Pasien mengalami anemia, leukopenia, peningkatan netrofil segmen dan limfositopenia yang mengindikasikan adanya infeksi atau peradangan. Tes laboratorium menunjukkan peningkatan nilai LED, CRP, dan hasil reaktif untuk HIV serta positif untuk HCV yang membutuhkan konfirmasi lebih lanjut.
Original Description:
patfis lab
Original Title
Patofisiologi Kelainan Laboratorium Kasus 1.PK.novia
Pasien mengalami anemia, leukopenia, peningkatan netrofil segmen dan limfositopenia yang mengindikasikan adanya infeksi atau peradangan. Tes laboratorium menunjukkan peningkatan nilai LED, CRP, dan hasil reaktif untuk HIV serta positif untuk HCV yang membutuhkan konfirmasi lebih lanjut.
Pasien mengalami anemia, leukopenia, peningkatan netrofil segmen dan limfositopenia yang mengindikasikan adanya infeksi atau peradangan. Tes laboratorium menunjukkan peningkatan nilai LED, CRP, dan hasil reaktif untuk HIV serta positif untuk HCV yang membutuhkan konfirmasi lebih lanjut.
Kadar hemoglobin (Hb) yang lebih rendah dari nilai normal disebut sebagai anemia, yang memberikan gejala: kelelahan, kelemahan, nafas pendek saat berolahraga, berdebar- debar. Beberapa penyebab anemia: Kekurangan zat nutrisi terutama zat besi dan vitamin Mengkonsumsi obat tertentu atau racun, penyakit kanker Kehilangan darah akibat kecelakaan lalu lintas, tindakan operasi Gangguan produksi sel-sel darah merah karena penyakit tertentu seperti leukemia Adanya penyakit yang menahun seperti: kanker, gagal ginjal, penyakit hati, rheumatoid arthritis 2. Leukosit menurun Leukosit atau dalam istilah umum lebih dikenal dengan sebutan sel darah putih merupakan komponen darah yang memiliki peran penting bagi system kekebalan tubuh. System kekebalan atau imunitas dapat melindungi tubuh dari sejumlah infeksi dan penyakit yang menyerang tubuh melalui pembentukan antibody yang dihasilkan oleh leukosit atau sel darah putih. Beberapa penyebab leukosit rendah: Adanya gangguang pada system kekebalan tubuh yang diketahui memiliki potensi menghancurkan sumsum tulang dan menghambat produksi sel darah putih Adanya reaksi alergi yang berat terhadap antigen yang masuk ke dalam tubuh Adanya kondisi medis tertentu seperti hipertiroid yang menyebabkan terjadinya gangguan metabolism pada tubuh Adanya gangguan pada organ hati atau limpa, yang dapat menyebabkan hipersplenisme sehingga sel-sel darah menjadi lebih banyak yang dihancurkan Akibat kekurangan vitamin dan mineral Adanya penyakit inflamasi seperti rheumatoid arthritis dan penyakit lupus Adanya infeksi virus HIV/AIDS yang menurunkan kekebalan tubuh dengan cara merusak sel darah putih Factor penyebab lainnya termasuk tindakan kemoterapi, terapi radiasi, dan yang menyebabkan kematian sel darah putih dan kerusakan jaringan. 3. Hitung jenis Neutrofil segmen meningkat Peningkatan jumlah netrofil (baik batang maupun segmen) relatif dibanding limfosit dan monosit dikenal juga dengan sebutan shift to the left. Infeksi yang disertai shift to the left biasanya merupakan infeksi bakteri dan malaria. Kondisi noninfeksi yang dapat menyebabkan shift to the left antara lain asma dan penyakit-penyakit alergi lainnya, luka bakar, anemia perniciosa, keracunan merkuri (raksa), dan polisitemia vera. 4. Hitung jenis Limfosit menurun Limfositopenia adalah suatu kelainan di mana jumlah sel limfosit rendah. Limfosit merupakan salah satu sel darah putih, sel ini diproduksi di sumsum tulang dan berfungsi untunk membantu melawan infeksi. Faktor penyebab sel limfosit menurun: Tubuh tidak memproduksi sel limfosit dalam jumlah yang cukup Tubuh memproduksi dalam jumlah cukup namun sel mudah hancur Sel limfosit terperangkap di organ limpa atau kelenjar getah bening (KGB) Gabungan dari beberapa factor di atas 5. LED meningkat Meningkatnya LED menandakan adanya infeksi atau inflamasi, penyakit imunologis, gangguan nyeri, anemia hemolitik, dan penyakit keganasan. Jika menderita infeksi kronis atau kasus-kasus dimana peradangan menjadi kambuh, misalnya TBC atau rematik. Adanya tumor, keracunan logam, radang ginjal maupun liver juga kadang memberikan nilai yang tinggi untuk LED. 6. CRP meningkat Jumlah CRP akan meningkat tajam beberapa saat setelah terjadinya inflamasi dan selama proses inflamasi sistemik berlangsung. Sehingga pemeriksaan CRP kuantitatif dapat dijadikan petanda untuk mendeteksi adanya inflamasi/infeksi akut. 7. Anti HIV reaktif Hasil dari pemeriksaan antibody dinyatakan “reaktif” dan belum dikatakan “positif” jika belum melalui uji konfirmasi. Pada hakikatnya diagnosis HIV tidak hanya berdasarkan hasil laboratorium atau hasil tes penyaring semata melainkan harus dibarengi dengan evaluasi klinis atau kondisi kesehatan pasien. Jika kondisi pasien termasuk dalam resiko terkena HIV menunjukkan gejala dan tanda-tanda penurunan system kekebalan tubuh yang nyata, maka hasil tes penyaring yang reaktif cukup untuk menyimpulkan bahwa ia terinfeksi HIV. Namun apabila hasil tes penyaring reaktif tetapi ia tidak disertai tanda dan gejala yang mengarah ke penurunan system imun, maka masih memerlukan ter konfirmasi menggunakan metode Western Bolt. 8. Anti HCV positif HCV RNA dapat dideteksi dan diukur dengan teknik amplifikasi termasuk reverse transcription polymerase chain reaction (RT-PCR). Genotip HCV dapat dinilai dengan analisis phylogenetic dan rantai nukleotida atau deteksi mutasi poin spesifik subtype pada RT-PCR amplifikasi RNA. HCV RNA dideteksi dalam waktu 2 minggu infeksi dan juga digunakan untuk konfirmasi terjadinya infeksi akut.