You are on page 1of 4

Perlu diketahui bahwa dalam proses penilaian hasil belajar peserta didik diperlukan metode atau teknik serta

instrumen yang
perlu diperhatikan dan disiapkan, agar nantinya tujuan pembelajaran dapat tercapai. Teknik dan instrumen yang digunakan ini yang
akan memberikan informasi kepada guru terhadap keadaan dan prestasi yang dicapai oleh peserta didik.
Teknik dan instrumen penilaian hasil belajar yang dapat dikembangkan oleh guru dapat berupa penilaian jenis tes, non-tes,
penilaian berbasis kelas, penilaian kinerja, dan juga penilaian portofolio. Berikut ini akan kami paparkan sedikit gambaran teknik,
metode, dan instrumen penilaian yang dapat dilakukan oleh guru dalam mengevaluasi peserta didiknya. Sebagai seorang guru nantinya
dituntut tidak hanya mampu untuk membuat instrumen penilaian hasil belajar peserta didik, tetapi mampu mengaplikasikan dan
menggunakan instrumen penilaian tersebut.

B. Metode, Teknik, dan Instrumen Penilaian Hasil Belajar Peserta Didik


Ada beberapa teknik dan alat penilaian yang dapat digunakan guru sebagai sarana untuk memperoleh informasi tentang
keadaan belajar siswa. Penggunaan berbagai teknik dan alat itu harus disesuaikan dengan tujuan penilaian, waktu yang tersedia, sifat
tugas yang dilakukan siswa dan banyaknya/jumlah materi pelajaran yang sudah disampaikan.[1]
Teknik penilaian adalah metode atau cara penilaian yang dapat digunakan guru untuk mendapatkan informasi mengenai
keadaan belajar dan prestasi peserta didik. Teknik penilaian yang memungkinkan dan dapat dengan mudah digunakan oleh guru antara
lain
Pengertian observasi
Observasi (pengamatan) menurut BREDEKAMP,1997 (dalam Nenny mahyuddin) merupakan kunci pembelajaran secara
menyeluruh tentang anak.
Menurut Harding dan Liz Meldon (1996) (dalam Nenny mahyuddin) adalah pengamatan mendalam tentang diri anak yang
difokuskan pada aspek bermain, bahasa, perilaku, atau aspek-aspek perkembangan lainnya. Menurut CRI, 2000 (dalam Nenny
mahyuddin), observasi adalah proses memperhatikan seorang anak melakukan kegiatan atau bermain tanpa mencampuri
kegiatan anak tersebut. Menurut Fawzia Aswin Hadis (dalam Nenny mahyuddin), dalam observasi alami, para peneliti
mengamati dan mencatat perilaku manusia dan lingkungan kehidupan mereka yang sesungguhnya tanpa manipulasi
lingkungan atau merubah perilaku.
Maka dapat disimpulkan bahwa observasi adalah salah satu cara yang dapat dilakukan dalam evaluasi pembelajaran anak
usia dini yang dilakukan melalui pengamatan terhadap perkembangan anak dalam semua aspek perkembangan guna untuk
mengatahui tingkat perkembangan anak selama proses pembelajaran berlangsung.
b. Tujuan observasi
Observasi memiliki tujuan yang sangat penting dalam proses pembelajaran terutama dalam melakukan evaluasi terhadap
anak usia dini. Menurut BILLMAN (1996), tujuan melakukan observasi adalah sebagai berikut :
 Mengidentifikasi minat anak
 Membuat grafik tingkat perkembangan anak
Berdasarkan pengetahuan mengenai perkembangnan setiap anak akan membantu
guru merencanakan kurikulum yang layak berdasarkan pada kebutuhan individu
 Mengetahui bagaimana kemajuan anak
Membantu guru AUD menilai pelaksanaan cara mengajarnya dan mendesain
perkembangan yang layak bagi staf
 Memberikan pelaksana suatu gambaran tentang program dan membantu mereka menganalisis masalah yang spesifik dalam
manajemen kelas
Memberikan tambahan informasi mengenai anak yang dapat didiskusikan dengan kelompok studi, guru dan aministrator.
Jika di pandang dari sudut anak, maka observasi bertujuan untuk ;
 Memahami apa yang dikatakan oleh anak-anak
 Menginterpretasikan kebutuhan anak
 Memastikan keamanan anak
 Memonitor keamanan anak
Menemukan cara-cara yang tepat untuk memperluas kemampuan anak
 Memahami lebih jauh tentang cara belajar anak
 Menghargai cara-cara anak dalam memecahkan masalah, bersahabat dan cara anak melihat dunia
c. Langkah-langkah pelaksaan observasi
1. Perencanaan (planning)
2. Persiapan alat-alat (preparation)
3. Tujuan (aims)
4. Pengisian infrmasi (completing a front sheet)
5. Proses (process)
d. Jenis-jenis observasi
1. Catatan anekdot (anecdotal record)
Yaitu catatan singkat tentang kejadian-kejadian yang spesifik, melukiskan sebuah gambaran dengan kata-kata, memberikan
keterangan yang faktual.
2. Catatan berkesinambungan (running record/ diary)
Merupakan cara lain yang dapat digunakan untuk mencatat perkembangan anak secara berkesinambungan.
3. Time sampling
Merupakan salah satu cara yang ideal untuk mencatat hasil observasi terhadap anak dalam waktu tertentu selama satu hari
penuh, seperti kegiatan anak pada saat datang dan snack time.
4. Rekaman video dan tape recorder
Dapat digunakan untuk mengobservasi anak sepanjang hari untuk memperoleh suatu gambaran tipikal anak selama satu hari.
5. Sosiogram
Dapat dipergunakan dalam proses observasi sebagai cara untuk menjelaskan pola anak secara khusus atau interaksi sosial
anak dalam kelompoknya.

WAWANCARA DAN PENYUSUNAN PANDUAN WAWANCARA


1. Pengertian wawancara
Wawancara (bahasa Inggris: interview) merupakan percakapan antara dua orang atau lebih dan berlangsung antara
narasumber dan pewawancara. Tujuan dari wawancara adalah untuk mendapatkan informasi di mana sang pewawancara
melontarkan pertanyaan-pertanyaan untuk dijawab oleh orang yang diwawancarai.
Ada beberapa pengertian wawancara menurut para ahli, yaitu ;
a. Menurut Moleong (2006), wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu, yang dilakukan oleh dua belah pihak
yaitu pewawancara dan yang diwawancarai. Tujuan dilakukan wawancara adalah untuk mengetahui hal-hal yang lebih
mendalam tentang informan dalam menginterpretasikan situasi dan fenomena yang tidak memungkinkan untuk ditemukan
melalui observasi.
b. Sugiyono (2005) menyatakan bahwa tujuan dilakukan wawancara atau interviu adalah untuk mengetahui hal-hal yang lebih
mendalam tentang informan dalam menginterpretasikan situasi dan fenomena yang terjadi, di mana hal ini tidak bisa
ditemukan melalui observasi.
c. Ankur Garg, seorang psikolog menyatakan bahwa wawancara dapat menjadi alat bantu saat dilakukan oleh pihak yang
mempekerjakan seorang calon/ kandidat untuk suatu posisi, jurnalis, atau orang biasa yang sedang mencari tahu tentang
kepribadian seseorang ataupun mencari informasi.

Berdasarkan sifat pertanyaan, wawancara dapat dibedakan atas:


1. Wawancara terstruktur
Adalah teknik pengumpulan data dengan menggunakan daftar pertanyaan yang telah tersusun, setiap responden diberi
pertanyaan yang sama. Sehingga orang lain (bukan pengkaji) dapat membantu mengambil data/melakukan wawancara
dengan pertanyaan-pertanyaan yang sudah tersusun.
2. Wawancara tidak terstruktur
Adalah wawancara yang bebas dimana pengkaji tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun secara
sistematis dan lengkap untuk pengumpulan datanya.

Ada beberapa kelebihan dan kekurangan melakukan wawancara, yaitu:


a. Kelebihannya
1. Dengan wawancara memberikan kesempatan kepada pewawancara untuk memotivasi orang yang diwawancarai untuk
menjawab dengan bebasa dan terbuka terhadap pertanyaa-pertanyaan yang diajukan.
2. Memungkinkan pewawancara untuk mengembangkan pertanyaanpertanyaan sesuai dengan situasi yang berkembang.
3. Pewawancara dapat menilai kebenaran jawaban yang diberikan dari gerak-gerik dan raut wajah orang yang diwawancarai.
4. Pewawancara dapat menanyakan kegiatan-kegiatan khusus yang tidak selalu terjadi.
b. Kekurangannya
1. Proses wawancara membutuhkan waktu yang lama, sehingga secara relatif mahal dibandingkan dengan teknik yang lainnya.
2. Keberhasilan hasil wawancara sangat tergantung dari kepandaian pewawancara untuk melakukan hubungan antar manusia.
3. Wawancara tidak selalu tepat untuk kondisi-kondisi tenpat yang tertentu, misalnya di lokasi-lokasi yang ribut dan ramai
4. Wawancara sangat menganggu kerja dari orang yang diwawancarai bila waktu yang dimilikinya sangat terbatas.
Perlu ditekankan disini bahwa wawancara tidak bisa dilaksanakan dalam pendidikn anak usia dini, kecuali wawancara
hanya bisa dilakukan kepada oarang tua dari anak mengenai pertumbuhan dan pekembangan anak, bakat, minat, kemapuan
dan lain sebagainya, dengan mewawancarai orantua akan mebantu pendidik atau guru dalm melaksanakna pembelajaran
yang lebih afektif lagi.

2. Penyusunan Panduan Wawancara


Dalam penyusunan pandua wawancara perlu dilakuakn tahap-tahap sebagai berikut:
a. Tahap Persiapan
1. Menentukan maksud atau tujuan wawancara (topik wawancara).
2. Menentukan informasi yang akan di kumpulkan atau didata.
3. Menentukan dan menghubungi nara sumber
4. Menyusun daftar pertanyaan
b. Tahap Pelaksanaan
1. Mengucap salam
2. Memperkenalkan diri
3. Mengutarakan maksud dan tujuan wawancara
4. Menyampaikan pertanyaan dengan teratur
5. Mencatat dan merekam pokok-pokok wawancara.
6. Mengahiri dengan salam dan meminta kesediaan narasumber untuk dapat dihubungi kembali jika ada yang perlu
dikomfirmasi atau dilengkapi
c. Tahap Penyusunan Hasil Wawancara
Laporan wawancara terdiri dari bagian bagian sebagai berikut:
1. Menentukan Tema atau topik wawancara
2. Tujuan atau maksud dari wawancara.
3. Identitas narasumber
4. Ringkasan isi wawancara.Isi wawancara dapat ditulis dalam bentuk dialog atau dalam bentuk narasi
Ada beberapa hal yang harus dihindari ketika proses wawancara berlangsung, yaitu:
a. Menyampaikan pertanyaan yang sudah umum atau pasti jawabannya
b. Menanyakan pertanyaan yang inti jawabannya sama dengan pertanyaan sebelumnya
c. Meminta narasumber untuk mengulang-ulang jawabannya
d. Memotong pembicaraan narasumber
e. Bersikap lebih pandai dari narasumber.

You might also like