Banyak orang yang mengakrabi saudaranya setelah saudaranya mengakrabinya,
mengunjungi saudaranya setelah saudaranya mengunjunginya, memberikan hadiah
setelah ia diberi hadiah dan seterusnya. Dia hanya membalas kebaikan saudaranya.
Sedangkan kepada saudara yang tidak mengunjunginya -misalnya-, dia tidak mau
berkunjung. Ini belum dikatakan menyambung tali silaturrahim yang sebenarnya.
Yang disebut menyambung tali silaturrahim sebenarnya adalah orang yang
menyambung kembali terhadap orang yang telah memutuskan hubungan
kekerabatannya.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjelaskan, “Bukanlah penyambung


orang yang hanya membalas. Tetapi penyambung adalah orang yang apabila
diputuskan hubungan, dia menyambungnya.” (HR. al-Bukhari no. 5991)

Ibnu Hajar rahimahullah mengatakan, “Peniadaan sambungan tidak pasti


menunjukkan adanya pemutusan. Karena, mereka ada tiga tingkatan: Orang yang
menyambung, Orang yang membalas, dan Orang yang memutuskan. Orang yang
menyambung adalah orang yang melakukan hal yang lebih dan tidak diungguli oleh
orang lain. Orang yang membalas adalah orang yang tidak menambahi pemberian
lebih dari apa yang dia dapatkan. Sedangkan orang yang memutuskan adalah orang
yang diberi dan tidak memberi. Sebagaimana terjadi pembalasan dari kedua pihak,
maka siapa yang mengawali berarti dialah yang menyambung. Jikalau ia dibalas,
maka orang yang membalas dinamakan mukafi` (pembalas).” (Fathul Bari 10/427)

I. Silahturahmi Jika Kerabat Non Muslim

Allah ta’ala berfirman:


“Allah tidak melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-
orang yang tiada memerangimu karena agama dan tidak (pula) mengusir kamu dari
negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil.” (QS. al-
Mumtahanah: 8)

Syaikh as-Sa’di rahimahullah menjelaskan, “Artinya, Allah tidak melarang kalian


dari kebaikan, silaturahmi dan membalas kebaikan, serta berlaku adil terhadap
Konsep Silahturahmi Dalam Ajaran Islam – Kelompok 07 | 8
kerabat kalian dari kalangan kaum musyrikin atau yang lain. Hal ini bila mereka tidak
mengobarkan peperangan dalam agama terhadap kalian, tidak mengusir kalian dari
rumah-rumah kalian. Maka, tidak mengapa kalian berhubungan baik dengan mereka
dalam keadaan seperti ini, tidak ada kekhawatiran dan kerusakan padanya.”

Ibnu Katsir rahimahullah menafsirkan ayat ini dengan membawakan hadits dari
Asma` bintu Abu Bakr ash-Shiddiq radhiyallahu ‘anhuma, dia mengatakan, “Ibuku
datang dalam keadaan masih musyrik, di waktu perjanjian damai yang disepakati
orang Quraisy. Maka, aku datang kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan
bertanya, ‘Wahai Rasulullah, ibuku datang dan ia ingin berbuat baik. Bolehkah aku
berbuat baik kepadanya?’ Rasulullah berkata, ‘Ya, berbuat baiklah kepada ibumu’.”
(HR. Al-Bukhari no. 5978 & Muslim no. 2322)

J. Silahturahmi Tatkala Hari Raya


Silaturahmi adalah ibadah yang tidak ada kaitannya dengan waktu (Ramadhan,
Hari Raya, atau yang lainnya), tidak ada dalil dari al-Qur’an dan as-Sunnah yang
menjelaskan tentang anjuran untuk ber-silaturahmi khusus pada Hari Raya. Akan
tetapi, perintah untuk bersilaturahmi bersifat umum, yang bisa dilakukan kapan saja
sesuai dengan kondisi dan kebutuhan.

Berbeda halnya, jika silaturahmi itu dilakukan pada saat Hari Raya, misalnya,
karena memang tidak ada lagi kesempatan lain untuk bisa bertemu, kecuali pada
saat Hari Raya, maka yang demikian ini tidak mengapa. Namun, jika hal ini dianggap
suatu kemestian dan diyakini sebagai adat-istiadat yang berkaitan dengan ajaran
islam, atau merupakan rangkaian ibadah yang harus dilakukan pada Hari Raya, atau
menyakini, bahwa hal tersebut lebih utama apabila dilakukan pada Hari Raya, maka
ini tidak benar, karena Islam tidak mensyariatkan hal tersebut.

K. Ancaman Bagi Pemutus Silahturahmi


1. Tidak akan masuk surga.
→ Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Tidaklah masuk surga orang yang
memutus tali silaturrahim.” (HR. al-Bukhari no. 5984)
2. Mendapat siksaan di dunia dan di akhirat.
→ Sebagaimana sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Tidak ada dosa yang
lebih cepat siksaannya di dunia bagi pelakunya, serta diperlambat
siksaannya di akhirat kelak dari pada orang yang zhalim dan memutus
hubungan silaturahmi.” (ash-Shahihah no. 917)

L. Faktor Penyebab Terjadinya Putusnya Silahturahmi


Di antara penyebabnya adalah: Kebodohan, Minimnya agama, Cinta dunia dan
menyibukkan diri dengannya, Zhalim dan jahat terhadap kerabat, dan Adanya

Konsep Silahturahmi Dalam Ajaran Islam – Kelompok 07 | 9


problematika rumah tangga. (Dinukil dari kitab Tabshiratul Anam bil huquqi fil Islam
hal. 131-132)
[Oleh: Muhammad Nashihuddin al-Faruqi]

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Islam merupakan agama yang sangat memperhatikan hubungan antar
sesama manusia. Hal itu digambarkan dengan adanya berbagai syariat tentang
hubungan manusia baik yang menyangkut hubungan keluarga maupun
masyarakat. Untuk mempererat hubungan antar keluarga, Islam mensyariatkan
silaturahmi. Dalam pandangan al-Quran dan hadis, silaturahmi memiliki
kedudukan yang sangat penting. Al-Quran menggambarkan bahwa silaturahmi
merupakan salahsatu bentuk pelaksanaan ibadah seorang hamba kepada Rabb-
nya. Dan hadis melukiskan bahwa orang yang senantiasa silaturahmi akan
dipanjangkan umurnya serta diperluas rizkinya.

Selain itu banyak keterangan yang menjelaskan bahwa orang yang


memutuskan hubungan silaturahmi tidak akan masuk surga, amalny tidak akan
diterima, serta masih banyak ancaman yang lainnya. Oleh karena itu, sebagai
muslim kita harus senantiasa memelihara selaturahmi demi keselamatan dunia
akhirat.

B. SARAN
Setelah kita memahami konsep silaturahmi, baik dari segi pengertian,
pembagian, serta keterangan al-Quran dan Hadis mudah-mudahan kita bisa
mengimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari. Dan juga bisa
menyebarluaskannya kepada segenap umat Islam di bumi Allah.

Konsep Silahturahmi Dalam Ajaran Islam – Kelompok 07 | 10


DAFTAR PUSTAKA
Abdul Baqi, M.F. (tt). Mu’jam Mufahros li Alfadzil Quran. Bandung :
Diponegoro
Al-Asfahani, R. (2008). Mu’jam Mufrodat li Alfadzil Quran. Lebanon : Dar
al-Kutub al-Ilmiyyah
Al-Baidhowi, (tt). Tafsir al-Baidhowi.
Al-Khozin, (1979). Lubab at-Ta’wil fi Ma’ani at-Tanzil. Beirut: Dar al-Fikr.
As-Sam’ani, (1997). Tafsir al-Quran. Riyad: Dar al-Wathon.
As-Shon’ani, (1992). Subul as-Salam. Beirut: Dar al-Fikr.
As-sulami, (2001). Haqoiq at-Tafsir. Beirut : Dar al-Kutub al-Islamiyah.
Fakhrurrozi, (tt). Tafsir al-Fahr ar-Rozi. Dar Ihya at-Turots al-Aroby.
Hajar, I. (2004). Fathul Bari bi Syarhi Shohih al-Bukhori. Kairo : Dar al-
Hadits
Iz-Zuddin, (1996). Tafsir Izz ibn Abd as-Salam Tafsir al-Quran. Beirut: Dar
Ibn Hazm.
Mahdi, A. M. (2002). Al-Bahr al-Mudid. Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiah.
Redaksi, T. (2007). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka
Warson, A. ( 2002). Kamus Al-Munawir Arab-Indonesia. Surabaya :
Pustaka progresif
Warson, A dan Fairuz, M (2007). Kamus Al-Munawir Indonesia-Arab.
Surabaya : Pustaka progresif
Tsa’labi, (tt). Al-Jawahir al-Hasan Fi at-Tafsir al-Quran. Beirut :
Muassasah al-A’lami.

Konsep Silahturahmi Dalam Ajaran Islam – Kelompok 07 | 11

You might also like