Professional Documents
Culture Documents
316
Suhu (K)
315,5
315
314,5
314
313,5
0 0,5 1 1,5 2 2,5 3 3,5
Level
16
Berdasarkan kurva kalibrasi gambar 4.1, dapat dilihat bahwa suhu pada level
3 yaitu 317 K lebih tinggi dibandingkan suhu pada level 2 yaitu 314 K sehingga
dapat ditarik kesimpulan bahwa semakin tinggi level suhu maka semakin tinggi
pula suhu yang dihasilkan.
Tahap kedua, yaitu kalibrasi laju alir udara pada alat try drier. Data
pengamatan kalibrasi laju alir udara dapat dilihat dalam tabel berikut ini:
Tabel 4.2 Data kalibrasi laju alir udara
Laju Alir
Level
Udara (m3/s)
4 0,07974
5 0,09717
Dengan memplot level vs laju alir udara, didapatkan kurva kalibrasi seperti
berikut ini:
0,1
y = 0,0174x + 0,01
R² = 1
0,095
Laju Alir Udara (m^3/s)
0,09
0,085
0,08
0,075
0 1 2 3 4 5 6
Level
Gambar 4.2 Kurva kalibrasi laju alir udara level 4 dan level 5.
Berdasarkan kurva kalibrasi gambar 4.2, dapat dilihat bahwa lajur alir udara
level 5 yaitu 0,09717 m3/s lebih tinggi dibandingkan dengan laju alir udara level 4
yaitu 0,07974 m3/s sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa level berbanding lurus
terhadap laju alir udara.
17
4.3 Kurva Karakteristik Pengeringan
Dilakukan percobaan pengeringan sampel kacang tanah selama 1 jam dengan
laju alir udara 0,09717 m3/s serta suhu 314 K pada tray 4. Data yang diperoleh
disajikan dalam tabel berikut ini:
Tabel 4.3 Data pengeringan laju alir udara 0,09717 m3/s, suhu 314 K pada tray 4
Waktu Massa Sampel Laju Pengeringan
Kadar Air (%)
(Jam) (kg) (kg/m2.jam)
0 0,6 19,34 0
0,1667 0,5972 18,95 0,219
0,3333 0,5942 18,55 0,2312
0,5 0,5912 18,13 0,2383
0,6667 0,5882 17,71 0,2424
0,8333 0,5854 17,31 0,2247
1 0,5831 16,99 0,1838
Dengan memplot data kadar air vs laju pengeringan pada tabel 4.3, diperoleh
kurva karakteristik yang dapat dilihat di bawah ini:
0,3
0,25 C
Laju Pengeringan (kg/m^2.jam)
0,2
0,15
D
0,1
0,05
A
0
16,5 17 17,5 18 18,5 19 19,5
Kadar Air (%)
Gambar 4.3 Kurva karakteristik kadar air vs laju pengeringan pada tray 4 dengan
suhu 314 K dan laju alir udara 0,09717 m3/s.
Dari kurva karakteristik gambar 4.3 dapat dilihat bahwa, laju pengeringan
sesuai dengan kurva karakteristik teoritis di mana adanya beberapa fase selama
proses pengeringan diantaranya, fase awal pengeringan, fase laju pengeringan
konstan, serta fase laju penurunan. Pada awal pengeringan (A-B), tampak kurva
18
naik, hal ini disebabkan pada awal pengeringan kadar air yang terdapat didalam
sampel kacang tanah cukup banyak sehingga massa air mudah teruapkan.
Selanjutnya tampak laju pengeringan konstan (B-C) di mana pada kondisi ini
penguapan air yang merata hingga mendekati menit akhir terjadi penurunan laju
pengeringan (C-D) yang disebabkan oleh berkurangnya kadar air di dalam sampel
kacang tanah yang mampu teruapkan. Hal ini menyebabkan terjadinya penurunan
laju pengeringan pada sampel kacang tanah.
19
1,2
0,8
0,6
0,4
0,2
0
0 0,2 0,4 0,6 0,8 1 1,2
Waktu (Jam)
Gambar 4.4 Grafik pengaruh suhu terhadap laju pengeringan pada tray 3 dan laju
alir udara 0,09717 m3/s.
Berdasarkan Gambar 4.4, laju pengeringan lebih maksimal terjadi ketika suhu
berada pada 317 K dibandingkan dengan suhu 314 K dan hal tersebut sesuai dengan
literatur di mana semakin tinggi suhu yang digunakan selama proses pengeringan
maka laju pengeringan akan semakin cepat. Jika laju pengeringan semakin cepat
maka kadar air di dalam sampel akan semakin cepat pula berkurang.
Dari grafik dapat dilihat mula-mula laju pengeringan tinggi karna banyaknya
kadar air yang dapat teruapkan dengan rentang waktu tertentu. Kemudian laju
pengeringan perlahan turun di mana pada saat itu kadar air di dalam sampel semakin
sedikit sehingga waktu pengeringan yang ditentukan kurang untuk melakukan
pengeringan pada sampel, dan pada akhirnya laju pengeringan semakin turun
dikarenakan laju pengeringan mendekati konstan.
20
Tabel 4.5 Data Pengeringan Suhu 317 K pada Tray 4
Laju Pengeringan
Massa Sampel (kg) Kadar Air (%)
Waktu (kg/m2.jam)
(Jam) Laju Alir Udara (m3/s)
0,07974 0,09717 0,07974 0,09717 0,07974 0,09717
0 0,6001 0,6001 19,34 19,34 0 0
0,1667 0,5972 0,5965 18,95 18,85 0,2221 0,2795
0,3333 0,5942 0,5922 18,54 18,27 0,2313 0,3318
0,5 0,5912 0,5889 18,12 17,81 0,2384 0,2607
0,6667 0,5882 0,5854 17,7 17,32 0,2424 0,2806
0,8333 0,5854 0,5826 17,31 16,91 0,2248 0,231
1 0,5831 0,5809 16,98 16,68 0,1838 0,1348
Pengaruh laju alir udara terhadap laju pengeringan yang terjadi selama
percobaan dapat dilihat pada grafik di bawah ini:
0,35
Laju Pengeringan (kg/m^2.jam)
0,3
0,25
0,2
0,15
0,1
0,05
0
0 0,2 0,4 0,6 0,8 1 1,2
Waktu (Jam)
Gambar 4.5 Grafik pengaruh laju alir udara terhadap laju pengeringan pada tray
4 dan suhu 317 K.
Berdasarkan gambar 4.5, dapat dilihat laju pengeringan lebih maksimal
pada laju alir udara 0,09717 m3/s dibandingkan laju alir udara 0,07974 m3/s. Laju
pengeringan naik secara maksimal pada awal percobaan kemudian turun secara
perlahan pada waktu pengeringan 30 menit. Hasil ini dapat disimpulkan bahwa
semakin tinggi laju alir udara yang diberikan selama percobaan maka laju
pengeringan semakin cepat namun berbanding terbalik terhadap kadar air di mana
semakin tinggi laju pengeringan maka kadar air akan semakin menurun.
21
4.6 Pengaruh Posisi Tray terhadap Laju Pengeringan
Pada percobaan ini dilakukan pengeringan terhadap sampel kacang tanah
dengan cara yang sama dan laju alir udara serta level suhu yang tetap yaitu laju alir
udara 0,07974 m3/s dan suhu 317 K. Hal ini dilakukan bertujuan untuk mengetahui
pengaruh posisi tray pada alat tray drier terhadap laju pengeringan. Data yang
diperoleh dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 4.6 Data Pengeringan Laju Alir Udara 0,07947 m3/s dan Suhu 317 K
Massa Sampel (kg)
Laju Pengeringan Kadar Air (%)
Waktu (Jam) (kg/m2.jam)
Tray 3 Tray 4 Tray 3 Tray 4 Tray 3 Tray 4
0 0,6002 0,6001 19,34 19,34 0 0
0,1667 0,5952 0,5972 18,66 18,95 0,3861 0,2221
0,3333 0,5914 0,5942 18,14 18,54 0,2968 0,2313
0,5 0,588 0,5912 17,67 18,12 0,2703 0,2384
0,6667 0,5849 0,5882 17,22 17,7 0,2524 0,2424
0,8333 0,5819 0,5854 16,8 17,31 0,2412 0,2248
1 0,5796 0,5831 16,46 16,98 0,1943 0,1838
Percobaan dilakukan selama 60 menit dengan pengukuran berat bahan setiap
10 menit. Pengaruh posisi tray terhadap laju pengeringan dapat dilihat pada grafik
di bawah ini:
0,45
Laju Pengeringan (kg/m^2.jam)
0,4
0,35
0,3
0,25
0,2
0,15
0,1
0,05
0
0 0,2 0,4 0,6 0,8 1 1,2
Waktu (Jam)
Tray 3 Tray 4
Gambar 4.6 Grafik pengaruh posisi tray terhadap laju pengeringan dengan laju
alir udara 0,07974 m3/s dan suhu 317 K.
22
Berdasarkan gambar 4.6, dapat dilihat bahwa tray 3 menghasilkan laju
pengeringan lebih cepat dari pada tray 4. Mula-mula laju pengeringan mengalami
kenaikan dan pada menit ke-20 perlahan laju pengeringan mengalami penurunan.
Dibandingkan dengan tray 4 dimana pada awal pengeringan kurang baik dalam laju
pengeringannya karena tidak banyak air yang dapat teruapkan. Hal ini sama dengan
teori dimana perbandingan antara tray-tray pada alat tray drier terhadap laju
pengeringan tergantung terhadap laju udara yang diberikan oleh blower menghadap
kearah mana.
Pada alat percobaan yang digunakan, blower untuk memberikan laju udara
menghadap kearah tray 1 yang artinya laju pengeringan akan efisien diletakkan
pada tray 1 atau yang mendekati tray 1 dibandingkan dengan tray-tray lainnya.
Maka dapat disimpulkan semakin tinggi posisi tray maka memikili daya
pengeringan lebih baik dibandingan tray di bawahnya, oleh karena itu tray yang
paling di atas posisinya akan lebih cepat menghilangkan kadar air yang terdapat
dalam sampel kacang tanah dari pada tray dibawahnya.
23
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1. Laju udara, suhu, serta posisi peletakan tray sangat mempengaruhi laju
pengeringan.
2. Seiring dengan bertambahnya waktu pengeringan maka selama itu pula kadar
air mengalami penurunan.
3. Semakin tinggi laju pengeringan maka kadar air yang dihasilkan semakin
rendah.
5.2 Saran
1. Dalam pengoperasian alat, praktikan harus berhati-hati dalam memasukkan
ataupun mengeluarkan tray di dalam alat tray drier karena dapat
mengakibatkan tersengat listrik dari alat.
2. Gunakan sarung tangan karet selama praktikum agar praktikan tidak tersengat
listrik karna karet berperan sebagai isolator.
24