You are on page 1of 19

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG

LAPORAN KASUS

PARTUS PREMATURUS IMMINENS

Disusun untuk Memenuhi Syarat Mengikuti Ujian Kepaniteraan Klinik

di Bagian Ilmu Obstetri dan Ginekologi

Rumah Sakit Umum Daerah Ambarawa

Diajukan Kepada :

Pembimbing : dr. Adi Rachmanadi, Sp.OG

Disusun Oleh :

Diphda Satria Risolawati H2A009015


Kepaniteraan Klinik Departemen Obstetri dan Ginekologi

Fakultas Kedokteran – Universitas Muhhamdiyah Semarang

Rumah Sakit Umum Daerah Ambarawa

Periode 02 September – 09 November 2013

LEMBAR PENGESAHAN KOORDINATOR KEPANITERAAN

OBSTETRI DAN GINEKOLOGI

Presentasi kasus dengan judul :

PARTUS PREMATURUS IMMINENS

Diajukan untuk Memenuhi Syarat Mengikuti Ujian Kepaniteraan Klinik

di Departemen Obstetri dan Ginekologi

Rumah Sakit Umum Daerah Ambarawa

Disusun Oleh:

Diphda Satria Risolawati H2A009015

Telah disetujui oleh Pembimbing:

Nama pembimbing Tanda Tangan Tanggal

dr. Adi Rachmanadi, Sp.OG ............................. .............................


Mengesahkan:

Koordinator Kepaniteraan Obstetri dan Ginekologi

dr. Hary Purwoko, Sp.OG, K-FER

NIP. 1967 0502 1996 12.1.002

BAB 1

IDENTITAS PENDERITA

Nama : Ny. DP

Umur : 20 tahun

Jenis kelamin : perempuan

Alamat : Tegal wuni 02/07 Banyubiru

Agama : islam

Pekerjaan : swasta

Tanggal masuk : 26 September 2013 Pukul 08.20 WIB

Nomor CM : 043248 – 2013

Nama Suami : Tn. EP

Umur : 21 tahun

Agama : Islam
Pekerjaan : swasta

Kelompok pasien : JAMKESMAS

RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG

Diambil dari : Autoanamnesa tanggal 26 September 2013 pukul 08.20 WIB

Keluhan utama : flek – flek coklat (sejak pukul 18.00 tanggal 25 September 2013)

Keluhan tambahan : terdapat kenceng – kenceng namun masih jarang

RIWAYAT PERJALANAN PENYAKIT

Pasien datang rujukan dari Bidan dengan keluhan flek – flek sejak pukul 18.00 , flek berwarna
coklat, pasien mengaku juga merasakan kenceng – kenceng namun masih jarang. Pagi dibawa ke
Bidan dan setelah dilakukan pemeriksaan dikatakan pembukaan 1 cm. sebelum mengalami flek –
flek pasien mengaku 4 hari yang lalu mengalami diare

RIWAYAT PENYAKIT DAHULU

Riwayat Darah Tinggi : disangkal

Riwayat Kencing Manis: disangkal

Riwayat Asma : disangkal

Riwayat Jantung : disangkal

Riwayat Alergi : disangkal

Riwayat Mondok : diakui ( pasien mengaku pernah dirawat di RSUD Ambarawa awal bulan

September dengan keluhan terdapat kontraksi )

RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA

Riwayat Darah Tinggi : disangkal


Riwayat Kencing Manis: disangkal

Riwayat Asma : disangkal

Riwayat Jantung : disangkal

Riwayat Alergi : disangkal

RIWAYAT HAID

Menarche : 15 tahun

Siklus : 28 hari

Lama : ± 5 hari

HPHT : 17 Februari 2013

HPL : 22 November 2013

RIWAYAT PERKAWINAN

Menikah untuk yang pertama kali dengan suami yang sekarang dan sudah 1 tahun.

RIWAYAT KEHAMILAN SEKARANG

Usia kehamilan : 32 minggu

HPL : 22 November 2013

RIWAYAT KEHAMILAN DAN PERSALINAN

G1P0A0

Pasien mengaku mengalami kesulitan di kehamilan yang pertama ini karena telah mengalami
perawatan di RSUD Ambarawa sebelumnya.

RIWAYAT KB

Pasien mengaku tidak menggunakan KB


PEMERIKSAAN FISIK
Kepala : Mesocephal
Mata : Simetris, anemis (-/-), ikterik (-/-)
Telinga : Simetris, sekret (-/-)Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Compos Mentis
Tanda Vital : Tekanan Darah 110/80 mmHg
Nadi 72 x/menit
Suhu 37 °C
Pernapasan 20 x/menit
Hidung : Sekret (-)
Tenggorok : dbn
Leher : Tidak ada pembesaran KGB, benjolan di leher (-)
Thoraks : Jantung : BJ I-II regular, murmur (-), gallop (-)
Paru : Suara napas vesikuler, ronkhi (-/-), wheezing (-/-)
Abdomen : Hati : Tidak ada pembesaran
Limpa : Tidak ada pembesaran
Ekstremitas : Edema (-), varises (-), turgor kulit baik
Obstetri : TFU 33 cm
HIS (+) jarang
DJJ 136x/menit, pu-ka. Letak memanjang
Pemeriksan VT tidak dilakukan (di Bidan pembukaan 1 cm)

DIAGNOSIS AWAL
G1 P0 A0 Hamil 32 minggu, usia ibu 20 tahun, janin tunggal hidup intrauterine, suspect partus
prematurus imminens.

PENATALAKSANAAN
- Infus RL 20 tpm

- Pemeriksaan penunjang laboratorium darah lengkap


Hasil Laboratorium
Darah Rutin HASIL NILAI RUJUKAN
Hemoglobin 11.4 L 12 - 16
(Hb)
Leukosit 13.3 H 4.0 - 10
Eritrosit 4.41 4.2 – 5.4
Hematokrit 36.0 37 - 42
Trombosit 300 200 - 400
MCV 85.2 80 - 90
MCH 27.4 27 - 34
MCHC 32.6 32 – 36
Limfosit% 18.8 L 25 – 35
Monosit% 7.2 H 4–6
Granulosit% 74.0 50 – 80
Golongan AB
Darah
Cloting Time 4.00 3-5
Bleeding Time 1.00 1–3

Follow Up
Hari ke 1 post partus
12.00
Tanda Vital : Tekanan Darah 100/80 mmHg
Nadi 100 x/menit
Suhu 36 °C
Pernapasan 22 x/menit
18.00
Tanda Vital : Tekanan Darah 90/70 mmHg
Nadi 70 x/menit
Suhu 36,4 °C
Pernapasan 22 x/menit

Hari ke 2 27/9/2013
06.00
Tanda Vital : Tekanan Darah 110/70 mmHg
Nadi 80 x/menit
Suhu 36 °C
Pernapasan 24 x/menit
12.00
Tanda Vital : Tekanan Darah 100/80 mmHg
Nadi 80 x/menit
Suhu 35,8 °C
Pernapasan 20 x/menit

BAB II

ANALISIS KASUS

1. Subjektif ( S )

Pasien datang pukul 7.41 WIB, G1P0A0, usia kehamilan 32 minggu diantar
suaminya rujukan dari Bidan, dengan keluhan terdapat flek – flek sejak pukul 18.00. flek
berwarna coklat, terdapat kenceng – kenceng tetapi jarang. Pagi harinya dibawa ke Bidan
dan dilakukan pemeriksaan dalam dikatakan pembukaan 1 cm. Sebelumnya, 4 hari yang
lalu pasien mengeluhkan mengalami diare

Riwayat kehamilan dan persalinan, pasien baru hamil pertama kali, usia
kehamilan 32 minggu.

Riwayat haid dari pasien, menarche usia 15 tahun, haid teratur setiap bulan (siklus
28 hari ), lamanya sekitar 5 hari. Hari pertama haid terakhir pasien adalah tanggal 17
Februari 2013, hari perkiraan lahir bayi adalah tanggal 22 November 2013.

Riwayat perkawinan, pasien baru menikah pertama kali dengan suami yang
sekarang, perkawinan sudah 2 tahun berjalan

Pasien menyangkal memeliki penyakit kencing manis, darah tinngi, jantung,


alergi, dan asma. Pasien mengaku pada bulan yang sama saat dirawat sekarang pernah
mendapat perawatan di RSUD Ambarawa dengan keluhan flek – flek namun keadaan
pasien membaik setelah mendapatkan perawatan
2. Objektif ( O )

Status obstetric :

Tinggi Fundus Uteri : 33 cm

HIS : jarang

DJJ : 136 x/menit (10-12-12)

Leopold I : teraba bulat, lunak (bokong)

II : teraba punggung kanan, memanjang

III : teraba bulat, keras (kepala)

IV : belum masuk pintu atas panggul

VT : pembukaan 1 cm di Bidan

3. Assessment ( A )

G1P0A0, 20 tahun, usia kehamilan 32 minggu, janin tunggal hidup intrauterine dengan
partus prematurus imminens

4. Planning ( P )

- Pimpin persalinan jika pembukaan lengkap karena kehamilan tidak dapat


dipertahankan dengan kemajuan pembukaan

- Famarkologik :

o Ciprofoxaxin 3 x 1 tab

o Antalgin 3 x 1 tab
BAB III

TINJAUAN TEORI

2.1 PARTUS PREMATUR IMMINENS

Partus Prematur Iminens adalah persalinan pada usia kehamilan antara 20 – 37 minggu
dan diikuti dengan dilatasi serviks yang progresif atau penipisan serviks kurang dari 37
minggu usia gestasi. Menurut Wibowo (1997) yang mengutip pendapat Herron,dkk.,
persalinan prematur adalah kontraksi uterus yang teratur setelah kehamilan 20 minggu dan
sebelum 37 minggu , dengan interval kontraksi 5 hingga 8 menit atau kurang dan disertai
dengan satu atau lebih tanda berikut:

(1) perubahan serviks yang progresif

(2) dilatasi serviks 2 sentimeter atau lebih

(3) penipisan serviks 80 persen atau lebih.


Menurut Mochtar (1998) partus prematurus yaitu persalinan pada kehamilan 28
sampai 37 minggu, berat badan lahir 1000 sampai 2500 gram.

Dari beberapa pengertian partus prematurus diatas dapat disimpulkan bahwa partus
prematurus iminen adalah adanya suatu ancaman pada kehamilan dimana akan timbul
persalinan pada umur kehamilan yang belum aterm (28 sampai 37 minggu) atau berat
badan lahir kurang dari 2500 gram.

2.2 ETIOLOGI DAN FAKTOR RESIKO


a. Faktor resiko mayor
Kehamilan multiple, hidramnion, anomali uterus, serviks terbuka lebih dari 1 cm
pada kehamilan 32 minggu, serviks mendatar/memendek kurang dari 1 cm pada
kehamilan 32 minggu, riwayat abortus pada trimester II lebih dari 1 kali, riwayat
persalinan pretem sebelumnya, operasi abdominal pada kehamilan preterm, riwayat
operasi konisasi, dan iritabilitas uterus.
b. Faktor resiko minor
Penyakit yang disertai demam, perdarahan pervaginam setelah kehamilan 12 minggu,
riwayat pielonefritis, merokok lebih dari 10 batang perhari, riwayat abortus pada
trimester II, riwayat abortus pada trimester I lebih dari 2 kali. Sedangkan menurut
Manuaba (1998), faktor predisposisi partus prematurus adalah sebagai berikut:
 Faktor ibu

Gizi saat hamil kurang, umur kurang dari 20 tahun atau diatas 35 tahun, jarak
hamil dan bersalin terlalu dekat, penyakit menahun ibu seperti; hipertensi,
jantung, ganguan pembuluh darah (perokok), faktor pekerjaan yang terlalu berat.
 Faktor kehamilan

Hamil dengan hidramnion, hamil ganda, perdarahan antepartum, komplikasi hamil


seperti pre eklampsi dan eklampsi, ketuban pecah dini.
 Faktor janin

Cacat bawaan, infeksi dalam rahim

2.3 PATOFISIOLOGI
Beberapa pemeriksaan dan faktor risiko dapat memperkirakan terjadinya partus
prematurus, antara lain ras kulit hitam, indeks masa tubuh yang rendah, perdarahan
pervagina, kontraksi, infeksi pelvis, bakterial vaginosis, partus prematurus habitualis, tes
serviko vaginal fetal fibronectin, dan ukuran servik yang pendek. Dua yang disebutkan
terakhir merupakan prediktor paling kuat. Partus prematurus dapat diperkirakan dengan
mencari faktor resiko mayor atau minor. Faktor resiko minor adalah penyakit yang disertai
demam, perdarahan pervaginam pada kehamilan lebih dari 12 minggu, riwayat pielonefritis,
merokok lebih dari 10 batang per hari, riwayat abortus pada trimester II, riwayat abortus
pada trimester I lebih dari 2 kali. Faktor resiko mayor adalah kahamilan multipel,
hidramnion, anomali uterus, serviks terbuka lebih dari 1 cm pada kehamilan 32 minggu,
riwayat abortus pada trimester II lebih dari 1 kali, riwayat persalinan preterm sebelumnya,
operasi abdominal pada kehamilan preterm, riwayat operasi konisasi dan iritabilitas uterus.
Pasien tergolong resiko tinggi bila dijumpai 1 atau lebih faktor resiko mayor atau bila ada 2
atau lebih faktor resiko minor atau bila ditemukan keduanya.

2.4 DIAGNOSIS
a. Kriteria
1. Usia gestasi 22-36
2. HIS 1kali/10menit /selama 30detik
3. Dilatasi serviks 2cm atau perubahan dilatasi pada waktu satu jam
4. Pendataran serviks >50-80%
b. Pemeriksaan Laboratorium
1. Darah rutin, Kimia darah, golongan ABO,faktor Rhesus
2. Urinalisis atau kultur Urin
3. Bakteriologi Vagina
4. Amniosentesis : Surfaktan
5. Gas dan PH darah janin
c. USG untuk mengetahui
1. Usia gestasi,Jumlah Janin,besar janin, kativitas Biofisik
2. Cacat Kongenital
3. Letak dan Maturasi Plasenta
4. Volume cairan tuba dan kelainan Uterus
d. CTG guna menilai
1. Kesejahteraan Janin
2. Frekuensi dan kekuatan kontraksi

2.5 TANDA DAN GEJALA


Partus prematurus iminen ditandai dengan :
a. Kontraksi uterus dengan atau tanpa rasa sakit
b. Rasa berat dipanggul
c. Kejang uterus yang mirip dengan dismenorea
d. Keluarnya cairan pervaginam
e. Nyeri punggung
Gejala diatas sangat mirip dengan kondisi normal yang sering lolos dari kewaspadaan tenaga
medis

2.6 KONTRAINDIKASI MENGHENTIKAN PROSES PERSALINAN PRETERM


a. Faktor Maternal
1) Penyakit hipertensi dalam kehamilan yang berat ( misal eksaserbasi akut hipertensi
kronik eklampsia, preeklampsia berat )

2) Penyakit jantung atau paru (misal Edema paru , ARDS, penyakit katub jantung,
takiaritmia)

3) Dilatasi servik sudah > 4 cm

4) Perdarahan pervaginam ( misal. Solusio plasenta, plasenta previa , DIC )

b. Faktor Janin
1) Bayi mati atau anomali kongenital yang lethal

2) Fetal distress

3) Infeksi intra uterine ( korioamnionitis )


4) Gawat janin berkaitan dengan usaha mempertahankan kehamilan

5) TBJ > 2500 gram

6) Eritroblastosis fetalis

7) PJT berat

2.7 PENILAIAN KLINIK


Menurut Saifuddin (2001), kriteria persalinan prematur antara lain kontraksi yang
teratur dengan jarak 7-8 menit atau kurang dan adanya pengeluaraan lender kemerahan atau
cairan pervaginam dan diikuti salah satu berikut ini :
a. Pada periksa dalam, pendataran 50-80 persen atau lebih, pembukaan 2 cm atau lebih.

b. Mengukur panjang serviks dengan vaginal probe USG: panjang servik kurang dari 2 cm
pasti akan terjadi persalinan prematur, tujuan utama adalah bagaimana mengetahui dan
menghalangi terjadinya persalinan prematur, cara edukasi pasien bahkan dengan
monitoring kegiatan di rumah tampaknya tidak memberi perubahan dalam insidensi
kelahiran prematur.

Menurut Mansjoer (2000) manifestasi klinik persalinan pretem adalah:


a. Kontraksi uterus yang teratur sedikitnya 3 sampai 5 menit sekali selama 45detik dalam
waktu minimal 2 jam .

b. Pada fase aktif, intensitas dan frekuensi kontraksi meningkat saat pasien melakukan
aktivitas.

c. Tanya dan cari gejala yang termasuk faktor risiko mayor dan minor

d. Usia kehamilan antara 20 samapi 37 minggu

e. Taksiran berat janin sesuai dengan usia kehamilan antara 20 sampai 37 minggu.

f. Presentasi janin abnormal lebih sering ditemukan pada persalinan preterm

5.8 PENCEGAHAN
a. Melakukan pengawasan hamil dengan seksama dan teratur

b. Melakukan konsultasi terhadap penyakit yang dapat menyebabkan kehamilan dan


persalinan preterm.

c. Memberikan nasehat tentang gizi saat kehamilan, meningkatkan pengertian KB-interval,


memperhatikan tentang berbagai kelainan yang timbul dan sgera melakukan konsultasi,
menganjurkan untuk pemeriksaan tambahan sehingga secara dini penyakit ibu dapat
diketahui dan diawasi / diobati.

d. Meningkatakan keadaan sosial – ekonomi keluarga dan kesehatan lingkungan (Manuaba,


1998).

Partus prematurus menurut Mochtar (1998) dapat dicegah dengan mengambil langkah-
langkah berikut ini :
a. Jangan kawin terlalu muda dan jangan pula terlalu tua (idealnya 20 sampai 30 tahun).

b. Perbaiki keadaan sosial ekonomi

c. Cegah infeksi saluran kencing

d. Berikan makanan ibu yang baik, cukup lemak , dan protein

e. Cuti hamil

f. Prenatal care yang baik dan teratur

g. Pakailah kontrasepsi untuk menjarangkan anak

2.9 PENANGANAN UMUM

Prinsip penanganan Persalinan preterm lakukan evakuasi keadaan umum ibu , upayakan
melakukan konfirmasi umur kehamilan bayi. Adapun hal yang perlu diketahui dalam
penanganan umum persalinan preterm adalah :
a. Umur kehamilan, karena lebih bisa dipercaya untuk penentuan prognosis daripada berat
janin.

b. Demam atau tidak


c. Kondisi janin (jumlahnya, letak / presentasi, taksiran berat janin, hidup/gawat janin/mati,
kelainan kongenital dan sebagainya dengan USG)

d. Letak plasenta perlu diketahui untuk mengantisipasi irisan sectio cesarea

e. Fasilitas dari petugas yang mampu menangani calon bayi terutama adanya seorang
neonatologis, bila perlu dirujuk (Saifuddin, 2002).

2.10 PENATALAKSANAAN
a. Segera lakukan penilaian tentang

1) Usia gestasi ( untuk prognosis)

2) Demam ada/tidak

3) Kondisi janin (jumlah, letak,TB) Hidup/gawat janin/mati,atau kelainan Kongenital


dll

4) Letak plasenta : perlukah SC

5) Kesiapan Untuk Menangani bayi prematur

b. Tentukan kemungkinan penanganan selanjutnya (ada 3)

1) Pertahankan Janin hingga kelahiran aterm

2) Tunda persalinan 2-3 hari untuk memberikan obat pematangan paru janin

3) Biarkan terjadi persalinan

Penataklaksanaan belum dalam persalinan :


a. Bedrest

b. Deteksi dan management faktor Resiko

c. Tokolitik
Kemungkinan obat-obat tokolitik hanya berhasil sebentar tapi penting untuk dipakai
memberikan kortikosteroid sebagi induksi maturasi paru bila usia gestosis kurang dari 34
minggu. Ibu masuk rumah sakit (rawat inap), lakukan evaluasi terhadap his dan
pembukaan dan tindakan sebagai berikut:
a. Berikan kortikosteroid untuk memperbaiki kematangan paru janin

b. Berikan 2 dosis betamethason 12 mg IM selang 12 jam (atau berikan 4 dosis


deksamethason 5 mg IM selang 6 jam)

c. Steroid tidak boleh diberikan bila ada infeksi yang jelas.

Pemberian obat-obatan tokolitik (salbutamol,MgSo4,Nifedipin, Nitrat) tidak lebih dari 48


jam.Monitor keadaan janin dan ibu (nadi, tekanan darah, tanda distres nafas, kontraksi
uterus, pengeluaran cairan ketuban atau darah pervaginam, DJJ, balance cairan , gula
darah) (Saifuddin, 2002).

2.11 CARA PERSALINAN


Lakukan persalinan pervaginam bila janin presentasi kepala atau dilakukan episiotomy
lebar dan lakukan perlindungan forceps terutama pada kehamilan 35 minggu. Lakukan
persalinan dengan seksio sesarea bila janin letak sunggsang , gawat janin dengan syarat
partus pervaginam tidak terpenuhi , janin letak lintang, placenta previa dan taksiran berat
janin 1.500 gram (Mansjoer, 2002).
Pimpinan partus prematurus bertujuan untuk menghindari trauma bagi anak
yang masih lemah :
a. Partus tidak boleh berlangsung terlalu lama tapi sebaliknya jangan pula terlalu cepat

b. Jangan memecah ketuban sebelum pembukaan lengkap

c. Buatlah episiotomi medialis

d. Kalau persalinan perlu diselesaikan, pilihlah forceps diatas ekstraksi vakum

e. Jangan menggunakan narcose


f. Tali pusat secepat mungkin digunting untuk menghindarkan ikterus neonatorum yang
berat (Sastrawinata , 1984).

2.12 PROGNOSIS
Pada pusat pelayanan yang maju dengan fasilitas yang optimal, bayi yang lahir dengan
berat 2.000 sampai 2.500 gram mempunyai harapan hidup lebih dari 97 persen. 1500
sampai 2.000 gram lebih dari 90 persen dan 1.000 sampai 1.500 gram sebesar 65-80 persen
(Mansjoer, 2002).
Prematurnya masa gestasi akan dapat mengakibatkan ketidakmatangan pada semua
sistem organ. Baik itu pada sistem pernapasan (organ paru-paru), system peredaran darah
(jantung), sistem pencernaan dan sistem saraf pusat (otak). Ketidakmatangan pada sistem-
sistem organ itulah yang membuat bayi prematur cenderung mengalami kelainan
dibandingkan bayi normal. Kelainan itu bisa berupa :
a. Sindroma gangguan pernapasan.

Kelainan ini terjadi karena kurang matangnya paru-paru, sehingga jumlah surfaktan
(cairan pelapis paru-paru) kurang dari normal. Ini menyebabkan paru-paru tidak dapat
berkembang sempurna.
b. Perdarahan otak

Biasanya terjadi pada minggu pertama kelahiran, terutama pada bayi premature yang
lahir kurang dari 34 minggu. Pendarahan otak ini menyebabkan bayi prematur tumbuh
menjadi anak yang relatif kurang cerdas, dibanding anak yang lahir normal.
c. Kelainan jantung

Yang sering terjadi adalah Patent Ductus Arteriosus, yaitu adanya hubungan antara
aorta dengan pembuluh darah jantung yang menuju paru-paru.
d. Kelainan usus

Ini disebabkan akibat imaturitas atau kurang mampu dalam menerima nutrisi.
e. Anemia dan infeksi
Belum matangnya fungsi semua organ tubuh, membuat bayi premature menghadapi
berbagai masalah. Seperti mudah dingin, lupa napas, mudah infeksi karena sensor
otaknya belum sempurna, pengosongan lambung terhambat (refluks), kuning dan
kebutaan (Rinawati, 2007)

DAFTAR PUSTAKA

Bagian Obstetri & Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran Bandung, 1984.
Obstetri Patologi. Elstar Offset, Bandung

Krisnadi, SR. 2006. Dampak Infeksi Genital Terhadap Persalinan Kurang Bulan. Cermin
Dunia Kedokteran, No. 151.

Manuaba, Ida Bagus Gde. 1998. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga
Berencana untuk Pendidikan Bidan. Jakarta : EGC.

Masjoer, Arif dkk. 2001. Kapita Selekta Kedokteran. FKUI : Media Aesculapsius.

Mochtar, Rustam. 1998. Sinopsis Obstetri. Jakarta : EGC.

Mufdillah, S.pd, S.SiT, M.Sc. Panduan Asuhan Kebidanan Ibu Hamil . Jogjakarta : Nuha
Medika.

Nuada I, dkk. 2004. Risiko Partus Prematurus Iminen pada Kehamilan dengan Infeksi
Saluran Kemih. Bagian Ilmu Kebidanan dan Penyakit Kandungan FK Udayana RS Sanglah
Denpasar. Cermin Dunia Kedokteran No. 145 Tahun 2004.

Prawirohardjo, Sarwono. 2008. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.

You might also like