You are on page 1of 5

Pengertian Hama dan Penyakit

Hama adalah semua binatang yang menimbulkan kerugian pada pohon hutan dan
hasil hutan seperti serangga, bajing, tikus, babi, rusa dan lain-lain. Tetapi kenyataan di
lapangan hama yang potensial dan eksplosif menimbulkan kerugian adalah dari golongan
serangga. Sehingga masyarakat umumnya mengidentikan hama sama dengan serangga. Jadi
dapat dikatakan semua binatang yang menimbulkan kerugian pada pohon hutan dan hasil
hutan disebut hama.

Penyakit adalah adanya kerusakan proses fisiologis yang disebabkan oleh suatu
tekanan/gangguan yang terus menerus dari penyebab utama (patogen) yang mengakibatkan
aktivitas sel/jaringan menjadi abnormal, yang digambarkan dalam bentuk patologi yang khas
yang disebut gejala/tanda. Gejala/tanda inilah yang memberikan petunjuk apakah pohon di
dalam hutan sehat atau sakit.

Ada empat faktor utama yang memungkinkan hama dan penyakit dapat berkembang
dengan baik, yaitu adanya tanaman inang (tanaman hutan) yang rentan dalam jumlah cukup,
adanya hama dan patogen yang ganas, kondisi lingkungan yang sesuai untuk perkembangan
hama dan penyakit tersebut, dan manusia yang ikut mendukung timbul atau tidaknya suatu
hama penyakit. Hama-penyakit menyerang tanaman hutan mulai dari biji, bibit di
persemaian, tanaman muda di lapangan, tegakan siap tebang, sampai pada hasil hutan yang
berada dipenyimpanan. Serangan hama-penyakit juga tidak memilih, hampir seluruh bagian
tanaman diserangnya mulai dari akar, batang, sampai pada daun. Perlindungan terhadap
hama-penyakit akan mulai dirasakan pentingnya apabila sudah terjadi serangan yang sangat
hebat (outbreak/eksplosif/wabah), yang sebenarnya keberadaan hama-penyakit tersebut
telah lama, tetapi karena akibatnya belum dirasakan atau masih sedikit jadi tidak
dipedulikannya atau dibiarkan saja. Akibatnya lagi hama penyakit makin merajalela sampai
akhirnya menimbulkan kerugian yang tidak sedikit.

Pengendalian Hama/Penyakit Secara Umum

Pengertian dari pengendalian hama/ penyakit adalah untuk memperbaiki kuantitas dan
kualitas hasil produksi tanaman yang diusahakan. Sedangkan tujuan dari pengendalian
hama/penyakit adalah untuk mencegah terjadinya kerugian ekonomis serta menaikkan nilai
produksi dari tanaman yang diusahakan. Jelaslah maksud dan tujuan dari pengendalian
hama/ penyakit adalah untuk mempertahankan tingkat produksi yang tinggi, mantap dan
berkesinambungan, tetapi secara ekologis dan ekonomis dapat dipertanggungjawabkan,
bahkan sekarang ini dikaitkan dengan kelestarian lingkungan. Jadi hama/penyakit haruslah
ditekan atau dikurangi dan ditiadakan sampai di bawah ambang ekonomis. Usaha
pengendalian dilakukan apabila biaya yang dikeluarkan lebih kecil daripada kerugian yang
terjadi akibat serangan hama/penyakit. Dalam prakteknya pengendalian hama/penyakit
dapat berupa :

 Pencegahan (preventive) artinya kita melakukan suatu tindakan atau usaha agar
tanaman yang masih sehat terhindar dari hama/penyakit (sebelum adanya hama dan
penyakit).
 Pemberantasan (control) artinya kita mengusahakan atau melakukan tindakan-
tindakan terhadap tanaman yang sudah terserang hama/penyakit, dengan harapan
agar tanaman itu akan sembuh dan normal kembali.

Hadi (1990) mengatakan bahwa konsepsi dasar perlindungan hutan dari serangan

hama/penyakit sedikit berbeda dengan yang biasa digunakan untuk perlindungan tanaman

pertanian karena beberapa hal, antara lain

a. Hasil utama yang dipanen dari hutan adalah kayu, meskipun ada beberapa
perkecualian seperti biji pada hutan tengkawang (Shorea stenoptera), dan hasil hutan
non-kayu seperti rotan, bahan obat-obatan yang terkandung dalam rhizom, daun dan
sebagainya.
b. Di dalam hutan, jenis-jenis pohon yang tumbuh tidak dikelola secara intensif seperti
pada pertanaman pertanian, walau di beberapa negara pengelolaan hutan tanaman
mulai dilakukan secara intensif, namun demikian pada umumnya masih belum
seintensif pada pertanaman pertanian. Bagian pohon yang dikeluarkan dari hutan
adalah batangnya apabila hutan tersebut adalah hutan produksi kayu pertukangan,
dan batang beserta seluruh percabangannya apabila untuk produksi serat dan energi.
c. Daur hutan dapat mencapai puluhan tahun kecuali untuk produksi serat dan produksi
energi, yang lebih pendek. Hutan dapat mempunyai fungsi lain disamping untuk
produksi, antara lain untuk melindungi tanah dari penghanyutan oleh air hujan, tata
air, perlindungan marga satwa dan sebagainya.
d. Banyak hutan terletak di tempat-tempat yang terpencil, tidak mudah dicapai, dan
tidak banyak dihuni manusia yang dapat membatasi kemungkinan untuk
pengelolaannya secara intensif termasuk dalam upaya perlindungannya terhadap
gangguan hama/penyakit. Siklus hidup jenis-jenis pohon yang biasanya panjang,
menyebabkan pemuliaan dalam upaya untuk memperoleh varietas unggul yang
resisten terhadap hama/penyakit, menjadi lebih sulit dan memerlukan program
jangka panjang.

Cara Pengendalian Hama Dan Penyakit Secara Umum

(Kardinan, 1999; Pracaya, 2008)

I. PENGENDALIAN HAMA
1. INSEKTISIDA BERBAHAN AKTIF Bacillus thuringiensis (Nama dagang
Bactospeine) 1 g insektisida + 1 liter air, diaduk dengan rata, masukan dalam alat
semprot. Cairan harus mengenai larva/ulat.
2. FUNGI ENTOMOPATOGENIK Beauveria bassiana 25 g biakan masal fungi (media
jagung) ditumbuk/diblender tambahkan 1 liter air, diaduk hingga rata. Disaring
kemudian dimasukkan dalam alat semprot. Cairan harus mengenai larva/ulat, bila
ulat berada dalam lobang maka digunakan alat suntik.
3. INSEKTISIDA NABATI
a. Daun mimba 4 ons, lengkuas 3 ons, serai 3 ons dan deterjen/sabun colek
seujung sendok (1 g). Daun mimba + lengkuas + serai ditumbuk halus
kemudian ditambahkan 1 liter air biarkan semalam (24 jam). Setelah semalam
direndam tambahkan 3 liter air dan sabun colek (diaduk), disaring dan siap
disemprotkan.
b. Daun mindi sebanyak 500 gram ditumbuk halus kemudian tambahkan 5 liter
air, direndam semalam (24 jam). Setelah direndam tambahkan sabun 1 g,
disaring dan siap untuk disemprotkan. Bawang putih 2 siung ditumbuk halus
tambahkan merica halus 2 sendok kemudian tambahkan 4 liter air dan sabun 1
g, disaring dan siap untuk disemprotkan (kumbang).
c. Rawit 24 buah ditumbuk halus, masukkan 120 g kapur dan 120 g garam
tambahkan 16 liter air dan diaduk hingga merata. Campuran didiamkan selama
2 jam, kemudian disaring dan siap untuk disemprotkan (semut, kutu, siput, ulat,
virus).
d. Daun pepaya 1 kg ditumbuk halus tambahkan 10 liter air biarkan 2 jam. Setelah
dua jam tambahkan sabun 1 gr diaduk hingga merata, disaring dan siap untuk
disemprotkan.
e. Abu ½ cangkir + kapur ½ cangkir + 4 liter air, diaduk hingga rata dan
dibiarkan 2 jam. Apabila digunakan langsung pada perakaran tidak perlu
disaring, dilakukan penyaringan apabila perlakuannya disemprot (uret dan
kumbang).
f. Daun bintaro 1 kg ditumbuk halus ditambah 5 liter air, direndam semalam
tambahkan sabun, disaring dan siap untuk digunakan. Daun suren 1 kg
ditumbuk halus ditambah 5 liter air, direndam semalam tambahkan sabun,
disaring dan siap untuk digunakan.
II. PENGENDALIAN PENYAKIT
a. Karat tumor : 1 kg belerang + 1 kg kapur + 1 ons garam, ditambah 5 – 10 liter air
diaduk hingga rata. Larutan untuk labur lebih pekat, sedangkan larutan untuk semprot
lebih encer dan harus disaring terlebih dahulu.
b. Fungi antagonis Trichoderma sp dan Gliocladium sp. yang dibiakan massal pada
campuran = sekam : dedak : pupuk kandang : kompos : pasir = 2 : 2 : 1 : 1 : 1
(barangnya dah jadi, diperagakan saja karena harus di laboratorium ada sterilisasi,
isolasi dll.). Biakan massal dicampurkan pada media semai untuk mencegah penyakit
akar.
c. Cuka kayu : 20 – 40 cc yang dicampur dengan 1 liter air, disemprotkan pada daun
yang terkena penyakit bercak daun.
d. Jahe 1 0ns + Lengkuas 1 ons + labu siam 1 0ns ditumbuk halus/diparut airnya diperas,
setiap 20 cc air perasan tadi dicampur 1 liter air diaduk dan disaring kemudian
disemprotkan pada tanaman yang terserang cendawan.

JENIS TUMBUHAN YANG BERPOTENSI SEBAGAI PESTISIDA NABATI

1. Babadotan (A. conyzoides)

2. Serai (A. nardus)

3. Sirsak (Annona muricata)

4. Suren (T. sureni)

5. Gadung (Dioscorea hispida)

6. Tuba (Derris eliptica)

7. Mimba (Azadirachta indica)


8. Mindi (Melia azedarach)

9. Tembakau (Nicotiana tabacum)

10. Jarak (Ricinus communis L.)

11. Kecubung (Datura patula)

Sebelum melakukan langkah pengendalian terhadap hama dan penyakit terlebih


dahulu melakukan identifikasi jenis hama dan jenis penyebab penyakit, mengetahui
ekobiologi hama dan jenis penyebab penyakit, barulah kemudian menetapkan strategi
pengendaliannya.

You might also like