Professional Documents
Culture Documents
1) DM adalah penyakit yang ditandai dengan kadar gula darah yang tinggi yang
disebabkan oleh gangguan pada sekresi insulin atau gangguan kerja insulin atau
keduanya. Tubuh pasien dengan diabetes mellitus tidak dapat memproduksi atau tidak
dapat merespon hormon insulin yang dihasilkan oleh organ pankreas, sehingga kadar
gula darah meningkat dan dapat menyebabkan komplikasi jangka pendek maupun
jangka panjang pada pasien tersebut.
Ada dua tipe diabetes Mellitus :
1. Insulin – Dependent Diabetes Mellitus (IDDM/Tipe I)
2. Non Insulin – Dependent Diabetes Mellitus (NIDDM/Tipe II)
Pada Diabetes melitus tipe 1 terjadi kelainan sekresi insulin oleh sel beta
pankreas. Pasien diabetes tipe ini mewarisi kerentanan genetik yang merupakan
predisposisi untuk kerusakan autoimun sel beta pankreas. Respon autoimun
dipacu oleh aktivitas limfosit, antibodi terhadap sel pulau langerhans dan
terhadap insulin itu sendiri.
Pada diabetes melitus tipe 1 sel-sel pankreas yang secara normal menghasilkan
hormon insulin dihancurkan oleh proses autoimun sehingga penyuntikan
insulin diperlukan untuk mengendalikan kadar glukosa darah.
Pada diabetes melitus tipe 2 jumlah insulin normal, tetapi jumlah reseptor insulin
yang terdapat pada permukaan sel yang kurang sehingga glukosa yang masuk ke
dalam sel sedikit dan glukosa dalam darah menjadi meningkat
Selain itu disebabkan kegagalan relatif sel β dan resistensi insulin, dimana
resistensi insulin adalah turunnya kemampuan insulin untuk merangsang
pengambilan glukosa oleh jaringan perifer dan untuk menghambat produksi
glukosa dari hati.
DM tipe II biasanya dialami saat pasien berusia 30 tahun atau lebih, dan pasien tidak
tergantung dengan insulin dari luar tubuh, kecuali pada keadaan-keadaan tertentu
Terjadinya candidiasis pada rongga mulut di awali dengan adanya kemampuan candida
untuk melekat pada mukosa mulut. Secara umum diketahui bahwa interaksi antara
mikroorganisme dan sel pejamu diperantarai oleh komponen spesifik dari dinding sel
mikroorganisme, adhesin dan reseptor. Makanan dan protein merupakan molekul-
molekul Candida albicans yang mempunyai aktifitas adhesif. Khitin, komponen kecil
yang terdapat pada dinding sel Candida albicans juga berperan dalam aktifitas adhesif.
Setelah terjadi proses penempelan, Candida albicans berpenetrasi ke dalam sel epitel
mukosa. Enzim yang berperan adalah aminopeptidase dan asam fosfatase, yang terjadi
setelah proses penetrasi tergantung dari keadaan imun dari host.
Faktor predisposisi berperan dalam meningkatkan pertumbuhan Candida albicans serta
memudahkan invasi jamur ke dalam jaringan tubuh manusia karena adanya perubahan
keseimbangan flora mulut atau perubahan mekanisme pertahanan lokal dan sistemik.
Candida merupakan jamur dimorfik karena kemampuannya untuk tumbuh dalam 2
bentuk yang berbeda. Yaitu sebagai sel tunas yang akan berkembang menjadi
blastospora dan apabila memperbanyak diri/berkoloni dengan cara membentuk tunas
yang akan terus memanjang akan membentuk hifa semu. Blastospora berkembang
menjadi hifa semu dan tekanan dari hifa semu tersebut merusak jaringan, sehingga
invasi ke dalam jaringan dapat terjadi. Virulensi ditentukan oleh kemampuan jamur
tersebut merusak jaringan serta invasi ke dalam jaringan. Enzim-enzim yang berperan
sebagai faktor virulensi adalah enzim-enzim hidrolitik seperti proteinase, lipase, dan
fosfolipase.
Terjadinya candidiasis pada rongga mulut di awali dengan adanya kemampuan candida
untuk melekat pada mukosa mulut, hal ini yang menyebabkan awal terjadinya infeksi.
Sel ragi atau jamur tidak melekat apabila mekanisme pembersihan oleh saliva,
pengunyahan dan penghancuran oleh asam lambung berjalan normal. Perlekatan jamur
pada mukosa mulut mengakibatkan proliferasi, kolonisasi tanpa atau dengan gejala
infeksi (Mc Farlane, 2002).
Bahan-bahan polimerik ekstra selular (mannoprotein) yang menutupi permukaan
candida albicans merupakan komponen penting untuk perlekatan pada mukosa mulut.
Candida albicans menghasilkan proteinnase yang dapat mendegradasi protein saliva
termasuk sekretori imunoglobulin A, laktoferin, musin dan keratin juga sitotoksis
terhadap sel host. Batas-batas hidrolisis dapat terjadi pada pH 3.0(3.5)-pH 6.0. Dan
mungkin melibatkan beberapa enzim lain seperti fosfolipase, akan di hasilkan pada pH
3.5-6.0. Enzim ini menghancurkan membran sel selanjutnya akan terjadi invasi jamur
tersebut pada jaringan host. Hifa mampu tumbuh meluas pada permukaan sel host.