You are on page 1of 7

Konferensi Nasional Teknologi Informasi dan Komunikasi (KNASTIK 2016) ISSN: 2338-7718

Yogyakarta, 19 November 2016

TANTANGAN PENGIMPLEMENTASIAN
SISTEM INFORMASI MANAJEMEN RUMAH SAKIT
(SEBUAH PERSPEKTIF SUMBER DAYA MANUSIA)
Restyandito1
1
Fakultas Teknologi Informasi, Universitas Kristen Duta Wacana, Yogyakarta, Indonesia
1
dito@ti.ukdw.ac.id

Abstrak
Penerapan Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit (SIMRS) dapat berjalan baik apabila masalah-
masalah teknologi, manusia dan organisasi ditangani dengan tepat. Paper ini membahas rencana
pengembangan SIMRS dari sudut pandang kesiapan sumber daya manusia. Metode yang dilakukan dalam
penelitian ini meliputi studi literatur mengenai SIMRS, wawancara serta penyebaran kuesioner terhadap
stakeholder yang terlibat dan terdampak dengan pengimplementasian SIMRS. Dari hasil penelitian ini
dapat teridentifikasi tantangan yang mungkin timbul dan beberapa solusi yang dapat diambil untuk
mengatasi tantangan tersebut.

Kata Kunci : Sistem Informasi Manajemen, Sumber Daya Manusia, Maturity Model, Evaluasi

1. Pendahuluan akuntansi sampai dengan pengendalian oleh


Manfaat dari suatu sistem informasi dalam manajemen rumah sakit.
suatu organisasi memerlukan suatu evaluasi yang Saat ini SIMRS merupakan bagian penting
cermat. Hal ini disebabkan karena keberhasilan dari pelayanan rumah sakit terhadap
pengimplementasian sistem informasi dipengaruhi stakeholder.Kewajiban menyelenggarakan SIMRS
oleh banyak faktor, bukan hanya sekedar bahkan telah dianjurkan oleh pemerintah yang
penggunaan teknologi perangkat keras , perangkat tertuang dalam UU Nomor 44 tentang Rumah Sakit
lunak maupun piranti terbaru. Isu organisasi dan isu dan Peraturan Menteri Kesehatan Republik
sosial merupakan komponen utama dari sistem Indonesia No 82 tahun 2013.
informasi yang harus diperhatikan (Sittig et. al, Penerapan SIMRS diharapkan dapat
2002).Yusof et.al (2008) mengungkapkan bahwa membuat pekerjaan para pekerja medis menjadi
potensi manfaat dari pengimplementasian suatu lebih efisien dan efektif. Data rekam medik pasien
sistem informasi dapat maksimal apabila teknologi, yang tersimpan dan dapat diakses oleh dokter
manusia dan organisasi dapat saling mendukung maupun perawat, membantu mereka dalam
satu dengan yang lainnya (human,organization and mendiagnosa kondisi pasien dan memberikan tindak
technology-fit). Oleh sebab itu, keberhasilan Sistem lanjut yang tepat. Penggunaan teknologi informasi
Informasi Manajemen Rumah Sakit (SIMRS) juga dapat mempercepat proses administrasi yang terjadi,
sangat bergantung pada kebijakan manajemen, dari saat pasien mendaftarkan diri hingga ia
budaya organisasi dan terlebih lagi sumber daya meninggalkan rumah sakit. Dengan teknologi, data
manusia yang ada pada rumah sakit tersebut. dapat disajikan secara cepat bagi pihak-pihak atau
unit yang membutuhkan. Penggunaan teknologi
2. Tinjauan Pustaka juga mengurangi kebutuhan penggunaan kertas
2.1. Sistem Informasi Rumah Sakit sehingga lebih ramah terhadap lingkungan.
SIMRS adalah sebuah sistem informasi
yang terintegrasi yang disiapkan untuk menangani 2.2. Tingkat Kematangan Manajemen SIMRS
keseluruhan proses manajemen rumah sakit, mulai Menurut Sabarguna(2008), fungsi
dari pelayanan diagnose dan tindakan untuk pasien, manajemen informasi pada rumah sakit terdiri dari
rekam medik, apotek, gudang farmasi, penagihan, perencanaan (planning), pengorganisasian
basis data personalia, penggajian karyawan, proses (organizing), mengimplementasikan (actuating),
mengendalikan (controlling), mengevaluasi

1
Konferensi Nasional Teknologi Informasi dan Komunikasi (KNASTIK 2016) ISSN: 2338-7718
Yogyakarta, 19 November 2016

(evaluation) dan inovasi (innovation). Proses ini manajemen adalah pada penggunaan teknologi
berlangsung terus secara iteratif, berdasarkan hasil informasi untuk melakukan berbagai inovasi.
evaluasi ditemukan permasalahan dan inovasi
pengembangan sistem yang harus direncanakan 3. Studi Kasus
untuk pengembangan sistem selanjutnya, dan 3.1. Metode Penelitian
seterusnya. Peran SIMRS menjadi sangat penting Studi kasus dilakukan di sebuah rumah sakit
dalam setiap tahap manajemen informasi tersebut. yang telah cukup lama mengimplementasikan
Oleh sebab itu, diperlukan sumber daya manusia SIMRS. Dalam penelitian ini, penulis melakukan
yang kompeten untuk dapat mengikuti pengumpulan data dengan wawancara dan
perkembangan kebutuhan dan kemajuan teknologi penyebaran kuesioner kepada karyawan dan pasien
yang terus berkembang dengan cepat. Inovasi yang rumah sakit tersebut sebagai stakeholder yang
dilakukan dapat berupa cara baru melakukan mengalami dampak langsung dari
sesuatu(new way of doing things), memperbaiki pengimplementasian SIMRS di rumah sakit
suatu produk (improved product) maupun tersebut. Tabel 1menunjukkan data responden yang
penerapan pengetahuan dalam proses bisnis diperoleh menggunakan kuesioner.Total terdapat
(Baltzan & Philips, 2008). 447 orang responden yang mengisi kuesioner.
Kematangan manajemen teknologi
informasi pada suatu institusi kesehatan itu sendiri Tabel 1.Deskripsi statistik responden
dapat diukur menggunakan berbagai instrumen
untuk mengetahui bagaimana manajemen organisasi Jenis
mengimplementasikan fungsi sistem informasi di Usia
Responden Kelamin
dalam institusinya(Carvalho, Rocha, & Abreu, (rata-rata)
P W
2016).Salah satu instrumen yang banyak digunakan Karyawan RS 78 112 28.97
adalah NIMM (NHS Infrastructure Maturity Pasien RS 69 70 39.93
Model). Model ini memiliki lima tingkat
Keluarga
kematangan. 39 79 36.56
Pasien
Level 1 ditandai oleh manajemen dan
proses pendukung yang bersifat ad-hoc berdasarkan
Responden dipilih menggunakan metode
kebutuhan yang muncul. Biasanya karakteristik
purposive sampling sehingga diharapkan semua
organisasi di level ini berfokus pada bagaimana
stake holder yang berkepentingan terwakili.
sistem dapat berjalan dan berfungsi. Organisasi di
Pemilihan responden karyawan meliputi semua unit
level 2 berfokus pada kontrol, monitoring
yang ada di rumah sakit dengan
pelayanan dan insfrastruktur yang ada, termasuk
mempertimbangkan masa kerja dan jabatan
praktik penggunaan teknologi informasi yang
karyawan. Responden pasien dan keluarga pasien
aman. Pada level ini sharing know-how menjadi hal
meliputi mereka yang merupakan pasien rawat
yang menjadi perhatian. Tidak ada karyawan yang
jalan maupun rawat inap.
sangat menguasai suatu bagian tertentu, sehingga
Jumlah sampel karyawan ditentukan
apabila karyawan tersebut keluar karyawan yang
dengan menggunakan confidence level 95% dan
lain masih dapat melanjutkan pekerjaan yang
margin of error sebesar ±7. Dengan jumlah
ditinggalkan. Selain kebiasaan sharing know-how,
karyawan sebanyak 1349 orang, berdasarkan
maka pendokumentasian dan pembuatan manual
perhitungan estimasi Walpole (1976), dibutuhkan
menjadi sesuatu yang sangat penting. Pada Level 3,
setidaknya 171 orang responden.Sehingga data
fokus manajemen tertuju pada standarisasi
kuesioner karyawan yang diperoleh sebanyak 190
infrastruktur dan pengadopsian best practice. Ada
orang dapat dianggap telah memenuhi jumlah
kesadaran mengenai pentingnya organisasi
sampel yang dibutuhkan. Sampel pasien dan
kemampuan untuk mengembangkan dan
keluarga pasien (257 responden) telah memenuhi
memanfaatkan aset intelektual. Level 4 merupakan
kebutuhan jumlah sampel berdasarkan tabel Cohen,
tingkat dimana optimasi infrastruktur merupakan
Manion dan Morrison (2013). Dengan asumsi
fokus dari manajemen. Dan Level 5, merupakan
terdapat 650 pasien yang datang setiap hari, maka
tingkat kematangan paling tinggi, di mana fokus

2
Konferensi Nasional Teknologi Informasi dan Komunikasi (KNASTIK 2016) ISSN: 2338-7718
Yogyakarta, 19 November 2016

dibutuhkan minimal 257 responden (confidence unit yang terdampak dengan pengimplementasian
level 95%). sistem baru tersebut. Tidak semua karyawan
terlibat dalam perancangan dan
3.2. Analisa Data pengimplementasian SIMRS yang ada saat ini,
3.2.1 Analisa Data Karyawan demikian pula tidak semua karyawan merasa
Kuesioner yang disebarkan terdiri dari 10 dilibatkan dalam proses komunikasi untuk
pertanyaan yang dikelompokkan menjadi tiga mensosialisasikan SIMRS yang ada (Tabel 3).
aspek penggunaan SIMRS. Masing-masing Tujuh puluh persen responden yang memberikan
pertanyaan menggunakan 5 skala likert. Hasil respon positif kemungkinan disebabkan mereka
pengolahan kuesioner terhadap karyawan dapat telah memiliki kompetensi yang memadai untuk
dilihat pada Tabel 2. Dapat disimpulkan bahwa penggunaan SIMRS dalam pekerjaan mereka.
setidaknya 60% karyawan di rumah sakit tersebut Namun demikian, dalam observasi, tampak adanya
merasakan dampak dan manfaat dari SIMRS. kecenderungan karyawan kurang memiliki
Sebanyak 67% karyawan menganggap bahwa kesadaran terhadap data quality dan security
SIMRS yang ada saat ini cukup mudah digunakan. awareness.

Tabel 2. Faktor pemanfaatan SIMRS untuk Tabel 3.Faktor keberhasilan pembangunan dan
mendukung kegiatan operasional karyawan implementasi SIMRS

Aspek Top Top Z-Score to Aspek Top Z-Score to


Penggunaan Box Box Percentile Top
Penggunaan Box Percentile
SIMRS 1 2
Rank%3 1 Box2
SIMRS Rank%3
Manfaat SIMRS Pelatihan
24% 72% 61.5% 5% 42% 71.0%
(1,2,3,6) (11,14)
Dampak SIMRS Pengaruh rekan
5% 33% 63.0%
(4,5) kerja dan
Kemudahan 6% 44% 71.0%
lingkungan
penggunaan (12,13)
11% 63% 67.0%
SIMRS Keterlibatan
(7,8,9,10) dalam proses
1
persentase responden yang menjawab sangat pembuatan dan 5% 30% 74.5%
setuju implementasi
2
persentase responden yang menjawab setuju dan (15,16,17)
sangat setuju 1
persentase responden yang menjawab sangat
3
persentase responden yang menyatakan setuju setuju
dengan pendekatan six-sigma technique 2
persentase responden yang menjawab setuju dan
(Sauro&Kindlund, 2005), menggunakan sangat setuju
benchmark 80% dari skala pilihan (Nielsen & 3
persentase responden yang menyatakan setuju
Levy, 1994) dengan pendekatan six-sigma technique
Berdasarkan hasil kuesioner, lebih dari (Sauro&Kindlund, 2005), menggunakan
30% responden tidak memberikan respond positif benchmark 80% dari skala pilihan (Nielsen &
terhadap pemanfaatan SIMRS. Hal ini Levy, 1994)
kemungkinan disebabkan karena mereka tidak
mendapatkan pelatihan yang memadai berkaitan Saat ini seluruh karyawan di Rumah Sakit
dengan pemanfaatan SIMRS. Dari hasil tersebut telah menggunakan SIMRS, karena adanya
wawancara, masalah tersebut dikarenakan sistem rewards dan punishments yang diterapkan
keterbatasan waktu, sehingga pelatihan tidak oleh pihak manajemen rumah sakit. Untuk
dilakukan rutin berkala, melainkan secara ad-hoc mengetahui tingkat loyalitas karyawan dalam
pada saat ada pengimplementasian sistem baru. menggunakan SIMRS yang ada, digunakan metode
Pelatihan itupun hanya diberikan ke beberapa pendekatan Net Promotor Score (NPS; persentase
karyawan (misalnya kepala unit) yang berada pada responden yang menyatakan sangat setuju/promoter

3
Konferensi Nasional Teknologi Informasi dan Komunikasi (KNASTIK 2016) ISSN: 2338-7718
Yogyakarta, 19 November 2016

dikurangi dengan persentase responden yang Selanjutnya dari ke-6 faktor demografis tersebut
menyatakan sangat tidak setuju/destructor) untuk dapat dilihat bahwa faktor yang berpengaruh
menganalisa pertanyaan 18,19 dan 20. Hasil yang (p<0.05) adalah usia, pendidikan dan kepemilikan
diperoleh dari kuesioner, NPS karyawan dalam smartphone. Ketiga faktor tersebut memiliki
penggunaan SIMRS kurang baik yaitu sebesar koefisien positif.
16%.Artinya, hanya sedikit karyawan yang Dari data pasien yang memanfaatkan fitur
merasakan entusias dalam menggunakan SIMRS, 91% (234 responden) menyatakan SIMRS
SIMRS.Sebanyak 57% karyawan merupakan berguna. Pemanfaatan SIMRS oleh pasien terutama
pengguna yang passive satisfied. digunakan untuk mencari informasi jadwal klinik
Berdasarkan 18 pertanyaan kuesioner dan dokter praktek (52.0%), jadwal jam berkunjung
mengenai tingkat kepentingan terhadap fasilitas dan (20.3%), biaya (12.8%), layanan rumah sakit
fungsi yang disediakan oleh SIMRS yang sedang (7.1%), profil rumah sakit (3.9%) dan kontak
digunakan sekarang, rata-rata hanya 44.31% (3.9%).
responden yang memiliki kesadaran atas berbagai
aspek kepentingan fasilitas dan fungsi yang Tabel 4. Analisis regresi faktor pemanfaatan SIMRS
disediakan oleh SIMRS, hal ini sesuai dengan hasil
observasi awal, di mana banyak karyawan yang Regression Statistics
belum memiliki kesadaran dan pemahaman akan Multiple R 0.295615221
pentingnya quality data dan masalah security. R Square 0.683883591
Hasil kuesioner dengan nilai yang rendah Adjusted R Square 0.574623407
(di bawah 40%) diantaranya: tidak tersedianya buku Standard Error 2.582826655
panduan berikut instruksi yang jelas dalam Observations 257
menggunakan SIMRS; kurangnya dorongan dari
manajemen untuk berinovasi melalui penggunaan ANOVA
SIMRS; dan kurang tersedianya lingkungan kerja Df SS MS F Sig. F
yang mendukung (misalnya tempat kerja yang Regressio 29.2 4.3 0.0007
menyenangkan, jumlah komputer yang cukup, n 5 146.28 6 9 8
beban kerja yang sesuai, dsb); 25 1527.6
Residual 1 6 6.67
3.2.2 Analisa Data Pasien dan Keluarga 25 1673.9
Sebanyak 13 pertanyaan diajukan kepada Total 6 4
pasien maupun keluarga mereka untuk mengetahui
pemanfaatan SIMRS bagi mereka.Selain itu, setiap
responden diminta untuk menjawab 6 pertanyaan
demografis untuk memahami latar belakang mereka
dan apakah hal tersebut menjadi faktor penting
dalam pemanfaatan SIMRS. Pertanyaan tersebut t
seputar usia, pendidikan, pengalaman menggunakan Coeff SE Stat P-val
komputer, smartphone maupun internet. 0.9 0.2885
Hasil analisis regresi terhadap faktor latar Intercept 0.99 3 1.06 8
belakang dapat dilihat pada Tabel 4. Berdasarkan 0.3 - 0.2013
nilai R2 terlihat bahwa 68% total variasi variabel Jenis Kelamin -0.45 5 1.28 3
dependen dapat dijelaskan oleh faktor-faktor 0.1 0.0346
tersebut. Tiga puluh dua persen yang lain Kategori Usia 0.29 4 2.13 6
kemungkinan dipengaruhi oleh faktor non- Pendidikan 0.1 - 0.0013
Terakhir 0.16 8 0.91 8
demografis, seperti alasan penggunaan SIMRS, Kepemilikan 0.3 0.4069
desain antarmuka SIMRS, dan lain sebagainya. Komputer 0.27 3 0.83 6
Berikutnya, tabel ANOVA menunjukkan bahwa Kepemilikan 0.2 0.0203
persamaan regresi yang dihasilkan dari data Smartphone 0.65 8 2.34 7
kuesioner yang diperoleh secara signifikan dapat 0.2 0.7509
memprediksi variabel dependen (F.Sig = 0.00078). Waktu Akses Internet 0.07 3 0.32 8

4
Konferensi Nasional Teknologi Informasi dan Komunikasi (KNASTIK 2016) ISSN: 2338-7718
Yogyakarta, 19 November 2016

4. Pembahasan dengan kerangka capacity building yang


Salah satu faktor yang berdampak pada berhubungan dengan individu, yaitu performance
keberhasilan penerapan SIMRS adalah faktor capacity dan personal capacity (Gambar 1).
kemampuan pengguna. Seperti diungkapkan oleh
Heeks (2006) dalam penelitiannya yang berjudul
Health Information System: Failure, Success and
Improvisation, peran dan kompetensi pengguna
sangat berpengaruh untuk memperkecil jarak yang
mungkin ada di antara fungsi dan manfaat SIMRS
dengan pemanfaatan dan dampak dari SIMRS
tersebut. Ekspansi yang cepat dari teknologi
komputer ke dalam semua aspek pelayanan
kesehatan modern menuntut perawat di abad ke-21
ini untuk memiliki kompetensi di bidang
penguasaan teknologi komputer (Hobbs, 2002).
Oleh karena itu, tingkat loyalitas pengguna
SIMRS yang cukup rendah perlu mendapat Gambar 1. Capacity Buildingframework (Sumber:
perhatian. Dari hasil pengamatan dan wawancara Potter &Brough, 2004)
yang dilakukan terhadap karyawan rumah sakit,
terkesan ada resistensi dari perawat untuk Performance capacity berkaitan dengan
memanfaatkan dan mengembangkan SIMRS yang ketersediaan sumber daya (resources) untuk
ada pada saat dilakukan audit internal. Hal ini mendukung pekerjaan yang dilakukan. Personal
kemungkinan disebabkan adanya ketakutan atau capacity berkaitan dengan pengetahuan maupun
keengganan terjadinya perubahan budaya kerja yang keterampilan yang dimiliki untuk menyelesaikan
sudah menjadi ‘comfort zone’ selama ini. Resistensi suatu pekerjaan dengan baik. Untuk itu,
tenaga medis dalam penerapan SIMRS bukanlah pemberdayaan karyawan/tenaga medis perlu
suatu hal yang baru (Ash & Bates, 2005; Geyer, dilakukan dengan memperbaiki sikap dan
2004; Lapointe&Rivard, 2005; Lapointe&Rivard, pandangan mereka mengenai pentingnya SIMRS.
2006; Loomis, Saywell&Thakker, 2002; Poon, et.al, Karyawan/tenaga medis perlu mendapatkan
2004). Meski faktor teknis sistem (workflow yang pembekalan dan penguatan keterampilan yang
benar, antarmuka yang ramah pengguna, dan desain dibutuhkan untuk pemanfaatan SIMRS yang efisien.
yang inovatif, dll) penting dalam Selanjutnya sikap kerja karyawan harus diperbaiki
pengimplementasian SIMRS yang sukses, faktor agar mereka dapat menyelesaikan tugasnya dengan
organisasi (mis, dukungan manajemen/pimpinan, baik sesuai dengan potensi mereka.
keterlibatan karyawan, dan pemberdayaan tenaga SIMRS juga akan bermanfaat apabila dapat
medis) merupakan faktor utama keberhasilan memenuhi kebutuhan pasien yang merupakan
pengimplementasian TI di rumah sakit. (Ash, et.al, konsumen dari layanan jasa rumah sakit. Oleh sebab
2004; Chin, 2003; Doolan, et.al, 1999; Garibaldi, itu pengembangan SIMRS juga harus
1998). memperhatikan latar belakang dan kemampuan
Usaha melibatkan karyawan (stake holder) pasien dalam mengakses informasi yang disediakan
harus dimulai dari penyusunan SIMRS. Dukungan oleh SIMRS. Penyajian arsitektur informasi yang
manajemen/pimpinan berupa komitmen dalam jelas, memudahkan pasien/calon pasien/keluarga
pengimplementasian SIMRS sesuai dengan pasien dalam mencari informasi yang dibutuhkan.
masukan dari stake holder yang berkepentingan. Desain antar muka yang baik, juga akan
Pemberdayaan karyawan juga merupakan kunci memudahkan pengguna dalam menggunakan
keberhasilan pengimplementasian SIMRS. Potter SIMRS tersebut.
&Brough(2004) dalam artikel mereka “Systemic
Capacity Building: A Hierarchy of Needs” yang
diterbitkan dalam jurnal Health Policy and
Planning, menunjukkan ada dua hal yang berkaitan

5
Konferensi Nasional Teknologi Informasi dan Komunikasi (KNASTIK 2016) ISSN: 2338-7718
Yogyakarta, 19 November 2016

5. Kesimpulan Heeks, R. (2006). Health information systems: Failure, success


and improvisation. International journal of medical
Paper ini telah membahas pentingnya informatics, 75(2), 125-137
peranan sumber daya manusia dalam penerapan
Hobbs, S. D. (2002). Measuring nurses’ computer competency:
SIMRS di suatu rumah sakit. Dari data studi kasus an analysis of published instruments.Computers Informatics
yang dipresentasikan, dapat dilihat bahwa walaupun Nursing, 20(2), 63-73
rumah sakit tersebut telah menerapkan SIMRS
Lapointe, L., &Rivard, S. (2005). A multilevel model of
cukup lama, tetapi belum sepenuhnya dirasakan resistance to information technology implementation.MIS
manfaatnya oleh stakeholder (karyawan maupun quarterly, 461-491.
pasien dan keluarga pasien). Oleh sebab itu dalam
Lapointe, L., &Rivard, S. (2006). Getting physicians to accept
pengimplementasian SIMRS sangat perlu new information technology: insights from case
diperhatikan kesiapan dari sumber daya manusia studies.Canadian Medical Association Journal, 174(11),
yang dimiliki oleh suatu rumah sakit. Sosialisasi 1573-1578
SIMRS dan pelatihan yang cukup akan Loomis, G. A., Ries, J. S., Saywell Jr, R. M., &Thakker, N. R.
memperbesar penerimaan di kalangan karyawan, (2002). If electronic medical records are so great, why aren't
dokter maupun perawat, sehingga mereka mau family physicians using them?(Original Research). Journal
mempergunakannya. Desain SIMRS juga harus of Family Practice, 51(7), 636-642
memperhatikan kebutuhan dari pasien dan keluarga Potter, C., &Brough, R. (2004). Systemic capacity building: a
mereka, seperti latar belakang pengalaman mereka. hierarchy of needs. Health policy and planning, 19(5), 336-
345
SIMRS yang baik tidak semata-mata hanya
ditentukan oleh perangkat keras, perangkat lunak Nielsen, J., & Levy, J. (1994).Measuring Usability: Preference
dan piranti yang canggih. vs. Performance.Magazine Communication of the ACM, 66-
75.

Daftar Pustaka Sabarguna, B. (2008). Atlas of Managing Information in


Ash, J. S., & Bates, D. W. (2005). Factors and forces affecting Hospital.SagungSeto
EHR system adoption: report of a 2004 ACMI discussion. Sauro, J., &Kindlund, E. (2005). Making Sense of Usability
Journal of the American Medical Informatics Association, Metrics: Usability and Six Sigma. UPA Conference.
12(1), 8-12
Sittig, D. F., Hazlehurst, B. L., Palen, T., Hsu, J., Jimison, H.,
Ash, J. S., Gorman, P. N., Seshadri, V., &Hersh, W. R. (2004). &Hornbrook, M. C. A. (2002). Clinical information system
Computerized physician order entry in US hospitals: results research agenda for kaiserpermanente. Permanente J, 6(3).
of a 2002 survey. Journal of the American Medical
Informatics Association, 11(2), 95-99 Walpole, R.E., (1976). Elementary Statistical
Concepts. Macmillan, New York.
Baltzan, P. & Philips, A. (2008). Business Driven Information
System.New York:McGraw-Hill/Irwin. Yusof, M. M., Kuljis, J., Papazafeiropoulou, A., &Stergioulas,
L. K. (2008). An evaluation framework for Health
Carvalho, J.V., Rocha, A., & Abreu, A. (2016). Maturity Information Systems: human, organization and technology-
Models of Healthcare Information Systems and fit factors (HOT-fit). International journal of medical
Technologies: a Literature Review. Journal of medical informatics, 77(6), 386-398.
systems, 10(1),1-10
Chin, T. (2003). Doctors pull plug on paperless system. Am Med
News, 46(7), 1 Biodata Penulis
Cohen, L., Manion, L., & Morrison, K. (2013). Research
methods in education.Routledge. Restyandito, memperoleh gelar S1 di Fakultas Teknik
Doolan, D. F., Bates, D. W., & James, B. C. (2003). The use of Jurusan Teknik Informatika, Universitas Kristen Duta
computers for clinical care: a case series of advanced US Wacana, Yogyakarta. Memperoleh gelar S2 di School of
sites. Journal of the American Medical Informatics Information Sciences, University of Pittsburgh, USA.
Association, 10(1), 94-107 Memperoleh gelar S3 dari Systems Engineering &
Garibaldi, R. A. (1998). Computers and the quality of care—a Engineering Management Dept., City University of
clinician's perspective.New England Journal of Medicine, Hong Kong, HKSAR.
338(4), 259-260 Saat ini menjadi pengajar di Fakultas Teknologi
Informasi, Universitas Kristen Duta Wacana.
Geyer, S. (2004). Physicians: the key to IT success. Trustee: the
journal for hospital governing boards, 57(2), 6-10

6
BENTA ACARA PELAKSA}IA{}I HASIL SEMINAR SESI PARALEL
KNASTIK 2OI6

Judul :Tantangan Pengimplementasian Sistem Informasi Manajemen Rumah


Sakit (Sebuah Perspettif Sumber DayaManusia)

Pembicara :Restyandito

Moderator : Drs. Djoni Dw[ian4 Ala., M.T.

Notulis : Lazio

Peserta i 4oftng di ruang : D.3.6

Abstrak : Tantangan penerapan Sistem lnfrmasi Manajemen Rumah Sakit (SIMRS) dari
sudut pandang kesiapan sumberdaya manusia dapat menyebabkan terindentifikasinya
beberapa masalah dan mencari solusi-solusi yang diperlukan untuk mengatasi masalah-
masalah tersebut.

Tanya Jawab :

Pertanyaan: Apakah strategi y8ng digunaka oleh rumah sakit untuk mengatasi "change
management" ot*r ibu Frdq lnaeh fadani '

Jawabm: Dari direksi harus punya komitmen bahwa hal ini penting juga harus ada
sosialisasi. Diperlukan juga perubahan paradigrna cara berpikir.

Masukan Seminar :

Yogyakarta, 19 November 2016

6 ,-1f-
Penyaji Makalah

na5 fl'l
M.T.
fiq
[2.-.+>qvtai*D

You might also like