Professional Documents
Culture Documents
LAPORAN KASUS
Diajukan Kepada :
Disusun Oleh :
Disusun Oleh:
BAB 1
IDENTITAS PENDERITA
Nama : Ny. DP
Umur : 20 tahun
Agama : islam
Pekerjaan : swasta
Umur : 21 tahun
Agama : Islam
Pekerjaan : swasta
Keluhan utama : flek – flek coklat (sejak pukul 18.00 tanggal 25 September 2013)
Pasien datang rujukan dari Bidan dengan keluhan flek – flek sejak pukul 18.00 , flek berwarna
coklat, pasien mengaku juga merasakan kenceng – kenceng namun masih jarang. Pagi dibawa ke
Bidan dan setelah dilakukan pemeriksaan dikatakan pembukaan 1 cm. sebelum mengalami flek –
flek pasien mengaku 4 hari yang lalu mengalami diare
Riwayat Mondok : diakui ( pasien mengaku pernah dirawat di RSUD Ambarawa awal bulan
RIWAYAT HAID
Menarche : 15 tahun
Siklus : 28 hari
Lama : ± 5 hari
RIWAYAT PERKAWINAN
Menikah untuk yang pertama kali dengan suami yang sekarang dan sudah 1 tahun.
G1P0A0
Pasien mengaku mengalami kesulitan di kehamilan yang pertama ini karena telah mengalami
perawatan di RSUD Ambarawa sebelumnya.
RIWAYAT KB
DIAGNOSIS AWAL
G1 P0 A0 Hamil 32 minggu, usia ibu 20 tahun, janin tunggal hidup intrauterine, suspect partus
prematurus imminens.
PENATALAKSANAAN
- Infus RL 20 tpm
Follow Up
Hari ke 1 post partus
12.00
Tanda Vital : Tekanan Darah 100/80 mmHg
Nadi 100 x/menit
Suhu 36 °C
Pernapasan 22 x/menit
18.00
Tanda Vital : Tekanan Darah 90/70 mmHg
Nadi 70 x/menit
Suhu 36,4 °C
Pernapasan 22 x/menit
Hari ke 2 27/9/2013
06.00
Tanda Vital : Tekanan Darah 110/70 mmHg
Nadi 80 x/menit
Suhu 36 °C
Pernapasan 24 x/menit
12.00
Tanda Vital : Tekanan Darah 100/80 mmHg
Nadi 80 x/menit
Suhu 35,8 °C
Pernapasan 20 x/menit
BAB II
ANALISIS KASUS
1. Subjektif ( S )
Pasien datang pukul 7.41 WIB, G1P0A0, usia kehamilan 32 minggu diantar
suaminya rujukan dari Bidan, dengan keluhan terdapat flek – flek sejak pukul 18.00. flek
berwarna coklat, terdapat kenceng – kenceng tetapi jarang. Pagi harinya dibawa ke Bidan
dan dilakukan pemeriksaan dalam dikatakan pembukaan 1 cm. Sebelumnya, 4 hari yang
lalu pasien mengeluhkan mengalami diare
Riwayat kehamilan dan persalinan, pasien baru hamil pertama kali, usia
kehamilan 32 minggu.
Riwayat haid dari pasien, menarche usia 15 tahun, haid teratur setiap bulan (siklus
28 hari ), lamanya sekitar 5 hari. Hari pertama haid terakhir pasien adalah tanggal 17
Februari 2013, hari perkiraan lahir bayi adalah tanggal 22 November 2013.
Riwayat perkawinan, pasien baru menikah pertama kali dengan suami yang
sekarang, perkawinan sudah 2 tahun berjalan
Status obstetric :
HIS : jarang
VT : pembukaan 1 cm di Bidan
3. Assessment ( A )
G1P0A0, 20 tahun, usia kehamilan 32 minggu, janin tunggal hidup intrauterine dengan
partus prematurus imminens
4. Planning ( P )
- Famarkologik :
o Ciprofoxaxin 3 x 1 tab
o Antalgin 3 x 1 tab
BAB III
TINJAUAN TEORI
Partus Prematur Iminens adalah persalinan pada usia kehamilan antara 20 – 37 minggu
dan diikuti dengan dilatasi serviks yang progresif atau penipisan serviks kurang dari 37
minggu usia gestasi. Menurut Wibowo (1997) yang mengutip pendapat Herron,dkk.,
persalinan prematur adalah kontraksi uterus yang teratur setelah kehamilan 20 minggu dan
sebelum 37 minggu , dengan interval kontraksi 5 hingga 8 menit atau kurang dan disertai
dengan satu atau lebih tanda berikut:
Dari beberapa pengertian partus prematurus diatas dapat disimpulkan bahwa partus
prematurus iminen adalah adanya suatu ancaman pada kehamilan dimana akan timbul
persalinan pada umur kehamilan yang belum aterm (28 sampai 37 minggu) atau berat
badan lahir kurang dari 2500 gram.
Gizi saat hamil kurang, umur kurang dari 20 tahun atau diatas 35 tahun, jarak
hamil dan bersalin terlalu dekat, penyakit menahun ibu seperti; hipertensi,
jantung, ganguan pembuluh darah (perokok), faktor pekerjaan yang terlalu berat.
Faktor kehamilan
2.3 PATOFISIOLOGI
Beberapa pemeriksaan dan faktor risiko dapat memperkirakan terjadinya partus
prematurus, antara lain ras kulit hitam, indeks masa tubuh yang rendah, perdarahan
pervagina, kontraksi, infeksi pelvis, bakterial vaginosis, partus prematurus habitualis, tes
serviko vaginal fetal fibronectin, dan ukuran servik yang pendek. Dua yang disebutkan
terakhir merupakan prediktor paling kuat. Partus prematurus dapat diperkirakan dengan
mencari faktor resiko mayor atau minor. Faktor resiko minor adalah penyakit yang disertai
demam, perdarahan pervaginam pada kehamilan lebih dari 12 minggu, riwayat pielonefritis,
merokok lebih dari 10 batang per hari, riwayat abortus pada trimester II, riwayat abortus
pada trimester I lebih dari 2 kali. Faktor resiko mayor adalah kahamilan multipel,
hidramnion, anomali uterus, serviks terbuka lebih dari 1 cm pada kehamilan 32 minggu,
riwayat abortus pada trimester II lebih dari 1 kali, riwayat persalinan preterm sebelumnya,
operasi abdominal pada kehamilan preterm, riwayat operasi konisasi dan iritabilitas uterus.
Pasien tergolong resiko tinggi bila dijumpai 1 atau lebih faktor resiko mayor atau bila ada 2
atau lebih faktor resiko minor atau bila ditemukan keduanya.
2.4 DIAGNOSIS
a. Kriteria
1. Usia gestasi 22-36
2. HIS 1kali/10menit /selama 30detik
3. Dilatasi serviks 2cm atau perubahan dilatasi pada waktu satu jam
4. Pendataran serviks >50-80%
b. Pemeriksaan Laboratorium
1. Darah rutin, Kimia darah, golongan ABO,faktor Rhesus
2. Urinalisis atau kultur Urin
3. Bakteriologi Vagina
4. Amniosentesis : Surfaktan
5. Gas dan PH darah janin
c. USG untuk mengetahui
1. Usia gestasi,Jumlah Janin,besar janin, kativitas Biofisik
2. Cacat Kongenital
3. Letak dan Maturasi Plasenta
4. Volume cairan tuba dan kelainan Uterus
d. CTG guna menilai
1. Kesejahteraan Janin
2. Frekuensi dan kekuatan kontraksi
2) Penyakit jantung atau paru (misal Edema paru , ARDS, penyakit katub jantung,
takiaritmia)
b. Faktor Janin
1) Bayi mati atau anomali kongenital yang lethal
2) Fetal distress
6) Eritroblastosis fetalis
7) PJT berat
b. Mengukur panjang serviks dengan vaginal probe USG: panjang servik kurang dari 2 cm
pasti akan terjadi persalinan prematur, tujuan utama adalah bagaimana mengetahui dan
menghalangi terjadinya persalinan prematur, cara edukasi pasien bahkan dengan
monitoring kegiatan di rumah tampaknya tidak memberi perubahan dalam insidensi
kelahiran prematur.
b. Pada fase aktif, intensitas dan frekuensi kontraksi meningkat saat pasien melakukan
aktivitas.
c. Tanya dan cari gejala yang termasuk faktor risiko mayor dan minor
e. Taksiran berat janin sesuai dengan usia kehamilan antara 20 sampai 37 minggu.
5.8 PENCEGAHAN
a. Melakukan pengawasan hamil dengan seksama dan teratur
Partus prematurus menurut Mochtar (1998) dapat dicegah dengan mengambil langkah-
langkah berikut ini :
a. Jangan kawin terlalu muda dan jangan pula terlalu tua (idealnya 20 sampai 30 tahun).
e. Cuti hamil
Prinsip penanganan Persalinan preterm lakukan evakuasi keadaan umum ibu , upayakan
melakukan konfirmasi umur kehamilan bayi. Adapun hal yang perlu diketahui dalam
penanganan umum persalinan preterm adalah :
a. Umur kehamilan, karena lebih bisa dipercaya untuk penentuan prognosis daripada berat
janin.
e. Fasilitas dari petugas yang mampu menangani calon bayi terutama adanya seorang
neonatologis, bila perlu dirujuk (Saifuddin, 2002).
2.10 PENATALAKSANAAN
a. Segera lakukan penilaian tentang
2) Demam ada/tidak
2) Tunda persalinan 2-3 hari untuk memberikan obat pematangan paru janin
c. Tokolitik
Kemungkinan obat-obat tokolitik hanya berhasil sebentar tapi penting untuk dipakai
memberikan kortikosteroid sebagi induksi maturasi paru bila usia gestosis kurang dari 34
minggu. Ibu masuk rumah sakit (rawat inap), lakukan evaluasi terhadap his dan
pembukaan dan tindakan sebagai berikut:
a. Berikan kortikosteroid untuk memperbaiki kematangan paru janin
2.12 PROGNOSIS
Pada pusat pelayanan yang maju dengan fasilitas yang optimal, bayi yang lahir dengan
berat 2.000 sampai 2.500 gram mempunyai harapan hidup lebih dari 97 persen. 1500
sampai 2.000 gram lebih dari 90 persen dan 1.000 sampai 1.500 gram sebesar 65-80 persen
(Mansjoer, 2002).
Prematurnya masa gestasi akan dapat mengakibatkan ketidakmatangan pada semua
sistem organ. Baik itu pada sistem pernapasan (organ paru-paru), system peredaran darah
(jantung), sistem pencernaan dan sistem saraf pusat (otak). Ketidakmatangan pada sistem-
sistem organ itulah yang membuat bayi prematur cenderung mengalami kelainan
dibandingkan bayi normal. Kelainan itu bisa berupa :
a. Sindroma gangguan pernapasan.
Kelainan ini terjadi karena kurang matangnya paru-paru, sehingga jumlah surfaktan
(cairan pelapis paru-paru) kurang dari normal. Ini menyebabkan paru-paru tidak dapat
berkembang sempurna.
b. Perdarahan otak
Biasanya terjadi pada minggu pertama kelahiran, terutama pada bayi premature yang
lahir kurang dari 34 minggu. Pendarahan otak ini menyebabkan bayi prematur tumbuh
menjadi anak yang relatif kurang cerdas, dibanding anak yang lahir normal.
c. Kelainan jantung
Yang sering terjadi adalah Patent Ductus Arteriosus, yaitu adanya hubungan antara
aorta dengan pembuluh darah jantung yang menuju paru-paru.
d. Kelainan usus
Ini disebabkan akibat imaturitas atau kurang mampu dalam menerima nutrisi.
e. Anemia dan infeksi
Belum matangnya fungsi semua organ tubuh, membuat bayi premature menghadapi
berbagai masalah. Seperti mudah dingin, lupa napas, mudah infeksi karena sensor
otaknya belum sempurna, pengosongan lambung terhambat (refluks), kuning dan
kebutaan (Rinawati, 2007)
DAFTAR PUSTAKA
Bagian Obstetri & Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran Bandung, 1984.
Obstetri Patologi. Elstar Offset, Bandung
Krisnadi, SR. 2006. Dampak Infeksi Genital Terhadap Persalinan Kurang Bulan. Cermin
Dunia Kedokteran, No. 151.
Manuaba, Ida Bagus Gde. 1998. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga
Berencana untuk Pendidikan Bidan. Jakarta : EGC.
Masjoer, Arif dkk. 2001. Kapita Selekta Kedokteran. FKUI : Media Aesculapsius.
Mufdillah, S.pd, S.SiT, M.Sc. Panduan Asuhan Kebidanan Ibu Hamil . Jogjakarta : Nuha
Medika.
Nuada I, dkk. 2004. Risiko Partus Prematurus Iminen pada Kehamilan dengan Infeksi
Saluran Kemih. Bagian Ilmu Kebidanan dan Penyakit Kandungan FK Udayana RS Sanglah
Denpasar. Cermin Dunia Kedokteran No. 145 Tahun 2004.
Prawirohardjo, Sarwono. 2008. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.