You are on page 1of 17

BAB II

MIXING APARATUS

2.1. Tujuan Percobaan


- Mengetahui pengaruh jenis pengaduk dan baffle terhadap angka Frounde pada
air dan minyak kelapa.
- Mengetahui pengaruh jenis pengaduk dan baffle terhadap faktor pencampuran
NaOH dengan air.
- Mengetahui hubungan antara daya (P) dengan angka Reynold (NRe) pada air dan
minyak kelapa.
- Mengetahui pengaruh jenis liquida dan jenis pengaduk terhadap angka Reynold
(NRe).
2.2. Tinjauan Pustaka
Pencampuran adalah suatu proses untuk membaurkan bahan-bahan. Proses
pengadukan mayoritas dilakukan pada alat mixing yang mana merupakan contoh salah
satu alat pencampuran dalam sistem emulsi sehingga menghasilkan suatu dispersi yang
sama dan homogen. Proses pencampuran diperlukan gaya mekanik agar proses
pencampuran dapat berlangsung dengan baik. (Priyati, 2016).
Proses pencampuran (homogenisasi) banyak dilakukan dan dibutuhkan dalam
industri pangan, kosmetik, farmasi, dan lain lain. Pengadukan atau agitasi adalah suatu
proses yang menunjukkan gerakan yang terinduksi pada suatu bahan atau campuran
dimana proses agitasi akan membentuk pola sirkulasi.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pencampuran antara lain adalah suhu, waktu
pengadukan, dan kecepatan pengadukan. Peningkatan kecepatan dan lama waktu
pengadukan berperan dalam pembentukan emulsi dan tingkat kestabilan emulsi. Semakin
lama waktu pengadukan dan meningkatnya kecepatan pengadukan dapat menurunkan
viskositas dari emulsi tersebut, dan dapat memperlama waktu pemisahaan dari emulsi
miyak dalam air. Pengadukkan dapat memperluas bidang kontak dengan meningkatnya
kecepatan pengadukan sehingga meningkatkan homogenitas dari suatu campuran.
Kecepatan pengadukan akan memperkecil viskositas dari emulsi yang terbentuk.
Pengadukan memiliki kemampuan untuk menurunkan tegangan antar muka akan
memperluas permukaan globul dan dapat menaikkan temperatur (Sari, 2015).
Beberapa tujuan pengadukan pada cairan antara lain:
- Mencampurkan dua cairan yang dapat dicampurkan, seperti etil alkohol dan air
- Melarutkan suatu padatan dalam suatu cairan
- Mendispersi gas dalam cairan seperti gelembung halus. Contohnya seperti oksigen dari
udara dalam suspensi mikroorganisme untuk fermentasi
- Mensuspensi partikel padat halus dalam cairan, seperti dalam proses hidrogenasi
katalitik dalam cairan yang mana partikel padat dan gelembung hidrogen tersebar pada
zat cair
- Mengagitasi suatu cairan untuk meningkatkan perpindahan panas antara zat cair dan
kumparan pada jaket dinding vassel (Geankoplis, 1997).
Baffel atau penyekat pada tangki pengaduk berfungsi sebagai pemecah vorteks atau
pusaran air akibat proses pengadukan. Baffel yang digunakan biasanya berjumlah dua,
tiga, empat yang dipasang di dinding secara tegak lurus. Dengan adanya baffel ini putaran
air yang disebabkan oleh pergerakan impeler akan menabrak sisi baffel dan pecah
sehingga menimbulkan pergolakan atau turbulensi (Purwanto, 2008).
Secara umum, fluida dibedakan menjadi dua yaitu ada fluida ideal dan fluida sejati.
Fluida ideal memiliki sifat tidak kompresibel yang artinya volume pada fluida ini tidak
dapat dimampatkan. Pada fluida ideal yang bergerak fluida ini tidak mengalami gesekan
dan alirannya bersifat stasioner yang artinya partikel pada fluida ini mengalir pada garis
aliran tertentu. Fluida sejati bersifat kompresibel atau dapat dimampatkan dan alirannya
tidak stasioner (Saripudin, 2009).
Sifat-sifat penting fluida antara lain:
- Berat jenis
Berat jenis didefinisikan sebagai berat fluida per satuan volume, digunakan untuk
mengkarakteristikkan massa dari suatu fluida. Berat jenis digunakan untuk
mengkarakteristikkan berat dari sistem tersebut
- Gravitasi jenis
Gravitasi jenis pada fluida didefinisikan sebagai perbandingan kerapatan fluida
tersebut dengan kerapatan air pada temperatur tertentu. Nilai gravitasi ini tidak
berpengaruh bergantung pada sistem satuan yang digunakan karena gravitasi jenis
merupakan perbandingan kerapatan
- Viskositas
Nilai viskositas bergantung pada jenis fluida tertentu, viskositas suatu fluida
bergantung pada temperatur suatu fluida tersebut. Fluida yang mengencer akibat
gesekan viskositasnya berkurang dengan meningkatnya laju gesekan, semakin kuat
fluida yang mengalami geseran semakin encer pula fasa fluida tersebut. Sebaliknya,
fluida yang mengental akibat geseran viskositasnya akan meningkat maka akan
semakin kental pula fasa pada fluida tersebut (Munson, 2004).
Agitator secara luas digunakan dalam proses fermentasi, pengolahan limbah dan
aplikasi teknik kimia dan biokimia lainnya, agitator adalah proses pencampuran cairan
yang dapat bercampur dan tidak dapat bercampur seperti dispersi gas dalam cairan,
suspensi padatan dalam cairan yang dilakukan dalam hidrogenasi minyak (Rao, 2010).
Agitasi mekanik mengarah pada meningkatnya kecepatan fluida minimum dan
penurunan kecepatan turbulen kritis. Pada kecepatan gas yang rendah, partikel mengatasi
obstraksi yang bergerak sebelum tersuspensi, sehingga diperlukan kecepatan gas yang
lebih besar untuk membentuk partikel. Agitasi mekanik agitator tidak hanya memecah
gelembung besar, tetapi juga menginduksi pembentukan gelembung kecil. Oleh karena
itu, agitator lengkung dapat digunakan untuk meningkatkan efisiensi kontak gas-padat
dan meningkatkan kualitas fluidisasi (Dong, 2014).
Jenis-jenis agitator, antara lain:
a. Propeler / baling
Propeler merupakan impeler aliran aksial berkecepatan tinggi untuk zat cair
berviskositas rendah. Propeler kecil biasanya berputar pada kecepatan motor penuh,
yaitu 1150 atau 1750 putaran/menit, sedang propeler besar berputar pada 400-800
putaran/menit (Purwanto, 2008).

Gambar 2.1. Pengaduk propeller


b. Three-blade propeller agitator
Jenis agitator yang sering digunakan adalah tipe umum yaitu pengaduk yang mirip
dengan kemudi laut berbilah tiga yang mirip dengan pisau baling-baling yang
digunakan mengemudikan perahu. Baling-baling ini berputar pada kecepatan tinggi
400 hingga 1750 rpm dan digunakan untuk cairan dengan viskositas rendah

Gambar 2.2. Three-blade propeller agitator


c. Paddle agitators
Jenis agitator seperti dayung yang sering digunakan dengan kecepatan rendah sekitar
20 dan 200 rpm. Panjang total dari pendorong dayung biasanya 60 hingga 80% dari
diameter tangki. Pengaduk ini digunakan untuk cairan kental seperti untuk
memproses pasta, pati, cat, perekat, dan kosmetik

Gambar 2.3. Pengaduk paddle


d. Turbine Agitators
Turbin yang menyerupai agitator bertingkat multibladed dengan pisau yang lebih
pendek biasa digunakan pada kecepatan tinggi untuk cairan dengan rentang
viskositas yang sangat tinggi. Diameter turbin biasanya antara 30 dan 50% dari
diameter tangki. Biasanya turbin ini memiliki empat atau enam bilah, turbin
dengan bilah datar memberikan aliran radial dan juga berguna untuk mendispersi
gas
Gambar 2.4. Pengaduk turbin
e. Helical-ribbon agitators
Pengaduk ini digunakan untuk larutan yang sangat kental dan beroperasi pada rpm
rendah (laminar). Pita dibentuk dalam jalur heliks dan melekat pada poros pusat.
Cairan bergerak dalam jalur aliran berliku-liku di tengah dan di sepanjang sisi
dalam gerakan memutar (Geankoplis, 1997).

Gambar 2.5. Helical-ribbon agitator

Karakter aliran terbuka oleh parameter tanpa dimensi biasa dikenal sebagai
Froude Number (Fr). Aliran fluida antara baling-baling sekrup karena panjang
karakteristik atau Froude Number (Fr) adalah aliran inlet sebagai panjang karakteristik
(y), kecepatan aliran (c0), dan turbin poros kemerosotan (α).
Untuk mencari Froude Number dapat menggunakan persamaan:
Vax
Fr = .......................................................... (2.1)
√g.y

2.3. Variabel Percobaan


A. Variabel Tetap
- Volume air : 1500 mL
- Volume minyak kelapa : 1500 mL
- Massa NaOH : 5 gram
- Kuat arus : 10 ampere
B. Variabel Berubah
- Jenis pengaduk : Paddle, berdaun dua, berdaun tiga, berdaun
empat
- Jumlah baffle : Tanpa, dua, tiga, empat
- Beda potensial : 300; 450 rpm
- Jenis liquida : Air dan minyak kelapa
2.4. Alat dan Bahan
A. Alat-alat yang digunakan: B. Bahan-bahan yang digunakan:
- batang pengaduk - air (H2O)
- baffle dua, tiga dan empat - natrium hidroksida (NaOH)
- Beakerglass - minyak kelapa (C12H24O2)
- kaca arloji
- klem
- motor pengaduk
- neraca ohauss
- pengaduk jenis paddle, berdaun dua, dan berdaun empat
- penggaris
- statif
- stopwatch
- transformator
2.5. Prosedur Percobaan
A. Menentukan Angka Frounde pada air
- Menyiapkan beakerglass 2000 mL yang diisi air sebanyak 1500 mL kemudian
memasang pengaduk dengan jenis paddle
- Mengatur stop kontak pada transformator ke posisi on sehingga mixer berputar
pada beda potensial 300 rpm
- Mengukur panjang garis gelombang yang terbentuk
- Mengulangi percobaan diatas untuk jenis pengaduk, baffle dan beda potensial
yang berbeda
B. Menentukan Angka Frounde pada minyak kelapa
- Menyiapkan beakerglass 2000 mL yang diisi minyak kelapa sebanyak 1500 mL
kemudian pasang pengaduk dengan jenis paddle
- Mengatur stop kontak pada transformator ke posisi on sehingga mixer berputar
pada beda potensial 300 rpm
- Mengukur panjang garis gelombang yang terbentuk
- Mengulangi percobaan diatas untuk jenis pengaduk, baffle dan beda potensial
yang berbeda.
C. Menentukan faktor pencampuran antara air dengan NaOH
- Menyiapkan beakerglass 2000 mL yang diisi air sebanyak 1500 mL kemudian
pasang pengaduk dengan jenis paddle
- Menimbang NaOH sebanyak 5 gram dan mengatur beda potensial sebesar 300
rpm
- Mengatur stop kontak pada transformator ke posisi on sehingga mixer berputar
bersamaan dengan masuknya NaOH dan stopwatch menyala
- Mencatat waktu yang diperlukan untuk NaOH tersebut bercampur dengan air
- Mengulangi percobaan diatas untuk jenis pengaduk, baffle dan beda potensial
yang berbeda.
2.6. Gambar Instrumen

2
1
3
4

Keterangan:
1. Mixer
2. Layar display
3. Tombol power
4. Pengatur kecepatan
5. Pengaduk
6. Beakerglass
2.7. Data Pengamatan
Tabel 2.1. Data Pengamatan Panjang Gelombang pada Air
Kecepatan Panjang
Jumlah Baffle Jenis pengaduk
putaran (rpm) gelombang (cm)
berdaun 2 3,5
Tanpa berdaun 3 1
berdaun 4 1
berdaun 2 0,4
2 berdaun 3 0
berdaun 4 0,2
300
berdaun 2 0
3 berdaun 3 0
berdaun 4 0,1
berdaun 2 0,4
4 berdaun 3 0
berdaun 4 0,2
berdaun 2 6
Tanpa berdaun 3 1,5
berdaun 4 1,5
berdaun 2 1
2 berdaun 3 0
berdaun 4 0,5
450
berdaun 2 0,5
3 berdaun 3 0
berdaun 4 0,5
berdaun 2 1
4 berdaun 3 0
berdaun 4 0,2

Tabel 2.2. Data Pengamatan Panjang Gelombang pada Minyak


Kecepatan Panjang
Jumlah Baffle Jenis pengaduk
putaran (rpm) gelombang (cm)
berdaun 2 0,5
Tanpa berdaun 3 0
300 berdaun 4 0
berdaun 2 0
2
berdaun 3 0
berdaun 4 0
berdaun 2 0
3 berdaun 3 0
berdaun 4 0
berdaun 2 0
4 berdaun 3 0
berdaun 4 0
berdaun 2 1,5
Tanpa berdaun 3 0,3
berdaun 4 0,3
berdaun 2 0,3
2 berdaun 3 0
berdaun 4 0,2
450
berdaun 2 0,2
3 berdaun 3 0
berdaun 4 0,1
berdaun 2 0
4 berdaun 3 0
berdaun 4 0

Tabel 2.3. Data Pengamatan Waktu Pencampuran antara Air dengan


NatriumHidroksida
Waktu
Kecepatan
Jumlah Baffle Jenis pengaduk pencampuran
putaran (rpm)
(detik)
berdaun 2 73
Tanpa berdaun 3 95
berdaun 4 101
berdaun 2 166
2 berdaun 3 224
berdaun 4 292
300
berdaun 2 225
3 berdaun 3 230
berdaun 4 210
berdaun 2 168
4 berdaun 3 288
berdaun 4 230
berdaun 2 60
Tanpa berdaun 3 75
450
berdaun 4 51
2 berdaun 2 159
berdaun 3 206
berdaun 4 211
berdaun 2 520
3 berdaun 3 192
berdaun 4 264
berdaun 2 101
4 berdaun 3 207
berdaun 4 207

2.9. Data Grafik

4
3.5
3
2.5 paddle
2
Daun 3
1.5
daun 4
1
0.5
0
0 1 2 3 4 5

Grafik 2.1. Hubungan antara baffle dengan kedalaman gelombang air pada 300 rpm

7
6
5
4 Paddle
3 daun 3
2 daun 4
1
0
0 1 2 3 4 5

Grafik 2.2. Hubungan antara baffle dengan kedalaman gelombang air pada 450 rpm
0.6
0.5
0.4
paddle
0.3
daun 3
0.2 daun 4
0.1
0
0 1 2 3 4 5

Grafik 2.3. Hubungan antara baffle dengan kedalaman gelombang minyak kelapa
pada 300 rpm

1.6
1.4
1.2
1 paddle
0.8
daun 3
0.6
daun 4
0.4
0.2
0
0 1 2 3 4 5

Grafik 2.4. Hubungan antara baffle dengan kedalaman gelombang minyak kelapa
pada 450 rpm
0.1

0.08
paddle
0.06
daun 3
0.04 daun 4

0.02

0
18765.67707 18765.67707 18765.67707 18765.67707
Grafik 2.5. Hubungan antara Nre dengan daya air pada 300 rpm
0.1
0.08
0.06
0.04
0.02
0
28148.51561 28148.51561 28148.51561 28148.51561
paddle daun 3 daun 4

Grafik 2.6. Hubungan antara Nre dengan daya air pada 450 rpm

0.1

0.08

0.06 paddle

0.04 daun 3
daun 4
0.02

0
0 50000 100000 150000 200000

Grafik 2.7. Hubungan antara Nre dengan daya minyak kelapa pada 300 rpm

0.35
0.3
0.25
0.2 paddle
0.15 daun 3
0.1 daun 4
0.05
0
1 1 1 1

Grafik 2.8. Hubungan antara Nre dengan daya minyak kelapa pada 450 rpm
0.007
0.006
0.005
0.004 paddle
0.003 daun 3
0.002 daun 4
0.001
0
0 1 2 3 4 5

Grafik 2.9. Hubungan antara baffle dengan Nfr air pada 300 rpm

0.008
0.007
0.006
0.005 paddle
0.004
daun 3
0.003
daun 4
0.002
0.001
0
0 1 2 3 4

Grafik 2.10. Hubungan antara baffle dengan Nfr air pada 450 rpm

0.002

0.0015
paddle
0.001
daun 3
daun 4
0.0005

0
0 1 2 3 4 5

Grafik 2.11. Hubungan antara baffle dengan Nfr minyak kelapa pada 300 rpm
0.016
0.014
0.012
0.01 paddle
0.008
daun 3
0.006
daun 4
0.004
0.002
0
0 1 2 3 4 5

Grafik 2.12. Hubungan antara baffle dengan Nfr minyak kelapa pada 450 rpm

350
300
250
200 paddle
150 daun 3
100 daun 4
50
0
0 1 2 3 4 5

Grafik 2.13. Hubungan antara baffle dan kelarutan air dengan NaOH pada 300 rpm

600
500
400
paddle
300
daun 3
200 daun 4
100
0
0 1 2 3 4 5

Grafik 2.14. Hubungan antara baffle dan kelarutan air dengan NaOH pada 450 rpm
2.10. Pembahasan
- Hubungan antara baffle dan jenis pengaduk dengan kedalaman gelombang air
pada 300 rpm dan 450 rpm bahwa semakin banyak baffle yang digunakan maka
akan semakin kecil kedalaman gelombang yang terbentuk, dapat dilihat pada
grafik 2.1 dan 2.2
- Hubungan antara baffle dan jenis pengaduk dengan kedalaman gelombang
minyak kelapa pada 300 rpm dan 450 rpm bahwa semakin banyak baffle yang
digunakan maka akan semakin kecil kedalaman gelombang yang terbentuk,
dapat dilihat pada grafik 2.3 dan 2.4
- Hubungan antara bilangan Reynold (NRe) dengan air pada kecepatan 300 rpm
dan 450 rpm tidak ada kenaikan maupun penurunan pada perbandingan Nre dan
daya karena nilai Nre dan daya pada air dengan kecepatan 300 rpm sama, Nre
dan daya pada kecepatan 450 rpm juga sama, dapat dilihat pada grafik 2.5 dan
2.6
- Hubungan antara bilangan Reynold (NRe) dengan minyak pada kecepatan 300
rpm dan 450 rpm tidak ada kenaikan maupun penurunan pada perbandingan Nre
dan daya karena nilai Nre dan daya pada minyak dengan kecepatan 300 rpm
sama, Nre dan daya pada kecepatan 450 rpm juga sama, dapat dilihat pada grafik
2.7 dan 2.8
- Hubungan antara baffle dengan Nfr air pada kecepatan 300 rpm dan 450 rpm
terjadi kenaikan maka semakin banyak baffle yang digunakan makan nilai Nfr
akan semakin tinggi, dapat dilihat dari grafik 2.9 dan 2.10
- Hubungan antara baffle dengan Nfr minyak pada kecepatan 300 rpm dan 450 rpm
terjadi kenaikan pada jenis pengaduk paddle dan daun 3, sedangkan pada jenis
pengaduk berdaun 4 mengalami penurunan dan pada percobaan ini tidak sesuai
dengan teori yang menyatakan bahwa semakin banyak baffle pada jenis
pengaduk maka Nfr akan semakin besar, dapat dilihat pada grafik 2.11 dan 2.12
- Hubungan antara baffle dengan kelarutan air dan NaOH pada kecepatan 300 rpm
dan 450 rpm mengalami peningkatan sehingga semakin banyak baffle pada
berbagai jenis pengaduk nilai kelarutannya akan semakin meningkat, dapat
dilihat pada grafik 2.13 san 2.14
2.11. Kesimpulan
- Jenis pengaduk dan jumlah baffle mempengaruhi besar dari Angka Frounde pada
air dan minyak kelapa. Pada jenis pengaduk yang daunnya semakin banyak,
vortex yang terbentuk kecil dan angka Froundenya semakin besar. Untuk jumlah
baffle yang semakin banyak, vortex yang terbentuk semakin kecil dan angka
Froundenya semakin besar
- Hubungan antara bilangan Reynold (NRe) dengan faktor pencampuran NaOH
dengan air adalah semakin besar bilangan Reynold yang didapat semakin
turbulen alirannya, sehingga faktor pencampuran semakin besar dan larutan
yang bercampur semakin homogen
- Hubungan antara bilangan Reynold dengan daya adalah semakin besar daya
maka semakin besar bilangan Reynoldnya. Semakin tinggi viskositasnya
semakin kecil bilangan Reynoldnya.

DAFTAR PUSTAKA

Dong, K., Yefeng Z., Zhengliang H., dkk. 2014. Gas Bubble Behaviors in A Gas–
Solid Fluidized Bed with An Arch Agitator. China: Department of Chemical
and Biological Engineering.
Geankoplis, Christie J. 1997. Transport Processes and Unit Operations Third
Edition. New Delhi: University of Minnesota.
Munson, B., Donald Y., dan Theodore H. 2004. Mekanika Fluida Edisi Keempat Jilid I.
Jakarta: Erlangga.
Priyanti, A., Sirajuddin H., dan Guyup M. 2016. Pengaruh Kecepatan Putar Adonan
Terhadap Sifat Fisik Roti. Vol. 4, No. 1. Nusa Tenggara Barat: Universitas
Mataram.
Purwanto, Didik. 2008. Pengaruh Desain Impeller, Baffel vE, dan Kecepatan Putar
pada Proses Isolasi Minyak Kelapa Murni dengan Metode Pengadukan.
Yogyakarta: ITATS.
Rao, A., Sivashanmugam. 2010. Experimental and CFD Simulation Studies on
Power Consumption in Mixing Using Energy Saving Turbine Agitator. India:
National Institute of Technology.
Sari, D., dan Retno S. 2015. Pengaruh Waktu dan Kecepatan Pengadukan Terhadap
Emulsi Minyak Biji Matahari (Helianthus Annuus L) dan Air. Vol. 5, No. 3.
Cilegon: Universitas Sultan Ageng Tirtayas.
Saripudin, Arip. 2009. Praktis Belajar Fisika. Jakarta: Kamajaya.
Saroinsong, T., Rudy S., Slamet W., dkk. 2016. Effect of Froude Number on Three-
Bladed Archimedes Screw Turbine Efficiency. Vol. 6, No. 3. Manado:
Mechanical Engineering Polytechnic manado.

You might also like