Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
Sekurang-kurangnya ada tujuh alasan mengapa sampai saat ini masih ada
sejumlah guru yang enggan memakai media pembelajaran. Ketujuh alasan tersebut
adalah: (1) menggunakan media itu repot, (2) media itu canggih dan mahal, (3) guru
tidak terampil menggunakan media, (4) media itu hiburan sedangkan belajar itu serius
(5) tidak tersedia di sekolah (6) kebiasaan ceramah, bicara (7) kurangnya penghargaan
dari atasan [Wibowo, T dan Sutjiono, A., (2005), Pendayagunaan media
pembelajaran, jurnal pendidikan penabur].
Agar hasil belajar siswa lebih meningkat, guru diharapkan selalu berusaha
merancang serta menerapkan berbagai alternatif pendekatan dan pengelolaan
pembelajaran agar dapat menciptakan pembelajaran yang inovatif dan kreatif terutama
dengan menggunakan media. Siswa diberi kesempatan untuk langsung terlibat dalam
kegiatan-kegiatan dan pengaalaman-pengalaman ilmiah yang bermuara pada
pembentukan kognisi keilmuannya. Prestasi belajar yang baik akan diperoleh jika
siswa mampu mengifestasikan ilmu yang diperolehnya dengan ncara penganatan dan
pengalaman langsung. Maka untuk meningkatkan motivasi dann hasil belajar kimia di
SMA diperlukan media pembelajaran yang tepat dan bervariasi.
Selain itu disebabkan oleh penyajian ilmu kimia yang kurang menarik dan
membosankan. Umumnya para guru hanya menekankan penggunaan pembelajaran
konvensional, guru jarang melibatkan siswa dalam proses pembelajaran, jarang
mempergunakan media pembelajaran dalam menyampaikan materi dan tidak terdapat
suatu interaksi dalam pembelajaran, karena proses pembelajaran hanya berlangsung
satu arah.
Ilmu kimia merupakan ilmu yang mempelajarai susunan, komposisi, struktur,
sifat-sifat dan perubahan materi serta perubahan energi yang menyertai perubahan
tersebut. Dalam mata pelajaran kimia yang penuh dengan konsep, dari konsep yang
sederhana sampai konsep yang lebih kompleks dan abstrak, sangatlah diperlukan
pemahaman yang benar terhadap konsep dasar yang membangun konsep tersebut. B
anyaknya konsep kimia yang bersifat abstrak yang harus diserpa siswa dalam waktu
yang relatif terbatass, menjadikan ilmu kimia merupakan salah satu mata pelajaran
tersulit bagi siswa saat ini.[rusmansyah & ichasyuarna. 2001. Penerapan model
latihan berstruktur dalam meningkatkan pemahaman siswa terhadap konsep
persamaan reaksi (http://www.pdk.go.id/jurnal/35/editorial.htm).
Dengan demikian, proses pembelajaran kimia yang telah ada selama ini perlu
ditingkatkan dan didesain sedemikian rupa dengan kondisi belajar yang mempunyai
daya tarik dan menyenangkan sehingga siswa lebih bersemangat, bergairah,
termotivasi untuk belajar kimia. Apabila siswa telah merasakan ketertarikannnya
terhadap kimia, maka pada suatu saat nanti dapat meningkatkan mutu berpikir logis,
kritis, analisis dan kognitif. Dengan meningkatkan mutu tersebut akan muncul generasi
penerus yang berdedikasi tinggi, unggul, handal, bertanggung jawab, dan berprestasi.
Pelajaran ilmu kimia di Sekolah Menengah Atas (SMA) merupakan tantangan
yang menarik selain karena sebagian materi bersifat abstrak seperti materi struktur
atom. sebagian besar siswa beranggapan materi kimia tersebut sulit sehingga hasil
belajarnya rendah.
a. Tahap Analysis
Pada tahap ini dibagi dalam dua bagian, yaitu needs assesment dan front-end
masalah. Ada 10 analisis yang dapat dilakukan dalam front-end analysis yaitu analisis
analisis kejadian penting, analisis tujuan, analsis isu, analisis media, analisis data yang
b. Design
keberhasilan suatu produk yang dibuat atau dikembangkan termasuk dalam kaitannya
dengan media dan konten di dalamnya. Ashiong dalam William dan Diana (2004)
1) Spesifikasi media
Pada element multimedia terdapat dua bagian penting yang saling berkaitan
yaitu teori dan praktek. Secara teori, ada 4 pendekatan yang dikembangkan yaitu:
antara lain :
Hasil dari tahap ini adalah course design specification (CDS) yaitu desain
c. Development
d. Implementation
Pada tahap ini, produk yang dikembangkan telah selesai dibuat dan
e. Evaluation
Evaluasi merupakan ciri khas untuk mengetahui apakah yang telah dilakukan
sesuai atau tidak sesuai dengan tujuan. Donald Kirkpatrick (1994) sebagaimana
dikutip oleh William W. Lee dan Diana L. Owens (2004: 225) mengidentifikasi
1) Reaksi (Reaction)
3) Sikap (Performance)
beberapa waktu.
4) Pengaruh (Impact)
mempunyai fungsi sebagai penyalur informasi dari guru sebagai sumber ke siswa
sebagai penerima. Jadi, media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat
digunakan bagi guru untuk menyalurkan pesan atau bahan pembelajaran untuk
yang terpenting bukanlah peralatan yang digunakan melainkan pesan atau informasi
yang dibawa oleh media tersebut. Dengan demikian, informasi yang disampaikan
dapat diterima oleh penerima pesan dengan baik (Rudi dan Cepi, 2008).
informasi atau pesan tentang materi pembelajaran yang dilakukan antara guru dan
siswa sehingga tercapai tujuan pendidikan pada umumnya dan tujuan pembelajaran di
2.3. Hipotesis
Berdasarkan uraian di atas maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini
adalah :
1. Hasil belajar siswa dengan media pembelajaran yang telah dikembangkan
menggunakan Easy Sketch lebih tinggi daripada hasil belajar siswa dengan media
pembelajaran menggunakan Easy Sketch yang telah beredar di internet pada pokok
bahasan stoikiometri.
METODOLOGI PENELITIAN
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X di SMA N yang
menggunakan kurikulum 2013. Pada dasarnya karakteristik setiap kelas X semester 2
tahun ajaran 2017/2018 dengan kurikulum 2013 adalah sama. Oleh karena itu, siswa
sekolah SMA manapun yang digunakan dari populasi tersebut sebagai sampel yang
akan diteliti adalah rasional akan sama sifat referesentatifnya. Namun, karena
keterbatasan waktu, tenaga, dana, dan fasilitas lainnya untuk mendukung penelitian ini,
maka sampel yang digunakan dalam penelitian ini hanyalah siswa SMAN 1 Bilah
Hulu.
Alasan menetapkan SMA tersebut sebagai sampel penelitian adalah (1)
merupakan SMA yang sudah memakai kurikulum 2013 dan (2) jumlah siswa di SMA
tersebut cukup memadai untuk dijadikan sampel penelitian sehingga data yang
diperoleh lebih sahih.
Sampel dipilih menggunakan teknik purposive sampling yaitu dari seluruh
siswa yang ada diambil 30 siswa untuk kelas yang diajarkan dengan media
pembelajaran Easy Sketch yang dikembangkan (Eksperimen 1) dan 30 orang untuk
kelas yang diajarkan dengan media pembelajaran Whiteboard Animation yang beredar
di internet (Eksperimen 2). Penentuan siswa masing-masing kelas ini diupayakan agar
siswa di kelas eksperimen 1 berkecerdasan sama dengan siswa di kelas eksperimen 2.
Untuk menganalisis media pembelajaran dibantu masing-masing oleh satu orang pakar
ahli media pembelajaran, satu orang ahli konten atau ahli pokok bahasan, dan satu
orang guru bidang studi.
Postest &
TAHAP
Motivasi
EVALUATION
Data
Analisis data
PRODUK
AKHIR
Kesimpulan
T2 = Postest
3.6.1. Tes
Instrumen untuk mengukur hasil belajar digunakan tes yang sudah terstandar.
Tes berupa pilihan berganda sebanyak 20 butir tes untuk mengukur hasil belajar siswa.
Pretest dan postest memiliki pertanyaan yang sama dengan waktu 90 menit. Sebelum
digunakan lebih lanjut maka tes divalidasi terlebih dahulu oleh ahli soal dan pokok
bahasan, yaitu dosen kimia Universitas Negeri Medan (Doktor/Guru Besar) untuk
mengetahui apakah tes yang akan digunakan sudah valid atau belum atau disebut
dengan uji validitas isi.
Mp − Mt p
rpbs = √
St q
Keterangan :
rpbis = koefisien korelasi point biserial
p = proporsi siswa yang menjawab benar
q = proporsi siswa yang menjawab salah = 1-p
Mp = Pembelajaran menggunakan media pembelajaran kimia menggunakan
program Whiteboard Animation yang telah beredar di internet pada pokok
bahasan Stoikiometri
Mt = rata-rata skor seluruh siswa
St = standar deviasi dari skor total
Interpretasi Validitas :
0,80 – 1,00 = sangat tinggi
0,60 – 0,80 = tinggi
0,40 – 0,60 = cukup
0,20 – 0,40 = rendah
0,00 – 0,20 = sangat rendah
Apabila nilai rpbis lebih besar dari nilai tabel (rt), maka hasil yang diperoleh
adalah signifikan, artinya butir soal tersebut dinyatakan valid. Sebaliknya, apabila nilai
rpbis lebih kecil dari nilai tabel (rt) untuk taraf signifikansi 5%, maka hasil yang
diperoleh adalah non signifikan. Artinya butir soal tes dinyatakan invalid.
n S 2 − ∑ pq
r11 = [ ][ ]
n−1 S2
Keterangan :
r 11 = reliabilitas instrumen
n = banyaknya item
S = standar deviasi
p = proporsi siswa yang menjawab item dengan benar
q = proporsi siswa yang menjawab item dengan salah (q=1-p)
∑pq = jumlah hasil perkalian antara p dan q
Keterangan :
P = indeks kesukaran
B = banyaknya siswa yang menjawab soal
JS = jumlah seluruh peserta tes
3.6.1.5. Daya Pembeda
Daya pembeda dimaksudkan untuk membedakan antara siswa yang
berkemampuan tinggi dengan siswa yang berkemampuan rendah. Daya pembeda dapat
dihitung menggunakan rumus sebagai berikut :
BA BB
D= −
JA JB
Keterangan :
DB = daya beda
JA = jumlah peserta test kelompok atas
JB = jumlah peserta test kelompok bawah
BA = jumlah kelompok atas yang menjawab benar
BB = jumlah kelompok bawah yang menjawab benar
PA = jumlah kelompok atas yang menjawab salah
PB = jumlah kelompok atas yang menjawab salah
Dengan kriteria :
0,00 –0,02 = Jelek
0,21 –0,40 = Cukup
0,41 –0,70 = Baik
0,71 –1,00 = baik sekali (Arikunto, 2013)
∑ jawaban validator
Nilai Valid =
∑ butir
(Widoyoko, 2012)
Penentuan rentang dapat diketahui melalui rentang skor tertinggi dikurangi
rentang skor terendah dibagi dengan skor tertinggi. Penentuan rentang dapat diketahui
melalui rentang skor tertinggi dikurangi rata-rata yang digunakan dapat dilihat pada
Tabel.
(Ridwan, 2011)
Keterangan :
fo = frekuensi yang diobservasi
fe = frekuensi yang diharapkan
Uji normalitas data dilakukan untuk memeriksa apakah data dari hasil
penelitian berdistribusi normal atau tidak. Artinya apakah penyebaran data dalam
populasi bersifat normal/tidak. Uji normalitas data juga dapat dilakukan dengan
menggunakan SPSS 21 for windows dengan pendekatan Kolmogorov-Smirnov. Data
dikatakan berdistribusi normal jika assymp.sig (2-tailed) taraf signifikan > 0,05.
Sedangkan uji homogenitas bertujuan untuk mengetahui apakah penyebaran
data dalam populasi bersifat homogenitas. Pengujian homogenitas bertujuan untuk
memastikan apakah sampel siswa yang digunakan di kelas eksperimen 1 dan
eksperimen 2 adalah homogen. Homogenitas varians diuji menggunakan rumus :
(Purwanto, 2011)
Keterangan
ln 10 = 2,303
X2 = statistik dari Chi
B = (log s2) ⅀ (ni – 1)
Si = varians masing-masing kelompok
Kelompok-kelompok yang akan dibandingkan dinyatakan mempunyai varians
yang homogen apabila X2hitung < X2tabel pada taraf kesalahan tertentu.
Langkah-langkah pengujian :
- Menghitung standar deviasi dan varians
- Menghitung varians gabungan
- Menghitung harga B
- Menghitung x2
- Melihat tabel
- Kesimpulan
Analisa data awal dimulai dengan pengujian homogenitas varians menggunakan
uji F dengan rumus :
varians terbesar
Fmaks =
varians terkecil
(Purwanto, 2011)
Kemudian hasilnya dibandingkan dengan F tabel. Apabila diperoleh perhitungan
Fhitung ≤ Ttabel tabel maka sampel dikatakan homogen. Pengujian homogenitas dapat
juga dilakukan dengan pendekatan Levene menggunakan bantuan SPSS 21 for
windows, data dikatakan homogen jika assymp.sig (2-tailed) > 0,05 (taraf signifikan).
3.7.2. Uji Hipotesis
Hipotesis penelitian ini diuji dengan uji-t satu pihak (pihak kanan) menggunakan
Uji Independen Sampel t-Test menggunakan bantuan program SPSS 21 for windows.
Hipotesis statistik dari hipotesis 1 dirumuskan sebagai berikut :
Ho : µ1 1 = µ2 1
Ha : µ1 1 > µ2 1
µ1 1 = rata-rata hitung hasil belajar siswa dengan media pembelajaran yang telah
dikembangkan menggunakan Easy Sketch pada pokok bahasan
Stoikiometri.
µ2 1 = rata rata hitung belajar siswa dengan media pembelajaran menggunakan
Adobe Whiteboard Animation yang beredar di internet pada pokok
bahasan Stoikiometri.
Hipotesis statistik untuk hipotesis 2 dirumuskan sebagai berikut :
Ho : µ1 2 = µ2 2
Ha : µ1 2 > µ2 2
Keterangan :
ρxy = koefisien korelasi Rank Spearman
6 = Konstanta
∑d2 = kuadrat selisih antar rangking dua variabel
N = jumlah pengamatan
(Suliyanto, 2011)
Spost − Spre
Ngain =
Smaks − Spre
g adalah gain yang dinormalisasikan (N-gain) dari kedua kelas, Smaks adalah skor
maksimum (ideal) dari pretest dan posttest. Spost adalah skor posttest sedangkan Spre
adalah skor pretest. Tinggi rendahnya gain yang dinormalisasi (N-gain) dapat
diklarifikasikan sebagai berikut:
1. Jika g > 0,7 maka N-gain yang dihasilkan dalam kategori tinggi
2. Jika 0,3 ≤ g ≤ 0,7 maka N-gain yang dihasilkan dalam kategori sedang
3. Jika < 0,3 maka N-gain yang dihasilkan dalam kategori rendah