You are on page 1of 8

“Analisis Petrografi Batuan Alterasi PT.

Cibaliung sumberdaya

Kabupaten Pandeglang Privinsi Banten”

ABSTRAK
Penelitian ini berupa studi tentang petrogafi batuan beku lelehan andesit PT.Cibaliung
Sumberdaya Pandeglang Banten.Hasil analisis petrografi menunjukkan bahwa batuan bekunya
berupa batuan beku ekstrusif berupa lava, berjenis Andesit. Secara mikroskopis (petrografi)
batuannya dicirikan oleh tekstur porfiritik dengan mineral plagioklas dan kuarsa sebagai
fenokris. Komposisi mineraloginya terdirii atas plagioklas, kuarsa, biotit, mineral opak dan masa
dasar
Kata Kunci : petrografi, Andesit

1. Pendahuluan

Alterasi hidrotermal adalah suatu proses yang sangat kompleks yang melibatkan
perubahan mineralogi, kimiawi, dan tekstur yang disebabkan oleh interaksi fluida panas dengan
batuan yang dilaluinya, di bawah kondisi evolusi fisio-kimia. Proses alterasi merupakan suatu
bentuk metasomatisme, yaitu pertukaran komponen kimiawi antara cairan-cairan dengan batuan
dinding ( Pirajno, 1992 ).
Petrografi adalah ilmu memerikan dan mengelompokkan batuan. Pengamatan seksama
pada sayatan tipis batuan dilakukan dibawah mikroskop, dengan tentunya didukung oleh data-
data pengamatan singkapan batuan di lapangan. Pada pemerian petrografi, pertama-tama akan
diamati mineral penyusun batuan, selanjutnya tekstur batuan. Tekstur batuan sangat membantu
dalam pengelompokan batuan selain memberikan gambaran proses yang terjadi selama
pembentukan batuan. Petrografi sendiri merupakan kepentingan yang tak terbaras namun bila
mempertimbangkan sebagian dari petrologi kepentingan akan menjadi luas, dimana petrografi
memberikan data umum yang petrologi perjuangkan untuk menginterpretasikan dan
menerangkan asal-ususl batuan
Privinsi banten mempunyai bentang alam wilayah terdiri atas pendataran sebagaimana
yang terbentang antara tangerang dan serang, perbukitan bergelombang (antara Serang –
pandeglang – Cibaliung) dan pegunungan yang tersebar di bagian Selatan dengan dengan
puncak-puncak G.Sanggabuana (1.919 m dpl) G. Halimun (1929 m, dpl) G. Endut (1.297 m. dpl)
dan G. Nyungcung.

Keadaan bentuk bentang ala mini sangat berkaitan erat dengan kondisi geologi regional daerah
bentang yang merupakan bagian dari jalur/busur magmatig berumur Tersier-Kuarter yang
membantang dari ujung utara P. Sumatra sampai Nusa Tenggara yang dikenal sebagai Busur
Magmatik Sunda-Banda (Sunda-Banda Magmatik Arc-Hamilton, 1976) di daerah Banten busur
ini membentuk jkubah, pematang dan kerucut gunung yang aktif.

Kondisi geologi seperti tersebut diatas menghasilkan potensi sumber daya mineral dan geowisata
yang cukup melimpah. Daerah berbatuan gunung api tua yang diterobos oleh intrusive yang lebih
muda, merupakan tempat kedudukan mineralisasi logam mulia dan logam dasar emas dan
timbale. Sedangkan daerah berbatuan gunung api lebih mudah merupakan daerah prospek untuk
bahan galian industri seperti batu pasir kuarsa, batu gunung, bentonit, zeolit, lempung.

2. Tatanan Geologi

Menurut Van Bemmelen (1949) fisiografi Jawa Barat dibagi menjadi enam zona, yaitu:
Zona Gunungapi Kuarter, Zona Dataran Aluvial Utara Jawa Barat, Zona Antiklinorium
Bogor, Kubah dan Punggungan pada Zona Depresi Tengah, Zona Depresi Tengah Jawa Barat,
dan Pegunungan Selatan Jawa Barat (Gambar 1).
Gambar 1. Zona fisiografi Jawa Barat (van Bemmelen, 1949).

Mengacu pada klasifikasi di atas, maka Cibaliung termasuk dalam Kubah dan Punggunan pada
Zona Depresi Tengah Jawa Barat (Gambar 1). Kubah dan Zona Depresi Tengah merupakan
daerah pegunungan yang memperlihatkan bentuk-bentuk kubah. Zona ini dikontrol oleh struktur
dan litologi. Jenis litologi pembentuk morfologi zona ini terdiri atas batuan sedimen dan batuan
beku. Morfologi zona ini juga dipengaruhi oleh struktur geologi seperti perlipatan, sesar, dan
kekar

Van Bemmelen (1949) menyebut daerah penelitian sebagai Banten Block yang terdiri dari
endapan Neogen dan terlipat kuat dan terobosan batuan beku. Daerah ini merupakan daerah yang
relatif stabil sejak Tersier. Terdapat perbedaan arah struktur yang mencolok antara struktur-
struktur di Banten Block yang didominasi arah utara-selatan dengan struktur-struktur Jawa yang
didominasi arah barat-timur.

Geologi daerah penelitian berdasarkan peta geologi regional lembar Cikarang oleh Sudana
dan Santosa, 1992, yang diterbitkan oleh P3G sebagai berikut :

Cibaliung termaksuk dalam kubah dan punggunan pada zona depresi tengah Jawa Barat.
Kubah dan zona depresi tengah merupakan daerah pegunungan yang memperlihatkan bentuk-
bentuk kubah. Zona ini dikontrol oleh struktur dan litoligi. Jenis litologi pembentuk morfologi
zona ini terdiri atas batuan sedimen dan batuan beku. Morfologi zona ini juga dipengaruhi oleh
struktur geologi seperti perlipatan, sesar dan kekar.

Van Bemmelan (1949) menyebut daerah penelitian sebagai Banten block terdiri dari
endapan Neogen yang terlipat kuat dan terobosan batuan beku. Daerah ini merupkan daerah yang
relatif stabil sejak Tersier. Terdapat perbedaan area struktur yang mencolok antara struktur-
struktur di banten Block yang didominasi arah utara-selatan dengan struktur-struktur jawa yang
didominasi arah barat-timur.
Sudana dan Santosa (1992) dalam membagi stratigrafi regional daerah penelitian ke dalam
tujuh Formasi, yaitu, Formasi Cimapag, Formasi Honje, Formasi Bojongmanik, Formasi
Cipacar, Andesit-Basal, Formasi Bojong, Volkanik Kuarter

Daerah penelitian terletak di bagian tengah busur magmatik Sunda–Banda (Carlile dan
Mitchell, 1994 dalam Angeles, dkk., 2002). Area ini merupakan daerah transisi sesar geser
lateral berarah baratlaut (di Sumatera) sampai sesar kompresi berorientasi timur–barat (di Jawa)
(Angeles, dkk., 2002). Menurut Sudana dan Santosa (1992), struktur geologi yang terdapat di
daerah penelitian berupa kelurusan dan sesar normal berarah timurlaut-baratdaya. Struktur
tersebut diduga ada hubungannya dengan zona graben daerah Krakatau di Selat Sunda yang
merupakan depresi kegiatan gunungapi tektonik (Zen, 1983 dalam Sudana dan Santosa, 1992).

3. Metode Penelitian

Bahan penelitian untuk keperluan studi ini berupa sampel batuan beku teralterasi. Pendekatan
masalah dilakukan melalui studi petrografi dengan cara memeriksa sayatan tipis batuannya
memakai mikroskop polarisasi. Sampel yang telah ada dibuat sayatan poles dan sayatan tipis
kemudian dilakukan analisis kandungan susunan mineral pada batuan dengan menggunakan
mikroskop dan menentukan diagenesa pembentukan batuan tersebut.

4. Hasil dan Pembahasan

Petrografi

Batuan beku yang terdapat di daerah pengambilan sampel, merupakan batuan beku lelehan
(ekstrusif) andesitik, Secara megaskopis batuannya dicirikan oleh warnanya abu-abu kehijauan
dengan dilewati urat-urat kuarsa berwana putih tersebar agak merata, sedangkan secara
mikroskopis menunjukkan tekstur porfiritik dengan kandungan fenokirs dan mikrofenokris
berkisar antara 3-25%, yang tersebar dalam masa dasar berukuran halus, yang memperlihatkan
tekstur intersertal hingga intergranular, demikian pula mikrolit plagioklasnya yang berbentuk
menjarum atau berupa kristal ramping (lathlike) pada masadasar nampak memperlihatkan
kedudukan yang sembarang atau satu sama lain sejajar.
Plagioklas dan klinopiroksen merupakan fase fenokris atau mikrofenokris yang utama,
sedangkan pada komposisi yang lebih siliceous ortopiroksen menjadi fese fenokris atau
mikrofenokris utama bersama-sama plagioklas, serta ditandai pula dengan mulai hadirnya biotit.
Mineral plagioklas selalu hadir dalam semua sampel baik sebagai mikrofenokris ataupun
masadasar.

Komposisi Mineral

Pada masadasarnya plagioklas terlihat sebagai kristal ramping atau menjarum dengan kedudukan
sembarang. Kandungan fenokris dan mikrofenokris didominasi oleh plagioklas (3-25%),
berukuran butir 0,5-4 mm. Fenokris dan mikrofenokris lainnya dalam urutan kuantitas yang
menurun teridri dari piroksen (3-10%) dengan ukuran butir mencapai 1,5 mm, mineral bijih (2-
3%) dengan ukuran butir kurang dari 0,5 mm, hornblenda (<5%), dengan ukuran butir mencapai
2,5.

Kuarsa hadir sebagai urat-urat atau vein berukuran mencapai tidak lebih dari 2 mm dan juga
berupa kristal sangat halus pada masadasar. plagioklas pada umum-nya berbentuk subhedral
hampir selalu memperlihatkan zonasi komposisi. Logam pirit hadir berukuran sangat halus pada
sayatan poles dan keberadaan pada sampel hanya berupa titik-titik kecil.
Mineral opak selalu hadir pada semua sayatan tipis batuan sebagai mineral tambahan. Mineral
opak dijumpai berupa kristal primer berupa mikrofenokris, sebagai inklusi dalam mineral
plagioklas, berupa butiran sangat halus di dalam masadasar, berbentuk subhedral–anhedral
ataupun sebagai mineral sekunder yang biasanya berasosiasi dengan mineral-mineral hasil
ubahan lainnya. Masadasar batuan berukuran halus terdiri dari mikrolit plagioklas yang kadang-
kadang menunjukkan adanya kesejajaran.

Diskusi
Hasil analisis petrografi PT. CSD, Pandeglang Banten, secara umum memperlihatkan tekstur
porfiritik berbutir halus sampai menengah, dengan tingkat kristalisasi holohialin yang tertanam
dalam suatu masadasar berukuran halus yang terdiri dari mikrolit plagioklas, dan sebaran mineral
opak.

Dari tekstur berbutir halus sampai sedang, memcerminkan bahwa cairan magma yang bergerak
bersifat mobail dan disebabkan adanya perbedaan kecepatan pembekuan. Sedangkan tekstur
porfiritik dapat diinterpretasikan bahwa kristalsasi pertama terjadi dengan pembekuan relatif
lambat dan di tempat yang agak dalam, sehingga terbentuk kristal-kristal yang besar dengan
bentuk yang euhedral sampai anhedral membentuk fenokris. Kemudian sebelum padat sempurna
(terbentuk kristal yang lain), magma tersebut terinjeksikan ke dinding batuan disekitarnya atau
keluar dekat dengan permukaan. Pada tahap ini hanya dapat terbentuk kristal-kristal yang
berukuran halus karena proses pembekuannya relatif cepat yang kemudian membentuk
masadasar. Dengan adanya tekstur pada masa-dasarnya yang faneritik, maka dapat disimpulkan
bahwa larutan magmanya tidak homogen.
Pada sampel analisis pada mikroskop dapat dilihat bahwa terjadi pergantian mineral, plagioklas
sebagia masa dasar batuan kemudian digantikan oleh mineral kuarsa sabagai terobosan berupa
urat-urat/ vein yang membawa logam pirit.

Tahapan Perubahan Mineral


Nama Mineral
Tahab 1 Tahab 2 Tahab 3 Tahab 4

Plagioklas

Quartz

Pyirit
5. Kesimpulan

Hasil analisis petrografi alterasi PT.CSD Pandeglang Banten, berupa batuan Andesit. Secara
petrografi batuan beku tersebut memiliki tekstur porfiritik dengan fase fenokris didominasi oleh
mineral plagioklas dan kuarsa yang berbeda dalam setiap batuan, sedangkan fase masadasarnya
didominasi oleh pelat-pelat mineral opak. Batuannya telah mengalami ubahan dengan hadirnya
kumpulan mineral hasil ubahan hidrotermal berupa urat-urat kuarsa yang melewati rekahan pada
celah batuan.

Ucapan Terima Kasih


Ucapan terima kasih disampaikan kepada kepada Bapak Dr. Eng. Adi Maulana, ST.,MT. selaku
desen pengasuh mata kuliah alterasi batuan dan kepada pimpinan perusahan PT.CSD yang telah
memberi kesempatan mengambilan dalam pengambilan sampel serta rekan-rekan mahasiswa
yang turut berpartisipasi dalam penyelesaian penelitian tersebut.

Daftar Pustaka

Sudana, D. & Santosa, S. (1992). Geology of the Cikarang Quadrangle, Java: Pusat
Penelitian dan Pengembangan Geologi, Bandung, 13 pp.
Van Bemmelen , 1949.The Geology of Indonesia vol. 1 A. Government Printing Office, The
Hague, Martinus Nijhoff, vol. 1A, Netherlands
Simanjuntak dan Surono, 1992, “Perpustaan Penelitian Geoteknologi” Jakarta.
Sudana dan Santosa, 1992. “Penelitian Berbasis Geotek” Bandung.
Sukandarrumidi. 2014. “Geologi Umum”. Yogyakarta, Gadjah Mada University Press.

You might also like