You are on page 1of 10

TUGAS MAKALAH

AQIDAH 101

“Perspektif Ahlus Sunnah dalam Penggunaan Tamimah, Penangkal


Bahaya dan Sejenisnya.”

Nama Mahasiswa: Hasan Rahman Muharram

ID Mahasiswa: 10000313

Jumlah percobaan: 1

Ushuluddin

Islamic Online University

2017
Perspektif Ahlus Sunnah dalam Penggunaan Tamimah,
Penangkal Bahaya dan Sejenisnya.”
.

KATA PENGANTAR

‫الحمد هلل رب العالمين والصالة والسالم على رسول األمين محمد بن عبد هللا وعلى آله وصحبه أجمعين‬

Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam yang atas rahmat-Nya maka penulis
dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul “Perspektif Ahlus Sunnah
dalam Penggunaan Tamimah, Penangkal Bahaya dan Sejenisnya” tak lupa sholawat
serta salam kepada rosul Al-Amiin Muhammad bin Abdillah, kepada keluarganya dan
kepada seluruh sahabatnya.

Penulisan makalah merupakan salah satu tugas dan persyaratan untuk


menyelesaikan tugas mata kuliah Aqidah 101 Jurusan Ushuluddin Islamic Online
University.

Dalam penulisan makalah ini penulis merasa masih banyak kekurangan-


kekurangan baik pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan
yang dimiliki penulis. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat penulis harapkan
demi penyempurnaan pembuatan makalah ini.

Yogyakarta, Januari 2017

Penulis

1
Perspektif Ahlus Sunnah dalam Penggunaan Tamimah,
Penangkal Bahaya dan Sejenisnya.”
.

DAFTAR ISI

Kata Pengantar .......................................................................................................1

Daftar Isi ..................................................................................................................2

Bab I Muqoddimah ..................................................................................................3

Pengertian Tamimah .......................................................................................3

Asal Usul Tamimah .........................................................................................3

Macam-macam Tamimah................................................................................4

Bab II Tidak Dibolehkannya Menggunakan Tamimah .............................................5

Tamimah dari al-Qur’an..... .............................................................................5

Tamimah selain dari al-Qur’an ........................................................................6

Bab III Penutup .......................................................................................................8

Kesimpulan .....................................................................................................8

Daftar Pustaka ........................................................................................................9

2
Perspektif Ahlus Sunnah dalam Penggunaan Tamimah,
Penangkal Bahaya dan Sejenisnya.”
.

BAB I

MUQODDIMAH

Penggunaan tamimah dan sejenisnya masih banyak dilakukan oleh kaum muslimin,
yang mana mereka belum mengetahui apa hukumnya dan apa yang akan terjadi pada
mereka jika tetap menggunakannya. Salah satu penyebabnya adalah kurangnya
pemahaman terhadap agama dan mudahnya mengikuti pendapat-pendapat yang tidak
jelas asal usulnya yang bisa jadi sudah berlaku turun temurun dari nenek moyangnya.

Pengertian Tamimah

ِ ‫ الت َّ َم‬adalah jamak dari ‫ ت َِم ْي َمة‬yaitu sesuatu yang dikalungkan di leher anak-anak
‫اءم‬
sebagai penangkal penyakit ’ain (kena mata), dan terkadang juga dikalungkan pada leher
orang-orang dewasa dan wanita.1

Asal Usul Tamimah

Salah satu kebiasaan orang-orang Arab pada zaman Nabi Muḥammad sholallahu
‘alayhi wasallam adalah mereka mengenakan gelang, kalung manik, kulit kerang, dan
sebagainya sebagai jimat untuk mencegah kesialan dan mendatangkan nasib baik.2

Jimat juga bisa kita temukan di seluruh penjuru dunia dalam bentuk yang beraneka
ragam. Kepercayaan pada jimat bertentangan dengan keimanan kepada sifat
Rububiyyah Allah, yaitu dengan memberikan anggapan suatu benda memiliki kekuatan
untuk mencegah keburukan dan membawa kebaikan.

Islam sangat menentang segala perwujudan kepercayaan tersebut yang muncul di


tanah Arab pada masa Rasulullah sholallahu ‘alayhi wasallam, kepercayaan tersebut
membuat manusia menjadi bodoh dan lupa akan Tuhannya.

Kepercayaan tersebut sesungguhnya merupakan wujud dari dasar ideologi


penyembahan berhala di kebanyakan kaum pagan, dan jimat-jimat itu sendiri adalah

1
Kitab Tauhid, Syaikh Shalih Al-Fauzan
2
Pokok-Pokok Tauhid hal.61, Abu Aminah Bilal Philips

3
Perspektif Ahlus Sunnah dalam Penggunaan Tamimah,
Penangkal Bahaya dan Sejenisnya.”
.

salah satu cabang penyembahannya. Hubungan dengan hal ini dengan mudah dapat
dilihat pada cabang Katolik dari agama Nasrani, di mana Nabi Isa dipuja sebagai dewa.
Ibunya Maria (Maryam) dan orang-orang suci disembah, dan lukisan, patung, serta
medali yang dikhayalkan menyerupai mereka disimpan dan dijaga untuk mendatangkan
nasib baik.3

Macam-macam Tamimah

Tamimah ada dua macam; Tamimah dari al-Qur’an dan tamimah selain dari al-
Qur’an

Tamimah dari al-Qur’an yaitu dengan cara menuliskan ayat-ayat al-Qur’an ataupun
Asma’ dan Sifat Allah ’azza wa jalla pada sesuatu berupa kulit, kertas ataupun kain dan
sejenisnya lalu dikalungkan di leher sebagai perantara untuk mengharapkan
kesembuhan ataupun kebaikan.

Sedangkan Tamimah selain dari al-Qur’an biasanya berupa benda apapun yang
dikalungkan di leher seperti besi, taring hewan, tulang, rumah kerang, kain, benang,
tulisan rajah, keris, termasuk juga benda yang dianggap keramat dan sakti, nama-nama
setan dan jin serta jimat.

3
Pokok-Pokok Tauhid hal.61, Abu Aminah Bilal Philips

4
Perspektif Ahlus Sunnah dalam Penggunaan Tamimah,
Penangkal Bahaya dan Sejenisnya.”
.

BAB II

TIDAK DIBOLEHKANNYA MENGGUNAKAN TAMIMAH

Tamimah dari al-Qur’an

Pendapat pertama, ia dibolehkan. Ini adalah pendapat sekelompok sahabat,


diantaranya Abdullah bin Amr bin al-Ash rodhiyallahu ’anhu. Ini pulalah makna tekstual
apa yang diriwayatkan Aisyah rodhiyallahu ’anha. Pendapat ini juga dikemukakan oleh
Abu Ja’far al-Baqir dan Ahmad bin Hanbal rahimahumallah, menurut salah satu riwayat
dari beliau mereka mengkhususkan hadits yang melarang mengalungkan tamimah pada
tamimah yang didalamnya terdapat syirik.

Pendapat kedua, ia dilarang. Pendapat ini juga dikemukakan oleh sekelompok


sahabat, diantaranya adalah Ibnu Mas’ud dan Ibnu Abbas rodhiyallahu ’anhuma. Ini
pulalah pendapat Hudzaifah, Uqbah bin Amir dan Ibnu Ukaim rodhiyallahu ’anhum.
Sekelompok tabi’in juga menguatkan pendpat ini, diantaranya para sahabat Ibnu Mas’ud
dan Ahmad dalam suatu riwayat yang kemudian dipilih oleh sebagian besar pengikutnya
dan para ulama muta’akhkhirin memastikan pendapat ini dengan mendasarkan pada
riwayat Ibnu Mas’ud, ia berkata:

)‫ إن الر قى و التماتم و التو لة شرك‬:‫)سمعت رسول هللا صل هللا عليه وسلم يقول‬

”Aku mendengar Rasulullah sholallahu ‘alayhi wasallam bersabda, ’Sesungguhnya


ruqyah, tamimah dan tiwalah (pelet) adalah syirik’.” (HR. Ahmad, Abu Dawud, Ibnu Majah
dan Al-Hakim)

Pendapat kedua adalah benar karena tiga alasan:

1. Keumuman larangan Nabi sholallahu’alayhi wa sallam serta tak ada dalil yang
mengkhususkannya.
2. Untuk tindakan prefentif, karena hal itu menyebabkan dikalungkannya sesuatu
yang tidak dibolehkan.

5
Perspektif Ahlus Sunnah dalam Penggunaan Tamimah,
Penangkal Bahaya dan Sejenisnya.”
.

3. Bahwasanya jika ia mengalungkan sesuatu dari ayat al-Qur’an maka hal itu
menyebabkan pemakaianya menghinakan, misalnya dengan membawanya waktu
buang hajat, istinja’ atau lainnya.4

Tamimah selain dari al-Qur’an

Tamimah selain dari al-Qur’an diharamkan dan termasuk syirik, karena


menggantungkan harapan selain kepada Allah ’azza wa jalla, Asma’, Sifat dan ayat-
ayatnya.

Setiap Muslim wajib menjaga akidahnya dari apa-apa yang bisa merusak atau
mengurangi kesempurnaannya. Kita tidak boleh mengkonsumsi makanan maupun obat-
obatan yang tidak diperbolehkan, tidak pergi ke ’orang (tidak) pintar’, orang sesat, tukang
sulap, dukun dan yang sejenisnya untuk mengobati penyakit ataupun sekedar
berkonsultasi permasalahan. Malahan merekalah yang menyebabkan sakitnya hati dan
rusaknya akidah. Maka cukuplah kita bertawakal kepada Allah, sebagaimana firman-Nya:

} ‫ّللا يَجْ َعل لَّه َم ْخ َر ًجا‬ ِ َّ ‫{ َو َمن يَت‬


َ َّ ‫ق‬
“Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan
keluar (Al-ayah).” (QS. At-Talaq: 2)

Dan di ayat selanjutnya,

ۚ ِ‫ّللا َ ب َ ا لِ ُغ أ َ ْم ِر ه‬ َّ ‫{ َو ي َ ْر ز قْ ه ِم ْن َح يْث ََل ي َ ْح ت َ ِس ب ۚ َو َم ْن ي َ ت ََو ك َّ ْل عَ ل َ ى‬


َّ ‫ّللا ِ َف َ ُه َو َح سْ ب ه ۚ إ ِ َّن‬
} ‫ي ٍء ق َ ْد ًر ا‬ ْ َ‫ّللا لِ ك لِ ش‬ َّ ‫ق َ ْد َج ع َ َل‬

"Dan memberinya rezeki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Dan


barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan
(keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan yang (dikehendaki) Nya.
Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu." (QS. At-Talaq:
3)

Menggunakan tamimah pun membuat jasmani dan rohani serta ekonomi kita
menjadi lemah, betapa banyak masyarakat awam rela mengeluarkan uang yang nilainya

4
Fath al-Majid, hal. 136.

6
Perspektif Ahlus Sunnah dalam Penggunaan Tamimah,
Penangkal Bahaya dan Sejenisnya.”
.

cukup besar untuk membeli tamimah, mereka dibodoh-bodohi oleh ’orang (tidak) pintar’.
Padahal Allah ’azza wa jalla ciptakan kita sebagai mahkluk yang sempurna, memiliki
kekuatan, akal pikiran dan kemampuan yang tidak Allah berikan kepada selain manusia.

Imran bin Husain rodhiyallahu ’anhu menuturkan bahwa Rasulullah sholallahu


‘alayhi wasallam melihat seorang laki-laki memakai gelang yang terbuat dari kuningan,
kemudian beliau bertanya:

(‫ َفإنك لو مت و هي عليك ما أَفلحت أبدا‬,‫ انز عُها َفإنُها َل تزيدك إَل وهنا‬:‫ َفقال‬,‫ من الوا هنة‬:‫)ما هذه؟ قال‬

“Apakah itu? Orang laki-laki itu menjawab: “gelang penangkal penyakit”, lalu Nabi
bersabda: “lepaskan gelang itu, karena sesungguhnya ia tidak akan menambah kecuali
kelemahan pada dirimu dan jika kamu mati sedangkan gelang ini masih ada pada
tubuhmu maka kamu tidak akan beruntung selama-lamanya.” (HR. Ahmad dengan sanad
yang bisa diterima)5

5
Kitabut Tauhid, Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab

7
Perspektif Ahlus Sunnah dalam Penggunaan Tamimah,
Penangkal Bahaya dan Sejenisnya.”
.

BAB III PENUTUP

Kesimpulan
Dari paparan singkat di atas, kita bisa mengetahui bahayanya penggunaan
tamimah, dengan mempelajari hal tersebut kita bisa mengaplikasikannya dalam
kehidupan sehari-hari agar lebih berhati-hati dalam menjaga aqidah dan mengingatkan
keluarga serta kerabat kita untuk menjauhi tamimah baik dari al-Qur’an maupun selain
dari al-Qur’an serta untuk mencari kebaikan dan menjauhi keburukan dengan
menggunakan apa-apa yang dihalalkan Allah ‘azza wa jalla.

Saran
Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna, kedepannya penulis
akan lebih fokus dan detail dalam menjelaskan tentang makalah di atas dengan sumber
– sumber yang lebih banyak yang tentunya dapat di pertanggung jawabkan.

8
Perspektif Ahlus Sunnah dalam Penggunaan Tamimah,
Penangkal Bahaya dan Sejenisnya.”
.

DAFTAR PUSTAKA

1. Al-Qur’an.
2. Kitab Tauhid, Syaikh Salih bin Fauzan Al-Fauzan.
3. Kitabut Tauhid, Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab.
4. Fath al-Majid, Syaikh Abdurrahman bin Hasan Alusy Syaikh.
5. Pokok-Pokok Tauhid, Abu Aminah Bilal Philips.

You might also like