You are on page 1of 11

MAKALAH “ADDDNEXITIS ”

DISUSUN GUNA MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH KESPRO DAN


PELAYANAN KB
Dosen pengampu : Ani Hartanti, S.ST., M.Kes

Disusun Oleh Kelompok 2 :


1. Atik Rahayu (12O16007)
2. Bekti diah lestari (12016006)
3. Dewi rosida (12O16013)
4. Novilia nur aini putri (12O16014)
5. Siti nur hasanah (12O16016)
6. Wahyu fitri indriani (12O16018)
7. Noviani (12O16019)
8. Lisa novita (12O16021)
9. Fina yuliana (12O16022)
10. Ana setyanigrum (12O16024)
11. Nani rusmiati (12O16033)
12. Nova purnamasari (12O16039)
13. Yulis ambarwati (12O16030)

PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN SEMESTER IV


STIKES ESTU UTOMO BOYOLALI

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat serta
hidayah-Nya kepada kami sehingga makalah yang berjudul “Makalah Adnexitis”dapat
diselesaikan dengan baik.Makalah ini disusun untuk memberikan pengetahuan dan informasi
kepada pembaca tentang materi ini.

kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu
kami menerima kritik dan saran yang membangun. Harapan kami semoga makalah ini
dapat dimanfaatkan sebagaimana mestinya dan berguna bagi pembaca.

Akhirnya kami mengucapkan banyak terima kasih dan mudah-mudahan semua pihak
yang membantu penulisan makalah ini mendapat pahala yang setimpal dari Allah.

Boyolali, 2018

Penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................... 2


BAB I ......................................................................................................................................... 4
PENDAHULUAN ..................................................................................................................... 4
1.1 Latar Belakang ............................................................................................................ 4
1.2 Rumusan Masalah ....................................................................................................... 5
1.3 Tujuan ............................................................................................................................. 5
BAB II........................................................................................................................................ 6
PEMBAHASAN ........................................................................................................................ 6
2.1 Definisi ............................................................................................................................. 6
2.2 Etiologi ............................................................................................................................. 6
2.3 Patofisiologi ..................................................................................................................... 6
2.4 Gambaran Klinis .............................................................................................................. 7
2.5 Jenis Adnekitis ................................................................................................................ 7
2.6 Gejala Adnexitis.............................................................................................................. 8
2.8 Pemeriksaan Penunjang .................................................................................................. 8
2.9 Penatalaksanaan .............................................................................................................. 9
BAB III ...................................................................................................................................... 9
PENUTUP................................................................................................................................ 10
Kesimpulan dan saran ........................................................................................................ 10
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. 11

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Aktivitas seksual merupakan kebutuhan biologis setiap manusia untuk mendapatkan


keturunan.Namun, masalah seksual dalam kehidupan rumah tangga seringkali mengalami
hambatan atau gangguan karena salah satu pihak (suami atau isteri) atau bahkan keduanya,
mengalami gangguan seksual. Jika tidak segera diobati, masalah tersebut dapat saja
menyebabkan terjadinya keretakan dalam rumah tangga. Oleh karena itu, alangkah baiknya
apabila kita dapat mengenal organ reproduksi dengan baik sehingga kita dapat melakukan
deteksi dini apabila terdapat gangguan pada organ reproduksi.
Menurut (Winkjosastro,Hanifa.Hal.396,2007) prevalensi adneksitis di Indonesia sebesar
1 : 1000 wanita dan rata-rata terjadi pada wanita yang sudah pernah melakukan hubungan
seksual. Adneksitis bila tidak ditangani dengan baik akan menyebar keorgan lain disekitarnya
seperti misalnya ruptur piosalping atau abses ovarium, dan terjadinya gejala-gejala ileus
karena perlekatan, serta terjadinya appendisitis akuta dan salpingo ooforitis akuta. Maka dari
itu sangat diperlukan peran tenaga kesehatan dalam membantu perawatan klien adneksitis
dengan baik agar radangnya tidak menyebar ke organ lain dan para tenaga kesehatan dapat
memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif.
Salah satu tenaga kesehatan yang dapat memberikan asuhan secara komprehensif yaitu
bidan melalui asuhan kebidanan yang sudah dimilikinya.Beberapa peran bidan diantaranya
yaitu peran bidan sebagai pengelola dimana bidan memiliki beberapa tugas salah satunya
tugas kolaborasi. Didalam kolaborasi ini bidan harus menerapkan manajemen kebidanan pada
setiap asuhan kebidanan sesuai fungsi kolaborasi dengan melibatkan klien dan keluarga serta
memberikan asuhan kebidanan secara komprehensif dan pertolongan pertama pada
kegawatdaruratan yang memerlukan tindakan kolaborasi dengan tim medis lain.
(Soepardan,Suryani.Hal 38.2008). Oleh karena itu pada kesempatan kali ini kami akan
membahas secara lebih dalam tentang adneksitis dan penatalaksanaannya dengan konsep
asuhan kebidanan.

4
1.2 Rumusan Masalah
Dari uraian diatas dapat di rumuskan masalah sebagai berikut :
1. Apa definisi adneksitis?
2. Bagaimana penyebab terjadinya adneksitis?
3. Bagaimana gejala jika seorang wanita mengalami adneksitis?
4. Bagaimana penatalaksanaan jika wanita menderita adneksitis?

1.3 Tujuan
1. Mahasiswa dapat memahami definisi adneksitis
2. Mahasiswa dapat mengetahui penyebab terjadinya adneksitis
3. Mahasiswa dapat mengetahui tanda dan gejala jika seorang wanita mengalami
adneksitis
4. Mahasiswa mengetahui mengenai penatalaksanaan jika seorang wanita menderita
adneksitis

5
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi
Adnexitis adalah suatu radang pada tuba fallopi dan radang ovarium yang biasanya
terjadi bersamaan.Radang ini kebanyakan akibat infeksi yang menjalar keatas dari uterus,
walaupun infeksi ini bisa datang dari tempat ekstra vaginal lewat jalan darah atau menjalar
dari jaringan sekitarnya.
Adnexitis adalah infeksi atau radang pada adnexa rahim.Adnexa adalah jaringan yang
berada di sekitar rahim, termasuk tuba fallopi dan ovarium. Istilah lain dari adnexitis antara
lain: pelvic inflammatory disease, salpingitis, parametritis, salpingo-oophoritis.

2.2 Etiologi
Sebab yang paling banyak terdapat adalah infeksi gonorroe dan infeksi puerperal dan
postpartum.Kira-kira 10% infeksi disebabkan oleh tuberculosis.Selanjutnya bisa timbul
radang adnexa sebagai akibat tindakan kerokan, laparotomi, pemasangan IUD serta perluasan
radang dari alat yang letaknya tidak jauh seperti appendiks.
Pada wanita rongga perut langsung berhubungan dengan dunia luar dengan perantara
traktus genetalia. Radang atau infeksi rongga perut disebabkan oleh :
1. Sifat bactericide dari vagina yang mempunyai pH rendah.
2. Lendir yang kental dan liat pada canalis servicalis yang menghalangi naiknya kuman-
kuman.
Adapun bakteri yang biasanya menyebabkan terjadinya penyakit ini adalah Baktery
Gonorrhea dan Bakteri Chalmydia.

2.3 Patofisiologi
Radang tuba fallopii dan radang ovarium biasanya terjadi bersamaan.Radang itu
kebanyakan akibat infeksi yang menjalar ke atas dari uterus, walaupun infeksi ini juga bisa
datang dari tempat ekstra vaginal lewat jalan darah, atau menjalar dari jaringan – jaringan
sekitarnya.
Pada salpingo ooforitis akuta gonorea ke tuba dari uterus melalui mukosa.Pada
endosalping tampak edema serta hiperemi dan infiltrasi leukosit, pada infeksi yang ringan
epitel masih utuh, tetapi pada infeksi yang lebih berat kelihatan degenarasi epitel yang
kemudian menghilang pada daerah yang agak luas dan ikut juga terlihat lapisan otot dan
serosa.Dalam hal yang akhir ini dijumpai eksudat purulen yang dapat keluar melalui ostium
tuba abdominalis dan menyebabkan peradangan di sekitarnya.
Infeksi ini menjalar dari serviks uteri atau kavum uteri dengan jalan darah atau limfe ke
parametrium terus ke tuba dan dapat pula ke peritonium pelvik.Disini timbul salpingitis

6
interstialis akuta, mesosalping dan dinding tuba menebal menunjukkan infiltrasi leukosit,
tetapi mukosa seringkali normal. (Sarwono.Winkjosastro, Hanifa Hal 287. 2007).

2.4 Gambaran Klinis


Gambaran klinik adnexitis akut ialah demam, leukositosis dan rasa nyeri disebelah
kanan atau kiri uterus, penyakit tersebut tidak jarang dijumpai terdapat pada kedua adneksa,
setelah lewat beberapa hari dijumpai pula tumor dengan batas yang tidak jelas dan nyeri
tekan.Pada pemeriksaan air kencing biasanya menunjukkan sel-sel radang pada pielitis. Pada
torsi adneksa timbul rasa nyeri mendadak dan apabila defence musculaire tidak terlalu keras,
dapat diraba nyeri tekan dengan batas nyeri tekan yang nyata.(Sarwono. Winkjosastro,
Hanifa. Hal 288.2007).

2.5 Jenis Adnekitis


Penyakit adnek2itis atau salpingo ooporitis terbagi atas :
1. Salpingo ooporitis akuta
Salpingo ooporitis akuta yang disebabkan oleh gonorroe sampai ke tuba dari uterus
sampai ke mukosa. Pada gonoroe ada kecenderungan perlekatan fimbria pada ostium tuba
abdominalis yang menyebabkan penutupan ostium itu. Nanah yang terkumpul dalam tuba
menyebabkan terjadi piosalping. Pada salpingitis gonoroika ada kecenderungan bahwa
gonokokus menghilang dalam waktu yang singkat, biasanya 10 hari sehingga pembiakan
negative. Salpingitis akut banyak ditemukan pada infeksi puerperal atau pada abortus septic
ada juga disebabkan oleh berbagai tierti kerokan. Infeksi dapat disebabkan oleh bermacam
kuman seperti streptokokus ( aerobic dan anaaerobic ), stafilokokus, e. choli, clostridium
wechii, dan lain-lain. Infeksi ini menjalar dari servik uteri atau kavum uteri dengan jalan
darah atau limfe ke parametrium terus ke tuba dan dapat pula ke peritoneum pelvic. Disini
timbul salpingitis interstitial akuta ; mesosalping dan dinding tuba menebal dan menunjukkan
infiltrasi leukosit, tetapi mukosa sering kali normal. Hal ini merupakan perbedaan yang nyata
dengan salpingitis gonoroika, dimana radang terutama terdapat pada mukosa dengan sering
terjadi penyumbatan lumen tuba.( Sarwono. Winkjosastro, Hanifa.Hal 287.2007).
2. Salpingo ooporitis kronika
Dapat dibedakan pembagian antara:
a) Hidrosalping
Pada hidrosalping terdapat penutupan ostium tuba abdominalis. Sebagian dari epitel
mukosa tuba masih berfungsi dan mengeluarkan cairan akibat retensi cairan tersebut dalam
tuba. Hidrosalping sering kali ditemukan bilateral, berbentuk seperti pipa tembakau dan dapat
menjadi sebesar jeruk keprok. Hidrosalping dapat berupa hidrosalping simpleks dan
hidrosalping follikularis.Pada hidrosalping simpleks terdapat satu ruangan berdinding tipis,
sedang hidrosalping follikularis terbagi dalam ruangan kecil.
b) Piosalping
Piosalping dalam stadium menahun merupakan kantong dengan dinding tebal yang
berisi nanah. Pada piosalping biasanya terdapat perlekatan dengan jaringan disekitarnya.Pada
salpingitis interstialis kronika dinding tuba menebal dan tampak fibrosis dan dapat pula
ditemukan pengumpulan nanah sedikit di tengah – tengah jaringan otot.

7
c) Salpingitis interstisialis kronika
Pada salpingitis interstialis kronika dinding tuba menebal dan tampak fibrosis dan dapat
pula ditemukan pengumpulan nanah sedikit ditengah-tengah jaringan otot. Terdapat pula
perlekatan dengan-dengan jaringan-jaringan disekitarnya, seperti ovarium, uterus, dan usus.
d) Kista tubo ovarial, abses tubo ovarial.
Pada kista tubo ovarial, hidrosalping bersatu dengan kista folikel ovarium, sedang pada
abses tubo ovarial piosalping bersatu dengan abses ovarium.Abses ovarium yang jarang
terdapat sendiri,dari stadium akut dapat memasuki stadium menahun.
e) Salpingitis tuberkulosa
Salpingitis tuberkulosa merupakan bagian penting dari tuberkulosis
genetalis.(Sarwono.Winkjosastro, Hanifa.Hal 289,2007).

2.6 Gejala Adnexitis


a) Kram atau nyeri perut bagian bawah yang tidak berhubungan dengan haid(bukan
pre menstrual syndrome)
b) Keluar cairan kental berwarna kekuningan dari vagina
c) Nyeri saat berhubungan intim
d) Demam
e) Nyeri punggung
f) Leukosit tinggi
g) Setelah beberapa hari dijumpai tumor dengna batas yang tidak jelas dan nyeri tekan
2.7 Komplikasi
Pembedahan pada salpingo-ooforitis akuta perlu dilakukan apabila:
a) Jika terjadi ruptur atau abses ovarium
b) Jika terjadi gejala-gejala ileus karena perlekatan
c) Jika terjadi kesukaran untuk membedakan antara apendiksitis akuta dan adneksitis
akuta.
Gejala; nyeri kencing, rasa tidak enak di bawah perut, demam, ada lendir/bercak
keputihan di celana dalam yang terasa panas, infeksi yang mengenai organ-organ dalam
panggul/ reproduksi.Penyebab infeksi lanjutan dari saluran kencing dan daerah vagina.Selain
itu komplikasi yang terjadi dapat berupa appendisitis akuta, pielitis akuta, torsi adneksa dan
kehamilan ektopik yang terganggu. Biasanya lokasi nyeri tekan pada appendisitis akuta (pada
titik Mac Burney) lebih tinggi daripada adneksitis akuta, akan tetapi apabila proses agak
meluas perbedaan menjadi kurang jelas (Sarwono.Winkjosastro,Hanifa.Hal 288.2007).

2.8 Pemeriksaan Penunjang


 USG
 UKG
 Kuldoskopi dan laparoskopi tidak berarti keculi bilamana pemeriksaan tersebut
tidak dilakukan pemeriksaan biopsi.

8
2.9 Penatalaksanaan
Penanganan utama yang dianjurkan adalah TAH + BSO + OM + APP (Total Abdominal
Hysterectomy + Bilateral Salpingo-Oophorectomy + Omentectomy + Appendectomy). Dapat
dipertimbangkan (optional) instilasi phosphor-32 radioaktif atau khemoterapi profikalis. Sayatan dinding
perut harus longitidunal di linea mediana, cukup panjang untuk memungkinkan mengadakan eksplorasi
secara gentle (lembut) seluruh rongga perut dan panggul, khususnya di daerah subdifragmatika dan
mengirimkan sampel cucian rongga perut untuk pemeriksaan sitologi eksfoliatif. Bila perlu dapat
dilakukan biopsy pada jaringan yang dicurigai.Radioaterapi akhir-akhir ini tidak mendapat tempat dalam
penanganan tumor ganas tuba dan ovarium karena sifat biologic tumor dan menyebar melalui selaput perut
(surface spreader). Radiasi ini akan merusak alat-alat vital dalam rongga perut, khususnya usus-usus, hati
dan ginjal. Dengan shielding (perlindungan) alat vital tersebut, akan menyebabkan kurangnya dosis radiasi.
Radioterapi hanya dikerjakan pada tumor bed dan pada jenis histologik keganasan tertentu seperti
disgerminoma.
Penyakit ini dapat diterapi dengan pemberian antibiotika.Tergantung dari derajat
penyakitnya, biasanya diberikan suntikan antibiotik kemudian diikuti dengan pemberian obat
oral selama 10-14 hari. Beberapa kasus memerlukan operasi untuk menghilangkan organ
sumber infeksi, ini dilakukan jika terapi secara konvensional(pemberian antibiotik) tidak
berhasil. Jika terinfeksi penyakit ini melalui hubunganseksual, maka pasangannya juga harus
mendapat terapi pengobatan, sehingga tidak terinfeksi terus menerus. Operasi radikal (
histerektomi dan salpingo ooforektomi bilateral ) pada wanita yang sudah hampir menopause.
Pada wanita yang lebih muda hanya adnexia dengan kelainan yang nyata yang diangkat.

9
BAB III

PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Adneksitis atau Salpingo-ooforitis adalah radang pada tuba falopi dan radang ovarium
yang terjadi secara bersamaan, biasa terjadi karena infeksi yang menjalar ke atas sampai
uterus, atau akibat tindakan post kuretase maupun post pemasangan alat kontrasepsi (IUD).
Salah satu tenaga kesehatan yang dapat memberikan asuhan secara komprehensif yaitu
bidan melalui asuhan kebidanan yang sudah dimilikinya.Beberapa peran bidan diantaranya
yaitu peran bidan sebagai pengelola dimana bidan memiliki beberapa tugas salah satunya
tugas kolaborasi. Didalam kolaborasi ini bidan harus menerapkan manajemen kebidanan pada
setiap asuhan kebidanan sesuai fungsi kolaborasi dengan melibatkan klien dan keluarga serta
memberikan asuhan kebidanan secara komprehensif dan pertolongan pertama pada
kegawatdaruratan yang memerlukan tindakan kolaborasi dengan tim medis lain.

3.2 Saran
Dalam penulisan makalah ini penulis berharap agar pembaca dapat memahami
adnexitis serta dapat memahami penatalaksanaan yang diberikan sehingga mampu
mendeteksi terjadinya adnexia.

10
DAFTAR PUSTAKA

Manuaba. 1998. Ilmu Kebidanan. Penyakit Kandungan Dan Keluarga Berencana


Untuk Pendidikan Bidan. Jakarta: EGC
Prawirohardjo. 2005. Ilmu Kandungan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka
Sastrawinata, sulaiman. 1981. Ginekologi. Bandung : Elstar offset
Sarwono,Winkjosastro, Hanifa. 2007. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo
Marmi, dkk. 2011. Asuhan Kebidanan Patologi. Yogyakarta : Pustaka Pelajar
http://ilmu-pasti-pengungkap-kebenaran.blogspot.com/2011/12/servisitis-dan-
adnexitis.html#ixzz1tmFEtU60 (Di unduh pada tanggal 03 April 2012, pukul 09.30)
http://leephonkhikmah.blogspot.com/2012/04/makalah-adnexitis.html (Di unduh pada tanggal 03 April
2012, pukul 10.00)

11

You might also like