You are on page 1of 13

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Budaya Indonesia pada hakikatnya adalah satu kesatuan dengan corak ragam budaya
yang menggambarkan kekayaan budaya bangsa. Semua warga negara dituntut untuk turut
serta dalam penerapan wawasan nusantara itu sendiri tanpa memandang profesi, jabatan dan
status sosial warga tersebut. Sebagai seorang dokter yang berkewarganegaraan Indonesia,
seseorang tersebut tetap tidak boleh melupakan pandangan hidup yang berwawasan nusantara
dan tetap mengimplementasikannya dalam kehidupan sehari-hari.
Dalam konsep penerapan wawasan nusantara, yang sangat ditekankan adalah
bhinneka tunggal ika yang sangat menjunjung kesetaran suku, agama dan ras. Meskipun
Indonesia terdiri dari beribu-ribu pulau.

1.2 Pokok Permasalahan


Dari pembuatan makalah ini ada beberapa yang jadi pokok permasalahan diantaranya:
1. Definisi wawasan nusantara di bidang kesehatan dan UU yang mengatur
2. Fungsi dan tujuan pembangunan wawasan nusantara di bidang kesehatan
3. Cakupan atau unsur wawasan nusantara dalam bidang kesehatan
4. Upaya pembangunan wawasan nusantara di bidang kesehatan
5. Implementasi wawasan nusantara di bidang kesehatan
6. Program yang sudah dicapai oleh pemerintah dalam pembangunan wawasan
nusantara di bidang kesehatan di Indonesia dan di NTB
7. Kendala pembangunan wawasan nusantara di bidang kesehatan

1.3 Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah
 Untuk menambah wawasan terkait wawasan nusantara di bidang kesehatan
 Untuk mengetahui fungsi, tujuan, unsur, upaya dan sasaran pembangunan wawasan
nusantara di bidang kesehatan
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi wawasan nusantara di bidang kesehatan dan UU yang mengatur


Wawasan nusantara adalah cara pandang bangsa Indonesia, yang dijiwai nilai-nilai
Pancasila dan berdasarkan pada Undang-Undang Dasar 1945 serta memperhatikan sejarah
dan budaya, diri dan lingkunga keberadaannya. Sebagai seorang dokter yang
berkewarganegaraan Indonesia, seseorang tersebut tetap tidak boleh melupakan pandangan
hidup yang berwawasan nusantara dan tetap mengimplementasikannya dalam kehidupan
sehari-hari. Dalam konsep penerapan wawasan nusantara, yang sangat ditekankan adalah
bhinneka tunggal ika yang sangat menjunjung kesetaran suku, agama dan ras. Meskipun
Indonesia terdiri dari beribu-ribu pulau. Seperti halnya yang tertuang pada pancasilasila
pertama, yang berbunyi Ketuhanan Yang Maha Esa, dimana tiap-tiap orang yang
berkewarganegaraan Indonesia diwajibkan untuk memeluk suatu agama yang telah diakui
oleh pemerintah dan hal tersebut tidak terkecuali dilakukan oleh seorang dokter. Seorang
dokter diharapkan dapat menciptakan sebuah kedamaian antar sesama yang akan
menimbulkan semakin eratnya rasa persatuan dan kesatuan di Indonesia.
Di dalam pasal 28 H ayat 1, disebutkan: “…setiap orang berhak hidup sejahtera lahir
dan batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta
berhak memperoleh pelayanan kesehatan…”. Pada ayat 2, disebutkan: “…setiap orang
berhak mendapat kemudahan dan perlakuan khusus untuk memperoleh kesempatan dan
manfaat yang sama guna mencapai persamaan dan keadilan…”. Pada ayat 3, disebutkan
“…setiap orang berhak atas jaminan sosial yang memungkinkan pengembangan dirinya
secara utuh sebagai manusia yang bermartabat…”.
Di dalam pasal 34 ayat 2 UUD 1945, disebutkan “…negara mengembangkan sistem
jaminan sosial bagi seluruh rakyat dan memberdayakan masyarakat yang lemah dan tidak
mampu sesuai dengan martabat kemanusiaan…”. Pada ayat 3, disebutkan “…negara
bertanggungjawab atas penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan dan fasilitas pelayanan
umum yang layak…”. Pada ayat 4, disebutkan “…ketentuan lebih lanjut mengenai
pelaksanaan pasal ini diatur dalam undang-undang…”.

2.2 Fungsi dan tujuan pembangunan wawasan nusantara di bidang kesehatan


Wawasan nusantara adalah tujuan antara yang ingin dicapai dan syarat untuk meraih
tujuan nasional. Wawasan nusantara adalah cara pandang bangsa Indonesia, yang dijiwai
nilai-nilai Pancasila dan berdasarkan pada Undang-Undang Dasar 1945 serta memperhatikan
sejarah dan budaya, diri dan lingkungan keberadaannya yang sarwa nusantara, dalam
memanfaatkan kondisi dan konstelasi geografi, dengan menciptakan tanggung jawab,
motivasi, dan rangsangan bagi seluruh bangsa Indonesia, yang mengutamakan persatuan dan
kesatuan bangsa serta kesatuan wilayah pada penyelenggaraan kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara. Cara pandang seperti ini merupakan syarat utama untuk
melaksanakan pembangunan nasional guna mencapai tujuan nasional. Kaitannya dengan
upaya untuk menghasilkan SDM bangsa sebagai manusia Indonesia yang seutuhnya, sehat
fisik dan mental, maka wawasan nusantara merupakan pijakan yang harus selalu
menginspirasi berbagai kebijaksanaan apapun yang akan diambil dalam upaya meningkatkan
kualitas SDM bangsa yang sehat fisik dan mental agar tetap berada dalam kerangka tujuan
nasional.
Pada hakikatnya paradigma nasional merupakan landasan ideal untuk menuju cita-cita
nasional. Namun, mengingat paradigma nasional sifatnya sangat normatif maka dalam
pelaksanaannya harus dituangkan dalam bentuk kebijakan berupa peraturan perundangan
yang sifatnya lebih implementatif. Akan tetapi, seringkali peraturan perundangan yang
merupakan instrumen dan wujud implementasi dari paradigm nasional disinyalir memuat
berbagai kepentingan tertentu yang tidak sesuai lagi dengan arah paradigma nasional.
Kepentingan tersebut antara lain, kepentingan pasar, pemodal, negara asing, dan lain-lain,
yang kemudian menitipkannya dalam bentuk kebijakan yang ada. Misalnya yang paling
aktual adalah hilangnya atau “diperdebatkannya” pasal tentang tembakau sebagai zat adiktif
dalam Undang-Undang Kesehatan Nomor 36 Tahun 2009. Kalaupun secara instrumentatif
peraturan perundangan yang ada sudah sesuai dengan paradigma nasional, persoalan terbesar
dapat muncul pada moral pelaksananya yang secara praksis tidak menjalankan dengan
sungguh-sungguh nilai dari paradigm nasional dan peraturan perundangan yang ada sebagai
acuan melaksanakan pembangunan di bidang kesehatan. Korupsi dan “mark-up” biaya atas
pembelian alat kesehatan yang seharusnya peralatan tersebut diperuntukkan sebesar-besarnya
bagi proses menyehatkan masyarakat telah membuat program kesehatan tidak mencapai
sasaran sebagaimana diharapkan.

2.3 Cakupan atau unsur wawasan nusantara dalam bidang kesehatan


a. Wadah (contour)
Wadah yang dimaksud dalam unsur pertama ini adalah batas ruang lingkup atau
bentuk wujud dari Negara Kesatuan Republik Indonesia yang diumumkan melalui Dekrit
Juanda tanggal 13 Desember 1957. Deklarasi ini menyatakan bahwa bentuk geografi
Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri atas ribuan pulau besar dan kecil.
Deklarasi ini kemudian disahkan melalui Perpu No. 4 tahun 1960 tentang perairan Indonesia.
Bentuk wujud ini tidak dapat dipisahkan dari azaz Archipelago yang telah diperjuangkan
pada pertemuan konvensi hukum laut internasional tahun 1982, mengikat semua negara.

b. Isi (content)
Isi adalah inspirasi bangsa yang berkembang dimasyarakat dan cita-cita serta tujuan
nasional yang terdapat dalam Pembukaan UUD 1945. “isi” menyangkut dua hal yang esensial
yakni: Pertama, Realisasi aspirasi bangsa sebagai kesepakatan bersama dan perwujudannya,
pencapaian cita-cita tujuan nasional, dan Kedua. Persatuan dan kesatuan dalam kebhinekaan
yang meliputi semua aspek kehidupan nasional.

c. Tata laku (conduct)


Tata laku merupakan hasil interaksi antara wadah dan isi, yang terdiri dari tata laku
batiniah dan lahiriah. tata laku batiniah mencerminkan jiwa, semangat, dan mentalitas yang
baik dari bangsa Indonesia, sedangkan tata laku lahiriah tercermin dalam tindakan, perbuatan,
dan perilaku dari bangsa Indonesia.

2.4 Upaya pembangunan wawasan nusantara di bidang kesehatan


Keberhasilan pembangunan termasuk pembangunan kesehatan di Indonesia sangat
terkait dengan keberadaan paradigma nasional dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Paradigma Nasional pada hakikatnya adalah pola sikap, pola pikir dan pola tindak yang harus
melekat dalam setiap sanubari bangsa Indonesia, khususnya para pengambil kebijakan,
termasuk pengambil kebijakan di bidang kesehatan. Paradigma Nasional merupakan acuan
untuk melihat apakah kondisi status kesehatan Bangsa Indonesia sudah sesuai dengan tujuan
nasional atau tidak. Seperti diketahui bahwa tujuan nasional bangsa Indonesia adalah
melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan
kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut serta dalam proses menjaga
perdamaian dunia berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial.
Dalam upaya pembangunan wawasan nusantara di bidang kesehatan sejatinya kita
harus mengetahui dasar hokum yang berlaku di Negara Indonesia, yang terdapat dalam UUD
1945 yang dijiwai oleh nilai-nilai Pancasila telah secara jelas memberikan arahan dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara, khususnya bagi penyelenggara Negara untuk
menghasilkan SDM bangsa sebagai manusia Indonesia yang seutuhnya, yang dalam hal
kesehatan adalah SDM yang sehat fisik dan mental. Secara khusus landasannya dapat dilihat
pada Pasal 28H dan Pasal 34 UUD 1945. Di dalam pasal 28H ayat 1, disebutkan: “…setiap
orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan
lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan…”.
Pada ayat 2, disebutkan: “…setiap orang berhak mendapat kemudahan dan perlakuan khusus
untuk memperoleh kesempatan dan manfaat yang sama guna mencapai persamaan dan
keadilan…”. Pada ayat 3, disebutkan: “…setiap orang berhak atas jaminan sosial yang
memungkinkan pengembangan dirinya secara utuh sebagai manusia yang bermartabat…”.
Di dalam pasal 34 ayat 2 UUD 1945, disebutkan: “…Negara mengembangkan sistem
jaminan sosial bagi seluruh rakyat dan memberdayakan masyarakat yang lemah dan tidak
mampu sesuai dengan martabat kemanusiaan…”. Pada ayat 3, disebutkan: “…negara
bertanggung jawab atas penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan dan fasilitas pelayanan
umum yang layak…”. Pada ayat 4, disebutkan: “…ketentuan lebih lanjut mengenai
pelaksanaan pasal ini diatur dalam undang-undang…”.

Dalam upaya pembangunan di bidang kesehatan pemerintah mengatur UU No. 40 pada


Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN)
Pertimbangan pengembangan SJSN mengingat bahwa sebagaimana dituliskan dalam
penjelasan UU No.40/2004 pembangunan sosial ekonomi sebagai salah satu pelaksanaan
kebijakan bangsa telah menghasilkan banyak kemajuan, di antaranya telah meningkatkan
kesejahteraan rakyat. Namun demikian, dinamika pembangunan bangsa Indonesia telah
menumbuhkan tantangan berikut tuntutan penanganan berbagai persoalan yang belum
terpecahkan. Salah satunya adalah penyelenggaraan jaminan sosial bagi seluruh rakyat, yang
diamanatkan dalam Pasal 28H ayat (3) dan Pasal 34 ayat (2) UUD 1945. SJSN pada dasarnya
merupakan program negara yang bertujuan member kepastian perlindungan dan
kesejahteraan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Melalui program ini, setiap penduduk
diharapkan dapat memenuhi kebutuhan dasar hidup yang layak apabila terjadi hal-hal yang
dapat mengakibatkan hilang atau berkurangnya pendapatan, termasuk pada saat mengalami
gangguan kesehatan (menderita sakit). Indonesia telah menjalankan beberapa program
jaminan sosial. Misalnya, UU yang secara khusus mengatur jaminan sosial bagi tenaga kerja
swasta adalah UU No.3/1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja (JAMSOSTEK), yang
mencakup pula program jaminan pemeliharaan kesehatan. Untuk Pegawai Negeri Sipil
(PNS), program Asuransi Kesehatan (ASKES) berdasarkan PP No. 69/1992 yang bersifat
wajib bagi PNS/Penerima Pensiun/Perintis Kemerdekaan/Veteran dan anggota keluarganya.
Pada dasarnya, program-program jaminan sosial ini diselenggarakan oleh beberapa Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS), antara lain: PT. Jamsostek (Persero), PT. ASKES
(Persero) dan PT. Taspen (Persero). Berbagai program jaminan social di atas, khususnya
jaminan kesehatan baru mencakup sebagian kecil masyarakat. Sebagian besar rakyat belum
memperoleh perlindungan yang memadai.
Di samping itu, pelaksanaan berbagai program jaminan sosial tersebut belum mampu
memberikan perlindungan yang adil dan memadai kepada para peserta sesuai dengan manfaat
program yang menjadi hak peserta. Untuk itu, perlu pengembangan SJSN yang mampu
mensinkronisasikan penyelenggaraan berbagai bentuk jaminan sosial, khususnya jaminan
sosial bidang kesehatan yang dilaksanakan oleh beberapa penyelenggara agar dapat
menjangkau kepesertaan yang lebih luas serta memberikan manfaat yang lebih besar bagi
setiap peserta. Dimana sekarang di ubah menjadi BPJS.

2.5 Implementasi pembangunan wawasan nusantara di bidang kesehatan


a. Wawasan Nusantara sebagai Pancaran Falsafah Pancasila
Falsafah Pancasila diyakini sebagai pandangan hidup bangsa Indonesia yang sesuai
dengan aspirasinya. Dalam bidang kedokteran pun, seorang dokter harus memegang ajaran-
ajaran pancasila tersebut dan mengaplikasikannya dalam kehidupannya sehari-hari. Seperti
halnya yang tertuang pada pancasila sila pertama, yang berbunyi Ketuhanan Yang Maha Esa,
dimana tiap-tiap orang yang berkewarganegaraan Indonesia di wajibkan untuk memeluk
suatu agama yang telah diakui oleh pemerintah dan hal tersebut tidak terkecuali dilakukan
oleh seorang dokter. Seorang dokter yang memeluk suatu agama, pasti akan memberikan
sebuah kedamaian kepada linkungan sekitarnya, pasien, teman dan keluarganya. Karena,
tidak akan ada sebuah agama yang mengajarkan kepada umatnya untuk melakukan suatu
kerusakan kepada orang lain. Dengan memegang teguh hal ini, maka seorang dokter
diharapkan dapat menciptakan sebuah kedamaian antar sesama yang akan menimbulkan
semakin eratnya rasa persatuan dan kesatuan di Indonesia.
Pada sila kedua, yang berbunyi Kemanusiaan yang adil dan beradab, seorang
dokterpun dalam pengimplementasian ilmunya pun diharapkan tetap berlaku seadil mungkin
kepada pasien, dan teman sejawat. Dalam berhubungan dengan pasien pun, diharapkan
seorang dokter tetap memegang teguh pandangan hidup tersebut. Indonesia dengan luas
geografis sangat besar menimbulkan berbagai macam suku, keragaman budaya dan bahasa.
Sebagai seorang dokter, dalam menangani seorang pasien pun tidak boleh memilah-milah
pasien manakah yang akan di tangani berdasarkan suku, bahkan warna kulit sekalipun. Tidak
melakukan diskriminasi terhadap pasien, memberikan pelayanan terbaiknya sebagai seorang
dokter, dan menjalin hubungan baik sebagai seorang dokter dan pasien adalah salah satu
pengimplementasian wawasan nusantara. Contoh mendiskriminasikan pasien adalah, dengan
jalan mendahulukan pasien yang berasal dari suku yang sama dengan dokter tersebut,
memberikan pelayanan berbeda, dan tidak menghiraukan pasien.
Selain tidak mendiskriminasikan seorang pasien, seorang dokterpun diharapkan dapat
memberikan hak-hak pasien seperti memberitahukan kepada pasien tentang penyakit yang
sedang di derita oleh pasien, memberitahukan kegunaan obat yang akan diberikan oleh dokter
kepada pasien tanpa memandang pasien tersebut berasal dari wilayah manapun.
Tidak membeda-bedakan teman sejawat sendiri berdasar suku, tidak memilah-milah dokter
mana saja yang akan diajak untuk berdiskusi, dan mau bertukar pikiran atau membantu
dokter lainnya tanpa memandang suku, agama dan ras mereka. Sering melakukan diskusi-
diskusi dengan dokter yang sedang bertugas di wilayah manapun, karena dengan cara seperti
itu, seorang dokter dapat mengetahui penyakit-penyakit yang sedang terjangkit di wilayah
tertentu sehingga, selain mendapatkan pengetahuan baru, seorang dokter juga dapat
membantu memajukan suatu wilayah dalam bidang kedokteran.
Sila ketiga adalah Persatuan Indonesia, hal ini dapat diimplementasikan dengan jalan
mau ditempat tugaskan di daerah manapun, seorang dokter juga tidak diperbolehkan untuk
memilah-milah wilayah yang akan di pakai untuk bekerja. Seperti, seorang dokter yang
tinggal di Jawa menolak untuk di tempatkan di daerah luar Jawa. Hal ini, tidak dibenarkan
dan bertentangan dengan pandangan hidup yang berwawasan nusantara karena di tempatkan
dimanapun, selama itu untuk kepentingan bangsa, maka dokter terseut harus bersedia
menerima apapun dengan mengorbankan kepentingan sendiri demi kepentingan bangsa.
Selain itu, seorang dokter diharapkan mampu bekerja sama dengan dokter-dokter lainnya
yang berasal dari daerah manapun. Dengan menjalin hubungan baik antara dokter-dokter di
seluruh Indonesia, maka rasa persatuan dan kesatuan antara dokter-dokter di Indonesia akan
terjalin sangat erat. Dengan terjalinnya rasa peratuan dan kesatuan tersebut, maka diharapkan
dokter-dokter tersebut dapat memajukan kesehatan di Indonesia secara merata. Hal ini telah
terimplementasi dengan baik, dengan adanya suatu wadah organisasi yang menaungi semua
dokter-dokter yang ada di Indonesia. Organisasi tersebut menyatukan dokter-dokter dari
segala wilayah, tanpa memandang suku dari masing-masing dokter tersebut. Wadah tersebut
adalah IDI (Ikatan Dokter Indonesia).
Sedangkan sila keempat adalah Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan
dalam permusyawaratan perwakilan, pengimplementasian dalam sila ini adalah seorang
dokter harus memberikan hak-hak pasien dan melakukan musyawarah dengan pasien.
Seorang dokter dapat melibatkan pasien dalam musyawarah dengan jalan pasien diajak
terlibat dalam memutuskan obat apakah yang akan dibeikan oleh dokter. Dokter dapat
memberikan pilihan kepada pasien obat apakah yang akan digunakan oleh pasien, apakah
obat generik ataupun bukan obat generik. Hal tersebut dapat di musyawarahkan dengan
pasien karena dengan jalan seperti itu, pasien dapat menentukan obat manakah yang dapat
digunakan sesuai dengan kondisinya. Seorang dokter juga harus menjelaskan kepada pasien
perihal obat apa sajakah yang akan digunakan dan menjelaskan kegunaan dari obat-obat
tersebut karena hal tersebut adalah hak dari pasien dan dengan jalan seperti itu, pasien, dapat
merasa dilibatkan dalam pemeriksaan seorang dokter.
Sila kelima adalah Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, sila kelima ini
dapat diimplementasikan dengan cara menjalin hubungan baik antara seorang dokter dengan
pasien maupun dengan teman sejawat. Tidak membeda-bedakan pasien, memperlakukan
pasien dengan sebaik-baiknya, memberikan hak-hak kepada pasien, dan sebagai seorang
dokter harus melaksanakan kewajibannya dengan jalan melayani pasien sebaik-baiknya tanpa
memandang asal dari pasien tersebut. Keadilan sosial dalam konteks ini, dapat juga di
implementasikan dalam memberikan pelayanan kepada pasien secara merata.

b. Wawasan Nusantara dalam Pembangunan Nasional


 Perwujudan Kepulauan Nusantara sebagai Satu Kesatuan Politik
Sebagai seorang dokter, mewujudkan kepulauan nusantara dalam satu
kesatuan politik dapat di implementasikan dengan turut serta atau berpartisipasi dalam
pemilu, menciptakan iklim penyelenggaraan negara yang sehat dan dinamis, ikut
meningkatkan kualitas dokter di Indonesia sehingga orang-orang asing tidak
meragukan kemampuan dokter-dokter Indonesia yang akan berdampak pada politik
luar negeri.
 Perwujudan Kepulauan Nusantara sebagai Satu Kesatuan Ekonomi
Contoh dari perwujudan kepulauan nusantara sebagai satu kesatuan ekonomi
adalah sebagai seorang dokter, dapat membantu pasien yang tidak mampu dengan
menyarankan membuat surat keterangan tidak mampu kepada perangkat desa,
sehingga biaya yang seharusnya semua ditanggung oleh pasien dapat lebih ringan
karena sebagian biaya telah ditanggung oleh pemerintah melalui program-
programyang telah dicanangkan oleh pemerintah.
Memberikan pilihan kepada pasien apakah pasien tersebut akan mengonsumsi
obat generik atau tidak, karena pada dasarnya kedua obat tersebut tidak memunyai
perbedaan. Hanya saja, obat generik harganya lebih terjangkau dibanding obat non-
generik.
 Perwujudan Kepulauan Nusantara sebagai Satu Kesatuan Sosial Budaya
Dalam pengimplementasian perwujudan kepulauan nusantara sebagai satu
kesatuan sosial budaya adalah dengan jalan seorang dokter dapat menghargai
pasiennya ataupun teman sejawat yang memunyai latar belakang kebudayaan yang
berbeda-beda. Dengan menjalin hubungan baik dengan pasien ataupun teman sejawat
yang memiliki kebudayaan yang berbeda-beda, maka seorang dokter tersebut dapat
mengetahui karakteristik seorang pasien atau teman sejawat lainnya hanya dengan
berdasar wilayah seseorang berasal dan mengakui segala bentuk perbedaan sebagai
kenyataan hidup sekaligus karunia Tuhan. Karena dengan menciptakan lingkungan
yang tidak membeda-bedakan (diskriminasi) akan menciptakan kehidupan masyarakat
dan bangsa yang rukun dan bersatu tanpa membedakan suku, asal usul daerah, agama,
atau kepercayaan, serta golongan berdasarkan status sosialnya.
Selain menjalin hubungan baik dengan pasien, seorang dokter juga bisa
melakukan sosialisasi kesehatan, seminar kesehatan, atau bahkan kampanye kesehatan
demi terwujudnya bangsa Indonesia yang bersih dan sehat. Untuk mewujudkannya,
diperlukan pengeahuan dengan latar budaya dan sosial dari masyarakat, karena
dengan mengetahui latar belakang mereka diharapkan seorang dokter akan lebih
mudah untuk menyampaikan materi dan merekapun lebih menerima karena tidak
meninggalkan unsur-unsur budaya mereka sendiri.
 Perwujudan Kepulauan Nusantara Sebagai Satu Kesatuan Pertahanan dan
Keamanan
Pengimplementasian dalam bidang ini dapat dilakukan dengan seorang dokter
ikut dalam penyelenggaraan bela negara. Bela negara tidak selalu di identikkan
dengan angkat senjata dalam melawan orang-orang yang ingin mengambil wilayah
Indonesia. Menumbuhkan sikap cinta tanah air, dengan jalan apabila ada seorang
pasien yang ingin berobat ke luar negeri sedangkan di Indonesia sendiri hal tersebut
masih dapat ditangani sebaiknya seorang dokter tersebut menyarankan pasien untuk
berobat di Indonesia saja, meskipun keputusan akhir kembali kepada diri pasien.
2.6 Program yang sudah dicapai oleh pemerintah dalam pembangunan wawasan
nusantara di bidang kesehatan di Indonesia dan di NTB
a. Program Indonesia Sehat
Kemenkes RI menyelenggarakan Program Indonesia Sehat sebagai upaya
mewujudkan masyarakat Indonesia yang berperilaku sehat, hidup dalam lingkungan sehat,
serta mampu menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu untuk mencapai derajat
kesehatan yang setinggi-tingginya. Hal ini sesuai dengan isi dari Pancasila sila kelima yang
berbunyi “Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia”. Hal ini dimaksud adalah keadilan
dalam hak mendapatkan kesehatan.

Program Indonesia Sehat terdiri atas 1) Paradigma Sehat; 2) Penguatan Pelayanan


Kesehatan Primer; dan 3) Jaminan Kesehatan Nasional. Ketiganya akan dilakukan dengan
menerapkan pendekatan continuum of care dan intervensi berbasis risiko (health risk).

b. Pembuatan Undang-Undang
Undang-undang yang berkaitan dengan pembangunan kesehatan telah dibuat dan
dipraktikkan dalam keseharian di rumah sakit. Salah satunya adalah UU No. 29 Tahun 2004
tentang Praktik Kedokteran. Dalam undang-undang ini yaitu pada pasal 50-53 telah
dicantumkan masing-masing hak dan kewajiban dokter maupun pasien. Hal ini bertujuan
untuk tercapainya kesehatan masyarakat yang lebih baik dan tidak merugikan salah satu
pihak. Pasien akan dilayani sesuai prosedur tanpa memandang agama, ras, status sosial-
ekonomi, dan lain-lain, sesuai dengan sila-sila Pancasila.

c. Program Pemberantasan Penyakit


Penyakit menular yang diprioritaskan dalam program ini adalah malaria, demam
berdarah dengue, tuberkulosis paru, HIV/AIDS, diare, polio, filaria, kusta, pneumonia, dan
penyakit-penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I), termasuk penyakit karantina
dan risiko masalah kesehatan masyarakat yang memperoleh perhatian dunia internasional
(public health risk of international concern).
Penyaki tidak menular yang diutamakan adalah penyakit jantung, kanker, diabetes
melitus dan penyakit metabolik, penyakit kronis dan degeneratif, serta gangguan akibat
kecelakaan dan cedera.
Program pemberantasan penyakit ini telah dilaksanakan oleh pemerintah daerah di
daerah masing-masing. Program ini melibatkan partisipasi dan kerjasama seluruh lapisan
masyarakat untuk mencapai hasil yang maksimal dalam memberantas penyakit di tingkat
pusat hingga desa. Hal ini sesuai dengan sila ketiga Pancasila yaitu “Persatuan Indonesia”.

d. Program 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK)


Program 1000 HPK ini mengedukasi mengenai pentingnya gizi bagi bayi sejak masa
konsepsi dan Pemberian Makan Bayi dan Anak (PMBA) untuk bayi berusia 0 hingga 2 tahun.
Standar PMBA adalah inisiasi menyusui dini segera setelah lahir, ASI eksklusif 0-6 bulan,
pemberian MPASI berbasis pangan lokal mulai usia 6 bulan, dan tetap meneruskan
pemberian ASI hingga bayi berusia 2 tahun. Standarini sudah dibuktikan oleh berbagai
penelitian sebagai standar terbaik untuk kesehatan bayi. Edukasi tersebut diharapkan dapat
menekan angka gizi buruk yang masih tergolong tinggi di Indonesia. Ini menunjukkan
keseriusan pemerintah dalam menjamin kesehatan yang merata untuk anak-anak Indonesia
sesuai dengan tujuan SDGs untuk menurunkan angka kematian anak. SDGs merupakan
kelanjutan dari apa yang sudah dibangun pada MDGs.

2.7 Kendala pembangunan wawasan nusantara di bidang kesehatan


Seperti yang telah diketahui wawasan nusantara merupakan cara pandang dan sikap
bangsa Indonesia berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.Masalah utama yang menjadi
kendala dalam pembangunan wawasan nusantara dibidang kesehatan adalah kurangnya
pemahaman di kalangan petugas kesehatan mengenai apa yang dimaksud tentang wawasan
nusantara. Sama halnya seperti penerapan wawasan nusantara di bidang lainnya, maka
diperlukan kesadaran setiap individu pentingnya pandangan hidup dalam berwawasan
nusantara dan menerapkan dalam kehidupan sehari-harinya. Seorang dokter hendaknya
memegang teguh prinsip ajaran-ajaran pancasila dan menerapkan dalam kehidupan sehari-
hari.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Wawasan nusantara adalah tujuan antara yang ingin dicapai dan syarat untuk meraih
tujuan nasional. Wawasan nusantara adalah cara pandang bangsa Indonesia, yang dijiwai
nilai-nilai Pancasila dan berdasarkan pada Undang-Undang Dasar 1945 serta memperhatikan
sejarah dan budaya, diri dan lingkungan keberadaannya yang sarwa nusantara, dalam
memanfaatkan kondisi dan konstelasi geografi, dengan menciptakan tanggung jawab,
motivasi, dan rangsangan bagi seluruh bangsa Indonesia, yang mengutamakan persatuan dan
kesatuan bangsa serta kesatuan wilayah pada penyelenggaraan kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara.

B. Saran
Penulis hanya bisa menyarankan semoga para pembaca lebih bisa memahami kenapa
kita perlu melakukan pembangunan wawasan nusantara di bidang kesehatan sebagai salah
satu cara untuk mencapai tujuan dan cita-cita nasional bangsa.
DAFTAR PUSTAKA

Heri Herdiawanto dan Jumanta Hamdayana. 2010. Cerdas, Kritis dan Aktif Berwarganegara.
Jakarta: Penerbit Erlangga

Kementerian Kesehatan RI. 2013. Jaminan Kesehatan Nasional untuk Indonesia Lebih Sehat

Pembukaan Undang-Undang Dasar NKRI Tahun 1945

Undang-Undang Dasar NKRI Tahun 1945

UU No. 40 pada Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN)

Undang-Undang Kesehatan Nomor 36 Tahun 2009.

You might also like