Professional Documents
Culture Documents
STRIPPING
1.1. Tujuan Percobaan
˗ Mengetahui pengaruh laju alir liquida pada koefisien transfer massa pada
kolom stripping
˗ Mengetahui pengaruh laju alir gas pada koefisien transfer massa pada kolom
stripping
1.2. Tinjauan Pustaka
Proses Perpindahan massa sangat penting dalam bidang ilmu pengetahuan dan
teknik. Perpindahan massa terjadi pada komponen dalam campuran berpindah dalam
fase yang sama atau dari fase satu ke fase yang lain karena adanya perbedaan
konsentrasi. Perpindahan massa dapat dijumpai dalam kehidupan sehari-hari, sebagai
contoh, sedikit gula dimasukkan kedalam secangkir kopi pada akhirnya akan larut
dengan sendirinya dan mendifusi ke seluruh bagian larutan. Banyak proses pemurnian
yang menyangkut perpindahan massa. Dalam proses uranium, larutan garam uranium
diekstraksi dengan pelarut organik. Distilasi pemisahan alkohol dari air juga
menyangkut perpindahan massa. Pemisahan SO2 dari “flue gas” dilakukan dengan
adsorpsi dalam pelarut dasar (Geankoplis, 1997).
Proses adsorpsi terjadi pada interfase solid-solid, gas-solid, gas-liquid, dan
liquid solid. Adsorpsi dengan solid seperti karbon tergantung pada luas permukaan
solid. Faktor-faktor yang mempengaruhi proses adsorpsi adalah sebagai berikut:
1. Karakteristik fisika dan kimia dari adsorben
2. Karrakteristik fisika dan kimia dari adsorbat seperti ukuran partikel,
polaritas molekul, komposisi kimia dan lain-lain.
3. Konsentrasi adsorbat didalam fase cair.
4. pH, jika proses adsorpsi tidak terjadi pada level pH tertentu, maka variasi
level pH harus ditentukan. Dalam melakukan pengaturan pH harus benar-
benar diperhatikan untuk menyakinkan bahwa perubahan pH tidak
mengubah produk utama.
5. Temperatur
6. Waktu kontak antara adsorben dan adsorbat.
(Cheremisinoff dan F.E Busch, 1978)
Aerasi merupakan istilah lain dari tranfer gas, lebih dikhususkan pada
transfer gas oksigen atau proses penambahan oksigen ke dalam air. “Keberhasilan
proses aerasi tergantung pada besarnya nilai suhu, kejenuhan oksigen, karateristik
air dan turbulensi air. Beberapa jenis aerator yang digunakan dalam proses aerasi
adalah diffuser aerator, mekanik aerator, spray aerator, dan aerator gravitasi"
(Benefield, 1980).
Tray aerator merupakan bagian dari jenis aerator gravitasi yang terdiri dari
4 atau 5 tray horizontal dengan lubang kecil pada jarak tertentu. Transfer gas
didefinisikan sebagai proses dimana gas dipindahkan dari suatu fase ke fase lainnya,
biasanya dari fase gas ke fase cair (Metcalf dkk, 1991). Transfer gas melibatkan
terjadinya kontak antara udara atau gas lain dengan air yang menyebabkan
berpindahnya suatu senyawa dari fase gas ke fase cair atau menguapnya suatu
senyawa dari fase cair (dalam bentuk terlarut) menjadi fase gas lepas ke udara.
Mekanisme transfer gas terjadi secara difusi (Benefield, 1980).
Faktor utama yang mempengaruhi kelarutan gas dalam air adalah suhu air,
tekanan parsial gas dalam fase gas, konsentrasi padatan terlarut dalam fase air dan
komposisi kimia gas. Kelarutan gas menurun seiring dengan kenaikan suhu. Pada
tekanan parsial sampai 1 atm, konsentrasi keseimbangan gas dalam larutan pada
suatu suhu tertentu sebanding dengan tekanan parsial gas dalam air (Benefield,
1980).
Faktor yang mempengaruhi perpindahan oksigen, diantaranya sebagai berikut
(Benefield, 1980) :
1. Suhu
Koefisien transfer gas (KLa) meningkat seiring dengan kenaikan suhu,
karena suhu dalam air akan mempengaruhi tingkat difusi, tegangan permukaan
dan kekentalan air. Kemampuan difusi oksigen meningkat dengan peningkatan
suhu, sedang tegangan permukaan dan kekentalan menurun seiring dengan
kenaikan suhu.
2. Kejenuhan Oksigen
3. Konsentrasi jenuh oksigen (Cs) dalam air tergantung pada suhu dan tekanan
parsial oksigen yang berkontak dengan air. Secara teoritis konsentrasi
oksigen terlarut dalam air pada tekanan 760 mmHg.
4. Karateristik Air
Dalam praktik ada perbedaan nilai KLa untuk air bersih dengan KLa air
limbah yang mengandung materi tersuspensi, surfaktan (detergen) dalam
larutan dan perbedan temperatur. Faktor-faktor ini juga mempengaruhi nilai
Cs.
5. Turbulensi Air
Turbulensi akan menurunkan derajat tahanan liquid – film, laju
perpindahanmasa oksigen karena terjadi percepatan laju pergantian permukaan
bidang kontak, yang berakibat pada defisit oksigen (driving-force, ΔC) tetap
terjaga konstan, serta akan meningkatkan nilai koefisien perpindahan oksigen
(KLa).
Stripping adalah operasi pemisahan solute dari fase cair ke fase gas, yaitu
dengan mengontakkan cairan yang berisi solute dengan pelarut gas ( stripping agent )
yang tidak larut ke dalam cairan. Proses Stripping dilakukan dalam kolom stripper,
dimana Stripper adalah suatu alat yang digunakan untuk mengambil suatu zat
atau senyawa dari senyawa lainnya dengan fase yang berbeda. Sebagai contoh
adalah pemisahan gas nitrogen dan hydrogen pada amoniak cair.
Stripper disebut juga sebagai kolom distilasi berfungsi sebagai unit operasi
untuk melakukan proses pemisahan sebuah campuran menjadi dua atau lebih produk
yang memiliki titik didih berbeda, dengan mengeluarkan komponen yang lebih mudah
menguap dari campuran.Pada stripper biasanya dilengkapi dengan suatu compressor
atau pompa vakum yang berfungsi untuk mengalirkan gas atau udara sehingga
aliran gas tersebut menyerap gas yang terdapat di liquid yang akan dipisahkan
dari aliran gasnya.
Air stripping adalah proses fisikokimia di mana campuran cair dihubungi
dengan udara untuk menghilangkan komponen yang mudah menguapperpindahan
massa dari cairan ke fase gas. Matter-Muelleret al. mengembangkan model dua film
untuk menggambarkan proses transfer massa dalam reaktor aliran batch dan
kontinyu.Mereka menyelidiki efek dari parameter yang berbeda (difusivitas, hukum
Henry konstan, koefisien perpindahan massa, pola menghubungi udara-air,dll) pada
transfer massa zat volatil dari air kepersamaan udara dan turunan dari laju transfer
massa zat volatil. Persamaan ini telah banyak digunakan untuk menghitungkecepatan
transfer massa amonia selama proses pengupasan udara. Efek dari konsentrasi amonia
awal, suhu, aliran udaratingkat pada efisiensi penghapusan amonia diselidiki dalam
inistudi. Namun, hubungan antara parameter ini dankoefisien perpindahan massa tidak
ditafsirkan dengan baik. Selain,proses pengupasan amonia dikendalikan oleh
transisiammonium ke gas amonia (disosiasi amonia), yang manasangat dipengaruhi oleh
pH larutan. Model dua film dariMatter-Mulleret al.does tidak mempertimbangkan
dissosiasi amonia, yang membuat model lemah dalam hal pH larutanselama proses
pengupasan amonia. (Bianxia Liu dkk, 2014)
Pengembilan amonia dari air limbah telah berhasil dilakukan dengan
menggunakan (RPB) sebagai stripper udara di laboratorium dan skala pilot pada suhu
kamar. Hasil eksperimen menunjukkan bahwa RPB mendorong koefisien perpindahan
massa cair volumetrik keseluruhan (KLa) dan efisiensi pengupasan (η) untuk amonia
pada tinggi kecil unit transfer berdasarkanresistansi fase cair (HTUOL) dan retensi
hidrolik cairan pendek kali (tL). Nilai KLa sangat meningkat seiring dengan
peningkatan aliran gas rate (QG), diikuti oleh laju alir cairan (QL) dan kecepatan putar
(ω). Meskipun perubahan dalam KLa akan langsung tercermin dalam nilai-nilai,
peningkatan QL menghasilkan efek kompensasi yang cukup besar terutama
menurunkan nilai η, terutama karena penurunan terkait di dalam L. (Min-Hao Yuan
dkk, 2015)
Terdapat 2 macam jenis stripper, yaitu :
1. Stripper dengan Injeksi Steam
Injeksi steam pada striper jenis ini bertujuan untuk menurunkan tekanan
partial diatas permukaan cairan, sehingga fraksi ringan yang terikut ke dasar kolom
stripper akan lebih mudah menguap dan kembali ke kolom fraksinasi.
110 7 (1 / M C 1 / M D ) 1 / 2
DCD = ....................................(1.2)
P[(VC ) 1 / 3 (V D )1 / 3 ] 2
Dimana:
DCD : Diffusifitas gas (cm2/det)
VC : Volume diffusi atom udara (cm3)
VD : Volume diffusi atom gas (cm3)
MC : BM udara
MD : BM liquida
3. Persamaan koefisien transfer liquid
2/3 -0,5
L μ 0,4 ρ 1/3
KL’ = 0,0051 L a .d '
a .μ ρ .D p p ................. (1.4)
μ.g
w L L AB
Dimana:
KL’ : koefisien transfer liquid(m/s)
aw : wetted packing surface (m)
ap : dry packing surface (m)
L : viskositas liquid (Pa.s)
L : massa jenis liquida (kg/m.s)P
g : gravitasi (m/s2)
d’P : Diameter packing (m)
Hubungan persamaan koefisien transfer liquid:
- L’ semakin besar maka KL semakin besar. L’ didapat dari persamaan:
L’ = L ( 1 - X NH3 )............................................(1.5)
- L semakin besar maka L’ semakin besar . L didapat dari persamaan:
Q
L ρ NH4OH ..............................................(1.6)
A
- Kesimpulan dari persamaan diatas jika laju alir liquida (Q) semakin besar maka
koefisien massa transfer liquida (KL) semakin besar pula.
4. Persamaan koefisien transfer massa gas
2/3 1/3
a ..D μ 2
p G G L a .d '
KG’ = A
RT a .μ
p G
ρ .D p p
L CD
Dimana:
DCD : Diffusivitas gas (cm2/det)
A : luas perpindahan panas (m2)
μg : Viskositas gas (kg/m.s)
ρg : Densitas gas (g/cm3)
d’P : Diameter packing (cm)
Hubungan persamaan koefisien transfer massa gas:
- Jika G semakin besar maka KG semakin besar. G didapat dari persamaan:
V2
G ρ udara ......................................................(1.7)
A
- Semakin besar V2 maka G semakin besar. V2 didapat dari persamaan:
P1 .V1 P1 .V1
T1 T1 ........................................................(1.8)
- Semakin besar V1 dan V2 semakin besar. V1 didapat dari persamaan:
V1 = Q x t............................................................(1.9)
- Kesimpulan dari persamaan diatas jika semakin besar laju alir gas (Q) maka
koefisien massa transfer gas (KG) semakin besar pula.
E F K
V-3
V-4
V-1 G
B
V-2
V-7
C
I
V-6
V-5
H J
6,7 1,2
6,2 1,8
1 300
6,2 1,8
5,8 1,9
5,8 1,9
2 300
6,1 2
5,6 2,2
5,1 2,4
3 300
4,9 2,4
6,7 1,3
45 1 6,5 1,3
6 1,4
6 1,5
60 1 5,8 1,7
5,2 1,7
4,7 1,7
75 1 4,2 2
4 2
Tabel 1.3. Hasil pengamatan untuk laju alir liquida tetap dan laju alir gas berubah
Suhu Suhu H pada H pada Volume Volume
Bukaan Bukaan Suhu gas Densitas Densitas
awal liquida Waktu aliran aliran titrasi titrasi
liquida gas produk awal produk
liqida produk (detik) liquida gas awal produk
(putaran) (derajat) (oC) (g/cm3) (g/cm3)
(oC) (oC) (cm) (cm) (mL) (mL)
1 60 0.0665 0.0137 0.9652 0.9676 2.2610 0.4669 0.00120 0.00025 1874.0827 28.8462
75 0.0665 0.0142 0.9652 0.9716 2.2610 0.4830 0.00120 0.00026 1867.8802 29.4118
45 0.0665 0.0194 0.9652 0.9624 2.2610 0.6600 0.00120 0.00035 1874.0827 32.6087
2 60 0.0665 0.0180 0.9652 0.9624 2.2610 0.6117 0.00120 0.00032 1867.8802 32.9670
75 0.0665 0.0185 0.9652 0.9620 2.2610 0.6278 0.00120 0.00033 1861.6778 41.0959
45 0.0665 0.0175 0.9652 0.9632 2.2610 0.5956 0.00120 0.00032 1861.6778 42.8571
3 60 0.0665 0.0142 0.9652 0.9628 2.2610 0.4830 0.00120 0.00026 1861.6778 44.1176
75 0.0665 0.0109 0.9652 0.9628 2.2610 0.3703 0.00120 0.00020 1861.6778 44.7761
Q gas L L’ KL’ KL V1 V2 G DCD KG’ KG
(cm3/s) (g/cm2.s) (g/cm2.s) (m/s) (m.g/mL.s) (mL) (mL) (g/cm2) (cm2/s) (kmol/m.s2) (g/cm-3s)
2264.151 0.09204 0.09202 0.00489 0.00472 350.553 746.065 8856539.828 0.256 0.00000001529 0.00015796
2307.692 0.09381 0.09379 0.00496 0.00478 357.294 760.413 9026857.902 0.256 0.00000001548 0.00015998
2352.941 0.09565 0.09562 0.00501 0.00484 364.300 748.587 8886480.801 0.255 0.00000001535 0.00015860
2608.696 0.10605 0.10601 0.00538 0.00519 403.898 859.597 10204274.150 0.256 0.00000001680 0.00017361
2637.363 0.10721 0.10718 0.00541 0.00522 408.336 839.076 9960670.788 0.255 0.00000001656 0.00017113
3287.671 0.13365 0.13360 0.00625 0.00604 509.022 1008.615 11973272.078 0.253 0.00000001876 0.00019381
3428.571 0.13937 0.13933 0.00643 0.00621 530.837 1051.842 12486412.309 0.253 0.00000001929 0.00019931
3529.412 0.14347 0.14344 0.00656 0.00633 546.450 1082.778 12853659.730 0.253 0.00000001967 0.00020320
3582.090 0.14561 0.14559 0.00662 0.00639 554.606 1098.939 13045505.398 0.253 0.00000001986 0.00020522
Tabel 1.8. Hasil Perhitungan Untuk Laju Alir Gas Tetap dan Laju Alir Liquida Berubah
Bukaan NNH4OH P NH3 W NH3 Fraksimol
Bukaanliquida DAB Q liquida
gas
(putaran) awal produk awal produk awal produk awal produk (cm2/s) (cm3/s)
(derajat)
1 0,0665 0,0310 0,9652 0,9656 2,261 1,054 0,00054343 0,000543162 1861,677754 65,2173913
45 2 0,0665 0,0125 0,9652 0,9640 2,261 0,425 0,00054343 0,000542086 1867,880245 63,82978723
3 0,0665 0,0100 0,9652 0,9636 2,261 0,34 0,00054343 0,000541838 1867,880245 63,82978723
1 0,0665 0,0115 0,9652 0,9668 2,261 0,391 0,00054343 0,00054365 1861,677754 38,46153846
60 2 0,0665 0,0085 0,9652 0,9640 2,261 0,289 0,00054343 0,000542048 1861,677754 37,03703704
3 0,0665 0,0110 0,9652 0,9636 2,261 0,374 0,00054343 0,000541847 1861,677754 37,03703704
1 0,0665 0,0110 0,9652 0,9640 2,261 0,374 0,00054343 0,000542072 1861,677754 31,91489362
75 2 0,0665 0,0130 0,9652 0,9636 2,261 0,442 0,00054343 0,000541866 1861,677754 32,60869565
3 0,0665 0,0125 0,9652 0,9628 2,261 0,425 0,00054343 0,000541412 1861,677754 35,71428571
Q gas L L’ KL’ KL V1 V2 G DCD KG’ KG
(cm3/s) (g/cm2.s) (g/cm2.s) (m/s) (m.g/mL.s) (mL) (mL) (g/cm2) (cm2/s) (kmol/m.s2) (g/cm-3s)
0.00186 0.0000000499
5217.3913 0.0217335 0.021721 0.0018041 807.7958 827.1996 9819686.696 0.21601 0.00000000000484
92 6626
0.00207 0.0000000493
5106.3830 0.0253803 0.025366 0.0020007 790.6086 812.2969 9642777.04 0.21601 0.00000000000478
28 6388
0.00206 0.0000000493
5106.3830 0.0253803 0.025366 0.0019974 790.6086 812.2969 9642777.04 0.21601 0.00000000000478
94 6316
0.00226 0.0000000351
3076.9231 0.0290017 0.028985 0.0021868 476.3924 487.8357 5791097.282 0.21601 0.00000000000340
56 3905
0.00226 0.0000000342
2962.9630 0.0290017 0.028986 0.0021831 458.7482 469.7677 5576612.198 0.21601 0.00000000000332
18 6598
0.00211 0.0000000342
2962.9630 0.0262192 0.026205 0.0020378 458.7482 469.7677 5576612.198 0.21601 0.00000000000332
12 6603
0.00236 0.0000000310
2553.1915 0.0311102 0.031093 0.0022839 395.3043 404.7998 4805378.596 0.21601 0.00000000000300
62 2892
0.00268 0.0000000313
2608.6957 0.0375093 0.037489 0.0025872 403.8979 413.5998 4909843.348 0.21468 0.00000000000303
05 4777
0.00282 0.0000000333
2857.1429 0.0406338 0.040611 0.0027290 442.3643 452.9903 5377447.477 0.21468 0.00000000000322
74 0778
1.8. Grafik
3
y = 0.0635x - 1.3454
2.5 R² = 0.8218
2
H (cm)
1.5
0.5
0
0.000 10.000 20.000 30.000 40.000 50.000 60.000 70.000
Q (ml/s)
Grafik 1.1. Hubungan antara laju alir Q (mL/s) dan H (cm) pada kalibrasi laju
alir liquida
2.5
y = 0.0003x + 0.3218
2 R² = 0.8869
1.5
H (cm)
0.5
0
0.00 2000.00 4000.00 6000.00
Q (ml/s)
Grafik 1.2. Hubungan antara laju alir Q (mL/s) dan H (cm) pada kalibrasi laju alir
gas
0.6
0.5
0.4
H (cm)
0.3
0.2
0.1
0
2000 2500 3000 3500 4000
Q (cm3/s)
Grafik 1.3. Hubungan antara laju alir Q (Cm3/s) gas dan H (Cm) liquida
untuk laju alir liquida tetap dan laju alir gas berubah
1.4
1.2
1
H (cm)
0.8
0.6
0.4
2500 3000 3500 4000 4500 5000 5500
3
Q (cm /s)
Grafik 1.4. Hubungan antara laju alir Q (cm3/s) gas dan H (cm) liquida untuk laju
alir gas tetap dan laju alir liquida berubah
3.000
2.700
2.400
H (cm)
bukaan 45
2.100
bukaan 60
1.800 bukaan 75
1.500
25.000 40.000 55.000 70.000
3
Q (cm /s)
Grafik 1.5. Hubungan antara laju alir Q (cm3/s) liquida dan H (cm) gas untuk laju
alir liquida tetap dan laju alir gas berubah
2.700
2.400
H (cm)
2.100
1.800
1.500
0 20 40 60 80
Q (cm3/s)
Grafik 1.6. Hubungan antara laju alir Q (cm3/s) liquida dan H (cm) gas untuk laju
alir gas tetap dan laju alir liquida berubah
0.00700
0.00650
KL (m.g/mL.s)
0.00600
0.00550
0.00500
0.00450
0.00400
0 1000 2000 3000 4000
Q (cm3/s)
Grafik 1.7. Hubungan antara laju alir Q (cm3/s) gas dan KL (m.g/mL.s) untuk laju
alir liquida tetap dan laju alir gas berubah
0.0050000
0.0040000
KL (m.g/mL.s)
0.0030000
0.0020000
0.0010000
25300 25400 25500 25600 25700
3
Q (cm /s)
Grafik 1.8. Hubungan antara laju alir Q (cm3/s) gas dan KL (m.g/mL.s) untuk
laju alir gas tetap dan laju alir liquida berubah
0.00800
0.00700
KL (m.g/mL.s)
0.00600
0.00500
0.00400
0 10 20 30 40 50
3
Q (cm /s)
Grafik 1.9. Hubungan antara laju alir Q (cm3/s) liquida dan KL (m.g/mL.s) untuk
laju alir liquida tetap dan laju alir gas berubah
0.004000
KL (m.g/mL.s)
0.003000
0.002000
0.001000
0 10 20 30 40 50 60 70
Q (cm3/s)
Grafik 1.10. Hubungan antara laju alir Q (cm3/s) liquida dan KL (m.g/mL.s)
untuk laju alir gas tetap dan laju alir liquida berubah
1.9. Pembahasan
Dari percobaan didapatkan hasil:
1. Hubungan antara Q dengan H pada kalibrasi liquida dan gas
Secara teori hubungan antara Q dan H adalah berbanding lurus, dimana
semakin besar nilai H maka semakin besar pula nilai Q. Pada percobaan untuk
kalibrasi liquida dengan bukaan valve liquida 1 putaran didapatkan nilai H
sebesar 1,2 cm dan Q sebesar 44,78 sedangkan pada bukaan valve liquida 2
putaran didapatan nilai H sebesar 1,9 dan Q sebesar 51,72. Dari hasil yang
didapatkan terbukti bahwa hasil percobaan sesuai dengan teori. Hal ini dapat
dilihat pada grafik 1.1. Untuk kalibrasi gas laju alir gas juga sudah sesuai
dengan teori dimana semakin besar nilai H maka semakin besar pula nilai Q.
Pada percobaan untuk kalibrasi gas dengan bukaan valve gas sebesar 45°
didapatkan nilai H sebesar 1,3 dan Q sebesar 3680,36 dan pada bukaan valve
gas sebesar 60° didapatkan nilai H sebesar 1,5 dan Q sebesar 4109,73. Dari
hasil yang didapatkan terbukti bahwa hasil percobaan sesuai dengan teori. Hal
ini dapat dilihat pada grafik 1.2.
2. Hubungan antara Q dengan H pada fase gas
Secara teori hubungan antara Q dan H adalah berbanding lurus, dimana
semakin besar nilai Q maka semakin besar pula nilai H. Pada laju alir liquida
tetap dan gas berubah didapatkan hasil yang sesuai dengan teori yang dapat
dilihat pada grafik 1.3. Dengan data pada bukaan 45o putaran 1 didapatkan Q
sebesar 2326,26 cm3/s dan H sebesar 0,5 cm. Dan pada bukaan 45 o putaran 3
didapatkan Q sebesar 3626,23 cm3/s dan H sebesar 0,3 cm.
Sedangkan pada percobaan laju alir gas tetap dan liquida berubah didapatkan
grafik hubungan antara H dan Q tidak sesuai dengan teori yakni didapatkan
hasil yang berbanding terbalik seperti terlihat pada grafik 1.4.
Dengan data pada bukaan 45o putaran 1 didapatkan Q sebesar 5360,52 cm3/s
dan H sebesar 0,5 cm. Dan pada bukaan 45o putaran 3 didapatkan Q sebesar
2680,26 cm3/s dan H sebesar 0,6 cm.
Penyebab dari ketidaksesuaian hasil yang didapatkan bisa dari kurangnya
efisiensi alat dan kesalahan pengamatan manometer saat dilakukan percobaan
selain itu juga bisa disebabkan pada saat pembukaan valve kompresor yang di
gunakan sebagai keluarnya gas dari kompresor tidak stabil.
3. Hubungan antara Q dengan H pada fase liquida
Secara teori hubungan antara Q dan H adalah berbanding lurus, dimana
semakin besar nilai Q maka semakin besar pula nilai H. Pada percobaan laju
alir liquid tetap dan gas berubah pada didapatkan grafik hubungan antara H
sebesar 1,7 dan Q sebesar 28,30 yang tidak sesuai dengan teori yakni
didapatkan hasil yang berbanding terbalik seperti terlihat pada grafik 1.5.
Sedangkan pada percobaan laju ailr gas tetap dan laju alir liquida berubah
didapatkan grafik hubungan antara H sebesar 1,8 dan Q sebesar 5360,52 tidak
sesuai dengan teori yakni didapatkan hasil yang berbanding terbalik seperti
terlihat pada grafik 1.6.
Penyebab dari ketidaksesuaian hasil yang didapatkan bisa dari kurangnya
efisiensi alat dan kesalahan pengamatan manometer saat dilakukan percobaan.
4. Hubungan antara Q dengan KL pada fase gas
Secara teori hubungan antara Q gas dan KL pada fase cair adalah berbanding
lurus. Pada percobaan laju alir liquida tetap dan laju alir gas berubah
didapatkan hasil yang sesuai dengan teori, hal ini dapat dilihat pada grafik 1.7.
Dengan data pada bukaan 45o putaran 1 didapatkan Q sebesar 2326,26 cm3/s
dan KL sebesar 20432,86 m.g/mL.s. Dan pada bukaan 45o putaran 3
didapatkan Q sebesar 3522,63 cm3/s dan KL sebesar 20963,62 m.g/mL.s.
Dan pada laju alir gas tetap dan laju alir liquida berubah juga didapatkan hasil
yang sesuai dengan teori, hal ini dapat dilihat pada grafik 1.8. Dengan data
pada bukaan 45o putaran 1 didapatkan Q sebesar 5360,52 cm3/s dan KL sebesar
213102,09 g/cm3.s. Dan pada bukaan 45o putaran 3 didapatkan Q sebesar
2623,23 cm3/s dan KL sebesar 132334,89 m.g/mL.s
5. Hubungan antara Q dengan KL pada fase liquida
Secara teori hubungan antara Q gas dan KL pada fase cair adalah berbanding
lurus. Pada percobaan laju alir liquida tetap dan laju alir gas berubah
didapatkan hasil yang sesuai dengan teori, hal ini dapat dilihat pada grafik 1.9.
Dengan data pada bukaan 45o putaran 1 didapatkan Q 28,30dan KL sebesar
20432,86 m.g/mL.s. Dan pada bukaan 45o putaran 3 didapatkan Q sebesar
42,86 cm3/s dan KL sebesar 20963,62 m.g/mL.s
Dan pada laju alir gas tetap dan laju alir liquida berubah juga didapatkan hasil
yang sesuai dengan teori, hal ini dapat dilihat pada grafik 1.10. Dengan data
pada bukaan 45o putaran 1 didapatkan Q sebesar 65,22 cm3/s dan KL sebesar
213102,09 g/cm3.s. Dan pada bukaan 45o putaran 3 didapatkan Q sebesar 31,91
cm3/s dan KL sebesar 132334.89 g/cm3.s.
1.10. Kesimpulan
Dari hasil percobaan dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Hubungan antara laju alir liquid (QL) dengan koefisien perpindahan massa (KL
dan KG) adalah berbanding lurus. Dimana semakin besar nilai dari laju alir
liquid (QL) maka semakin besar pula nilai dari koefisien perpindahan massa
liquid (KL), tetapi terjadi penyimpangan pada hasil percobaan kami yang di
sebabkan oleh beberapa faktor faktor, salah satunya yaitu perhitungan waktu
pada saat liquida produk keluar yang kurang akurat dan kurangnya ketelitian
pada saat pengamatan di manomater
2. Hubungan antara laju alir gas (QG) dengan koefisien perpindahan massa gas
(KG) adalah berbanding lurus. Dimana semakin besar nilai dari laju alir gas
(QG) maka semakin besar pula nilai dari koefisien perpindahan massa gas
(KG), tetapi terjadi penyimpangan pada hasil percobaan kami yang di sebabkan
oleh beberapa faktor, salah satunya yaitu pembukaan valve gas yang keluar
dari kompresor tidak stabil dan kurangnya ketelitian pada saat pengamatan di
manomater
DAFTAR PUSTAKA
Min-Hao Yuan, 2016. Removal of ammonia from wastewater by air stripping process in
laboratory and pilot scales using a rotating packed bed at ambient temperature.
National Taiwan University, Taipei. Taiwan.
Bianxia, 2014 .Air atripping process for ammonia recovery from source-separated
urine: modeling and optimization. . Society of chemical industry.