Professional Documents
Culture Documents
Latar Belakang
Seseorang akan mencari persamaan dan perbedaan apabila ingin mencari suatu
perbandingan. Persamaan dan perbedaan adalah dua aspek yang sangat penting dalam proses
perbandingan. Dalam sebuah perbandingan tidak diperbolehkan hanya bersandar kepada
aspek persamaan saja. Karena jika dalam perbandingan itu orang hanya memperhatikan
persamaannya saja tanpa melihat perbedaannya, maka timbullah analogi, persamaan di antara
dua hal yang berbeda.
Dalam proses analogi, tentunya melibatkan sebuah pengalaman. Dalam analogi, tidak
menutup kemungkinan akan terjadinya kekeliruan besar. Bisa saja karena tidak memenuhi
syarat atau tidak dapat diterima, meskipun sepintas sulit bagi kita untuk menunjukkan
kekeliruannya. Karena itu, penting bagi kita untuk mengetahui analogi secara benar agar
tidak terjadi kekeliruan dalam membuat analogi. Dalam makalah ini kami mencoba
menjelaskan analogi dan beberapa hal yang berhubungan dengan analogi berdasarkan
beberapa referensi sehingga diperoleh suatu pemahaman yang utuh.
Rumusan Masalah
Tujuan Penulisan
Pembahasan
Analogi dalam bahasa Indonesia adalah kias (Arab: Qasa yang sama dengan mengukur
dan membandingkan). Analogi adalah suatu perbandingan yang mencoba membuat suatu
gagasan terlihat benar dengan cara membandingkannya dengan gagasan lain yang
mempunyai hubungan dengan gagasan yang pertama. Berbicara mengenai analogi adalah
berbicara tentang dua hal yang berlainan. Dua hal yang berlainan tersebut dibandingkan. Jika
dalam perbandingan itu hanya diperhatikan persamaannya saja tanpa melihat perbedaannya,
maka timbullah analogi, yakni persamaan di antara dua hal yang berbeda.
Analogi merupakan salah satu teknik dalam proses penalaran induktif. Sehingga
analogi kadang-kadang disebut juga sebagai analogi induktif, yaitu proses penalaran dari satu
fenomena menuju fenomena lain yang sejenis kemudian disimpulkan bahwa apa yang terjadi
pada fenomena yang pertama akan terjadi juga pada fenomena yang lain. Persamaan hanya
terdapat pada anggapan orang saja. Ini dalam kesusastraan disebut sebagai metafora. Oleh
karena orang yakin bahwa sebetulnya memang hanya anggapan saja, kerap kali dipakai kata
seakan-akan atau seolah-olah. Yang demikian ini bukanlah analogi sebenarnya, hanya seolah-
seolah. Bisa dikatakan analogi jika pengertian itu menunjuk perbandingan dalam realitas.
Secara umum, analogi merupakan proses penalaran dengan cara mencari persamaan di
antara dua hal yang berbeda. Analogi banyak dimanfaatkan sebagai penjelasan atau sebagai
dasar penalaran. Sebagai penjelasan biasanya disebut perumpamaan atau persamaan. Secara
tidak sadar, sebenarnya kita sangat sering menggunakan analogi. Tidak sedikit orang yang
menggunakan analogi dalam memberikan penjelasan, karena dengan analogi maksud dan
tujuan lebih mudah untuk diterima. Begitu juga dalam pembelajaran. Seringkali pendidik
menggunakan analogi dalam menyampaikan pelajaran kepada peserta didik.
a. Analogi induktif
Analogi induktif adalah analogi dengan susunan berdasarkan persamaan yang ada pada
dua fenomena, kemudian ditarik kesimpulan bahwa apa yang ada pada fenomena pertama
terjadi juga pada fenomena kedua. Analogi induktif merupakan suatu metode yang sangat
bermanfaat untuk membuat suatu kesimpulan yang dapat diterima berdasarkan pada
persamaan yang terbukti terdapat pada dua barang khusus yang diperbandingkan.
b. Analogi Deklaratif
Untuk menguji apakah analogi yang dihasilkan cukup kuat untuk dipercaya, dapat kita
gunakan analisa berikut:
Semakin banyak aspek yang menjadi dasar analogi, semakin besar taraf
kepercayaannya. Misalnya, tentang flashdisk yang baru saja saya beli di sebuah toko A.
Bahwa flashdisk yang baru saya beli tentu akan awet dan tidak mudah terserang virus karena
flashdisk yang dulu dibeli di toko A juga demikian. Analogi menjadi lebih kuat lagi misalnya
diperhitungkan juga harganya, mereknya, dan kapasitasnya.
c. Sifat Dari Analogi yang Kita Buat
Semakin rendah taksiran yang dianalogikan, semakin kuat analogi itu. Misalnya,
Ahmad yang duduk di kelas unggulan di SLTP Harapan Bangsa dapat menyelesaikan 50 soal
matematika dalam waktu 60 menit. Kemudian kita menyimpulkan bahwa Olivia, teman satu
kelas Ahmad juga akan bisa menyelesaikan 50 soal matematika dalam waktu 60 menit,
analogi demikian cukup kuat. Analogi ini akan lebih kuat jika kita mengatakan bahwa Olivia
akan menyelesaikan 50 soal matematika dalam waktu 50 menit, dan menjadi lemah jika kita
mengatakan bahwa Olivia akan menyelesaikan 50 soal matematika dalam waktu 75 menit.
Bila masalah yang dianalogikan itu relevan, maka semakin kuat analogi itu. Bila tidak,
analoginya tidak kuat dan bahkan bisa gagal. Analogi yang relevan biasanya terdapat pada
peristiwa yang mempunyai hubungan kausal. Misalnya, kita tahu bahwa sambungan rel
kereta api dibuat tidak rapat untuk menjaga kemungkinan mengembangnya. Bila kena panas,
rel tetap pada posisinya. Maka ketika hendak membangun rumah, kita menyuruh tukang
untuk memberikan jarak pada tiap sambungan besi pada rangka rumah. Disini kita hanya
mendasarkan pada suatu hubungan kausal bahwa karena besi memuai bila kena panas, maka
jarak yang dibuat antara dua sambungan besi akan menghindarkan bangunan dari bahaya
melengkung.
Kesalahan dalam membuat analogi bisa terjadi karena beberapa hal. Pertama, tergesa-
gesa, yaitu terlalu cepat menarik konklusi, sedang fakta-fakta yang dijadikan dasarnya tidak
cukup mendukung konklusi itu. Kedua, kecerobohan, kesimpulan yang ceroboh terjadi
karena mengabaikan adanya faktor-faktor analogi yang penting. Ketiga, prasangka, prasangka
membuat orang tidak mengindahkan fakta-fakta yang tidak cocok dengan konklusi. Keempat,
memaksa, menjadikan ide agar terlihat benar dengan cara membandingkannya dengan ide
lain yang sesungguhnya tidak mempunyai hubungan dengan ide yang pertama tadi. Analogi
yang pincang karena hal-hal tersebut di atas amat banyak digunakan dalam perdebatan
maupun dalam propaganda untuk menjatuhkan pendapat lawan maupun mempertahankan
kepentingan sendiri. Karena sifatnya seperti benar, analogi ini sangat efektif pengaruhnya
terhadap pendengar.
BAB III
Penutup
Kesimpulan