You are on page 1of 11

ANALISA DETEKSI GELOMBANG QRS UNTUK

MENENTUKAN KELAINAN FUNGSI KERJA JANTUNG

Evrita Lusiana Utari

Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Sains & Teknologi Universitas Respati Yogyakarta
Jl. Laksda Adisucipto Km 6,3 Depok, Sleman, Yogyakarta 55281 Telp 0274 489780
E-mail: evrita_lusiana@yahoo.com

ABSTRACT

Mortality rate by heart disease in Indonesia is up to 26%. To prevent the higher of


mortality rate by heart disease, an early examination for heart can be done by taking the
record of electrocardiograph. The record was analyzed to know the heart rhythm that can be
indication of heart disorder. By applying the warning of heart disorder, the heart condition
and the treatment can be known rapidly.
Electrocardiography record can be done in a short time, i.e. for 5 minutes (short term).
Analyzing method in the time domain is the simplest way to analyze the variation of the heart
rate. Analyzing in the time domain for R interval and the heart rate can be done by
histogram and statistical analysis. Measurement method in the time domain is divided into
two parts statistically, i.e. directly measurement for normal condition in R interval or the
heart rate include the average value, and the standard deviation.
The wavelet method was used in the QRS detection method in this research. Wavelet was
designed to signal data processing, data filtering, thresholding, and histogram, to acquire
the average of QRS wave, and its deviation standard. The benefit of the wavelet method can
obtained the negative deflection value for Q wave with the amplitude 25% of R wave, R wave
obtained positive deflection with the amplitude 1,6 – 3 mV, and negative deflection for S
wave has the amplitude between 0,1 mV up to 0,5 mV.

Keyword : QRS, detection, EKG, Signal Processing.

1. PENDAHULUAN pada otot jantung dibagian serambi kemudian


diteruskan melalui Atrioventriculer (AV)
Organ utama dalam tubuh manusia salah
menuju serabut purkinje yang akan memicu
satunya adalah jantung, jika terjadi kelainan
kontraksi otot jantung tersebut dibagian bilik
kerja pada jantung akan berdampak pula
(Skill lab, 2009).
pada aliran darah yang ke seluruh tubuh yang
Elektrokardiografi (EKG) adalah alat
pada kategori tertentu bisa berakibat fatal.
untuk mengukur biopotensial listrik jantung
Terjadinya serangan penyakit jantung
pada manusia. Potensial elektrik jantung
sebenarnya didahului dengan indikasi
dipicu oleh potensial aksi yang dibangkitkan
kelainan kerjanya yang bisa diamati dari
oleh SA node dan AV node, sehingga pola
ritme yang terjadi. Dengan menerapkan
potensial yang terbentuk dan yang terdeteksi
sistem peringatan adanya kelainan kerja
oleh elektrode permukaan akan mengikuti
jantung akan bisa diketahui secara cepat
depolarisasi sel jantung selama dilalui oleh
kondisi serta penanganannya. Untuk
potensial aksi ini. Sementara jantung dalam
mendeteksi adanya kelainan kerja jantung
keadaan istirahat, semua sel terpolarisasi
maka harus diketahui terlebih dahulu ritme
sehingga setiap sel adalah negatif terhadap
kerja jantung itu sendiri.
luarannya. Depolarisasi pertama muncul pada
Bagian sinoatrial (SA) pada jantung
SA node, membuat bagian luar jaringan
berfungsi sebagai pace maker yang akan
relatif lebih negatif terhadap sel didalam,
menghasilkan pulsa listrik pemicu kontraksi

27
Teknoin Vol. 22 No. 1 Maret 2016 : 27-37

juga akan lebih negatif dibandingkan dengan gelombang P ke sambungan QR dan


jaringan yang belum dipolarisasi. Hal ini normalnya sekitar 0,12 dan 0,20 detik.
menghasilkan arus ionik I yang
menyebabkan lengan kiri terukur lebih positif
dibandingkan lengan kanan.
Pengetahuan tentang aktifitas elektrik
jantung sangat dibutuhkan dalam operasi.
Suatu gangguan elektrik yang sangat kecil
dapat menyebabkan jantung berhenti
memompa darah yang diperlukan untuk
menjaga kehidupan manusia. Pada anatomi
dan fungsi jantung, jantung berfungsi sebagai
pemompa darah dengan empat kamar pada
sistem peredaran darah. Ventrikel berperan
dalam pemompaan darah, sedangkan antrium
berfungsi untuk menyimpan darah selama
Gambar 2. Pola Gelombang Sinyal Kardiografi.
ventrikel memompa.

Interval PR merepresentasikan waktu


transmisi impuls dari nodus SA ke nodus
AV. Adanya kelambatan pada nodus AV
untuk memungkinkan pengisisna ventricular
yang kuat untuk mempertahankan stoke
volume yang normal (jumlah darah yang
dikeluarkan setiap kontraksi). Kompleks
QRS mengandung gelombang dan segmen
yang berbeda, yang dapat dievalusi secara
terpisah. Kompleks QRS normal berada pada
range 0,06 - 0,10 detik.

Gambar 1. Pemasangan Lead EKG.

Sistem EKG standart terdiri dari 12 leads


(I, II, III, aVR, aVL, aVF, V1, V2, V3, V4,
V5 dan V6). Setiap lead mencatat aktivitas
elektrik jantung dari posisi anatomi yang
berbeda. Identitas dari perubahan Gambar 3. Gelombang QRS.
miokardium pada lead tertentu dapat
membantu menentukan kondisi patologis.
Amplitudo normal dari gelombang P kurang Gelombang Q adalah penurunan pertama
lebih 3 mm, durasi normal dari gelombang setelah gelombang P, biasanya dalamnya
Padalah 0,04 - 0,11 detik. Gelombang P yang kurang dari 3 mm. Gelombang Q yang sangat
lebih dari nilai ini diketahui adanya deviasi defleksi merupakan keadaan yang tidak
dari normal. Interval PR diukur dari naiknya normal pada jantung yang sehat. Gelombang

28
Analisa Deteksi Gelombang QRS untuk Menentukan Kelainan Fungsi Kerja Jantung (Evrita Lusiana Utari)

Q patologis biasanya mengidentifikasikan diagnostik yang penting. Adapun fungsi dari


adanya old MI. Gelombang R merupakan elektrokardiogram :
defleksi positif pertama setelah gelombang P,  Merupakan standar emas untuk
tinggi gelombang P pada kondisi normal diagnosis aritmia jantung.
adalah 5-10 mm.  EKG memandu tingkatan terapi dan
Peningkatan dan penurunan amplitudo risiko untuk pasien yang dicurigai ada
menjadi sangat signifikan pada beberapa infark otot jantung akut.
kondisi penyakit. Hipertrofi ventrikular akan  EKG membantu menemukan gangguan
menimbulkan gelombang R yang sangat elektrolit (mis. hiperkalemia dan
tinggi karena otot hipertrofi memerlukan arus hipokalemia).
listrik yang sangat kuat untuk depolarisasi.  EKG memungkinkan penemuan
Segmen ST dimulai di akhir gelombang S, abnormalitas konduksi (mis. blok cabang
merupakan defleksi negatif pertama setelah berkas kanan dan kiri).
gelombang R dan berakhir pada peningkatan  EKG digunakan sebagai alat tapis
gelombang T. Gelombang T harus selalu ada, penyakit jantung iskemik selama uji stres
dimana gelombang T tersebut jantung.
merepresentasikan repolarisasi serabut  EKG kadang-kadang berguna untuk
miokardium atau keadaan istirahat dari kerja mendeteksi penyakit bukan jantung (mis.
miokardium. Gelombang T normal tidak emboli paru atau hipotermia).
boleh istirahat lebih dari 5 mm pada semua  Monitor EKG modern memiliki banyak
lead, kecuali lead precordial (V1 sampai penyaring untuk pemrosesan sinyal.
dengan V6 disini dapat istirahat lebih dari 10 Yang paling umum adalah mode monitor
mm). dan mode diagnostik. Dalam mode
Lebih dari tiga dekade telah dilakukan monitor, penyaring berfrekuensi rendah
penelitian untuk mendeteksi QRS kompleks (juga disebut penyaring bernilai tinggi
dimana telah banyak metode yang ditemukan karena sinyal di atas ambang batas bisa
seperti Pan dan Tompkins yang mengusulkan lewat) diatur baik pada 0,5 Hz maupun 1
suatu algoritma untuk mengenai QRS Hz dan penyaring berfrekuensi tinggi
kompleks yang biasa disebut metode PT. (juga disebut penyaring bernilai rendah
Kemudian Yun chi dan Wen June Wang karena sinyal di bawah ambang batas
mengusulkan suatu metode baru yang bisa lewat) diatur pada 40 Hz. Hal ini
dikatakan sebagai metode yang simpel dan membatasi EKG untuk pemonitoran
reliabel karena menggunakan algoritma yang irama jantung rutin. Penyaring bernilai
cepat dan sederhana serta tidak tinggi membantu mengurangi garis dasar
membutuhkan perhitungan matematika yang menyimpang dan penyaring
rumit. bernilai rendah membantu mengurangi
Elektrokardiograf merupakan merupakan bising saluran listrik 50 atau 60 Hz
alat bantu dokter untuk mengetahui aktivitas (frekuensi jaringan saluran listrik
listrik jantung, yang merekam aktivitas berbeda antara 50 dan 60 Hz di sejumlah
kelistrikan jantung dalam waktu tertentu. negara). Dalam mode diagnostik,
Namanya terdiri atas sejumlah bagian yang penyaring bernilai tinggi dipasang pada
berbeda: elektro, karena berkaitan dengan 0,05 Hz, yang memungkinkan segmen
elektronika, kardio, kata Yunani untuk ST yang akurat direkam. Penyaring
jantung, gram, sebuah akar Yunani yang bernilai rendah diatur pada 40, 100, atau
berarti "menulis". Analisis sejumlah 150 Hz. Sebagai akibatnya, tampilan
gelombang dan vektor normal depolarisasi EKG mode monitor banyak tersaring
dan repolarisasi menghasilkan informasi daripada mode diagnostik, karena
bandpass-nya lebih sempit.

29
Teknoin Vol. 22 No. 1 Maret 2016 : 27-37

Dalam EKG terdapat kata sadapan elektrokardiografi normal dilaporkan


memiliki 2 arti pada elektrokardiografi: bisa mempunyai sensitivitas sebesar 96,2%
merujuk ke kabel yang menghubungkan (Ubeyli, 2010).
sebuah elektrode ke elektrokardiograf, atau Pengenalan pola sinyal seismik dengan
(yang lebih umum) ke gabungan elektrode menggunakan wavelet pada aktivitas gunung
yang membentuk garis khayalan pada badan berapi (Utari, 2013). Dengan alih ragam
di mana sinyal listrik diukur. Lalu, istilah gelombang singkat ini dimungkinkan
benda sadap longgar menggunakan arti lama, pelokasian frekuensi-waktu. Metode
sedangkan istilah 12 sadapan EKG Thresholding , bertujuan untuk membatasi
menggunakan arti yang baru. Nyatanya, dan menghilangkan bagian - bagian pada
sebuah elektrokardiograf 12 sadapan sinyal yang dianggap tidak banyak
biasanya hanya menggunakan 10 mengandung informasi penting. Dengan cara
kabel/elektroda. Definisi terakhir sadapan menentukan nilai parameter data, maka
inilah yang digunakan di sini. bagian-bagian yang dibatasi tersebut dapat
dianggap sebagai derau yang tercampur.
2. TINJAUAN PUSTAKA Pengenalan signal EKG menggunakan
dekomposisi paket wavelet dan k-means
Beberapa penelitian yang telah
clustering (Rizal, 2008) pada penelitian
dilakukan dengan implementasi pedektesian
tersebut dilakukan pengenalan kelainan
gelombang QRS komplek pada sistem
penyakit jantung berdasarkan sinyal EKG
peringatan kelainan kerja jantung nernasis
dengan menggunakan dekomposisi wavelet.
mikrokontroler oleh Hendriyawan (2012)
Sinyal tersebut didekomposisi hingga level 5
dalam penelitian tersebut dengan mencari
dengan tingkat akurasi 94,4 %.
nilai lokal maksimal gelombang QRS
komplek untuk mengukur jarak waktu antar
singleton. Selanjutnya penelitian dengan 3. PEMBAHASAN
menggunakan metode identifikasi sinyal 3.1. Teknik - Teknik Elektrokardiografi
kardiografi ditunjukkan dengan Terdapat tiga teknik yang digunakan
perkembangan pertama kali oleh Ranjith dalam elektrokardiografi meliputi :
(2006) yang melakukan penelitian dengan 1. Standart clinical ECG ini menggunakan
frekuensi 150 Hz. Penelitian tentang analisis teknik 10 elektrode dengan 12 lead yang
gelombang elektrokardiografi dengan ditempatkan pada titik - titik tubuh
menggunakan gelombang-singkat mexican tertentu. Teknik ini digunakan untuk
hat yang ditambahkan dengan metode filter menganalisa pasien.
bank, dilaporkan mempunyai sensitivitas 2. Vectorcardiogram, teknik ini
sebesar 87,5%. Penelitian selanjutnya menggunakan tiga elektroda yang
dilakukan dengan menggabungan metode ditempatkan pada titik-titik tubuh
gelombang-singkat morlet dengan metode tertentu. Teknik ini menggunakan
neuro fuzzy untuk mendeteksi sinyal pemodelan potensial tubuh vektor tiga
elektrokardiogram normal yang dilaporkan dimensi dengan menggunakan sandapan
mempunyai sensitivitas sebesar 87,8% baku bipolar (Einthoven). Dari sini akan
(Mehmet, 2007). dihasilkan gambar grafis dari eksitansi
Metode pendeteksian elektrokardiografi jantung.
tanpa menggunakan pre-prosesing adalah 3. Monitoring ECG, teknik ini
algoritma kupev. Algoritma kupev menggunakan 1 atau 2 elektroda yang
dilaporkan mempunyai sensitivitas sebesar ditempatkan pada titik - titik tubuh
90% (Darrington, 2009). Penelitian dengan tertentu. Teknik ini digunakan untuk
menggunakan metode transformasi wavelet memonitor pasien dalam jangka panjang.
diskrit untuk mendeteksi sinyal

30
Analisa Deteksi Gelombang QRS untuk Menentukan Kelainan Fungsi Kerja Jantung (Evrita Lusiana Utari)

4. Standart clinical ECG ini menggunakan ditempatkan pada titik-titik tubuh


teknik 10 elektrode dengan 12 lead yang tertentu. Teknik ini digunakan untuk
ditempatkan pada titik-titik tubuh memonitor pasien dalam jangka panjang.
tertentu. Teknik ini digunakan untuk
menganalisa pasien. 3.2. Karakteristik dan Parameter-
5. Vectorcardiogram, teknik ini Parameter dalam EKG
menggunakan tiga elektroda yang Sinyal EKG terdiri dari gelombang P,
ditempatkan pada titik-titik tubuh kompleks QRS, dan gelombang T digunakan
tertentu. Teknik ini menggunakan untuk mendeteksi kelainan jantung atau
pemodelan potensial tubuh vektor tiga aritmia. Urutan terjadinya sinyal EKG yang
dimensi dengan menggunakan sandapan dapat menimbulkan gelombang P, kompleks
baku bipolar (Einthoven). Dari sini akan QRS, dan gelombang T (dengan deskripsi
dihasilkan gambar grafis dari eksitansi yang terdapat dalam tabel 1. Parameter
jantung. EKG).
6. Monitoring ECG, teknik ini
menggunakan 1 atau 2 elektroda yang

Tabel.1 Parameter EKG


Defleksi Deskripsi Nilai
Gelombang EKG yang pertama dilihat
Gelombang P dengan ciri-ciri lengkung kecil, defleksi Amplitudo <0,3mV
positif .
Jarak antara awal gelombang P dengan
awal kompleks QRS, pengukuran waktu
Interval PR Durasi 0,12-0,2 detik
antara gelombang depolarisasi dari
atrium ke ventrikel .
- Amplitudo 25 % dari
gelombang R amplitudo
- Gelombang Q: defleksi negatif
25 % dari gelombang R.
Interval QRS - Gelombang R: defleksi positif
- Amplitudo 1,6 - 3mV
- Gelombang S: defleksi negatif
- Amplitudo 0,1- 0,5mV
setelah gelombang R.
Jarak antara gelombang S dan awal
gelombang T; Pengukuran waktu anatara
Segmen ST Durasi 0,05-0,15 detik.
depolarisasi ventrikel dan awal
repolarisasi ventrikel
Lengkung positif setelah kompleks QRS
Gelombang T yang memrepresentasikan repolarisasi Amplitudo 0,1 - 0,5 mV
ventrikel.
Pengukuran waktu dari awal QRS sampai
Ventrikel yang berdurasi
Interval QT akhir gelombang T yang
0,35 -0,44 detik.
merepresentasikan aktivitas.

3.3. Analisa EKG pada Domain Waktu Analisa domain waktu untuk interval R dan
Metode analisa pada domain waktu kecepatan detak dengan analisa histogram,
merupakan metoda paling sederhana untuk dan statistik. Metoda pengukuran pada
analisa variasi kecepatan detak jantung. domain waktu secara statistik dibagi dua

31
Teknoin Vol. 22 No. 1 Maret 2016 : 27-37

bagian yaitu: pengukuran secara langsung seperti pacemaker yang menyimpang


kondisi normal (N) interval R atau kecepatan maupun takikardi atrium multifokus.
detak jantung meliputi nilai rata-rata, dan
standar deviasi. 3. Kompleks QRS
1. Gelombang P Kompleks QRS adalah struktur EKG
Selama depolarisasi atrium normal, yang berhubungan dengan depolarisasi
vektor listrik utama diarahkan dari nodus SA ventrikel. Karena ventrikel mengandung
ke nodus AV, dan menyebar dari atrium lebih banyak massa otot dari pada atrium,
kanan ke atrium kiri. Vektor ini berubah ke kompleks QRS lebih besar dari pada
gelombang P di EKG, yang tegak pada gelombang P. Disamping itu karena sistem
sadapan II, III, aVF (karena aktivitas HIS / Purkinje mengkoordinasikan
kelistrikan umum sedang menuju elektrode depolarisasi ventrikel, kompleks QRS
positif di sadapan-sadapan itu), dan cenderung memandang tegak daripada
membalik disadapan aVR (karena vektor ini membudar karena pertambahan kecepatan
sedang berlalu dari lektrode positif untuk konduksi. Kompleks QRS yang normal
sadapan itu). Sebuah gelombang P harus berdurasi 0,06-0,1 s(60-100 ms) yang
tegak di sadapan II dan aVF dan terbalik di ditunjukkan dengan 3 kotak kecil atau
sadapan aVR untuk menandakan irama kurang, namun setiap ketidak normalan
jantung sebagai Irama Sinus. konduksi bisa lebih panjang, dan
- Hubungan antara gelombang P dan menyebabkan perluasan komples QRS.
kompleks QRS membantu membedakan - Durasi, amplitudo , dan morfologi
sejumlah aritmia jantung. komples QRS berguna untuk
- Bentuk dan durasi gelombang P dapat mendiagnosis aritmia jantung,
menandakan pembesaran atrium. abnormalitas konduksi, hipertrofi
ventrikel, infark otot jantung, gangguan
2. Interval PR elektrolit, dan keadaan sakit lainnya.
Interval PR diukur dari awal gelombang - Gelombang Q bisa normal (fisiologis)
P ke awal kompleks QRS,yang biasanya atau patologis. Bila ada, gelombang Q
panjangnya 120-200 ms. Pada pencatatan yang normal menggambarkan
EKG, ini berhubungan dengan 3-5 kotak depolarisasi septum interventriculare.
kecil. - Gelombang Q lebih besar dari pada 1/3
- Interval PR lebih dari 200 ms dapat tinggi gelombang R, berdurasi lebih
menandakan blok jantung tingkat besar daripada 0,04 s (40 ms), atau
pertama. disadapan prekordial kanan dianggap
- Interval PR yang pendek dapat tidak normal, dan mungkin
menandakan sindrom pra-ektasi melalui menggambarkan infark miokardium.
jalur tambahan yang menimbulkan
pengaktifan awal ventrikel, seperti yang 4. METODE PENELITIAN
terlihat di Sindrom Wolff – Parkinson - Penelitian ini menggunakan 5 jenis EKG
White. diperoleh dari RSUD Panembahan Senopati,
- Interval PR yang bervariasi dapat yang menggambarkan kondisi jantung
menandakan jenis lain blok jantung. berbeda, yakni Normal, Ventrikular
- Depresi segmen PR dapat menandakan Hypertrophy, Atrial Tachycardia, dan
lesi atrium atau perikarditis. Myocardial Infarctio.
- Morfologi gelombang P yang bervariasi
pada sadapan EKG tunggal dapat
menandakan irama pacemaker ektopik

32
Analisa Deteksi Gelombang QRS untuk Menentukan Kelainan Fungsi Kerja Jantung (Evrita Lusiana Utari)

4.1. Alat Penelitian sekelompok pixel, kemudian mengganti nilai


pixel yang diproses dengan nilai mediannya.
Alat yang digunakan untuk
Median filter telah digunakan secara luas
melaksanakan penelitian ini menggunakan
untuk memperhalus dan mengembalikan
perangkat lunak program Matlab (Matrix
bagian dari citra yang mengandung noise
Laboratory). Matlab merupakan perangkat
yang berbentuk bintik putih.
lunak matematis yang menggunakan vektor
dan matrik sebagai elemen data utama.
Perangkat ini diciptakan di Universitas 4.2.2. Deteksi tepi
Mexico dan Universitas Stanford pada tahun Tepian dari suatu citra mengandung
70-an yang kemudian dikembangkan dan informasi penting dari citra bersangkutan.
disempurnakan hingga saat ini. Matlab Tepian citra dapat merepresentasikan objek-
menyediakan fasilitas - fasilitas untuk objek yang terkandung dalam citra tersebut,
komputasi, visualisasi dan pemograman. bentuk, dan ukurannya serta terkadang juga
Selain itu Matlab juga memiliki beberapa informasi tentang teksturnya. Tepian citra
fitur yang dikelompokkan berdasarkan adalah posisi di mana intesitas pixel dari citra
aplikasi tertentu yang dikenal dengan berubah dari nilai rendah ke nilai tinggi atau
Toolbox. Toolbox yang penting dalam sebaliknya. Deteksi tepi umumnya adalah
penelitian ini adalah Toolbox Wavelet, dan langkah awal melakukan segmentasi citra.
Toolbox Signal Processing. Tujuan deteksi tepi meningkatkan
penampakan garis batas suatu daerah atau
4.2. Tahapan - tahapan Penelitian objek di dalam citra, mencirikan batas objek
dan berguna untuk proses segmentasi dan
Penelitian ini dilakukan dengan tahapan-
identifikasi objek dan karena termasuk
tahapan mulai penyiapan data sinyal
dalam komponen berfrekuensi tinggi, perlu
kardiografi, pengolahan sinyal, filtering,
filter high-pass.
deteksi tepi, dan analisa hasil deteksi.
Arah dari tepian citra bermacam -
Tahapan penyiapan data sampel sinyal
macam. Ada yang lurus dan ada yang dapat
kardiografi dalam penelitian ini dengan cara
digunakan untuk mendeteksi berbagai
melakukan pengambilan gambar, kemudian
macam jenis tepian. Setiap teknik memiliki
melakukan seleksi kualitas dari hasil gambar.
keunggulan masing-masing. Satu teknik
Pada pra-pemrosesan sinyal EKG di rubah ke
deteksi tepi mungkin dapat bekerja sangat
dalam bentuk citra.
baik dalam suatu aplikasi tertentu namun
sebaliknya belum tentu dapat bekerja secara
4.2.1. Filtering
maksimal dalam aplikasi lainnya. Tepian
Untuk mengatasi noise tersebut perlu citra dapat dilihat melalui perubahan
dilakukan usaha untuk memperbaiki kualitas intensitas pixel pada suatu area. Berdasarkan
dari gelombang QRS tersebut. Salah satunya perbedaan perubahan intensitas tersebut,
adalah dengan filtering gelombang baik tepian dapat dibagi menjadi 4 jenis, yaitu :
secara linear maupun secara non - linear. 1. Step merupakan tepian yang terbentuk
Mean filter merupakan salah satu filtering dari perubahan intensitas citra secara
linear yang berfungsi untuk memperhalus signifikan dari tinggi rendah ataupun
dan menghilangkan noise pada suatu sinyal sebaliknya.
yang bekerja dengan menggantikan intensitas 2. Ramp merupakan tepian yang terbentuk
nilai pixel dengan rata-rata dari nilai pixel dari perubahan intensitas citra secara
tersebut dengan nilai pixel - pixel perlahan. Perubahan secara perlahan
tetangganya. dapat dilihat pada bentuk kurva yang
Median filter adalah salah satu filtering semakin tinggi dengan perubahan
non-linear yang mengurutkan nilai intensitas kontinu.

33
Teknoin Vol. 22 No. 1 Maret 2016 : 27-37

3. Line merupakan tepian yang ditandai sehingga perubahan intensitas


dengan adanya perubahan intensitas selanjutnya berlangsung stabil.
secara drastis dari intensitas rendah –
tinggi - rendah atau sebaliknya. Analisa deteksi berdasarkan nilai
4. Step - line merupakan gabungan dari konfigurasi yang telah ditentukan. Nilai
tepian jenis step dan line. Tepian jenis tersebut dapat dilihat pada tabel 2.
ini ditandai dengan peningkatan Proses pengolahan data dapat dilihat
intensitas yang tajam dalam interval pada Gambar 4, dengan awal adalah
tertentu kemudian ditandai dengan pemilihan citra sinyal, yang kemudian
penurunan yang tidak signifikan, dilanjutkan dengan pengolahan dan filtering
data. Selanjutnya proses deteksi.

Tabel 2. Konfigurasi pada EKG


No Jenis Konfigurasi EKG Nilai
Nilai normal lebar 0,12 detik
Tinggi 0,3 miliVolt
1 Gelombang P : Proses depolarisasi atrium
Selalu (+) di lead II
Selalu (-) di lead aVR
Nilai normal lebar 0,06 – 0,12 detik
2 Gelombang QRS : Proses depolarisasi ventrikel
Tinggi tergantung lead
Gelombang Q: Defleksi negative pertama pada Nilai normal lebar 0,04 detik
3
gelombang QRS Dalamnya 1/3 tinggi R
Gelombang R: Defleksi positif pertama pada
4 Nilainya +
gelombang QRS
Di lead aVR, V1 dan V2 terlihat lebih dalam, di
Gelombang S : Defleksi negative setelah
5 lead V4, V5, dan V6 makin menghilang atau
gelombang R
berkurang dalamnya.
Umumnya gelombang T positif di hampir semua
6 Gelombang T : Proses repolarisasi ventrikel
lead kecuali di aVR
Interval PR : Diukur dari permulaan gelombang
7 Nilai normal antara 0,12 – 0,2 detik
P sampai permulaan gelombang QRS
Normalnya isoelektrik, tetapi pada lead precordial
bervariasi -0,5 samapai 2 mm.
Segmen ST : Diukur dari akhir gelombang QRS
8 Segmen ST diatas elektrik disebut ST elevasi.
sampai permulaan gelombang T
Segmen ST dibawah garis Isoelektrik disebut ST
depresi.

Mulai

Data Sinyal

Pengolahan Sinyal

Ya Tdk

Filterin
g

Deteksi Tepi

Analisa Hasil Deteksi

Selesai

Gambar 4 Diagram Alur Penelitian.

34
4.2.3. Pemilihan Sampel
Pemilihan data sinyal mewakili data
pasien penderita gangguan jantung.
Diantaranya data citra jenis Aritmia Sinus, Gambar 10. Citra Hasil Pengolahan Bradikardi
Bradikardi Sinus, Sinus Ritmi, dan Sinus.
Takhikardi Sinus. Citra sinyal tersebut dapat
dilihat pada gambar 5 hingga 8.

Gambar 11. Citra Hasil Pengolahan Sinus Ritmi.

Gambar 5.Citra Aritmia Sinus.

Gambar 12. Citra Hasil Pengolahan Takhikardi


Sinus.

Gambar 6. Citra Bradikardi Sinus. 4.2.5. Deteksi Tepi Gelombang


Sistem deteksi tepi dengan
menggunakan analisa deteksi puncak tiap
gelombang yang mewakili PQRST.
Gambar 7. Citra Sinus Ritmi.

Gambar 8 Citra Takhikardi Sinus

4.2.4. Pengolahan Citra Sinyal EKG


Hasil pemilihan data citra sinyal
kardiografi yang telah dilakukan selanjutnya
dilakukan pengolahan citra. Hal ini berguna Gambar 13. Citra Hasil Deteksi Aritmia Sinus.
untuk memilah antara data dengan noise.
Sehingga dari data pengolahan tersebut dapat
lebih mudah dalam mendeteksi sinyal hasil
EKG. Gambar hasil pengolahan ditunjukkan
pada Gambar 9 hingga 12.

Gambar 14. Citra Hasil Deteksi Sinus Ritmi.

Gambar 9. Citra Hasil Pengolahan Aritmia Sinus.

35
Teknoin Vol. 22 No. 1 Maret 2016 : 27-37

3. Bradikardi Sinus (SB)


Memiliki irama teratur, dengan nilai
frekuensi (HR) kurang dari 60 X / menit.
Dengan nilai gelombang P normal yaitu
lebar 0,12 detik dan Tinggi 0,3 miliVolt,
dan gelombangnya selalu diikuti oleh
gelombang QRS T. Untuk interval PR
normal antara 0,12 sampai dengan 0,20 detik,
Gambar 15 Citra Hasil Deteksi Bradikardi Sinus.
dan gelombang QRS nya normal dengan nilai
0,06 sampai dengan 0,12 detik.

4. Takhikardi Sinus (ST)


Memiliki irama teratur, dengan nilai
frekuensi (HR) lebih besar dari 100 sampai
dengan 150 X / menit. Dengan nilai
gelombang P normal yaitu lebar 0,12 detik
dan Tinggi 0,3 miliVolt, dan gelombangnya
selalu diikuti oleh gelombang QRS T. Untuk
interval PR normal antara 0,12 sampai
Gambar 16 Citra Hasil Deteksi Takhikardi Sinus. dengan 0,20 detik, dan gelombang QRS nya
normal dengan nilai 0,06 sampai dengan 0,12
4.2.6. Analisis Hasil Deteksi detik.
Analisa hasil deteksi sinyal EKG
diperoleh pada deteksi tepi sinyal yaitu : 5. KESIMPULAN
1. Sinyal Aritmia Sinus a) Proses pengolahan sinyal kardiografi
Memiliki irama tidak teratur, nilai dalam arah vertikal maupun arah
frekuensinya (HR) antara 60 sampai dengan horisontal dapat dideteksi menggunakan
100 X/menit. Bentuk gelombang P normal lead yang terpasang pada pasien.
yaitu lebar 0,12 detik dan Tinggi 0,3 Dengan metode ini data sinyal dapat
miliVolt, dan gelombangnya selalu diikuti ditentukan dalam kawasan frekuensi dan
oleh gelombang QRS T. Untuk interval PR waktu.
normal antara 0,12 sampai dengan 0,2 detik. b) Validitas sinyal hasil pemfilteran dapat
Dan nilai gelombang QRS menunjukkan diatur secara tepat dengan mengatur
aktivitas normal dengan niali antara 0,06 besarnya frekuensi pada saat melakukan
sampai dengan 0,12 detik. Ditunjukkan pada pemfilteran. Pada spektrum pada dilihat
gambar 13 sampai 16. hasil pengolahan citra yang lebih akurat.
Sehingga nilai yang diharapkan sesuai
2. Sinus Ritmi dengan informasi dari pasien.
Memiliki irama teratur, dengan nilai c) Dalam pengolahan citra dengan
frekuensinya (HR) 60 sampai dengan 100 menggunakan sistem deteksi tepi pada
X/menit. Dengan nilai gelombang P normal gelombang QRS.
yaitu lebar 0,12 detik dan Tinggi 0,3 d) Dengan menggunakan melakukan proses
miliVolt, dan gelombangnya selalu diikuti pembatasan data memudahkan kita
oleh gelombang QRS T. Untuk interval PR dalam proses pengolahan citra utamanya
normal antara 0,12 sampai dengan 0,12 detik. untuk citra gelombang kardiografi,
karena pada gelombang kardiografi pola
yang dihasilkan cenderung mendekati
sama. Sehingga apabila metodenya

36
Analisa Deteksi Gelombang QRS untuk Menentukan Kelainan Fungsi Kerja Jantung (Evrita Lusiana Utari)

kurang sesuai pola yang dihasilkan akan Mathematics, Imperial College


sama. London, SW7 2AZ, London, 2003.

DAFTAR PUSTAKA Utari, Pengenalan Pola Sinyal Kardiografi


dengan menggunakan Alih Ragam
Aminullah Dr, Elektrokardiogram, Januari Gelombang Singkat, Simposium RAPI
AMINCIA, 2014. XIII Universitas Muhammadiyah
Halomoan, J, Juni 2013, Analisa Sinyal EKG Malang, 2014.
dengan Metode HRV (Heart Rate Yasak, Abdul., Arifin. A., May, Ekstraksi
Variability) pada Domain Waktu Parameter Temporal Sinyal ECG
Aktivitas Berdiri dan Terlentang, menggunakan Difference Operation
Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Method, The 13th Seminar on
Informasi (SNATI), Institut Teknologi Intelligent Technologyand Its
Telkom, Bandung, Indonesia, 2013. Applications, Institus Teknologi
Hariati, Nurdin W.B, Identifikasi Karakter Sepuluh November, Surabaya,
Temporan dan Potensial Listrik Statis Indonesia, 2012.
dari Kompleks QRS dan Segmen ST
Elektrokardiogram (EKG) Pada
Penderita dengan Kelainan Jantung
Hipertrofi Ventrikel Kiri, Universitas
Hasanuddin.
Hendriyawan, MS, Implementasi Algoritma
Pendeteksian Gelombang QRS komplek
pada Sistem Peringatan Kelainan
Kerja Jantung Berbasis Mikrikontroler,
Universitas Teknologi Yogyakarta,
2012.
Rao, R. M., Bopardikar,A.S, Wavelet
Transform: Introduction to Theory and
Application, Addision-Wesley,
Massachusetts, 1998.
Rizal, A, Pengenalan Signal EKG
Menggunakan Dekomposisi Paket
Wavelet dan K-Means Clustering,
SNATI Yogyakarta, 2008.
S. Grace Chang, September, Adaptive
Wavelet Thresholding for Image
Denoising and Compression, Student
Member, IEEE, University of
California, 2003.
Sofia C. OLHEDE and Andrew T.
WALDEN November, ‗Analytic‟
Wavelet Thresholding, Department of

37

You might also like