You are on page 1of 15

MAKANAN PENDAMPING ASI

A. Pendahuluan
Makanan bayi yang paling utama adalah ASI. Semua gizi dan nutrisi
yang dibutuhkan oleh bayi telah terkandung da dalamnya, khususnya bagi bayi
dengan usia di bawah 6 bulan. Kandungan yang kaya akan nutrisi dan gizi ini
tidak dapat tergantikan oleh susu formula, meskipun harganya paling mahal
sekalipun. Itulah anugerah yang diberikan Tuhan kepada kita. Pemberian ASI
eksklusif diberikan kepada bayi hingga bayi mencapai usia 6 bulan, artinya
selama bayi 6 bulan bayi tidak perlu memerlukan tambahan pendamping untuk
memenuhi kebutuhan nutrisinya.
Perbaikan makanan bayi dan anak adalah bagian integral dari Usaha
Perbaikan Gizi Keluarga (UPGK) yang antara lain bertujuan menurunkan
Angka Kematian Bayi (AKB) dan Anak yang masih tinggi di Indonesia.
Ketidaktahuan tentang cara pemberian makanan bayi dan anak dan
adanya kebiasaan yang merugikan kesehatan, secara langsung dan tidak
langsung menjadi penyebab utama terjadinya masalah kurang gizi pada anak,
khususnya pada umur dibawah 2 tahun .
Usia 1000 hari pertama kehidupan merupakan masa pertumbuhan dan
perkembangan yang pesat sehingga biasa kita kenal dengan periode emas
sekaligus periode kritis. Periode emas dapat diwujudkan apabila bayi dan anak
pada masa ini memeroleh asupan gizi yang sesuai untuk tumbuh kembang
optimal. Sebaliknya jika asupan tidak tercukupi, maka periode ini menjadi
periode kritis karena akan mengganggu proses pertumbuhan dan
perkembangan bayi dan anak, baik masa saat ini atau masa yang akan datang.
Diperkiranak sepertiga dari anak di bawah lima tahun dari total 178 juta anak
mengalami gangguan pertumbuhan, sementara 112 juta lainnya menderita gizi
kurang. Jumlah anak dengan gizi kurang dan gizi buruk di Indonesia
berdasarkan Riskesdas 2013 yaitu sebesar 19,6% dan mengalami peningkatan
dibandingkan tahun 2010. Namun, dari data tersebut masih ada sekitar 4,5 juta
balita dengan gizi buruk dan gizi kurang yang belum terdeteksi. Dari data

1
Riskesdas tersebut, didapatkan persentase anak dengan gizi buruk dan gizi
kurang di Makassar masih sangat tinggi yaitu sebesar 25,6%.1
Untuk mencapai tumbuh kembang optimal, di dalam Global Strategy for
Infant and Young Child feeding, WHO/UNICEF merekomendasikan empat hal
penting yang harus dilakukan yaitu, pertama memberikan air susu ibu kepada
bayi segera dalam 30 menit setelah bayi lahir, kedua memberikan hanya air
susu ibu saja atau pemberian ASI eksklusif sejak lahir sampai bayi berusia 6
bulan, ketiga memberikan makanan pendamping ASI sejak bayi berusia 6
bulan sampai 24 bulan, dan keempat meneruskan pemberian ASI hingga 24
bulan atau lebih.
Penjelasan tentang makanan pendamping ASI (MP-ASI) dan status gizi
balita memunculkan masalah pada aspek hubungan sebab akibat dimana
pemberian MP-ASI yang kurang tepat melahirkan status gizi kurang/status gizi
buruk. Oleh karena itu, maka dianggap perlu untuk kembali mensosialisasikan
tentang makanan pendamping ASI yang tepat yang merupakan salah satu cara
untuk mencapai tumbuh kembang yang optimal.
B. Definisi MP-ASI
MP-ASI ditetapkan sebagai suatu proses yang dimulai ketika ASI tidak
cukup lagi memenuhi kebutuhan harian bayi, sehingga pemberian makanan dan
cairan dibutuhkan, bersama dengan pemberian ASI. MP-ASI adalah makanan
atau minuman yang mengandung zat gizi, diberikan kepada bayi atau anak usia
6-24 bulan guna memenuhi kebutuhan gizi selain dari ASI. MP-ASI
merupakan makanan peralihan dari ASI ke makanan keluarga namun
pemberian ASI sebaiknya tetap dilanjutkan sampai usia 2 tahun atau lebih.
Masa-masa ini adalah periode emas pertumbuhan dimana defisiensi gizi dan
penyakit berkonstribusi secara global terhadap tingginya tingkat gizi kurang di
antara anak usia di bawah 5 tahun. 2,3,4
Pengenalan dan pemberian MP-ASI harus dilakukan secara bertahap baik
bentuk maupun jumlah. Hal ini dimaksudkan untuk menyesuaikan kemampuan
alat pencernaan bayi dalam menerima MP-ASI.4

2
MP-ASI merupakan peralihan asupan yang semata berbasis susu menuju
ke makanan yang semi padat. Untuk proses ini juga dibutuhkan keterampilan
motorik oral. Keterampilan motorik oral berkembang dari refleks menghisap
menjadi menelan makanan yang berbentuk bukan cairan dengan memindahkan
makanan dari lidah bagian ke lidah bagian belakang.5
Standar emas makanan bayi dan anak menurut WHO, UNICEF,
KEMENKES, yaitu:
a. Inisiasi menyusu dini
IMD minimal satu jam setelah lahir, melindungi bayi dari infeksi dan
mengurangi angka kematian bayi. IMD meningkatkan hubungan batin
antara ibu dan bayi dan mempunyai efek positif selama periode ASI
eksklusif. Ketika ibu mulai menyusui dalam satu jam setelah lahir, maka
produksi ASI distimulasi. ASI pertama yang berwarna kuning atau
keemasan yang dihasilkan pada hari pertama, juga disebut kolostrum yang
sangat penting sebagai sumber gizi dan imunitas bagi bayi baru lahir.6,7,8
b. ASI Eksklusif
ASI ekslusif di bawah 6 bulan memberikan banyak manfaat bagi bayi
dan ibu, terutama memiliki efek melindungi dari infeksi saluran cerna, yang
diperhatikan tidak hanya di negara berkembang namun juga di negara maju.
Resiko kematian akibat diare dan infeksi lain bisa meningkat berkali lipat
pada bayi yang diberikan ASI tidak ekslusif atau yang tidak ASI sama
sekali. Dalam konteks HIV, mengenalkan susu, makanan, atau cairan lain
secara signifikan meningkat resiko transmisi HIV melalui ASI, dan
mengurangi kesempatan bayi baru lahir untuk bebas dari HIV. Untuk ibu,
ASI eksklusif dapat menunda fertilitas.6,9,10
c. MP-ASI
Sekitar usia 6 bulan, keperluan energi dan gizi bayi mulai meningkat
yang dipenuhi dengan pemberian ASI dan makanan pelengkap perlu
diberikan untuk memenuhi kebutuhan energi dan gizi. Pada usia 6 bulan,
bayi berdasarkan perkembangannya juga mulai siap menerima makanan
lain. Jika MP-ASI tidak diperkenalkan ketika bayi sudah cukup 6 bulan,

3
atau jika diberikan secara tidak tepat, maka pertumbuhan bayi bisa
terganggu.6
d. ASI lanjutan hingga usia 2 tahun
ASI adalah sumber energi dan gizi penting bagi anak usia 6-23 tahun.
ASI dapat menyediakan satu setengah atau lebih keperluan energi anak usia
antara 6 dan 12 bulan, satu sepertiga keperluan energi untuk usia antara 12
dan 24 tahun. ASI juga sumber energi dan gizi penting selama sakit dan
mengurangi kematian diantara anak-anak malnutrisi. ASI mengurangi resiko
jumlah penyakit akut dan kronik pada usia dini dan memiliki manfaat
jangka panjang untuk kesehatan jantung. Lamanya durasi pemberian ASI
berhubungan dengan pengurangan resiko penyakit kronik di masa anak-
anak, obesitas, dan peningkatan kemampuan kognitif. Dalam konteks HIV,
penghentian dini dari pemberian ASI setelah 6 bulan berhubungan dengan
peningkatan angka kesakitan yang serius, gangguan pertumbuhan, dan
peningkatan angka kematian.6,10

C. Waktu pemberian MP-ASI


ASI memenuhi seluruh kebutuhan bayi terhadap zat gizi yaitu untuk
pertumbuhan dan kesehatan sampai berusia 6 bulan. Sesudah itu ASI saja tidak
dapat lagi memenuhi kebutuhan bayi. Pemberian MPASI sebaiknya kita mulai
perkenalkan sejak bayi telah berusia 6 bulan, sambil mempertahankan
pemberian ASI. Pada usia ini otot dan syaraf di dalam mulut bayi cukup
berkembang untuk mengunyah, menggigit, menelan makanan dengan baik,
mulai tumbuh gigi, suka memasukkan sesuatu ke dalam mulutnya dan berminat
terhadap rasa yang baru. Sedangkan sebelum usia 6 bulan, sebaiknya para ibu
tetap mempertahankan pemberian ASI eksklusif bagi anak.2,11
Dari penelitian yang menyatakan pertumbuhan secara umum tidak
berhubungan dengan pemberian MPASI sebelum 6 bulan bahkan pada kondisi
yang tidak optimal dan bahwa MPASI sebelum usia 6 bulan cenderung
mengganti peran ASI, membuat Expert Consultation menyimpulkan bahwa
menunda 6 bulan untuk meperkenalkan MP ASI memberi manfaat yang

4
potensial untuk menjauhkan dari resiko. Setelah umur 6 bulan, menjadi sulit
untuk memenuhi kebutuhan gizi harian bayi hanya dengan ASI. Namun,
kebanyakan bayi sudah siap untuk menerima gizi dari makanan lain setelah
mencapai 6 bulan. Dalam lingkungan dengan sanitasi buruk, menunggu 6 bulan
untuk memperkenalkan MPASI dapat mengurangi terpapar patogen makanan.
Namun, karena bayi mulai aktif terhadap lingkungan sekitarnya, maka dapat
terkena bakteri dari tanah ataupun yang lain., walaupun mereka tidak diberikan
MPASI sekalipun. Jadi, menjadi kesepakatan bahwa usia 6 bulan adalah umur
yang cocok untuk memperkenalkan MPASI.2
Pemberian MPASI pada bayi sebaiknya diberikan mulai usia 6 bulan
dengan beberapa alasan yang didasarkan pada penelitian:12
a. Pemberian makanan setelah bayi berumur 6 bulan memberikan
perlindungan ekstra dan besar dari berbagai penyakit. Hal ini disebabkan
sistem imun bayi lebih dari 6 bulan sudah lebih sempurna dibandingkan
dengan umur bayi < 6 bulan. Pemberian MPASI dini sama saja dengan
membuka gerbang untuk masuknya kuman. Belum lagi jika disajikan tidak
higienis. Hasil riset menunjukkan bahwa bayi yang mendapatkan MP-ASI
sebelum berumur 6 bulan lebih banyak terserang diare, sembelit, batuk pilek
dan panas dibandingkan bayi yang mendapatkan ASI ekslusif.
b. Saat bayi sudah berusia 6 bulan, sistem pencernaan =nya sudah relatif lebih
siap menerima MPASI. Beberapa enzim pemecah protein seperti asam
lambung, pepsin, lipase, amilase baru akan diproduksi secara sempurna.
c. Saat bayi kurang dari 6 bulan, sel-sel di sekitar usus belum siap menerima
kandungan dalam makanan, sehingga makanan yang masuk dapat
menyebabkan reaksi imun dan terjadi alergi.
d. Menunda MPASI hingga 6 bulan juga dapat menghindarkan bayi dari
obesitas di kemudian hari.
e. Bahkan pada kasus ekstrim, pemberian MPASI dini dapat menyebabkan
penyumbatan saluran cerna dan harus dilakukan pembedahan.

5
D. Permasalahan MP-ASI
MPASI yang tepat dapat mendukung kesehatan, pertumbuhan, dan
perkembangan anak, tetapi masih ada praktek MP-ASI yang tidak tepat
sehingga menyebabkan anak menjadi berisiko. MP-ASI yang tidak tepat
meliputi MP-ASI yang mulai teralalu cepat atau terlalu lambat atau makanan
yang tidak adekuat dan tidak mengandung gizi yang cukup.13
Pemberian MP-ASI terlalu dini tidak memiliki manfaat yang potensial
untuk meningkatkan laju pertumbuhan atau penerimaan makanan. Bahkan,
Pemberian MP-ASI terlalu dini dapat menyebabkan penurunan produksi ASI.
Karena insting bayi untuk mengisap akan menurun sehingga jumlah ASI yang
dikonsumsi juga menurun sehingga kebutuhan bayi tidak tercukupi.
Kekurangan gizi banyak terjadi karena pemberian MP-ASI yang terlalu dini.
pengenalan MP-ASI terlalu dini berhubungan dengan angka kesakitan pada
penyakit gastro-intestinal terutama di daerah dengan makanan dan minuman
yang tidak terjamin kehigienisannya, sehingga menyebabkan bayi menderita
diare, yang apabila terus berlanjut dapat berakibat buruk berupa status gizi
yang kurang atau buruk bahkan tidak jarang menyebabkan kematian.
Kekurangan gizi menyebabkan bayi mudah terserang penyakit infeksi. Juga
dapat meningkatkan resiko terjadinya alergi seperti asma, demam
tinggi,penyakit seliak atau alergi gluten (protein dalam gandum). Bahkan,
pemberian MP-ASI dini meningkatkan resiko obesitas di kemudian hari,
penelitian telah menghubungkan pemberian makanan yang berlebih di awal
masa perkenalan dengan obesitas dan peningkatan resiko timbulnya kanker,
diabetes dan penyakit jantung di usia lanjut.14
Sedangkan, pengenalan MP-ASI terlambat berhubungan dengan dampak
negatif bagi kesehatan anak. Pemberian ASI saja setelah 6 bulan, dapat
menyebabkan defisiensi nutrisi yang dapat menghambat pertumbuhan anak,
sehingga dapat menyebabkan masalah malnutrisi, anak lebih rentan terhadap
penyakit kemudian meningkatkan angka kesakitan. Gizi kurang menjadi faktor
utama penyebab anak pendek dan kurus.13

6
E. Persyaratan MP-ASI
Makanan pendamping ASI menurut WHO harus memenuhi persyaratan berikut
ini:15
1. Tepat waktu (timely): MP-ASI mulai diperkenalkan ketika kebutuhan energi
dan gizi jauh meningkat dari yang bisa dipenuhi melalui pemberian ASI
yang eksklusif dan rutin.
Sejak usia 6 bulan ASI saja sudah tidak dapat mencukupi kebutuhan
energi, protein, zat besi, vitamin D, zinc, vitamin A sehingga diperlukan
Makanan Pendamping ASI yang dapat melengkapi kekurangan zat gizi
makro dan mikro tersebut. Meskipun sudah tidak dapat memenuhi
kebutuhan zat gizi secara lengkap, pemberian ASI tetap dianjurkan karena
dibandingkan dengan susu formula, ASI mengandung zat fungsional seperti
imunoglobulin, hormon, oligosakarida, dan lain-lain yang tidak ada pada
susu formula bayi.17
Sebelum memulai pemberian MPASI, petugas kesehatan harus
menilai kesiapan bayi untuk menerima MPASI berdasarkan perkembangan
oromotor, yaitu sudah dapat duduk dengan kepala tegak, bisa
mengkoordinasikan mata, tangan, dan mulut untuk menerima makanan, dan
mampu menelan makanan padat.17
2. Adekuat (Adequate): mengandung cukup energi, protein, dan mikronutrien
untuk memenuhi kebutuhan pertumbuhan anak.
Makanan yang adekuat dapat dipenuhi dengan memberikan makanan
yang berbeda agar kecukupan gizi bayi terpenuhi. Daging, ikan, telur
sebaiknya dimakan setiap harinya, atau sesering mungkin. Makanan
vegetarian tidak dapat memenuhi keperluan gizi pada usia ini kecuali
produk atau suplemen yang kaya nutrisi diberikan. Buah kaya vitamin A
dan sayuran sebaiknya diberikan setiap hari. Pilihlah makanan dengan
kandungan lemak yang adekuat. Hindari minuman yang rendah gizi, seperti
teh, kopi, dan minuman manis lainnya seperti soda. Batasi jumlah jus yang
diberikan dan gantikan dengan makanan yang kaya nutrisi. Berikan pula
suplemen atau produk yang diperkaya vitamin-mineral untuk bayi dan ibu,

7
terutama ibu yang menyusui, guna untuk menjaga kesehatan dan juga
menjaga konsentrasi gizi seperti vitamin agar tetap normal pada ASI.2
Pada awal kehidupan bayi mengalami perkembangan otak, otot dan
tulang rangka yang pesat. Sembilan puluh lima persen otak berkembang
pada 3 tahun pertama kehidupan. Beberapa zat gizi esensial (yang harus
diperoleh dari makanan) misalnya asam amino dan zat besi sangat
diperlukan dalam pembentukan sinaps dan neurotransmitter yang
mempengaruhi kecepatan berpikir. Penelitian di surakarta pada anak usia 6-
23 bulan menunjukkan bahwa gizi kurang merupakan faktor risiko anemia.
Anemia karena kekurangan zat besi telah terbukti menurunkan skor IQ 10-
15 poin. Kekurangan beberapa zat gizi mikro misalnya zinc, kalium, dan
magnesium dapat menurunkan kadar faktor pertumbuhan (IGF1) yang
berdampak stunting (berperawakan pendek akibat kekurangan zat
gizi.penelitian di Bali menunjukkan defisiensi zinc sebagai faktor risiko
terjadinya stunting. Mangacu pada WHO, di usia 6-12 bulan bayi
memerlukan zat besi 11 mg. Untuk memenuhi kebutuhan zat besi sebanyak
11 mg, seorang bayi berusia 6 bulan mendapatkan sekitar 0,2 mg/hari dari
ASI dan diharapkan sisanya 10,8 mg dipenuhi dari MPASI. Sumber zat besi
yang terbaik adalah daging merah. Namun,untuk memnuhi kebutuhan zat
besi maka bayi memerlukan banyak daging merah. Sehingga para ahli
nutrisi membuat MPASI difortifikasi. Di negara maju, MPASI fortifikasi
buatan pabrik telah digunakan sebagai alternatif pemenuhan zat gizi
mikronutrien.17

3. Aman (safe): penyimpanan, penyiapan dan sewaktu diberikan MPASI harus


higienis dan bukan botol dan dot.
Insidensi diare meningkat pada setengah tahun kedua bayi karena
mulainya pemberian MPASI. Bukan karena makanannya, namun
kehiginiesan yang tidak terjaga. Terutama penggunaan botol yang
merupakan tempat terbaik transmisi patogen.2

8
Untuk menjamin kebersihan dan keamanan makanan yang dikonsumsi
oleh anak laksanakan beberapa hal sebagai berikut: biasakan mencuci
tangan sebelum makan,pergunakan alat-alat makan yang bersih dansteril,
masaklah makanan dengan benar, hindari mencampur makanan mentah
dengan makanan yang sudah matang, cucilah sayur dan buah sebelum
makan, pergunakanlah sumber air bersih, dan simpanlah makanan pada
tempat yang aman.17

4. Tepat cara pemberian (properly): Sejalan dengan tanda lapar dan nafsu
makan bayi, frekuensi dan cara pemberiannya sesuai dengan usia bayi,
secara aktif melatih anak untuk makan menggunakan jari, sendok atau
makan sendiri sesuai dengan usia anak.
Jumlah makanan untuk bayi dan anak dalam sehari tergantung jumlah
energi yang dibutuhkan ( dan jika anak minum ASI, kebutuhan energinya
tidak cukup dengan hanya pemberian ASI), jumlah yang bisa anak anak
makan tiap kali makan, dan kandungan energi dalam setiap makanan.
Misalnya kandungan energi dalam setiap makan antara 0,8 kcal/g, bayi yang
diberikan ASI perlu makanan 2-3 kali sehari, selama minum ASI, anak 9-23
bulan perlu 3-4 kali makan dalam sehari, dengan tambahan 1-2 makanan
selingan. Anak yang tidak minum ASI sebaiknya diberikan 1-2 gelas susu,
dan 1-2 makanan ekstra dalam sehari.6
Proses penyapihan ASI menjadi makanan keluarga sebaiknya berjalan
denagn mulus tanpa masalah. Sikap ibu/ pengasuh yang tanggap terhadap
tanda ini disebut responsive feeding. Responsive feeding menurut WHO
mencakup:17
- Pemberian makan langsung kepada bayi oleh pengasuh dan
pendampingan untuk anak yang lebih tua yang makan sendiri
- Peka terhadap tanda lapar dan kenyang yang ditunjukkan bayi / batita
- Berikan makanan secara perlahan dan sabar
- Dorong anak untuk makan tanpa adanya paksaan.

9
- Mencoba berbagai kombinasi makanan, rasa, tekstur serta cara agar anak
mau bila anak menolak banyak macam makanan.
- Sesedikit mungkin distraktor selama makan bila anak mudah kehillangan
perhatian sewaktu makan.
- Waktu makan merupakan periode pembelajaran, pemberian kasih sayang
termasuk berbicara kepada anak disertai kontak mata.

Banyak laporan dan penelitian tentang pentingnya penerapan


responsive feeding dalam pemberian makan pada bayi dan anak. Perilaku
responsif pada pemberian makan masih sangat rendah di beberapa negara
dan diduga berkontribusi terhadap kejadian malnutrisi. Responsive feeding
dapat meningkatkan kemampuan self-feeding anak dan respons terhadap
bahasa verbal ibu. Penelitian lain menunjukkan perkembangan anak menjadi
lebih baik termasuk bahasa dan juga lebih pintar makan (mouthful eaten).
Beberapa penelitian menganjurkan untuk memasukkan responsive feeding
ke dalam kebijakan program peningkatan nutrisi anak.17

Tujuan akhir praktik pemberian makan pada anak adalah melatih


anak untuk mengonsumsi makanan keluarga dan makan sendiri (self
feeding). Selain itu melatih anak untuk berperilaku makan yang baik,
disiplin, dan dapat menghargai makanan dan waktu makan.17

F. Jenis Makanan MP-ASI


MP-ASI secara bertahap diberikan sesuai pertambahan usia bayi, dan
untuk mengadaptasikan kemampuan bayi dalam menerima makanan. Bayi
dapat makan bubur, makanan yang dihaluskan dan makanan lunak pada
permulaan usia 6 bulan. Saat usia 8 bulan, kebanyakan bayi dapat juga makan
makanan ringan yang dapat dimakan sendiri oleh bayi. Di usia 12 bulan.
Kebanyakan anak mulai bisa makan makanan yang sama dengan makanan
keluarga ( tapi tetap memperhatikan kandungan gizi di dalamnya). Hindari

10
makanan yang dapat menyebabkan tersedak misalnya kacang, anggur, wortel
mentah.2
Adapun jenis makanan tambahan:16
1) Makanan lumat adalah makanan yang dihancurkan atau disaring tampak
kurang merata dan bentuknya lebih kasar dari makanan lumat halus, contoh:
bubur susu, bubur sumsum, pisang saring yang dikerok, pepaya saring,
tomat saring, nasi tim saring dll.
2) Makanan lunak adalah makanan yang dimasak dengan banyak air dan
tampak berair, contoh bubur nasi, bubur ayam, nasi tim, kentang puri dll.
3) Makanan padat adalah makanan lunak yang tidak tampak berair dan
biasanya disebut makanan keluarga, contoh: lontong, nasi tim, kentang
rebus, biskuit dll.

Contoh makanan pendamping ASI yang bisa ibu berikan seperti

Pisang kerok Pepaya saring Tomat saring

Bubur beras merah Kentang rebus Nasi Tim

11
Berikut pola pemberian MP-ASI yang disarankan oleh Depkes
Umur ASI Makanan Makanan Makanan
(Bulan) lumat Lunak keluarga
0-6
6-9
9-12
12-24

Anjuran Makan untuk Anak menurut Kemenkes 2010:16


1) Usia 0-6 Bulan
Diberikan hanya air susu ibu saja sesuai keinginan anak, paling sedikit 8
kali sehari pagi, siang, maupun malam
2) Usia 6-9 bulan
a) Teruskan pemberian ASI
b) Mulai memberikan MP-ASI, seperti bubur susu, pisang, pepaya lumat
halus, air jeruk, air tomat saring, dll
c) Secara bertahap sesuai pertambahan umur
d) Berikan bubur tim lumat ditambah kuning telur/ ayam/
ikan/tempe/tahu/daging sapi/ wortel / bayam/ kacang hijau/ santan/
minyak
e) Setiap hari makan diberikan:
6 bulan : 2 x 6 sdm peres
7 bulan: 2-3 x 7 sdm peres
8 bulan: 3 x 8 sdm peres
3) Usia 9-12 bulan
a) Teruskan pemberian ASI
b) MP ASI diberikan lebih padat dan kasar seperti bubur nasi, nasi tim, nasi
lembek.
c) Secara bertahap sesuai pertambahan umur
d) Tambahkan telur/ ayam/ ikan/ tempe/ tahu/ bayam/ kacang hijau/ santan/
minyak

12
e) Setiap hari pagi, siang, malam makan diberikan:
9 bulan : 3 x 9 sdm peres
10 bulan: 3 x 10 sdm peres
11 bulan: 3 x 11 sdm peres
f) Berikan makanan selingan 2 kali di antara waktu makan (buah, biskuit,
kue)
4) Usia 12-24 tahun
a) Teruskan pemberian ASI
b) Berikan makanan keluarga secara bertahap sesuai kemampuan anak
c) Porsi makan terdiri dari 1/3 porsi dewasa, terdiri atas nasi,lauk pauk,
sayur dan buah
d) Makanan selingan kaya gizi sebanyak 2 kali sehari di antara waktu
makan.
e) Makanan harus bervariasi
5) Usia lebih 24 bulan
a) Berikan makan keluarga 3 kali sehari sebanyak 1/3-1/2 porsi orang
dewasa terdiri dari nasi, lauk pauk, sayur dan buah
b) Berikan makanan selingan kaya gizi sebanyak 2 kali sehari di antara
waktu makan

13
DAFTAR PUSTAKA

1Kemenkes. Infodatin Pusat Data dan Informasi Kementerian RI: Situasi Dan
Analisis Gizi. 2015.
2WHO/PAHO. Guiding principles for complementary feeding of the breastfed
child. Washington, DC, Pan American Health Organization, 2003.
3Depkes RI. Pedoman Umum Pemberian Makanan Pendamping Air Susu Ibu
(MP ASI) lokal tahun 2006. Jakarta, Depkes RI, 2006.
4Depkes RI. Pedoman Pelaksanaan Pendistribusian dan Pengelolaan makanan
Pendamping Air Susu Ibu. Jakarta, Depkes RI, 2004.
5Depkes RI. Pemberian Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP ASI). Jakarta,
Depkes RI, 2000.
6WHO/UNICEF/IFPRI/UCDavis/FANTA/AED/USAID. Indicators for assessing
infant and young child feeding practices. Part 3: Country Profiles.
Geneva, World Health Organization, 2010.
7Edmond KM et al. Effect of early infant feeding practices on infection-specific
neonatal mortality: an investigation of causal links with observational
data from Ghana. American Journal of Clinical Nutrition, 2007,
86(4):1126–1131.
8Edmond KM et al. Delayed breastfeeding initiation increases the risk of
neonatal mortality. Pediatrics, 2006, 117(3):e380–386.
9Kramer MS, Kakuma R. The optimal duration of exclusive breastfeeding: a
systematic review. Geneva, World Health Organization, 2001.
10Summary of evidence in support of the revised WHO principles and
recommendations on HIV and infant feeding. Geneva, World Health
Organization, 2010.
11Rosidah, D. Pemberian Makanan Tambahan. Jakarta, EGC, 2004.
12Gibney,J. Gizi kesehatan masyarakat. Penerbit buku kedokteran EGC, 2009.
13ENN. Complementary Feeding of Infants and Young Children in Emergencies.
IASC, October 2009.
14Lewis. Menyiapkan makanan bayi. Jakarta, Esensi Erlanga Group, 2003.

14
15WHO/UNICEF. Global Strategy on Infant and Young Child Feeding. Geneva,
World Health Organization, 2003.
16Kementerian Kesehatan RI. Pedoman Kader Seri Kesehatan Anak. Jakarta,
2010.
17Ikatan Dokter Anak Indonesia. Rekomendasi Praktik Pemberian Makan
Berbasis Bukti pada Bayi dan Batita di Indonesia untuk Mencegah
Malnutrisi. Jakarta, Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia, 2015.

15

You might also like