You are on page 1of 14

Dasar Hukum Lambang Negara Garuda Pancasila Dengan Semboyan

Bhinneka Tunggal Ika


(Makalah Pancasila)

OLEH

Nur Anita Suciyati (1617021084)


Nur Annisa Mulyarizky (1617021053)
Putri Wahyuni (1617)
Rama Pratama (1617021021)
Ratna Claudya Naomi Hutagalung (1657021016)

JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN
ALAM
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2016

1
Kata Pengantar
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatNYA sehingga
makalah ini dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa kami juga mengucapkan banyak
terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan
sumbangan materi maupun pemikirannya.

Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, Untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk maupun
menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.

Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, Kami yakin masih


banyak kekurangan dalam makalah ini, Oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran
dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Bandar Lampung, 15 September 2016

Tim Penyusun

2
DAFTAR ISI

Kata Pengantar........................................ 2
Daftar Isi........................................ 3
Bab I Pendahuluan
1.1 Latar Belakang......................... 4-5
1.2 Rumusan Masalah................... 6
Bab II Pembahasan
2.1 Sejarah Lambang Negara......................
2.2 Dasar Hukum...............................
2.3 Bentuk...........................
2.4 Makna Lambang Negara................................
2.5 Penggunaan Lambang Negara...............................
2.6 Larangan Penggunaan Lambang Negara..........................
2.7 Ancaman Hukuman.............................

3
BAB I. PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG


Indonesia merupakan sebuah negara kesatuan berbentuk republik yang
didalamnya terdapat berbagai macam komponen, mulai dari rakyatnya yang
terdiri dari beragam suku, kebudayaannya yang begitu berwarna dari Sabang
sampai Merauke, dan kekayaan alamnya yang sangat berlimpah. Indonesia
mendeklarasikan kemerdekaannya pada 17 Agustus 1945, pada saat itu Indonesia
berhasil menuai hasil perjuangan dan pengorbanan selama puluhan bahkan
ratusan tahun. Dengan ini, bangsa Indonesia telah membuktikan kepada dunia
bahwa bangsa Indonesia adalahbangsa pejuang yang rela berkorban untuk
kemerdekaan dan kebebasan bangsanya dari penjajah kolonial dan pendudukan
militer Jepang. Sejarah perjuangan kemerdekaan menunjukkan bahwa bangsa
Indonesia adalah bangsa pejuang yang mempunyai sikap dan tekad yang kuat
demi membela bangsanya.
Negara yang telah merdeka tentunya memerlukan suatu ciri atau sifat khas
bagi bangsanya untuk menerangkan jatidiri sesuai dengan budaya, agama, bahasa,
cita-cita, dan tujuan negara itu sendiri. Karena itulah, Indonesia memiliki identitas
nasional yang pada hakikatnya merupakan penjelmaan nilai-nilai budaya yang
tumbuh dan berkembang dalam berbagai aspek kehidupan suatu bangsa dengan
ciri-ciri yang berbeda antara bangsa tersebut dengan bangsa yang lain.
Pertumbuhan peradaban dan kebudayaan penduduk Nusantara, sangat
dipengaruhi oleh imigrasi besar-besaran dari orang-orang Ras Mongoloid dari
Hindia belakang disekitar daerah Assam, Nepal, Birma, dan Muangthai. Selama
sekitar 1000 tahun, penduduk tumbuh dengan peradaban lokal yang sangat
dipengaruhi oleh lingkungan dan kepercayaan animisme sebelum datang agama
dan berkembang di Nusantara. Peradaban lokal berkembang menjadi berbagai
macam etnis dengan adat dan istiadat masing-masing sebagai kebudayaan bangsa
yang bisa mencapai 370 macam suku atau etnik di Nusantara

4
(Kuntjaraningrat,1974). Kebudayaan dan kepercayaan yang dimiliki penduduk
asli Nusantara mula-mula dipengaruhi oleh kedatangan agama Hindu-Budha dari
India sekitar tahun 800 SM yang perlahan memperkenalkan tata pemerintahan
sehingga mulai terbentuklah kerajaaan-kerajaan. Sejak saat itu, masyarakat mulai
memasuki tatanan kehidupan baru dengan didasari ilmu pengetahuan dan
komunikasi yang membuka isolasi kehidupan yang terpencar di berbagai pulau di
Nusantara. Dengan adanya sejarah perkembangan kebudayaan tradisional dan
basis keagamaan yang ada, muncullah warna-warna dalam berbagai nilai budaya
tradisional yang ada di berbagai daerah di Indonesia. Namun ternyata tak hanya
Hindu-Budha saja yang akhirnya memberi eksekusi terhadap peradaban
kebudayaan Indonesia, tapi juga agama Islam dan kedatangan bangsa-bangsa
Eropa yang telah menciptakan peradaban baru dengan akar budaya klasik yang
kuat.
Kemerdekaan yang telah berhasil digapai oleh bangsa Indonesia kini telah
menjadi intisari dari nilai-nilai sejarah perjuangan mereka dan menunjukkan
bahwa bangsa Indonesia dapat mengidentifikasikan dirinya sebagai bangsa yang
beradab, majemuk, dan bangsa yang berani membela kebenaran. Nilai-nilai
peradaban yang ada merupakan ciri khas yang diwujudkan sebagai karakter
bangsa yang berwatak moral dan religius. Karakter seperti ini dianggap mampu
mengantisipasi pengaruh-pengaruh negatif yang bertentangan dengan nilai-nilai
dasar budaya.

5
1.2. Rumusan Masalah
1. Mengetahui makna, sejarah, bentuk, dasar hukum, penggunaan, dan larangan
penggunaan lambang garuda pancasila
2. Mengetahui apa konsekuensi dari pelanggaran ketentuan penggunaan lambang
garuda pancasila
3.

BAB II. Pembahasan

6
SEJARAH LAMBANG NEGARA
Tidak diketahui secara pasti, namun dalam sejarah bangsa Indonesia
Lambang Burung Garuda terdapat dalam Lencana Garuda Mukha yang dikenakan
oleh Prabu Airlangga yang digambarkan sebagai Dewa Wisnu yang mengendarai
Burung Garuda yang bergelar Resi Getayu.
Bersumber dari museum Idayu Jakarta terdapat beberapa rancangan Lambang
Negara. Sekitar akhir tahun 1949 diketahui adanya sesuatu panitia yang
merancang Lambang Negara, diantaranya adalah Mr. Mohamad Yamin dan Sultan
Hamid II.
Data yang pasti diketahui tanggal 8 Februari 1950 terdapat rancangan Lambang
Negara yang dibuat oleh Mr. Mohammad yamin yang telah dipersiapkan di Istana
Gambir, dalam rangka Rapat Panitia Lambang Negara bersama Presiden Republik
Indonesia I, yang kemudian tercatat dalam sejarah selanjutnya rancangan mana
yang terpilih.
Pada Sidang DPR RIS tanggal 20 Februari 1950 Lambang Negara yang
terpampang sama dengan sekarang ada.

DASAR HUKUM

7
1. Peraturan Pemerintah yang menetapkan Lambang Negara secara resmi
adalah PP No. 66 tahun 1951, tanggal 17 Oktober 1951, yang dinyatakan berlaku
tanggal 17 Agustus 1952. Dimasukan ke dalam Lembaran Negara tahun 1951,
(LN 1951 – 111).
2. Penggunaannya diatur oleh PP No. 43 tahun 1958, yang dimasukan ke
Lembaran Negara No. 71 tahun 1958.

Lambang negara ditetapkan berupa suatu lukisan yang diambil dari salah satu
bentuk-bentuk perwujudan peradaban Indonesia yang hidup dalam mythologi,
symbologi dan kesusastraan Indonesia dan tergambar pada beberapa candi sejak
abad ke 6 sampai dengan abad ke 16.

BENTUK
Pada garis besarnya Lambang Negara itu terbagi atas 3 (tiga) bagian yaitu :
1. Burung Garuda yang menengok dengan kepala lurus ke sebelah kanan.
2. Perisai berupa jantung yang digantung dengan rantai pada leher Garuda.
3. Semboyan ditulis di atas pita yang dicengkram oleh Garuda.

MAKNA LAMBANG NEGARA

Dengan bagian-bagiannya
1. Burung Garuda, yang digantungi perisai, dengan paruh, sayap, ekor dan cakar
melambangkan tenaga pembangunan.
2. Sayapnya yang berbulu tujuh belas (setiap sayapnya) melambangkan tanggal 17
(tanggal kemerdekaan).
3. Ekor berbulu delapan menandakan bulan ke 8 / Agustus, bulan kemerdekaan
Republik Indonesia.
4. Bulu leher sebanyak 45 (empat puluh lima) menandakan tahun kemerdekaan
(1945).

8
5. Perisai atau tameng berbentuk jantung adalah senjata yang dikenal dalam
kebudayaan dan peradaban Indonesia sebagai tanda perjuangan untuk mencapai
tujuan dengan jalan melindungi diri.

Senjata yang demikian itu dijadikan lambang, karena wujud dan artinya tetap,
tidak berubah-ubah, yakni sebagai lambang perjuangan dan perlindungan.
Dengan mengambil bentuk perisai ini, maka Republik Indonesia berhubungan
langsung dengan peradaban Indonesia asli.
Garis hitam tebal ditengah-tengah perisai ini dimaksudkan khatulistiwa
(equator)yang melewati Sumatera, Kalimantan, Sulawesi dan Irian Barat. Hal
menyatakan bahwa Republik Indonesia adalah negara yang merdeka dan berdaulat
penuh dipermukaan bumi berhawa panas.

Lima buah ruang pada perisai itu masing-masing mewujudkan dasar Negara
Republik Indonesia, PANCASILA, yaitu :

 Dasar Ketuhanan Yang Maha Esa


Tertulis dengan Nur Cahaya diruangan tengah berbentuk bintang yang
bersudut lima.
 Dasar Kerakyatan
Dilukiskan dengan Kepala Banteng sebagai lambang tenaga rakyat.
 Dasar Kebangsaan
Dilukiskan dengan Pohon Beringin, tempat berlindung.
 Dasar Perikemanusiaan
Dilukiskan dengan tali rantai bermata bulatan dan persegi. Rantai bermata
bulatan menunjukan bagian perempuan berjumlah 9 (sembilan), dan rantai
bermata persegi berjumlah 8 (delapan) menunjukan bagian laki-laki.
Jumlah rantai sebanyak 17 (tujuh belas) itu sambung menyambung tidak
putus-putusnya sesuai dengan sifat manusia yang turun temurun.
 Dasar Keadilan Sosial

9
Dilukiskan dengan padi dan kapas sebagai tanda tujuan kemakmuran,
kedua gambar tumbuh-tumbuhan tersebut (padi dan kapas) sesuai dengan
hymne yang memuji-muji pakaian (sandang) dan makanan (pangan).

6. Semboyan “Bhinneka Tunggal Ika” dapat disalin diartikan sebagai berbeda-


beda tetapi tetap satu jua.

Sedangkan perkataan Bhinneka itu sendiri adalah gabungan dua perkataan :


Bhinna dan Ika.

Adapun makna dari pepatah itu adalah penggambaran dari persatuan dan
kesatuan Nusa dan Bangsa Indonesia walaupun keluar memperlihatkan perbedaan
dan perlainan. Kalimat itu telah tua sekali usianya dan telah dipakai oleh pujangga
terutama oleh Empu Tantular dalam kitabnya Sutasoma, yang mengartikan
pepatah tersebut sebagai “Diantara Pusparagam ada Persatuan”.
WARNA

 Warna Lambang Negara yang dipakai adalah (terutama) tiga warna, yaitu
Merah, Putih, Kuning Emas. Disamping itu dipakai juga warna hitam
sebagai warna yang sebenarnya ada di alam.
 Warna Emas dipakai oleh semua burung garuda, yang menggambarkan
kebesaran bangsa dan keluhuran negara.
 Warna Merah Putih dipakai pada ruangan perisai ditengah-tengah dan
pada pita dalam cengkraman cakarnya.

PENGGUNAAN LAMBANG NEGARA

Penggunaan Lambang Negara diatur dengan Peraturan Pemerintah No. 43 tentang


lambang Negara tanggal 26 Juni 1958 (L.N. 1958 – 71) yang disesuaikan dengan
keadaan sekarang, berbunyi sebagai berikut :

10
A. Pemasangan Lambang Negara di muka sebelah luar gedung dianggap
sebagai suatu keistimewaan.

Oleh karena itu pemasangan dengan cara ini dibatasi pada gedung dan rumah
jabatan, yaitu rumah dinas yang khusus disediakan untuk jabatan-jabatan tertentu,
yaitu :

 Gedung-gedung MPR, DPR, Mahkamah Agung, DPA, BPK, Sekretariat


Negara, BAPPENAS.
 Rumah-rumah jabatan Presiden, Wakil Presiden, Menteri, Gubernur /
Kepala Daerah dan Kepala Daerah yang setingkat dengan itu.

B. Pemasangan Lambang Negara di dalam gedung :


1. Pemasangan Lambang Negara diharuskan di dalam tiap
1) Kantor Kepala Daerah
2) Ruang Sidang MPR dan DPR
3) Ruang Sidang Peradilan
4) Markas Angkatan Perang
5) Kantor Keplosian Negara
6) Kantor Imigrasi
7) Kantor Bea dan Cukai
8) Kantor Syahbandar
2. Pemasangan Lambang Negara diperbolehkan pada tiap kantor negeri lain, di
luar kantor tersebut di atas.
3. Jika Lambang Negara dalam suatu ruangan ditempatkan bersama-sama dengan
Presiden dan / atau gambar Wakil Presiden, maka kepada Lambang Negara diberi
tempat paling sedikit sama dengan yang diberikan kepada gambar itu.

C. Pemasangan Lambang Negara secara lain

11
1) Lambang Negara dipasang pada paspor dan tiap Lembaran Negara dan
Berita Negara serta tambahan-tambahannya pada halaman pertama atas tengah.
2) Lambang Negara hanya diperbolehkan untuk cap jabatan Presiden,
Wakil Presiden, Ketua MPR, Ketua DPR, Ketua Mahkamah Agung, Ketua DPA,
Ketua BPK, Ketua BAPPENAS, Kepala Daerah Tingkat Bupati ke atas dan
Notaris.
3) Di dalam cap dinas untuk kantor-kantor pusat dari jabatan-jabatan
tersebut dalam huruf b angka 2 di atas boleh dilukiskan Lambang Negara.
4) Lambang Negara dapat digunakan pada surat jabatan Presiden, Wakil
Presiden, Ketua MPR, Ketua DPR, Ketua Mahkamah Agung, Ketua DPA, Ketua
BPK, Menteri, Jaksa Agung, Sekretaris Nagara, termasuk sekretaris-sekretaris di
bawahnya, Gubernur / Kepala Daerah dan Notaris.
5) Lambang Negara dapat digunakan pada :
 Mata uang logam dan mata uang kertas.
 Kertas bermaterai (dalam materainya)
 Surat Ijazah Negara
 Barang negara di rumah-rumah jabatan Presiden, Wakil Presiden, dan
Menteri Luar Negeri.
 Pakaian-pakaian resmi yang dianggap perlu oleh Pemerintah.
 Buku-buku dan majalah-majalah yang dikeluarkan oleh Pemerintah Pusat.
 Buku kumpulan Undang-undang yang diterbitkan oleh Pemerintah, juga
buku kumpulan Undang-undang yang diterbitkan oleh Partikelir.
 Surat-surat kapal dan barang-barang lain dengan seizin Menteri yang
bersangkutan.

6) Lambang Negara dapat digunakan diadakannya peristiwa-peristiwa resmi, pada


gapura dan bangunan-bangunan lainnya yang pantas.

7) Lambang Negara dalam bentuk Lencana dapat digunakan di suatu negara asing
oleh Instansi-instansi Pemerintah Republik Indonesia dilakukan menurut

12
peraturan atau kebiasaan tentang penggunaan lambang kebangsaan asing yang
berlaku di negeri itu.

LARANGAN
Pada dasarnya Lambang Negara dilarang bertentangan dengan Peraturan
Pemerintah tentang Penggunaan Lambang Negara tahun 1958 No. 43 (L.N. 1958
– 71) yang ketentuan-ketentuan pokoknya seperti diuraikan di atas, dan disamping
itu :
a) Pada Lambang Negara dilarang menaruh huruf, kalimat, angka, gambar,
atau tanda-tanda lain.
b) Dilarang menggunakan Lambang Negara sebagai perhiasan cap dagang,
reklame perdagangan, atau propaganda politik dengan cara apapun.
c) Dilarang membuat lambang perseorangan, perkumpulan, organisasi
partikelir atau perusahaan yang pada pokoknya sama sekali menyerupai
Lambang Negara.

ANCAMAN HUKUMAN
Tindak pidana tersebut di bawah ini, yaitu :
a. Menggunakan Lambang Negara bertentangan dengan Peraturan
Pemerintah tentang Penggunaan lambang Negara tahun 1958 No. 43 (L.N.
1958 – 71) dengan tidak mengurangi ketentuan-ketentuan dalam Peraturan
Pemerintah tentang Panji dan Bendera Jabatan.
b. Menaruh huruf, kalimat, angka, gambar, atau tanda-tanda lain pada
Lambang Negara.
c. Menggunakan Lambang Negara sebagai perhiasan cap dagang, reklame
perdagangan, atau propaganda politik dengan cara apapun.
d. Lambang perseorangan, perkumpulan, organisasi partikelir atau
perusahaan yang pada pokoknya sama sekali menyerupai Lambang
Negara.

13
Kesemuanya dianggap sebagai pelanggaran dan perbuatannya dihukum dengan
hukuman selama-lamanya tiga bulan.

KESIMPULAN

DAFTAR PUSTAKA

https://ppikabtasikmalaya.wordpress.com/aturan-tata-cara/lambang-negara/

14

You might also like