You are on page 1of 37

Nama kelompok

1. Riniyanti (108116044)
2. Anjas Upi R (108116056)
3. Desy Nur Annisa (108116059)
4. Arfi Nur’Afifah (108116061)

KEHAMILAN DENGAN HIPERTENSI DAN PREEKLAMPSI

A. Konsep Hipertensi dalam Kehamilan

1. Pengertian Hipertensi dalam Kehamilan

Hipertensi dalam kehamilan adalah suatu kondisi dalam kehamilan dimana


tekanan darah sistol diatas 140 mmHg dan diastol diatas 90 mmHg atau adanya
peningkatan tekanan sisstolik sebesar 30 mmHg atau lebih atau peningkatan
diastolik sebesar 15 mmHg atau lebih diatas nilai dasar yang mana diukur dalam
dua keadaan, minimal dalam jangka waktu 6 jam (Reeder dkk, 2011).

Hipertensi dalam kehamilan ialah tekanan darah sistolik dan sistolik ≥140/90
mmHg pengukuran tekanan darah sekurang-kurangnya dilakukan 2 kali selang 4
jam. Kenaikan tekanan darah sistolik ≥ 30 mmHg dan kenaikan tekanan darah
diastolik ≥ 15 mmHg sebagai parameter hipertensi sudah tidak dipakai lagi
(Prawirohardjo, 2013). Klasifikasi hipertensi dalam kehamilan :

a. Hipertensi kronik adalah hipertensi yang timbul sebelum usia kehamilan 20


minggu atau hipertensi yang pertama kali didiagnosis setelah umur
kehamilan 20 minggu dan hipertensi menetap sampai 12 minggu pasca
persalinan.
b. Preeklamsi adalah hipertensi yang timbul setelah 20 minggu kehamilan
disertai dengan proteinuria.
c. Eklamsi adalah preeklamsi yang disertai dengan kejang-kejang sampai
dengan koma.
d. Hipertensi kronik dengan superposed preeklamsi adalah hipertensi kronik
di sertai tanda-tanda preeklamsi atau hipertensi kronik

1
disertai proteinuria.

e. Hipertensi gestasional (transient hypertensi) adalah hipertensi yang timbul


pada kehamilan tanpa disertai proteinuria dan hipertensi menghilang setelah
3 bulan pascapersalin atau kehamilan dengan preeklamsi tetapi tanpa
proteinuria (prawirohardjo, 2013).

Tabel Diagnosis Preeklampsia

Parameter Keterangan
Tekanan Darah 1. TD sistol ≥ 140 mmHg atau
diastole ≥ 90 mmHg pada dua kali
pengukuran setidaknya dengan
selisih 4 jam, pada usia kehamilan
lebih dari 20 minggu pada
perempuan dengan TD
normal
2. TD Sistol ≥ 160 mmHg atau
diastole ≥ 110 mmHg hipertensi
dapat ditegakkan dalam hitungan
menit untuk mempercepat
dimulainya pemberian
antihipertensi
DAN
Proteinuria Protein urine kuantitatif ≥ 300 mg/24 jam
atau
Protein/rasio kreatinin ≥ 0.3 mg/dL
Pemeriksaan carik celup urine +1
(hanya jika protein urine kuantitatif
tidak tersedia)
Atau jika tidak ada proteinuria hipertensi yang baru timbul dengan
awitan salah satu dari :

2
Trombositopenia Hitung trombosit < 100.000/µL
Insufisiensi ginjal Konsentrasi kreatinin serum >1,1 mg/dL
atau lebih dari dua kali kadarnya dan
tidak terdapat penyakit ginjal lainnya
Gangguan fungsi hati Konsentrasi transaminase lebih
dari dua kali normal
Edema paru
Gangguan serebral atau
pengelihatan
Sumber :American College of Obstetricians and Gynecologists, 2013
2. Etiologi
Prawirohardjo (2013), menjelaskan penyebab hipertensi dalam kehamilan
belum diketahui secara jelas. Namun ada beberapa faktor risiko yang menyebabkan
terjadinya hipertensi dan dikelompokkan dalam faktor risiko. Beberapa faktor
risiko sebagai berikut :
a. Primigravida, primipaternitas

b. Hiperplasentosis, misalnya : mola hidatidosa, kehamilan multipel, diabetes


melitus, hidrops fetalis, bayi besar.
c. Umur

d. riwayat keluarga pernah pre eklampsia/ eklampsia

e. penyakit- penyakit ginjal dan hipertensi yang sudah ada sebelum hamil
f. obesitas

3. Patofisiologi
Prawirohardjo (2013), menjelaskan beberapa teori yang mengemukakan
terjadinya hipertensi dalam kehamilan diantaranya adalah :
a. Teori kelainan vaskularisasi plasenta kehamilan normal, rahim dan plasenta
mendapat aliran darah dari cabang-cabang arteri uterina dan arteri ovarika.
Kedua pembuluh darah tersebut menembus miometrium berupa uteri
arkuarta dan memberi cabang arteri radialis. Arteri radialis menembus

3
endometrium menjadi arteri basalis dan artrei basalis memberi cabang arteri
spiralis.
Kehamilan normal akan terjadi invasi trofoblas ke dalam lapisan otot
arteri spiralis yang menimbulkan degenerasi lapisan otot tersebut sehingga
terjadi dilatasi arteri spiralis. Invasi trofoblas juga memasuki jaringan
sekitar arteri spiralis, sehingga jaringan matriks menjadi gembur dan
memudahkan arteri spiralis mengalami distensi dan dilatasi. Keadaan ini
akan memberi dampak penurunan tekanan darah, penurunan resistensi
vaskular, dan peningkatan tekanan darah pada daerah utero plasenta.
Akibatnya aliran darah ke janin cukup banyak dan perfusi jaringan juga
meningkat, sehingga dapat menjamin pertumbuhan janin dengan baik.
Proses ini sering dinamakan dengan remodeling arteri spiralis.
Sebaliknya pada hipertensi dalam kehamilan tidak terjadi invasi selsel
trofoblas pada lapisan otot arteri spiralis dan jaringan matriks sekitarrya.
Lapisan otot arteri spiralis menjadi tetap kaku dan keras sehingga lumen
arteri spiralis tidak memungkinkan mengalami distensi dan vasodilatasi.
Akibatnya arteri spiralis relatif mengalami vasokonstriksi dan terjadi
kegagalan remodeling arteri spiralis. Sehingga aliran darah uteroplasenta
menurun, dan terjadi hipoksia dan iskemia plasenta.

b. Teori iskemia plasenta, radikal bebas, dan disfungsi endotel Plasenta yang
mengalami iskemia dan hipoksia akan menghasilkan oksidan yang disebut
juga radikal bebas. Iskemia plasenta tersebut akan menghasilkan oksidan
penting, salah satunya adalah radikal hidroksil yang sangat toksis,
khususnya terhadap membran sel endotel pembuluh darah. Radikal
hidroksil tersebut akan merusak membran sel yang mengandung banyak
asam lemak tidak jenuh menjadi peroksida lemak. Peroksida lemak tersebut
selain akan merusak membran sel, juga akan merusak nukleus, dan protein
sel endotel.
Peroksida lemak sebagai oksidan akan beredar diseluruh tubuh dalam
aliran darah dan akan merusak membran sel endotel. Akibat sel endotel

4
terpapar terhadap peroksida lemak, maka terjadi kerusakan sel endotel, yang
kerusakannya dimulai dari membran sel endotel.
Kerusakan membran sel endotel mengakibatkan terganggunya fungsi
endotel, bahkan rusaknya seluruh struktur sel endotel.
c. Teori intoleransi imunologik antara ibu dan janin

HLA-G (human leukocyte antigen protein G) merupakan prakondisi untuk


terjadinya invasi trofoblas kedalam jaringan desidua ibu, disamping untuk
menghadapi sel natular killer. HLA-G tersebut akan mengalami penurunan
jika terjadi hipertensi dalam kehamilan. Hal ini menyebabkan invasi desidua
ke trofoblas terhambat. Awal trimester kedua kehamilan perempuan yang
mempunyai kecendrungan terjadi pre-eklampsia, ternyata mempunyai
proporsi helper sel yang lebih rendah bila dibanding pada normotensif.

d. Teori adaptasi kardiovaskuler

Daya refrakter terhadap bahan konstriktor akanhilangjika terjadi hipertensi


dalam kehamilan, dan ternyata terjadi peningkatan kepekaan terhadap
bahan-bahan vasopresor. Artinya daya refrakter pembuluh darah terhadap
bahan vasopresor hilang hingga pembuluh darah menjadi sangat peka
terhadap bahan vasopresor.

e. Teori Genetik

Genotip ibu lebih menentukan terjadinya hipertensi dalam kehamilan secara


familial jika dibandingkan dengan genotipe janin. Telah terbukti bahwa
pada ibu yang mengalami pre-eklampsia, 2,6% anak perempuannya akan
mengalami preeklampsia pula, sedangkan hanya 8% anak menantu
mengalami preeklampsia.

f. Teori defisiensi gizi

5
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa kekurangan defisiensi gizi
berperan dalam terjadinya hipertensi dalam kehamilan. Misalnya seorang
ibu yang kurang mengkonsumsi minyak ikan, protein dan
lain-lain.

g. Teori stimulus inflamasi

Teori ini berdasarkan fakta bahwa lepasnya debris trofoblas di dalam


sirkulasi darah merupakan rangsangan utama terjadinya proses inflamasi.
Plasenta juga akan melepaskan debris trofoblas dalam kehamilan normal.
Sebagai sisa-sisa proses apoptosis dan nekrotik trofoblas, akibar reaksi
steress oksidatif.

Bahan-bahan ini sebagai bahan asing yang kemudian merangsang timbulnya


proses inflamasi. Proses apoptosis pada preeklampsia terjadi peningkatan
stress oksidatif, sehingga terjadi peningkatan produksi debris apoptosis dan
dan nekrotik trofoblas. Makin banyak sel trofoblas plasenta maka reaksi
stress oksidatif makin meningkat, sehingga jumlah sisa debris trofoblas juga
makin meningkat. Keadaan ini menimbulkan beban reaksi inflamasi dalam
darah ibu menjadi jauh lebih besar dibanding reaksi inflamasi pada
kehamilan
normal(Prawirohardjo, 2013).

Berdasarkan teori di atas, akan mengakibatkan terjadinya kerusakan


membran sel endotel. Kerusakan ini mengakibatkan terganggunya fungsi
endotel, bahkan rusaknya seluruh struktur sel endotel. Keadaan ini disebut
dengan disfungsi sel endotel. Apabila terjadi disfungsi sel endotel, maka
akan terjadi beberapa gangguan dalam tubuh,
diantaranya adalah :

1. Gangguan metabolisme prostaglandin, karena salah satu fungsi sel


endotel adalah memproduksi prostaglandin, yaitu menurunnya produksi
prostasiklin (PGE2) yang merupakan

6
suatu fasodilator kuat.

2. Perubahan pada sel endotel kapiler glomerulus

3. Peningkatan permeabilitas kapiler

4. Peningkatan produksi bahan- bahan vasopresor, yaitu endotelin. Kadar


NO (vasodilator) menurun, sedangkan endotelin (vasokonstriktor)
meningkat.
5. Peningkatan vaktor koagulasi

6. Agresi sel-sel trombosit pada daerah endotel yang mengalami


kerusakan. Agresi sel-sel trombosit ini untuk menutupi tempattempat di
lapisan endotel yang mengalami kerusakan. Terjadinya agresi trombosit
akan memproduksi tromboksan (TXA2) yang mana tromboksan
tersebut merupakan suatu vasokonstriktor kuat. Ibu hamil yang
mengalami hipertensi akan terjadi perbandingan kadar tromboksan
(vasokonstriktor kuat) lebih tinggi dari pada prostasiklin (vasodilator
kuat), sehingga menyebabkan pembuluh darah cendrung mengalami
vasokonstriksi, dan terjadi kenaikan tekanan darah.

Reeder (2011), menjelaskan patofisiologi hipertensi dalam kehamilan


terjadi karena adanya vasokonstriksi arteriol, vasospasme sistemik, dan
kerusakan pembuluh darah merupakan karakteristik terjadinya hipertensi
dalam kehamilan. Sirkulasi arteri terganggu karena adanya segmen yang
menyempit dan melebar yang berselang-seling. Kerja vasospastik tersebut
merusak pembuluh darah akibat adanya penurunan suplai darah dan
penyempitan pembuluh darah di area tempat terjadinya pelebaran. Apabila
terjadi kerusakan pada endotelium pembuluh darah, trombosit, fibrinogen,
dan hasil darah lainnya akan dilepaskan ke dalam interendotelium.
Kerusakan pembuluh darah akan mengakibatkan peningkatan permeabilitas
albumin, dan akan mengakibatkan perpindahan cairan dari ruang
intravaskuler ke ruang ekstravaskuler yang terlihat secara klinis sebagai
edema (Reeder, 2011).

7
4. WOC Hipertensi dalam Kehamilan
5. Manifestasi Klinis
Jhonson (2014), menjelaskan beberapa manifestasi klinis dari hipertensi dalam
kehamilan adalah sebagai berikut :
Gejala yang timbul akan beragam, sesuai dengan tingkat PIH dan organ yang
dipengaruhi.
1) Spasme pembuluh darah ibu serta sirkulasi dan nutrisi yang buruk dapat
mengakibatkan kelahiran dengan berat badan dan kelahiran prematur.
2) Mengalami hipertensi diberbagai level.

3) Protein dalam urin berkisar dari +1 hingga +4.

4) Gejala neurologi seperti pandangan kabur, sakit kepala dan hiper refleksia
mungkin akan terjadi.
5) Berpotensi gagal hati.

6) kemungkinan akan mengalami nyeri di kuadran kanan atas.

7) meningkatnya enzim hati.

8) jumlah trombosit menurun.

Perubahan Sistem dan Organ pada Preeklampsia

a. Volume plasma

Volume plasma pada kehamilan normal akan meningkat dengan bermakna


guna memenuhi kebutuhan pertumbuhan janin. Sebaliknya pada
preeklampsia terjadi penurunan volume plasma antara 30-40% dibanding
hamil normal disebut hipovolemia. Hipovolemia diimbangi dengan
vasokonstriksi, sehingga terjadi hipertensi.
b. Hipertensi

Hipertensi merupakan tanda terpenting dalam menegakkan diagnosis


hipertensi dalam kehamilan. Tekanan diastolik menggambarkan resistensi
perifer, sedangkan tekanan sistolik menggambarkan besaran curah
jantung.Peningkatan reaktivitas vaskuler pada preeklampsia terjadi pada
umur kehamilan 20 minggu, tetapi hipertensi dideteksi umumnya pada
trimester II.

10
c. Fungsi ginjal

1) Perubahan fungsi ginjal disebabkan oleh hal-hal berikut :

a) Menurunnya aliran darah ke ginjal akibat hipovolemia,

sehingga terjadi oliguria, bahkan anuria

b) Kerusakan sel glomerulus mengakibatkan meningkatnya


permeabilitas membran basalis sehingga terjadi kebocoran dan
mengakibatkan terjadinya proteinuria.
c) Gagal ginjal akut terjadi akibat nekrosis tubulus ginjal. Bila sebagian
besar kedua korteks ginjal mengalami nekrosis, maka terjadi
nekrosis korteks ginjal yang bersifat irreversibel.
d) Dapat terjadi kerusakan intrinsik jaringan ginjal akibat vasopasme
pembuluh darah.

2) Proteinuria

Proteinuria merupakan syarat untuk diagnosis preeklampsia, tetapi


proteinuria umumnya timbul jauh pada akhir kehamilan, sehingga
sering dijumpai preeklampsia tanpa proteinuria, karena janin sudah lahir
lebih dulu. Pengukuran protein dapat dilakukan dengan urin dipstik,
yaitu 100 mg/l atau +1, sekurang-kurangnya diperiksa dua kali urin acak
selang 6 jam dan bisa juga dengan pengumpulan proteinuria dalam 24
jam. Dianggap patologis bila besaran proteinuria ≥ 300 mg/ 24 jam.

3) Asam urat serum

Umumnya meningkat ≥ 5 mg/cc. Keadaan ini disebabkan oleh


hipovolemia yang menimbulkan menurunnya aliran darah filtrasi aliran
darah, sehingga menurunnya sekresi asam urat. Peningkatan asam urat
terjadi karena iskemia jaringan.

4) Kreatinin

11
Kadar kreatinin serum pada preeklampsia juga meningkat, hal ini
disebabkan oleh hipovolemia, maka aliran darah ginjal menurun,
mengakibatkan menurunnya filtrasi glomerulus, sehingga menurunnya
sekresi kreatinin, disertai peningkatan kreatinin plasma.
5) Oliguria dan anuria

Oliguria dan anuria terjadi karena hipovolemia sehingga aliran darah ke


ginjal menurun yang mengakibatkan produksi urin
menurun (oliguria), bahkan dapat terjadi anuria.

d. Elektrolit

Kadar elektrolit total menurun pada waktu hamil normal. Sama halnya
dengan preeklampsia kadar elektrolit normal sama dengan hamil normal,
kecuali jika diberi diuretikum banyak, restriksi konsumsi garam atau
pemberian cairan oksitosin yang bersifat anti diuretik. Preeklampsia berat
yang mengalami hipoksia dapat menimbulkan gangguan keseimbangan
asam basa. Kadar natrium dan kalium pada preeklampsia sama dengan
kadar hamil normal, yaitu sama dengan proporsi jumlah air dalam tubuh.
e. Viskositas darah

Viskositas darah ditentukan oleh volume plasma, molekul makro:


fibrinogen dan hematokrit. Pada preeklampsia viskositas darah meningkat,
mengakibatkan meningkatnya resistensi perifer dan menurunnya aliran
darah ke organ.
f. Hematokrit

Terjadi peningkatan hematokrit pada ibu hamil dengan hipertensi karena


hipovolemia yang menggambarkan beratnya preeklampsia.
g. Edema

Edema terjadi karena hipoalbuminemia atau kerusakan sel endotel kapiler.


Edema yang patologik adalah edema yang nondependen pada muka, dan
tangan atau edema generalista, dan biasanya disertai dengan kenaikan berat
badan yang cepat.
h. Neurologik

12
Perubahan dapat berupa :
1) Nyeri kepala disebabkan hiperperfusi otak, sehingga menimbulkan
vasogenik edema.
2) Akibat spasme arteri retina dan edema retina dapat terjadi gangguan
visus, dapat berupa: pandangan kabur, skotomata, amaurosis yaitu
kebutaan tanpa jelas adanya kelainan dan ablasio
retina.

3) Kejang eklamptik, penyebabnya belum diketahui dengan jelas. Faktor-


faktor yang menyebabkan kejang eklamptik yaitu edema serebri,
vasopasme serebri, dan iskemia serebri.
4) Perdarahan intrakranial juga dapat terjadi pada PEB dan eklampsia.

(Prawirohardjo, 2013).

6. Pemeriksaan diagnostik
Manuaba dkk (2013) dan Purwaningsih & Fatmawati(2010) menyebutkan
pemeriksaan diagnostik yang dilakukan pada ibu hamil dengan hipertensi
diantaranyana :
a. Uji urin kemungkinan menunjukkan proteinuria

b. Pengumpulan urin selama 24 jam untuk pembersihan kreatinin dan protein.


c. Fungsi hati : meningkatnya enzim hati (meningkatnya alamine
aminotransferase atau meningkatnya aspartate ).
d. Fungsi ginjal: profil kimia akan menunjukkan kreatinin dan elektrolit
abnormal, karena gangguan fungsi ginjal.
e. Tes non tekanan dengan profil biofisik.

f. USG seri dan tes tekanan kontraksi untuk menentukan status janin

g. Evaluasi aliran doppler darah untuk menentukan status janin dan ibu.

7. Penatalaksanaan
Manuaba dkk(2013), menjelaskan beberapa penatalaksanaan yang dapat
dilaukan pada pasien dengan hipertensi dalam kehamilan diantaranya :

13
a. Hipertensi ringan

Kondisi ini dapat diatasi dengan berobat jalan. Pasien diberi nasehat untuk
menurunkan gejala klinis dengan tirah baring 2x2 jam/hari dengan posisi
miring. Untuk mengurangi darah ke vena kava inferior, terjadi peningkatan
darah vena untuk meningkatkan peredaran darah menuju jantung dan
plasenta sehingga menurunkan iskemia plasenta, menurunkan tekanan
darah, meningkatkan aliran darah menuju ginjal dan meningkatkan produksi
urin.Pasien juga dianjurkan segera berobat jika terdapat gejala kaki
bertambah berat (edema), kepala pusing, gerakan janin terasa berkurang dan
mata makin kabur.
b. Hipertensi Berat

Dalam keadaan gawat, segera masuk rumah sakit, istirahat dengan tirah
baring ke satu sisi dalam suasana isolasi. Pemberian obat-obatan untuk
menghindari kejang (anti kejang), antihipertensi, pemberian diuretik,
pemberian infus dekstrosa 5%, dan pemberian antasida.
c. Hipertensi kronis

Pengobatan untuk hipertensi kronis adalah di rumah sakit untuk evaluasi


menyeluruh, pemeriksaan laboratorium lengkap serta kultur, pemeriksaan
kardiovaskuler pulmonal (foto thorax, EKG, fungsi paru).
Penatalaksanaan terhadap hipertensi dalam kehamilan tersebut juga
dijelaskan oleh Purwaningsih dan Fatmawati (2010) dan Prawirohardjo
(2013), beberapa penatalaksanaan hipertensi dalam kehamilan diantaranya
:
1. Anjurkan melakukan latihan isotonik dengan cukup istirahat dan tirah
baring.
2. Hindari kafein, merkok, dan alkohol.

3. Diet makanan yang sehat dan seimbang, yaitu dengan mengkonsumsi


makanan yang mengandung cukup protein, rendah karbohidrat, garam
secukupnya, dan rendah lemak.
4. Menganjurkan agar ibu melakukan pemeriksaan secara teratur, yaitu
minimal 4 kali selama masa kehamilan. Tetapi pada ibu hamil dengan

14
hipertensi dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan kehamilan yang
lebih sering, terutama selama trimester ketiga, yaitu harus dilakukan
pemeriksaan setiap 2 minggu selama 2 bulan pertama trimester ketiga,
dan kemudian menjadi sekali seminggu pada bulan terakhir kehamilan.
5. Lakukan pengawasan terhadap kehidupan dan pertumbuhan janin
dengan USG.
6. Pembatasan aktivitas fisik.
7. Penggunaan obat- obatan anti hipertensi dalam kehamilan tidak
diharuskan, karena obat anti hipertensi yang biasa digunakan dapat
menurunkan perfusi plasenta dan memiliki efek yang merugikan bagi
janin. Tetapi pada hipertensi berat, obat-obatan diberikan sebagai
tindakan sementara. Terapi anti hipertensi dengan agen farmakologi
memiliki tujuan untuk mengurangi tekanan darah perifer, mengurangi
beban kerja ventrikel kiri, meningkatkan aliran darah ke uterus dan
sisitem ginjal serta mengurangi resiko cedera serebrovaskular.

8. Komplikasi
Purwaningsih & Fatmawati (2010) dan Mitayani (2011), menyebutkan
beberapa komplikasi yang mungkin terjadi akibat hipertensi dalam kehamilan pada
ibu dan janin. Pada ibu :
a. Eklampsia

b. Pre eklampsia berat

c. Solusio plasenta
d. Kelainan ginjal

e. Perdarahan subkapsula hepar

f. Kelainan pembekuan darah

g. Sindrom HELLP (hemolisis, elevated, liver, enzymes, dan low

platellet count).

h. Ablasio retina.

15
Pada janin :

a. Terhambatnya pertumbuhan janin dalam uterus

b. Kelahiran prematur

c. Asfiksia neonatorum

d. Kematian dalam uterus

e. Peningkatan angka kematian dan kesakitan perinatal.

B. Konsep Asuhan Keperawatan pada Kasus Hiperensi dalam Kehamilan

1. Pengkajian
a. Anamnesa
Pengkajian pada pasien dengan kasus hipertensi dalam kehamilan
meliputi :

1) Identitas umum ibu, seperti:nama, tempat tanggal lahir/umur,


pendidikan, suku bangsa, pekerjaan, agama, dan alamat rumah
2) Data Riwayat Kesehatan

a) Riwayat kesehatan sekarang :

Biasanya ibu akan mengalami: sakit kepala di daerah frontal,


terasa sakit di ulu hati/ nyeri epigastrium, bisa terjadi gangguan
visus, mual dan muntah, tidak nafsu makan, bisa terjadi
gangguan serebral, bisa terjadi edema pada wajah dan
ekstermitas, tengkuk terasa berat, dan terjadi kenaikan berat
badan 1 kg/ minggu.
b) Riwayat kesehatan Dahulu:

Biasanya akan ditemukan riwayat: kemungkinan ibu menderita


penyakit hipertensi pada kehamilan sebelumnya, kemungkinan
ibu mempunyai riwayat preeklampsia dan eklampsia pada
kehamilan terdahulu, biasanya mudah terjadi pada ibu dengan
obesitas, ibu mungkin pernah menderita gagal ginjal kronis.
c) Riwayat Kesehatan Keluarga

16
Kemungkinan mempunyai riwayat kehamilan dengan hipertensi
dalam keluarga.

3) Riwayat Perkawinan

Biasanya terjadi pada wanita yang menikah di bawah usia 20 tahun


atau di atas 35 tahun.

4) Riwayat Obstetri

Biasanya hipertensi dalam kehamilan paling sering terjadi pada ibu


hamil primigravida, kehamilan ganda, hidramnion, dan
molahidatidosa dan semakin semakin tuanya usia kehamilan
(Prawirohardjo, 2013).

b. Pemeriksaan fisik
Keadaan umum : Biasanya ibu hamil dengan hipertensi akan
mengalami kelemahan.
TD : Pada ibu hamil dengan hipertensi akan
ditemukan tekanan darah darah sistol diatas
140 mmHg dan diastol diatas 90 mmHg.
Nadi : Biasanya pada ibu hamil dengan hipertensi
akan ditemukan denyut nadi yang meningkat,
bahkan pada ibu yang mengalami eklampsia
akan ditemukan nadi yang semakin cepat.
Nafas : Biasanya pada ibu hamil dengan hipertensi
akan ditemuksn nafas pendek, dan pada ibu
yang mengalami eklampsia akan terdengar
bunyi nafas yang berisik dan ngorok.
Suhu : Ibu hamil yang mengalami hipertensi dalam
kehamilan biasanya tidak ada gangguan pada
suhunya,tetapi jika ibu hamil tersebut

17
mengalamieklampsia maka akan terjadi
peningkatan suhu.
BB : Biasanya akan terjadi peningkatan berat badan lebih dari 0,5
kg/minggu, dan pada ibu hamil yang mengalami preeklampsia
akan terjadi peningkatan BB lebih dari 1 kg/minggu atau
sebanyak 3 kg dalam 1 bulan

Kepala : Biasanya ibu hamil akan ditemukan kepala yang berketombe


dan kurang bersih dan pada ibu hamil dengan hipertensi akan
mengalami sakit kepala.
Wajah : Biasanya pada ibu hamil yang mengalami
preklampsia/eklampsia wajah tampak edema.
Mata : Biasanya ibu hamil dengan hipertensi akan ditemukan
konjungtivasub anemis, dan bisa juga ditemukan edema pada
palvebra. Pada ibu hamil yang mengalami preeklampsia atau
eklampsia biasanya akan terjadi gangguan penglihat yaitu
penglihatan kabur.

Hidung : Biasanya pada ibu hamil tidak ditemukan gangguan

Bibir : Biasanya akan ditemukan mukosa bibir lembab


Mulut : Biasanya terjadi pembengkakan vaskuler pada gusi,
menyebabkan kondisi gusi menjadi hiperemik dan lunak,
sehingga gusi bisa mengalami pembengkakan dan perdarahan

Leher : Biasanya akan ditemukan pembesaran pada

kelenjer tiroid
Thorax :
1) Paru-paru : Biasanya akan terjadi peningkatan respirasi, edema paru dan
napas pendek

18
2) jantung : Pada ibu hamil biasanya akan terjadi palpitasi jantung, pada
ibu yang mengalami hipertensi dalam kehamilan,khususnya
pada ibu yang mengalami preeklampsia beratakan terjadi
dekompensasi jantung.

Payudara : Biasanya akan ditemukan payudara membesar, lebih padat


dan lebih keras, puting menonjol dan areola menghitam dan
membesar dari 3 cm menjadi 5 cm sampai 6 cm, permukaan
pembuluh
darah menjadi lebih terlihat.
Abdomen :Pada ibu hamil akan ditemukan umbilikus menonjol keluar,
danmembentuk suatu area berwarna gelap di dimding
abdomen, serta
akanditemukan linea alba dan linea nigra. Pada ibu hamil
dengan hipertensibiasanya akan ditemukan nyeri pada daerah
epigastrum, dan akanterjadi anoreksia, mual dan muntah

Pemeriksaan janin : Biasanya ibu hamil dengan hipertensi bisa terjadi bunnyi
jantung janin yang tidak teratur dan gerakan janin yang
melemah (Mitayani, 2011).
Ekstermitas : Pada ibu yang mengalami hipertensi dalam kehamilan bisa
ditemukan edema pada kaki dan
tangan juga pada jari-jari.
Sistem persarafan : Biasanya ibu hamil dengan hipertensi bisa ditemukan hiper
refleksia, klonus pada kaki
Genitourinaria : Biasanya ibu hamil dengan hipertensi akan didapatkan oliguria
dan proteinuria, yaitu pada ibu hami dengan preeklampsia
(Reeder, 2011;Mitayani, 2011).

c. Pemeriksaan Penunjang

19
Mitayani (2011), mengatakan beberapa pemeriksaan
penunjang hipertensi dalam kehamilan yang dapat dilakukan
adalah :
1. Pemeriksaan laboratorium

a) Pemeriksaan darah lengkap dengan hapusan darah

1) Penurunan hemoglobin (nilai rujukan atau kadar normal


untuk wanita hamil adalah 12-14 gr%)
2) Hematokrit meningkat (nilai rujukan 37-43 vol%)

3) Trombosit menurun (nilai rujukan 150-450 ribu/mm3

b) Urinalisis

Untuk menentukan apakah ibu hamil dengan hipertensi tersebut


mengalami proteinuria atau tidak. Biasanya pada ibu hipertensi
ringan tidak ditemukan protein dalam urin.

c) Pemeriksaan fungsi hati

1) Bilirubin meningkat (N=< 1 mg/ dl)


2) LDH (Laktat dehidrogenase) meningkat
3) Aspartat aminomtransferase (AST) > 60 ul.
4) Serum glutamat pirufat transaminase (SGPT) meningkat (N:
15-45 u/ml).
5) Serum glutamat oxaloacetic trasaminase (SGOT) meningkat
(N: < 31 u/l).
6) Total protein serum normal (N: 6,7-8,7 g/dl).
d) Tes kimia darah

Asam urat meningkat (N: 2,4-2,7 mg/ dl).

2. Radiologi

a) Ultrasonografi : bisa ditemukan retardasi pertumbuhan janin


intrauterus, pernapasan intrauterus lambat, aktivitas janin
lambat, dan volume cairan ketuban sedikit
b) Kardiotografi

20
Diketahui denyut jantung janin lemah

3. Data sosial ekonomi

Hipertensi pada ibu hamil biasanya lebih banyak terjadi pada wanita
dengan golongan ekonomi rendah, karena
mereka kurang mengonsumsi makanan yang mengandung protein
dan juga melakukan perawatan antenatal yang teratur.

4. Data Psikologis

Biasanya ibu yang mengalami hipertensi dalam kehamilan berada


dalam kondisi yang labil dan mudah marah, ibu merasa khawatir
akan keadaan dirinya dan keadaan janin dalam kandungannya, dia
takut anaknya nanti lahir cacat ataupun meninggal dunia, sehingga
ia takut untuk melahirkan (Prawihardjo, 2013).

2. Kemungkinan Diagnosis Keperawatan


Purwaningsih dan Fatmawati (2010); Reeder dkk (2011), menyebutkan
beberapa kemungkinan diagnosa yang terjadi pada ibu hamil dengan
hipertensi diantaranya adalah:
1. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan hipoventilasi

2. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan kurang


suplai oksigen ke jaringan
3. Nyeri berhubungan dengan agen cedera biologis

4. Intoleran aktifitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara


suplai dan kebutuhan oksigen
5. Ansietas berhubungan dengan ancaman pada status terkini

6. Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi

21
3. Rencana Keperawatan
Intervensi Keperawatan

NO DIAGNOSA NOC NIC


KEPERAWATAN

1. Pola nafas tidak efektif Setelah dilakukan a. monitor vital sign


berhubungan dengan tindakan
hipoventilasi keperawatan,diharapkan Tindakan keperawatan:

Defenisi : pasien dapat menunjukkan 1) Memonitor tekanan darah,


Inspirasi dan / atau keefektifan dalam nadi, suhu, dan status
ekspirasi yang tidak bernafas dan dengan pernafasan,
memberi ventilasi indikator :
2) Memonitor denyut
adekuat. a. Satus Pernafasan
jantung
Batasan Kriteria hasil:
3) Memonitor suara paruparu
Karakteristik: 1) frekunsi pernapasan
4) Memonitor warna kulit
a) Dispnea normal
5) Meniai CRT
b) Fase ekspirasi 2) irama pernafasan b. monitor pernafasan
memanjang normal
c) Penggunaan otot Tindakan keperawatan:
3) tidak ada
bantu pernapasan dyspnea pada saat 1) Memonitor tingkat, irama,
d) Penurunan istirahat kedalaman, dan kesulitan
kapasitas vital 4) tidak ada bernafas
e) Penurunan tekanan suara mendengkur
2) Memonitor gerakan
ekspirasi
dada
f) Penurunan tekanan
3) Monitor bunyi
inspirasi
pernafasan
g) Penurunan ventilasi
4) Auskultasi bunyi paru
semenit
5) Memonitor pola nafas
h) Pola napas
6) Monitor suara nafas
abnormal
tambahan
i) takipnea

22
c. Pengaturan posisi

1) Poposisikan pasien untuk


mengurangi dispnea,
misalnya posisi semi
fowler

2. Ketidakefektifan perfusi NOC: Setelah dilakukan a. Oxygen therapy (terapi


jaringan perifer tindakan keperawatan, oksigen)
berhubungan dengan diharapkan partisipan 1. Monitor kemampuan
kurang suplai oksigen ke menunjukkan keefektifan pasien dalam
jaringan. perfusi jaringan mentoleransi kebutuhan
Defenisi : penurunan perifer dengan indikator : oksigen saat makan
sirkulasi darah ke perifer a. Perfusi jaringan Monitor perubahan warna
yang dapat mengganggu perifer kulit pasien
kesehatan Kriteria hasil : 2. Monitor posisi pasien
Batasan Karakteristik: 1) Pengisian kapiler jari untuk membantu
Edema normal masuknya oksigen
Nyeri ekstermitas 2) Pengisian kapiler jari 3. Memonitor penggunaan
Penurunan nadi kakinormal oksigen saat pasien
perifer 3) Kekuatan denyut nadi beraktivitas
Perubahan karotisnormal b. Periphera
karakteristik kulit 4) Edema perifer tidak sensationManagement
(misalnya warna, ada (menajemen sensasi
elastisitas, rambut, perifer)
kelembapan, kuku, 1. Memonitor perbedaan
sensasi, dan suhu). terhadap rasa
Perubahan tekanan tajam,tumpul,panas atau
darah dingin

23
Waktu pengisian 2. Monitor adanya mati
kapiler > 3 detik rasa,rasa geli.
Warna tidak kembali ke 3. Diskusikan tentang
tungkai 1 menit setelah adanya kehilangan
tungkai diturunkan. sensasi atau perubahan
sensasi
4. Minta keluarga untuk
memantau perubahan
warna kulit setap hari

3. Nyeri akut NOC : Setelah dilakukan NOC:


berhubungan dengan tindakan keperawatan, Manajemen Nyeri
agen cedera biologis diharapkan partisipan 1. Lakukan pengkajian nyeri
mampu menangani secara komperhensif yang
Defenisi : pengalaman masalah nyeri dengan meliputi lokasi,
sensori dan emosional indikator : karakteristik, durasi,
yang tidak kontrol nyeri frekuensi,kualitas,
menyenangkan yang 1) mengenali kapan intensitas dan faktor
muncul akibat nyeri terjadi Pencetus
kerusakan jaringan yang 2) menggunakan tindakan 2. Observasi adanya petubjuk
aktual atau potensial pencegahan non verbal
atau digambarkan dalam 3) mengenali gejala yang mengenai
hal kerusakan terkait dengan nyeri ketidaknyamanan
sedemikian rupa 4) melaporan nyeri 3. Gunakan strategi
(International terkontrol komunikasi terapeutik
Association for the kepuasan klien untuk mengetahui
Study of Pain ); awitan manajemen nyeri pengalaman nyeri
yang tiba-tiba atau 1) nyeri terkontrol 4. Kaji pengetahuan pasien
lambat dari intensitas 2) mengambil tindakan megenai nyeri
ringan hingga berat untuk mengurangi 5. Tentukan akibat dari
dengan akhir yang dapat nyeri pengalaman nyeri terhadap
diantisipasi atau kualitas hidup seperti tidur,
nafsu makan, perasaan, dll

24
diprediksi dan 3) mengambil tindakan 6. Gali bersama faktor yang
berlangsung kurang untuk memberikan dapat menurunkan atau
dari 6 bulan kenyamanan memperberat nyeri
4) informasi disediakan 7. Berikan informasi
Batasan untuk mengurangi mengenai nyeri
Karakteristik: nyeri 8. Ajarkan prisip-prinsip
a) Bukti nyeri dengan tanda-tanda vital manajemen nyeri
menggunakan 1) tingkat 9. Ajarkan teknik
standar daftar periksa pernapasannormal nonfarmakologi seperti
nyeri untuk pasien 2) tekanan darah teknik relaksasi, terapi
yang tidak dapat sistoliknormal musik
mengungkapkanny 3) tekanan darah
a diastolic normal
b) Ekspresi wajah nyeri 4) tekanan nadi normal
(mis: mata kurang
bercahaya, tampak
kacau, gerakan mata
berpencar atau tetap
pada satu
fokus, meringis)
c) Hambatan
kemampuan
meneruskan aktivitas
sebelumnya
d) Laporan tentang
perilaku/ nyeri
perubahan aktivitas
(mis: anggota
keluarga, pemberian
asuhan)
e) Perubahan pola

25
tidur
f) Keluhan tentang
intesitas dan
karakteristik nyeri
menggunakan
standar skala nyeri
(mis: skala Wong
Baker FACES dan
skala penilaian
numerik)

26
4. Intoleran aktifitas NOC: Setelah dilakukan NIC:
berhubungan dengan tindakan keperawatan, a. terapi aktifitas
ketidakseimbangan diharapkan partisipan Aktivitas keperawatan :
antara suplai dan menunjukkan toleransi 1) Bantu klien
kebutuhan oksigen dalam beraktivitas dengan menngidentifikasi
indikator : aktivitas yang mampu
Defenisi:
a. toleransi terhadap dilakukan
ketidakcukupan energi
aktifitas 2) Bantu klien untuk memilih
psikologis atau
Kriteria hasil : aktivitas yang sesuai
fisiologis untuk
1) Saturasi dengan kemampuan
mempertahankan atau
oksigen dengan fisik,psikologi, dan social
menyelesaikan aktivitas
beraktivitas normal 3) Bantu untuk
keidupan sehari hari
2) frekuensi nadi ketika mengidentifikasi dan
yang harus atau yang
beraktivitasnormal mendapatkan sumber yang
ingin
3) frekuensi pernapasan diperlukan untuk aktivitas
dilakukan
bila beraktivitasnormal yang diinginkan
Batasan
4) Warna kulitnormal 4) Bantu untuk
Karakteristik:
5) Tekanan darah mengidentifikasi aktivitas
a) Dispnea setelah
ketika yang disukai
beraktifitas
beraktifitasnormal 5) Bantu pasien atau keluarga
b) Keletihan
b. tingkat kelelahan untuk mengidentifikasi
c) Ketidaknyamanan
Kriteia hasil: kekurangan dalam
setelah beraktifitas
1) kelelahan sedang beraktivitas
d) Respon frekwensi
2) Gangguan konsentrasi 6) Bantu pasien untuk
jantung abnormal
menurun mengembangkan motivasi
terhadap aktivitas
3) Tingkat stres sedang diri dan penguatan fisik,
e) Respon tekanan
4) Sakit kepala tidak ada 7) Monitor respond an emosi,
darah abnormal
5) Kualitas tidur sedang social, spiritual
terhadap aktivitas
6) Kegiatan sehari-hari
normal

27
7) Kualitas
istirahat normal
c. tanda – tanda vital
Kriteria hasil:
1) Tingkat pernapasan
normal
2) Irama pernapasan
normal
3) Tekanan nadi normal
4) Kedalaman inspirasi
normal

5. Ansietas berhubungan NOC : Setelah dilakukan NIC :


dengan ancaman pada tindakan keperawatan, a.Pengurangan kecemasan
status terkini diharapkan partisipan 1) gunakan pendekatan
menunjukkan tidak ada yang menenangkan
Definisi :Perasaan
rasa ansietas dengan 2) nyatakan dengan jelas
tidak nyaman atau
indikator : harapan terhadap
kekhawatiran yang
Tingkat kecemasan prilaku pasien
samar disertai respon
Kriteria hasil :

28
autonom (sumber 1) Perasaan gelisah 3) berikan informsi faktual
sering kai tidak sedang terkait diagnosis,
spesifik) perasaan takut 2) Tidak ada rasa cemas perawatan dan
yang disebabkan oleh yang disampaikan prognosis
antisipasi terhadap 3) Tidak ada peningkatan 4) berikan aktivitas yang
bahaya. Perasaan ini tekanan darah lain untuk mengurangi
merupakan isyarat 4) Tidak ada peningkatan tekanan
kewaspadaan yang frekuensi nadi Tidak
terapi relaksasi:
memperingatkan ada gangguan pada
bahaya yang akan terjadi pola tidur 1) gambarkan rasionalisasi

dan memampukan Kontrol kecemasan diri dan manfaat relaksasi

individu melakukan Kriteria hasil : serta jenis relaksasi yang

tindakan untuk 1) Dapat mengurangi tersedia (misalnya musik,

menghadapi ancaman penyebab kecemasan meditasi dan

Batasan Karakteristik 2) Dapat mencari bernafas dalam)

Perilaku informasi untuk 2) berikan deskripsi terkait

a) Penurunan mengurangi intervensi yang dipilih

produktivitas kecemasan ciptakan lingkungan yang

b) Mengekspresikan Dapat menggunakan nyaman dorong klien

kekhawatiran akibat strategi koping yang untuk mengambil posisi

perubahan dalam efektif yangnyaman

peristiwa hidup 4) Menggunakan teknik 5) dapatkan prilaku yang


relaksasi mengurangi menunjukkan terjadinya
c) Gerakan yang tidak
relevan kecemasan relaksasi

5) Mengendalikan 6) dorong pengulangan


d) Gelisah
e) Memandang respon kecemasan teknik praktek tertentu

Penerimaan status secara berkala


sekilas
f) Insomnia kesehatan: 7) evaluasi dan

Kriteria hasil : dokumentasi respon


g) Kontak mata buruk
h) Resah terhadap teknik
relaksasi

29
i) Menyelidik dan tidak1) Menyesuaikan perawatan kehamilan
waspada perubahan dalam status resiko tinggi:
kesehatan
Afektif
2) Mencari informasi 1) Kaji kondisi medis aktual

a) Gelisah tentang kesehatan yang berhubungan


3) Membuat keputusan dengan kondisi kehamilan
b) Kesedihan yang
tentang kesehatan (misalnya diabetes,
mendalam
hipertensi, dll)
c) Distress
2) Kaji riwayat kehamilan
d) Ketakutan
dan kelahiran yang
e) Perasaan tidak
berhubungan dengan
adekuat
faktor resiko
f) Fokus pada diri
kehamilan(misalny
sendiri
premature preeklampsia,
g) Peningkatan
dll)
kekhawatiran
3) Kenali faktor resiko
h) Gugup
sosio demografi yang
i) Nyeri dan
berhubungan dengan
peningkatan
kondisi
ketidakberdayaan
kehamilan(misalnya
yang persisten
usia kehamilan,
j) Perasaan takut
kemiskinan, ketiadaan
Fisiologis pemeriksaan kehamilan,
dll)
a) Wajah tegang
4) Kaji pengetahuan klien
b) Peningkatan keringat
dalam mengidentifikasi
c) Peningkatan
faktor resiko
ketegangan
5) Berikan pendidikan
kesehatan yang membahas
faktor resiko, pemeriksaan
dan tindakan yang biasa
dilakukan

30
6) Ajarkan klien mengenai
penggunaan obat-obat
yang diresepkan
7) Monitor status fisik dan
psikologis selama
kehamilan.

31
6. Defisiensi pengetahuan NOC :Setelah dilakukan NIC :
berhubungan dengan tindakan keperawatan, 1) Pendidikan Kesehatan
kurang informasi diharapkan partisipan Tindakan keperawatan:
Defenisi : ketiadaan menunjukkan peningkatan 1) Identitafikasi faktor
atau defisiensi pengetahuan dengan internal maupun
informasi kogniti yang indikator : eksternal yang dapat
berkaitan dengan Pengetahuan keselamatan meningkatkan atau
topik tertentu diri mengurangi motivasi
Kriteria hasil: untuk perilaku sehat
Batasan
2) Identifikasi (pribadi,
karakteristik:
1) Menggambarkan untuk ruang dan uang) yang
a) Ketidakakuratan mengurangi risiko diperlukan untuk
melakukan tes cedera melaksanakan program
b) Ketidakakuratan 2) Menggambarkan kesehatan
melakukan perilaku yang berisiko 3) Prioritaskan kebutuhan
perintah tinggi pasien
c) Kurang
pengetahuan Status nutrisi 2) Fasilitasi pembelajaran

d) Prilaku tidak Kriteria hasil: Tindakan keperawatan:

tepat 1) Status nutrisi 1) Mulai instruksi hanya


2) Asupan gizi setelah pasien
3) Asupan makanan menunjukkan kesiapan
4) Asupan cairan untuk belajar
5) Energi 2) Sediakan lingkungan
6) Berat badan yang kondusif untuk
belajar
3) Atur informasi dalam
urutan yang logis
4) Sediakan lisan petunjuk
atau pengingat, yang
sesuai

32
3) pengurangan kecemasan
Tindakan keperawatan:
1) Gunakan pendekatan
yang tenang dan
meyakinkan
2) Berusaha untuk
memahami perspektif
pasien dari situasi stress
3) Anjurkan pasien dalam
menggunakan teknik
relaksasi
4) Tentukan pasien
dalam pengambilan
keputusan

Sumber: Diagnosis dan Perencanaan Keperawatan NANDA Internasional


(20152017); Nursing Outcomes Classification (2013), Nursing Interventions
Classification (2013).

33
4. DiagnosisKeperawatan
Implementasi keperawatan keluarga adalah suatu proses
aktualisasi rencana intervensi yang memanfaatkan berbagai sumber
di dalam keluarga dan memandirikan keluarga dalam bidang
kesehatan. Keluarga di didik untuk dapat menilai potensi yang di
miliki mereka dan mengembangkannya melalui implementasi yang
bersifat memampukan keluarga untuk mengenal masalah
kesehatannya, mengambil keputusan berkaitan dengan persoalan
kesehatan yang dihadapi, merawat dan membina anggota keluarga
sesuai kondisi kesehatannya, memodifikasi lingkungan yang sehat
bagi setiap anggota keluarga, serta memanfaatkan sarana pelayanan
kesehatan terdekat (Sudiharto, 2007).
Sedangkan menurut (Padila, 2012) tindakan perawatan terhadap keluarga
mencakup dapat berupa :
a. Menstimulasi kesadaran atau penerimaan keluarga mengenal masalah
dan kebutuhan kesehatan, dengan cara :
1) Memberikan informasi : penyuluhan atau konseling

2) Mengidentifikasi kebutuhan dan harapan tentang kesehatan

3) Mendorong sikap emosi yang sehat terhadap masalah

b. Menstimulasi keluarga untuk memutuskan cara perawatan yang tepat


dengan cara :
1) Mengidentifikasi konsekuensi tidak melakukan tindakan

2) Mengidentifikasi sumber-sumber yang dimiliki keluarga 3)


Mendiskusikan tentang konsekuensi setiap tindakan.
c. Memberikan kepercayaan diri dalam merawat anggota keluarga yang

sakit :

1) Mendemontrasikan cara perawatan

2) Menggunakan alat dan fasilitas yang ada dirumah

34
3) Mengawasi keluarga melakukan tindakan perawatan.

d. Membantu keluarga menemukan cara bagaimana membuat


lingkungan dengan cara :

1) Menemukan sumber-sumber yang dapat digunakan keluarga

2) Melakukan perubahan lingkungan keluarga seoptimal mungkin.

e. Memotivasi keluarga untuk memanfaatkan fasilitas kesehatan yang


ada dengan cara :
1) Memperkenalkan fasilitas kesehatan yang ada dalam lingkungan
keluarga
2) Membantu keluarga menggunakan fasilitas kesehatan yang ada.

5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi keperawatan adalah suatu proses menilai diagnosis
keperawatan keluarga yang teratasi, teratasi sebagian, atau timbul
masalah baru. Melalui kegiatan evaluasi, perawat dapat menilai
pencapaian tujuan yang di harapkan dan tujuan yang telah di capai
oleh keluarga. Bila tercapai sebagian atau timbul masalah
keperawatan baru, kita perlu melakukan pengkajian lebih lanjut,
memodifikasi rencana, atau mengganti dengan rencana yang lebih
sesuai dengan kemampuan keluarga (Sudiharto, 2007).
Evaluasi keperawatan keluarga adalah proses untuk menilai
keberhasilan keluarga dalam melaksanakan tugas kesehatannya
sehingga memiliki produktivitas yang tinggi dalam mengembangkan
setiap anggota keluarga (Sudiharto, 2007).

35
DAFTAR PUSTAKA

Ardhiyanti, Yulrina., Dkk. 2014. Panduan Lengkap Keterampilan Dasar

Kebidanan I Cetakan 1 (Ed. 1). Yogyakarta: Deepublish

Asmadi.2008.Konsep Dasar Keperawatan.Jakarta:EGC

Atoilah, Elang Muhammad. & Engkus Kusnadi. 2013. Askep Pada Klien dengan
Gangguan Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta: In Media

Bulechek, dkk. 2016. Nursing Interventions Classification (NIC), 6th. Indonesian


edition. ISBN Indonesia: CV Mocomedia and is Published by Arrangement
With Elsevier Inc

Dinas Kesehatan Kota Padang. 2015. Laporan Tahunan Tahun 2015. Padang :

Dinas Kesehatan Kota Padang.

Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Barat. 2016. Laporan Tahunan Tahun 2016.
Padang : Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Barat

Hamdi, Asep Saepul & Baharudin E. 2014. Metode Penelitian Kuantitatif Aplikasi
dalam Pendidikan.Yogyakarta: Deepublish

Hidayat, Aziz Alimul.2014.Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisis


Data.Jakarta: Salemba Medika

Johnson.2014.Keperawatan Maternitas.Yogyakarta: Rapha Publishing

Kemenkes RI. (2014).Pusat data dan informasi kementrian kesehatan RI.Jakarta


Selatan.http://www.depkes.go.id.pdf. Diakses tanggal 9 Januari

Kristiyani, Sagung Desy. 2014. Laporan Kasus: Hipertensi dalam


Kehamilan.Http://Download.Portalgaruda.Org. Diakses tanggal 03 Juni
2017

Manuaba, Chandranita.dkk. 2013.Gawat Darurat Obstetri Ginekologi & Obstetri


Ginekologi Sosial Untuk Profesi Bidan . Jakarta : EGC

Mitayani.2011.Asuhan Keperawatan Maternitas.Jakarta:Salemba Medika

Moorhead, dkk. 2016. Nursing Outcomes Classification(NOC), 5thIndonesian


Edition , ISBN Indonesia: CV Mocomedia and is Published by Arrangement
With Elsevier Inc

NANDA. (2015). Diagnosis Keperawatan: Defenisi dan Klasifikasi 2015- 2017.


Alih bahasa: Budi Anna Keliat, dkk. Jakarta: EGC

You might also like