You are on page 1of 10

Efektifitas Poly Aluminium Chloride (PAC) Pada Pengolahan

Limbah Lumpur Pemboran Sumur Minyak


Yustinawati, Nirwana, Irdoni HS
Jurusan S1 Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Riau
Kampus Bina Widya Km. 12,5 Simpang Baru, Pekanbaru 28293
Telp. (0761) 63266 Fax. (0761) 63279, 65593
Email: yustine@ymail.com

ABSTRACT
Handling on waste oil drilling mud in research area uses an integrated
sludge waste treatment method known as Mud Centralized Treatment Facility
(CMTF). One processing stage performed in CMTF is chemical treatment using
aluminum sulfate coagulant where the process of coagulation is optimum yet
because there were still contain sediment solids. Poly Aluminium Chloride (PAC)
thus becomes an alternative coagulant for the treatment because the main
properties of colloidal particles in PAC do coagulation in quickly and optimum
pace. Research on the “Effectiveness Coagulant Treatment using Poly Aluminium
Chloride on Waste Oil Drilling Mud" aims to evaluate the performance of PAC as
coagulant in waste oil drilling mud compare to coagulant Aluminum Sulfate. Jar
Test method resulting the optimum conditions of using PAC is on fast stirring
speed 140 rpm and slow stirring speed 40 rpm in 6000 ppm (TSS: 84-88%, COD:
62-83% , Oil and grease: 73-75% and NH3: 69-92 %), while using aluminum
sulfate in same stirring speed, the optimum result gain in 12,000 ppm (TSS: 34-
77% , COD: 36-69% , Oil and grease: 39-55% and NH3: 53-55%). Based on two
coagulants test result, the most effective coagulant is using PAC for waste oil
drilling mud handling.

Key words: Drilling mud, Coagulation, PAC

1. Pendahuluan pengolalan limbah lumpur pemboran


Daerah penelitian adalah salah minyak.
satu perusahaan minyak yang bergerak Pengolahan limbah lumpur
dibidang eksploitasi minyak pemboran sumur minyak di PT
menghasilkan berbagai macam limbah Chevron menggunakan metode
seperti limbah lumpur pemboran, pengolahan limbah lumpur terpadu
limbah air terproduksi, limbah air yang dikenal dengan Centralized Mud
proses pelunakan pada pembuatan uap Treatment Facilitity (CMTF) yang
panas dan limbah pasir berminyak. sudah beroperasi selama kurang lebih
Perusahaan minyak tesebut melakukan lima tahun. sesuai dengan Standar
pengolahan limbah terlebih dahulu Baku Mutu Lingkungan Kepmen LH
sebelum dibuang ke lingkungan, No.KEP-51/MENLH/1995 tentang
sehingga mematuhi peraturan effluent limbah lumpur yang
pemerintah yang berlaku seperti diperbolehkan dibuang ke lingkungan.
Limbah lumpur pemboran sumur laboratoarium dengan menggunakan
minyak yang dihasilkan perbulan koagulan aluminium sulfat dan PAC.
memiliki volume rata-rata 7.65 Dari hasil penelitian didapat bahwa
m3/bulan dan diolah hingga efektifitas PAC dalam mereduksi zat
menghasilkan 5423 m3 sludge cake per padat terlarut (TDS) jauh dibawah
bulan [Anonim, 2012]. aluminium sulfat. Kemampuan
Tahapan-tahapan pengolahan aluminium sulfat mereduksi TDS rata-
limbah lumpur pemboran minyak: Pre rata diatas 60% sedangkan PAC hanya
Treatment, Chemical Treatment, berkisar antara 20-60%. Tetapi untuk
Filtrate, Biological Treatment, dan reduksi amoniak (NH3) PAC jauh lebih
Solid Treatment efektif dibandingkan aluminium sulfat.
Dalam Pengolahan Centralized Kemampuan PAC mereduksi NH3
Mud Treatment Facility (CMTF) tahap dalam air limbah sebesar 62%
2 yaitu Chemical Treatment sedangkan aluminium sulfat hanya
menggunakan koagulan Aluminium mampu mereduksi sebesar 25%.
Sulfat (Al2(SO4)3) sering menghadapi Dalam penelitian ini akan
kendala yaitu masih banyaknya dilakukan pengolahan limbah lumpur
padatan yang tidak mengumpal pemboran sumur minyak dengan
disebabkan oleh sifat fisik dan kimia menggunakan Poly Aluminium
lumpur pemboran sumur minyak yang Chloride (PAC) sebagai koagulan
berbeda-beda untuk setiap sumur alternatif untuk pengolahan limbah
[Anonim, 2012]. Untuk memperbaiki tersebut.
kendala tersebut perlu dilakukan
penelitian terhadap teknologi alternatif 2. Metode Penelitian
pengolahan limbah lumpur koagulan Penelitian ii terdiri dari 3 tahap
selain Aluminium Sulfat (Al2(SO4)3) yaitu, tahap pengambilan sampel, tahap
seperti Poly Aluminium Chloride pengujian jar tes, dan tahap analisis
(PAC). Kelebihan koagulan Poly data. Sampel yang digunakan dalam
Aluminium Chloride (PAC) antara lain penelitian ini adalah efluen lumpur
lebih cepat membentuk flok dari pada pemboran sumur minyak yang berasal
koagulan biasa seperti Aluminium dari fasilitas pengolahan limbah
Sulfat (Al2(SO4)3). lumpur . Sebelum dan seduah proses
Indriyati (2008) juga koagulasi dengan menggunakanJar Tes
melakukan penelitian terhadap limbah dilakukan pengujian terhadap
cair pabrik kecap dengan mengunakan parameter limbah seperti TSS, TD,
Aluminium Sulfat dan PAC. Hasil COD, pH, minyak dan lemak dan, NH3.
penelitian menunjukkan pemberian Untuk pengukuran pH dan TDS
koagulan PAC dapat menurunkan nilai digunakan PCS tester, pengukuran TSS
TSS yang cukup signifikan dan NH3 menggunakan alat
dibandingkan dengan Aluminium Spectrophotometer, dan COD
Sulfat (dengan konsentrasi 100 ppm, menggunakan alat Reaktor HACH 800.
PAC mampu menurunkan TSS sebesar
60% sedangkan Aluminium Sulfat 2.1 Persiapan Sampel
sebesar 20%). Dalam penelitian ini, sampel
Said (2009) melakukan limbah lumpur pemboran sumur
penelitian terhadap air limbah diperoleh dari CMTF, PAC diperoleh
dari salah satu perusahaan suplier ppm, 6 ,000 ppm, 7,000 ppm, dan
Chemical dan bahan-bahan untuk 8,000 ppm.
analisa berserta Aluminium Sulfat telah Pada proses koagulasi dengan
tersedia di laboratorium tempat jar tes ini, kita menggunakan 6 (enam)
melakukan penelitian. tempat limbah untuk satu kali proses
dengan satu koagulan. Proses Jar Tes
2.2 Persiapan Jar Tes dengan menggunakan koagulan
Pada proses jar tes dengan pertama yaitu Aluminium sulfat, ke-6
menggunakan koagulan aluminium tempat limbah tersebut diisi dengan
sulfat sebagai larutan induk dengan limbah sebanyak sebanyak 1000 ml (1
kosentarasi 20.000 (20 gr/L) ppm. L) dan ditambahkan koagulan
Larutan induk ini dibuat dengan cara aluminium sulfat dengan konsentrasi
melarutkan 20 gr Aluminium Sulfat yang berbeda-beda seperti yang telah
(Al2(SO4)3) padat ke dalam 1000 ml ditentukan. Selanjutnya secara serentak
(1L) air aquades. Untuk mendapatkan dilakukan pengadukan cepat selama 5
konsentrasi koagulan yang akan menit dan dilanjutkan pengadukkan
digunakan dilakukan pengenceran lambat selama 15 menit dengan
terhadap larutan induk. Konsentrasi kecepatan pengadukkan lambat 40 rpm.
Aluminium Sulfat yang akan Selanjutnya dilakukan perlakuan yang
digunakan : 9,000 ppm, 10,000 ppm, sama dengan kecepatan pengadukkan
11,000 ppm, 12,000 ppm, 13,000 ppm cepat 120 rpm dan 140 rpm sedangkan
dan 14,000 ppm. untuk kecepatan pengadukkan lambat
Dengan cara yang sama tetap sebesar 40 rpm. Proses diatas
dilakukan juga untuk koagulan PAC dilakukan juga dengan menggunakan
dengan konsentarsi :4,000 ppm, 5,000 koagulan PAC.

3. Hasil dan Pembahasan Karakteristik limbah lumpur


3.1 Karakteristik Limbah Lumpur pemboran tanpa mengunakan koagulan
Pemboran Sumur Minyak dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Tabel 3. 1 Karakteristik Limbah awal tanpa Koagulan
Kadar Polutan Awal
Parameter Satuan Baku Mutu
Sumur Vertikal Sumur Horizontal
TSS ppm 1280 2672 200
TDS ppm 9950 22315 2000
COD ppm 1820 3320 100
Ph ppm 8,9 9 7
Minyak/Lemak ppm 21,1 111,9 10
NH3 ppm 8,97 26,8 1
3.2 Pengaruh Jenis dan dan dapat menghasilkan flok yang
Konsentrasi Koagulan lebih stabil walaupun pada suhu yang
terhadap Kandungan rendah [Alaerts dan Simetris, 1984].
Limbah Lumpur Pemboran Semakin besar konsentrasi koagulan
Sumur Minyak yang ditambahkan maka semakin
banyak kation yang dihasilkan dari
3.1.1 Total Suspended Solid (TSS) koagulan, semakin banyak pula
Pengaruh jenis dan konsentrasi partikel-partikel koloid dalam limbah
koagulan terhadap nilai TSS dapat yang dinetralkan dan membentuk flok
dilihat pada Gambar 3.1. Dari gambar [Alerts dan Simetri, 1984].
tersebut terlihat bahwa koagulan PAC Pada penambahan konsentrasi
mampu menurunkan kadar TSS sebesar koagulan yang berlebihan maka nilai
84% - 88% pada konsentrasi 6000 TSS akan meningkat, hal ini terjadi
ppm, 140 rpm lebih tinggi karena adanya proses absorbsi kation
dibandingkan aluminium sulfat yang yang berlebihan oleh partikel-partikel
dapat menurukan kadar TSS sebesar koloid dalam limbah sehingga
34% - 77% pada konsentrasi 12000 menyebabkan deflokulasi atau
ppm, 140 rpm. Hal ini disebabkan restabilisasi koloid [Alerts dan Simetri,
karena PAC mempunyai daya 1984].
koagulasi yang lebih besar dan kuat

3.1.2 Total Dissolve Solid (TDS) aluminium sulfat) dan Cl- (untuk PAC)
Gambar 3.2 menunjukkan [Gabbie, 2005]. air limbah yang
bahwa setelah dilakukan proses ditambahkan koagulan PAC
koagulasi dan flokulasi dengan mengalami kenaikan TDS yang lebih
penambahan aluminium sulfat dan kecil dibandingkan koagulan
PAC, kandungan TDS dalam limbah aluminium sulfat karena konsetrasi
lebih tinggi dibandingkan dengan PAC yang ditambahkan dalam proses
sebelum proses koagulasi dan flokulasi. koagulasi dan flokulasi tersebut lebih
Hal ini terjadi karena reaksi hidrolisis sedikit dibandingkan aluminium sulfat
yang melepaskan SO42- (untuk [Patoczka, dkk., 2006].
3.1.3 Derajat Keasaman (pH)
Penambahan koagulan PAC pelepasan sebuah ion hidrogen untuk
maupun Aluminium sulfat akan tiap gugus hidrogen yang dihasilkan.
mempengaruhi pH air limbah, semakin Ion hidrogen yang dihasilkan tersebut
banyak konsentrasi koagulan yang menyebabkan pH turun dengan tajam
diberikan maka nilai pH akan semakin sampai dibawah empat (4) sehingga
turun. Pada Gambar 3.3 dapat dilihat limbah yang diolah menjadi lebih
hubungan antara konsentrasi koagulan asam. Hal ini dapat dilihat dari reaksi
PAC dan Aluminium sulfat dengan pH. sebagai berikut :
Penggunaan koagulan
aluminium sulfat menyebabkan
Aluminium Sulfat :
Al2(SO4)3 + 6H2O 2Al(OH)3↓+ 3H2SO4
3H2SO4 6H+ + 3SO42-
Poli aluminium klorida (PAC)
Al2(OH)3Cl3 Al2(OH)33+ + 3Cl- + 3H2O 2Al(OH)3 + 3H+ + 3Cl-
3 buah ion H+. Hal inilah yang
Dari reaksi diatas dapat dilihat bahwa menyebabkan pH air yang
pada reaksi hidrolisis, aluminium sulfat menggunakan aluminium sulfat akan
dalam air atau limbah melepaskan ion bersifat lebih asam dari pada
H+ sebanyak 6 H+. Sedangkan reaksi menggunakan koagulan PAC [Murray,
hidrolisis pada PAC hanya melepaskan 1999].
3.1.4 Chemical Oxigen Demand
(COD)
Nilai COD menyatakan membentuk flok dengan gumpalan
banyaknya zat organik yang terdapat yang padat sehingga lebih stabil.
dalam air limbah yang dioaksidasi Dengan endapan yang stabil akan
oleh oksigen. Dari gambar 3.4, PAC menurunkan kandungan zat yang
mampu menurukan nilai COD sebesar tersuspensi. Dengan turunnya nilai zat
62% - 83% , sedangkan aluminium tersuspensi maka nilai COD yang
sulfat 36% - 69%. Hal ini disebakan terdapat dalam limbah tersebut akan
karena PAC bersifat stabil dan cepat ikut turun.
menurunkan kandungan minyak dan
lemak dibandingkan koagulan
3.1.5 Oil and Grease (Minyak dan
aluminium sulfat. PAC mampu
Lemak)
menurunkan nilai minyak dan lemak
Minyak dan lemak biasanya
sebesar 73% - 75% sedangkan
ditemukan mengapung diatas
aluminum sulfat sebesar 39% - 55%.
permukaan air, meskipun sebagian
Hal dapat terjadi karena PAC lebih
terdapat dibawah permukaan air.
cepat membentuk flok daripada
Adanya minyak dan lemak di atas
koagulan biasa karena gugus aktif
permukaan air merintangi proses
aluminat yang bekerja efektif dalam
biologi dalam air sehingga tidak terjadi
mengikat koloid yang ikatannya
fotosintesa. Efektivitas koagulan
diperkuat dengan rantai polimer dari
aluminium sulfat dan PAC terhadap
gugus polielektrolite sehingga
penurunan minyak dan lemak dalam
gumpalan floknya menjadi lebih
limbah pemboran minyak dapat dilihat
padat.
pada gambar 3.5
.
Pada gambar 3.5 terlihat bahwa
koagulan PAC lebih efektif dalam
Kemampuan koagulan PAC dalam
3.1.6 Amoniak (NH3) menurunkan nilai NH3 sebesar 66% -
92% jauh lebih efektif dibandingkan
Efektivitas koagulan dengan koagulan aluminium sulfat
aluminium sulfat dan PAC terhadap hanya bisa menurunkan sebesar 53% -
penurunan amoniak dalam limbah 55%. Hal ini disebabkan karena PAC
pemboran dapat dilihat pada gambar mempunyai daya koagulasi yang lebih
3.6. Dari gambar tersebut koagulan tinggi dibandingkan aluminium sulfat
PAC lebih efektif dibandingkan sehingga amoniak sebagai zat
koagulan aluminium sulfat. pencemar anorganik yang terdapat
didalam partikel padat di air dapat tersuspensi lainnya [M. Dunnivant,
terendapkan dengan baik bersama zat Frank., 2004].

Gambar 3.1 Nilai TSS pada Limbah Pemboran Sumur Minyak

Gambar 3.2 Nilai TDS pada Limbah Pemboran Sumur


Gambar 3.3 Nilai pH pada Limbah Pemboran Sumur

Gambar 3.4 Nilai COD pada Limbah Pemboran Sumur


Minyak dan Lemak Lumpur Pemboran Sumur Horizontal
Koagulan PAC
120
Baku Mutu 140 RPM 120 RPM 100 RPM

100

Minyak dan Lemak (ppm)


80

60

40

20

0
0 4000 5000 6000 7000 8000
Konsentrasi Koagulan (ppm)

Gambar 3.5 Nilai Minyak dan Lemak pada Limbah Pemboran Sumur

Gambar 3.6 Amoniak (NH3) pada Limbah Pemboran Sumur

3.3 Pengaruh Kecepatan Dalam penelitian ini


Pengadukkan Cepat mevariasikan pengadukkan cepat
terhadap Kandungan pada kecepatan : 100 rpm, 120 rpm,
Limbah Lumpur Pemboran dan 140 rpm. Dari Gambar 3.1 - 3.6,
Sumur Minyak dapat terlihat efektivitas proses
koagulasi dan flokulasi dipengaruhi
oleh kecepatan pengadukkan. Hasil
optimum dicapai pada kecepatan
pengadukkan 140 rpm, hal ini yang stabil berubah menjadi tidak
disebabkan dengan semakin cepatnya stabil karena terurai menjadi partikel
pengadukkan cepat, semakin banyak yang bermuatan positif dan negatif
tumbukan yang terjadi antar partikel. dan koagulan dapat terdispersi
Tumbukan antar partikel dengan sempurna [Alaerts, 1984].
menyebabkan koloid dan partikel

4. Kesimpulan rpm, konsentrasi 6000 ppm (untuk


Dari penelitian yang telah semua parameter yang dianalisa).
dilakukan dapat disimpulkan bahwa,
1. Kinerja koagulan PAC lebih efektif
dibandingkan dengan koagulan 5. Saran
aluminum sulfat pada proses Dari penelitian ini dapat
pengolahan limbah lumpur disarankan agar penelitian lebih lanjut
pemboran sumur minyak vertikal dilakukan dengan memperkecil rentang
dan horizontal. konsentrasi yang digunakan pada
2. Keefektifan koagulan PAC ini kecepatan pengadukkan yang optomal
terlihat dalam penurunan nilai atau terhadap koagulan Poly Aluminium
kadar polutan (TSS, TDS, COD, Chloride (PAC) dalam pengolahan
pH, minyak dan lemak, dan NH3) limbah lumpur pemboran sumur
dengan penggunaan konsentrasi minyak.
yang lebih rendah dibandingkan
dengan konsentrasi yang digunakan
pada koagulan aluminium sulfat. 6. Ucapan Terimakasih
3. Pada proses koagulasi pengolahan Penulis mengucapakan terimakasih
limbah lumpur pemboran sumur kepada Ibu Dra Nirwana, MT dan
minayk vertikal dan horizontal Bapak Drs Irdoni HS, MS yang telah
didapat pada penggunaan koagulan membimbing dan memberikan ilmu-
PAC kondisi optimum pada ilmu yang bermanfaat kepada penulis
kecepatan pengadukkan cepat 140 dalam menyelesaikan penelitian ini.

DAFTAR PUSTAKA Gebbie, Peter., 2005, Using


Alaerts dan Simestri, 1984, Metode Polyaluminium Coagulant in
Penelitian Air, Usaha Water Treatment,
Nasional, Surabaya. http://www.wioa.org.au/confer
Anonim, 1993, Petunjuk ence_papers/2001/pdf/paper6.
Pemeriksaan Air Minum/ Air pdf, 7
Bersih, Departemen Kesehatan Indriyati, I., 2008, Proses Pengolahan
Republik Indonesia, Pusat Limbah Organik secara
Laboratorium Kesehatan, Koagulasi dan Flokulasi,
Jakarta. Jurnal LIPI, 2(4),125-130.
Anonim, 2012, Internal Report , PT. M. Dunnivant, Frank., 2004,
Chevron Pacific Indonesia, Environmental Laboratory
Duri. Exercises for Instrumental
Analysis and Environmental
Chemistry, Jhon Willey &
Sons, Brooklyn New Jersey,
233 bab 6.
Murray, dkk, 1999, Biokim Haper,
Edisi Ke-24. Buku Kedokteran
EGC, Jakarta, Hal: 18-19.
Patoczka, Jurek., 2007, Impact of
Chemicals Addition in Water
Treatment on TDS
Concentration and Sludge
Generation,
http://www.patoczka.net/Jurek
%20Pages/Papers/Florida%20
07%20Paper.pdf, 7 Desember
2013.
Satterfiled, Z., 2005, Jar Testing,
http://www.nesc.wvu.edu/pdf/
dw/publications/ontap/2009_tb
/jar_testing_dwfsom73.pdf,
23 Juni 2012.
Zaid, M., 2009, Pengolahan Air
Limbah Laboratorium dengan
Menggunakan Koagulan Alum
Sulfat dan Poli Aluminium
Klorida (PAC), Jurnal
Penelitian Sains, Edisi
khusus Desember 2009,
38-43.

You might also like