You are on page 1of 27

MAKALAH

TEKNOLOGI HASIL TERNAK


PRODUK HASIL IKUTAN

OLEH
KELOMPOK 3A
PARALEL 02
NAMA NO.BP
ALRI SUPANDI 1610622040
ALIFMAN YUZIM 1610622039
ANNISA HASNAH 1610622040
GIFAL CASTRA 1610622040
JONI SETIAWAN 1610622040
LEONARDO 1610622040
MAISYARAH 1610622040
NUR AWALIYAH 1610622040
PADILAH SARI 1610622040
DOSEN PENGAMPUH
FERAWATI. . S.Pt, MP
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS ADALAS
KAMPUS II PAYAKUMBUH
TP.2017
1
DAFTAR ISI
COVER.........................................................................................................1
DAFTAR ISI.................................................................................................2
PENGAWETAN KULIT.................................................................................3
TEPUNG TULANG......................................................................................10
GELATIN....................................................................................................14
PUPUK KANDANG.....................................................................................20
TEPUNG DARAH........................................................................................23
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................27

2
1. PENGAWETAN KULIT

1.1. DESKRIPSI PENGAWETAN KULIT

1.1.1. Pengertian kulit dan pengawetan kulit


Kulit merupakan organ terbesar dari tubuh yang menutupi seluruh permukaan tubuh
dan mempunyai fungsi yang penting bagi tubuh sekitar ±10-12% dari tubuh.
Kulit sebagai hasil samping dari pemotongan ternak, merupakan lapisa terluar dari tubuh
hewan, diperoleh setelah hewan tersebut mati dan dikuliti. Kulit berasal dari ternak besar
dan kecil baik itu sapi, kerbau, dan domba serta kambing memiliki
struktur jaringan yang kuat dan berisi, sehingga dalam penggunaanya dapat di pakai untuk
keperluan pangan dan non pangan.
Kulit merupakan salah satu alternatif bahan pangan yang masih memiliki
kandungan gizi yang cukup tinggi. Kandungan gizi antara kulit dengan daging bisa
dikatakan relatif sama. Kulit mengandung protein, kalori, kalsium, fosfor, lemak, besi,
vitamin A dan vitamin B1.
Pengawetan kulit adalah suatu cara atau proses untuk mencegah terjadinya lisis atau
degradasi komponen-komponen dalam jaringan kulit. Prinsip pengawetan kulit adalah
menciptakan kondisi yang tidak cocok bagi pertumbuhan dan perkembangbiakan
mikroorganisme perusak kulit. Hal tersebut dilakukan dengan menurunkan kadar air sampai
tingkat serendah mungkin dengan batas tertentu sehingga mikroorganisme tidak mampu
untuk tumbuh (± 5-10%).

Pengawetan sebenarnya bukanlah termasuk dalam proses penyamakan kulit, namun


memegang peranan penting karena bertujuan mencegah serta membatasi pertumbuhan
bakteri pembusuk yang secara langsung akan mempengaruhi mutu kulit. Pengawetan
yang tidak benar menyebabkan kulit berbaubusuk dan warnanya tidak merata.

1.1.2.Sifat kimia kulit

1.Unsur pokok non protein:


a. Lipid........................1,5%
b. Karbohidrat..............0,4 –1%
c. Mineral....................0,5 %
d. Enzym......................sedikit
e. Vitamin.....................sedikit

2.Unsur pokok protein:


a. Protein berbentuk (Fibrous protein)
-collagen
-keratine
-elastin

b. Protein tak berbentuk (Globular protein)


-Albumin
-Globulin

3
1.1.3.kandungan gizi pada kulit

NO NAMA ZAT PERSENTASE

1 Air 64%

2 Protein 33%
a. Elastin
0,5%
b. Kolagen
29%

c. Albumin dan globulin 1%

d. mucin dan micoid 0,7 %


3 Lemak 0,5%

4 pigmen dan vitamin 0,05%

komponen penyusun kulit terpenting adalah protein terutama protein kolagen.Protein


kulit terdiri dari protein kolagen, keratin, elastin, albumin, globulin dan musin. Protein
albumin, globulin dan musin larut dalam larutan garam dapur. Protein kolagen, keratin dan
elastin tidak larut dalam air dan pelarut organik. Protein kolagen inilah yang akan direaksikan
menjadi bahan penyamak kulit untuk menghasilkan kulit samak. Protein kolagen sangat
menetukan mutu kulit samak

1.1.4. Pengawetan kulit memiliki beberapa tujuan antara lain :

1. Mempertahankan struktur dan keadaan kulit dari pengaruh lingkungan untuk


sementara waktu sebelum dilakukan proses pengolahan/penyelesaian
2. Untuk tujuan penyimpanan dalam waktu yang relatif lebih lama Agar kulit dapat
terkumpul sehingga dapat dikelompokkan menurut besar dan kualitasnya
3. Untuk mengantisipasi terjadinya over produksi karena stok kulit yang terlalu
banyak

1.1.5. macam macam pengawetan kulit

1. Pengawetan dengan cara pengeringan + zat kimia


2. Pengawetan dengan cara kombinasi penggaraman dan pengeringan
3. Pengawetan dengan cara garam basah
4. Pengawetan dengan cara pengasaman (pickling)

4
1.1.6. Jenis Kulit Berdasarkan Asal Hewan

1. Hewan ternak : sapi, kerbau, kuda, kambing, domba, babi.


2. Hewan melata : buaya, biawak, komodo, ular, kodok
3. Hewan air: ikan pari, ikan kakap, ikan tuna
4. Hewan liar: gajah, harimauBurung : burung unta, ayam

1.1.6. Pembagian Kelompok Kulit

1. Kulit besar (sapi,kerbau, kuda, gajah)


2. Kulit kecil (kambing, domba, kijang, kelinci)
3. Kulit reptil (ular, buaya, biawak, kadal, kodok)
4. Kulit ikan (pari, hiu, tuna).

Gambar pengeringan kulit

1.2. KEUNGGULAN DAN KELEMAHAN PENGAWETAN KULIT TERNAK

1.2.1. Pengawetan dengan Cara Pengeringan

Pengeringan adalah suatu cara / proses untuk mengeluarkan atau menghilangkan


sebagian air dari suatu bahan, dengan cara menguapkan sebagian besar air yang
dikandungnya dengan menggunakan energi panas. Biasanya kandungan air bahan dikurangi
sampai batas dimana mikroba tidak dapat tumbuh lagi di dalamnya. Pengeringan dapat pula
diartikan sebagai suatu penyerapan panas dalam kondisi terkendali, untuk mengeluarkan
sebagian besar air dalam bahan pangan melalui evaporasi (pada pengeringan umum) dan
sublimasi (pada pengeringan beku). kulit yang sudah di lepaskan dari daging,harus dilakukan
pengawetan 8 jam sesudah di lepaskan,agar kualitas tetap terjaga dan bakteri pembusuk tidak
berkembang
Pengeringan baik parsial maupun penuh tidak membunuh semua mikroba yang ada
dalam bahan pangan yang dikeringkan. Pengeringan dapat mengawetkan mikroba, seperti
halnya mengawetkan hasil sampingan ternak yakni kulit. Selain itu, produk pangan kering
umumnya tidak steril. Oleh karena itu, meskipun bakteri tidak dapat tumbuh pada bahan
kering, tetapi jika makanan tersebut dibasahkan kembali, maka pertumbuhan mikroba akan
kembali terjadi. Pengeringan dengan sinar matahari yang cukup,dapat dilakukan pengeringan
selama 2-3 hari.
5
1.2.2. Macam macam pngawetan kulit dengan pengeringan

1. Drying : suatu proses kehilangan air yang disebabkan oleh daya atau kekuatan alam,
misalnya matahari (dijemur) dan angin (diangin-anginkan).
2. Dehydration (dehidrasi) : suatu proses pengeringan dengan panas buatan, dengan
menggunakan peralatan/alat-alat pengering seperti oven.

1.2.3. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengeringan :


1. Luas permukaan bahan
2. Suhu pengeringan
3. Aliran udara
4. Tekanan uap di udara
.

1.2.4.Keuntungan dan kerugian pengawetan dengan berbagai cara pengeringan :


a. keuntungan
1. Bahan lebih awet
2. Volume dan berat berkurang, sehingga biaya lebih rendah untuk pemrosesan,
pengangkutan, dan penyimpanan.

b. Kerugian:

1. Sifat asal dari bahan yang dikeringkan dapat berubah, misalnya bentuknya, sifat fisik
dan kimianya, penurunan mutu, dll.
2. Beberapa bahan kering perlu pekerjaan tambahan sebelum dipakai, misalnya harus
dibasahkan kembali (rehidrasi) sebelum digunakan.

c. Keuntungan pengeringan dengan sinar matahari :

1. energi panas murah dan berlimpah


2 tidak memerlukan peralatan yng mahal
3.tenaga kerja tidak perlu mempunyai keahlian tertentu
d. Kerugian pengeringan dengan sinar matahari :

1. tergantung dari cuaca


2. jumlah panas matahari tidak tetap
3. kenaikan suhu tidak dapat diatur, sehingga waktu penjemuran tidak dapat ditentukan
dengan tepat.
4. kebersihan sukar untuk diawasi

e. Keuntungan pengeringan buatan :

1. suhu dan aliran udara dapat diatur


2. waktu pengeringan dapat ditentukan dengan tepat
3. kebersihan dapat diawasi
6
f. Kerugian pengeringan buatan :

1. memerlukan panas selain sinar matahari berupa bahan bakar, sehingga biaya pengeringan
menjadi mahal
2. memerlukan peralatan yang relatif mahal harganya
3. memerlukan tenaga kerja dengan keahlian tertentu

Sebuah penelitian menyatakan bahwa,kulit sapi yang di keringkan dengan suhu 60


derjat celcius dan selama 12 jam akan penghasilkan kadar air,PH, dan presentasi protein yang
baik.

1.2.5. pengawetan dengan cara penggaraman kering dan basah

Pengawetan dengan penggaraman adalah pengawetan kulit dengan menggunakan


garam dapur/NaCl sebagai bahan kimia utama dalam pengawetan. Sebagai bahan kimia
(garam dapur) mempunyai mekanisme kerja sebagai berikut: Selama proses pengaraman,
terjadi penetrasi garam ke dalam kulit dan keluarnya cairan dari dalam kulit, karena
perbedaan konsentrasi.
Bersama dengan keluarnya cairan dalam kulit, partikel garam memasuki kulit lama
kedalam kecepatan proses pertukaran garam dan cairan tersebut semakin lambat. Dengan
menurunnya konsentrasi garam dalam kulit, bahkan akhirnya pertukaran garam dan cairan
tersebut terhenti sama sekali, setelah terjadi keseimbangan konsentrasi garam di dalam dan di
luar kulit.
Penggaraman merupakan metode pengawetan yang paling mudah dan efektif. Reaksi
osmosis dari garam mendesak air keluar dari kulit hingga tingkat kondisi yang tidak
memungkinkan pertumbuhan bakteri.

1.2.5.1. keuntungan dan kerugian dengan penggaraman kering


a. Keuntungan

1. Selama waktu pengeringan kulit tidak lekas menjadi busuk sekalipun pengeringannya
memerlukan waktu yang relatif lama misalnya pada saat musim penghujan.
2. Kualitas kulit menjadi lebih baik dari pada yang dikeringkan saja ,karena serat-serat
kulit tidak melekat satu sama lain
3. Kulit sangat baik untuk disamak terutama dalam proses perendaman yang tidak
membutuhkan waktu yang terlalu lama lagi
4.
b. Kerugian

1. Biaya pengawetan yang dibutuhkan menjadi lebih banyak dibanding hanya di


keringkan saja, karena jumlah penggunaan garamnya bertambah pula.

7
1.2.5.2. keuntungan dan kerugian dengan garam basah
a. Keuntungan :

1. Pengawetan tidak tergantung dengan sinar matahari


2. Sedikit sekali terjadi kerusakan kulit
3. Proses perendaman ( soaking ) dalam proses penyamakan kulit membutuhkan waktu
yang singkat
4. Pelaksanaan cepat dan tidak membutuhkan ruangan yang luas

b. Kerugian :

1. Untuk daerah tropik seperti di Indonesia pengawetan dengan menggunakan garam


basah masih disangsikan keberhasilannya mengingat temperatur ruangan yang sangat
baik untuk pertumbuhan bakteri khususnya bila penyimpanan dilakukan dalam
jangka waktu yang cukup lama. Bakteri yang seringkali ditemukan pada kulit
garaman adalah jenis bakteri halapofilik yang diketahui relatif tahan terhadap suasana
garam.
2. Biaya pengawetan sedikit lebih mahal karena pemakaian garam yang relatif lebih
banyak serta membutuhkan penyimpanan dengan temperatur yang rendah.

1.2.6 .Pengawetan dengan cara pengasaman (pickling)

pengawetan kulit dengan cara pengasaman, dimana pengawetan kulit ini


mengkondisikan kulit dalam suasana asam (pH 1-2). Pengawetan dengan cara ini biasanya
dilakukan untuk kulit kambing dan domba, tetapi dapat juga untuk pengawetan kulit sapi dan
kerbau.
Pengawetan dengan pengasaman ini memerlukan waktu sekitar 3-4 hari, pada saat ini
pengawetan ini lebih efisien, karena untuk menyamaknya tinggal meneruskan proses pickle
dan menyesuaikan pH yang diinginkan.

1.2.6.1. tujuan dari pengasaman adalah:

1.Menyiapkan kulit bloten dalam kondisi keasaman hingga pH tertentu sebelum penyamakan
krom
2.Menurunkan daya ikat kulit terhadap bahan penyamak krom
· 3 Menghindari pembusukan (pengawetan)

1.2.7. Proses pengolahan pengawetan kulit dengan metode penggaraman dan


pengeringan

Prinsip-prinsip pengeringan adalah untuk menghambat pertumbuhan mikroba dengan


mengurangi kadar air.
ada 2 masalah pokok yang teribat di dalamnya, yaitu :
1. Hantaran panas kepada bahan dan di dalam bahan yang dikeringkan
2 .Penguapan air dari dalam bahan

8
1.2.7.1.Proses pengawetan dengan pengeringan:

a. Pencucian dan pembuangan daging


Kulit yang baru dilepas dicuci dengan air mengalir dan kelebihan daging maupun
lemak yang masih melekat dibuang. Pisau yang digunakan harus tajam dan bentuknya
melengkung untuk mencegah robeknya kulit. Setelah semua lemak dan daging telah bersih
selanjutnya dicuci kembali dengan air mengalir.

b. Pengetusan (Pentirisan)
Kulit yang telah dicuci kemudian disampirkan atau ditiriskan diatas kuda-kuda kayu
dan dibiarkan menetes selama 30 menit.

c. Pemberian zat kimia


Kulit direndam dalam bak yang berisi zat kimia jenis Natrium Arsenat 0,5% selama 5-
10 menit. Setelah proses tersebut selesai, kulit masih disampirkan diatas bak agar sisa-sisa
zat kimia masih tetap menetes kembali ke dalam bak.

d. Pementangan
Setelah zat kimia menetes dengan baik, kulit dipentang dan ditarik dengan tali pada
kerangka kayu (pentangan kulit). Pentangan untuk kulit sapi, kerbau maupun kuda
menggunakan kayu bulat dengan diameter kira-kira 5-10 cm yang menyerupai model bingkai
gambar. Ukuran panjang maupun lebarnya disesuaikan dengan kondisi kulit dengan acuan
bahwa pentangan tersebut dapat menampung luas maksimal dari kulit. Kulit yang akan
dipentang dilubangi pada bagian pinggirnya dengan jarak kira-kira 2-3 cm dari batas pinggir
kulit dan ditarik hingga posisi kulit terpentang dengan sempurna tanpa adanya pengkerutan
dan pelipatan pada bagian pinggir maupun tengah. Proses pementangan untuk kulit kecil
seperti domba, kambing maupun reptil dapat dilakukan diatas papan dan teknik
pementangannya tidak perlu menggunakan tali tapi cukup dilakukan dengan menggunakan
paku.

e. Pengeringan
Kulit yang telah dipentang selanjutnya siap untuk dijemur. Proses pengeringan tidak
boleh dilakukan terlalu cepat, sebab zat-zat kulit pada lapisan luar akan mengering lebih
cepat dibanding pada bagian dalam dari kulit.
Temperatur yang terlalu tinggi menyebabkan zat-zat kulit (kolagen) mengalami proses
gelatinisasi menjadi gelatin yang bersifat mengeras dan tentunya dapat menghalangi proses
penguapan air pada bagian dalam. Bila hal tersebut terjadi mengakibatkan kulit akan
membusuk pada saat disimpan dalam jangka waktu yang lama

f. Pelipatan
Setelah kulit menjadi kering selanjutnya dilepas dari pentangannya dan dilipat dua
dengan arah lipatan membujur dari pangkal ekor menuju ke kepala sejajar dengan garis
punggung dan membagi dua bagian tubuh yaitu kiri dan kanan. Bagian daging atau bulu
dapat ditempatkan pada bagian dalam maupun luar. Setelah dilakukan pelipatan kemudian
kulit dapat disimpan sebagai kulit awetan.

9
2. TEPUNG TULANG

2.1. DESKRIPSI TEPUNG TULANG

2.1.1. PENGERTIAN TEPUNG TULANG

Tepung tulang merupakan hasil penggilingan tulang yang telah diekstrak gelatin atau
colagennya. Tulang yang akan ditepungkan biasanya diperoleh dari RPH (Rumah Potong
Hewan) dan berasal dari hewan ternak yang sehat dan bebas penyakit. Produk ini dapat
digunakan untuk bahan baku pakan ternak yang merupakan sumber mineral (terutama
kalsium) dan sedikit asam amino.
Tepung tulang banyak mengandung kalsium, sehingga manfaat dari tepung tulang tidak
lepas dari peranan kalsium, yaitu berperan dalam pembentukan tulang, serta menjaga dari
kekeroposan akibat asupan kandungan mineral yang minim dari pakan yang lebih kaya akan
protein. Mineral tidak dibutuhkan dalam jumlah yang terlalu banyak pada pakan, namun tetap
harus ada. Penambahan tepung tulang komposisi gizi pada pakan ternak akan terpenuhi
dengan baik.

2.1.2. Keuntungan dan kekurangan dari tepung tulang:


a. Keuntungan
1. sebagai sumber mineral alternatif
2. bahan lebih mudah di dapat
3. mengandung protein 25.54%
4. mengandung 3.80% lemak
5. mengandung 1,80% serat
6. mengandung kalsium 46,34%
7.kalsium di gunakan untuk pembangun kerangka tubuh ternak
8.untuk membantu pembekuan darah
9. pelengkap dalam pembuatan pakan guna melengkapi mineral yang ada dalam pakan
b. Kerugian

1. harga mahal
2. tidak begitu di perlukan oleh ternak
3. sulit dalam penyimpanan atau membutuhkan penyimpanan kusus

2.1.3. jenis tepung tulang, yaitu:


Ø Tepung tulang mentah (raw bone meal),
yaitu tepung tulang yang proses pembuatannya dimasak dalam jangka waktu yang lama pada
suatu keteal terbuka yang diproses secara aman dan steril. Ossein yang hilang selama proses
pemasakan sangat sedikit sehingga baik digunakan sebagai bahan pakan ternak;

Ø Stream bone meal,


yaitu tepung tulang yang proses pembuatannya menggunakan uap dengan tekanan tinggi.
Proses ini membuang banyak protein dan lemak;

Ø Abu tulang,
yaitu hasil pembekaran tulang (Nurwantoro dan Sri, 2003)
10
Gambar tepung tulang

2.1.4. Pembuatan tepung tulang

Gambar. Diagram alir pembuatan tepung tulang (Pertiwi, 2012).

11
a. Bahan
1.Tulang
2. Larutan kapur 10 %.

Cara membuat 1 m3 larutan kapur 10% adalah dengan memasukkan 1 0 0 k g


k a p u r k e d a l a m b a k , k e m u d i a n m e n a m b a h k a n a i r s a m p a i v o l u m e n ya
m e n j a d i 1 m 3 . C a m p u r a n i n i d i a d u k - a d u k s a m p a i kapurnya larut.

b. Peralatan

1. Keranjang & semprotan air:


B e r f u n g s i u n t u k m e l e t a k k a n t u l a n g y a n g dicuci dengan semprotan air. Dasar
wadah berlobang-lobang untuk meniriskan air.
2 W a d a h perendaman
Wadah ini digunakan sebagai tempat merendam serpihan tulang, dapat berupa bak
semen, bak serat gelas (fiber glass), baskom plastik, atau ember plastik.

3. Mesin penggiling tulang.


Alat ini digunakan untuk menggiling tulang hingga menjadi sepihan dengan ukuran 1~3 cm.

4.Palu dan kayu landasan


Alat ini digunakan jika tidak tersedia m e s i n penggiling tulang.

5. Wadah perebusan.
Alat ini digunakan untuk merebus tulang. Drum bekas yang dipotong dua dapat digunakan
untuk keperluan ini.

6. Wadah ekstraksi gelatin


Alat ini digunakan untuk merendam tulang pada suhu panas setelah tulang tersebut
direndam dengan larutan kapur. Wadah initerbuat dari logam tahan karat, seperti aluminium dan
stainless steel.

7. Wadah penguapan larutan gelatin


Wadah ini digunakan untuk penguapanlarutan gelati n. Wadah ini terbuat dari logam
tahan karat, seperti aluminiumdan stainless steel. Bentuknya berupa bak dangkal dengan
permukaan luas.

8. Tungku atau kompor

9. Cetakan.

12
c. cara pembuatan

1. Tulang dipotong sepanjang 5-10 cm, direbus selama 2-4 jam


dengansuhu 100 ° C, kemudian dihancurkan hingga menjadi serpihan-
serpihansepanjang 1-3 cm.
2. Serpihan tulang direndam dalam air kapur 10% selama 4-5 minggu dan dicucidengan air
tawar.
3. Pemisahan selatin dengan jalan pemanasan 3 tahap, yaitu pada suhu 60 °
Cselama 4 jam, suhu 70 ° C selama 4 jam, dan 100 ° C selama 5 jam.
4. Pemrosesan selatin.
5. Tulang dikeringkan pada suhu 100 ° C, sampai kadar airnya tinggal 5% dan
digiling hingga menjadi tepung.
6. Pengemasan dan penyimpanan.

2.1.5. kandungan nutrisi

Tabel 1. Kandungan nutrisi tepung tulang.


Nutrien Kandungan Nutrisi
Protein 25,54 %
Lemak 3,80 %
Serat 1,80 %
Air 5,52 %
Kalsium 46,34 %
Phosphat 17 %

Sumber: Pertiwi (2012).

13
2.2. GELATIN

3.1. DESKRIPSI GELATIN

3.1.1. PENGERTIAN GELATIN


Gelatin adalah derivat protein dari serat kolagen yang ada pada kulit, tulang,dan tulang
rawan. Susunan asam aminonya hampir mirip dengan kolagen, dimanaglisin sebagai asam
amino utama dan merupakan 2/3 dari seluruh asam amino yangmenyusunnya, 1/3 asam
amino yang tersisa diisi oleh prolin dan hidroksiprolin(Chaplin, 2005).

Gelatin adalah suatu jenis protein yang diekstraksi dari jaringan kolagen kulit, tulang atau
ligamen (jaringan ikat) hewan. Pembuatan gelatin merupakan upaya untuk mendayagunakan
limbah tulang yang biasanya tidak terpakai dan dibuang di rumah pemotongan hewan.
Penggunaan gelatin dalam industri pangan terutama ditujukan untuk mengatasi permasalahan
yang timbul khususnya dalam penganekaragaman produk.

Sebagai gelling, bahan pengental (thickner) atau penstabil. Gelatin mengandung protein
yang sangat tinggi dan rendah kadar lemaknya. Gelatin kering dengan kadar air 8-12%
mengandung protein sekitar 84-86% Protein, lemak hampir tidak ada dan 2-4% mineral.

Dari 10 jenis asam amino essensial yang dibutuhkan tubuh, gelatin mengandung 9 jenis
asam amino essensial, satu asam amino essensial yang hampir tidak terkandung dalam gelatin
yaitu Treptophane. Dengan komposisi kimia seperti tersebut dan sifat-sifat fisik lainnya, tidak
heran kalau gelatin mempunyai multi guna dalam berbagai industri.

dikarenakan gelatin bersifat serba bisa, yaitu bisa berfungsi sebagai bahan pengisi,
pengemulsi (emulsifier), pengikat, pengendap, pemerkaya gizi, pengatur elastisitas, dapat
membentuk lapisan tipis yang elastis, membentuk film yang transparan dan kuat, kemudian
sifat penting lainnya yaitu daya cernanya yang tinggi dan dapat diatur, sebagai pengawet,
humektan, penstabil, dan lain-lain.

Menurut Saleh (2004) dan Gomez (2001) gelatin yang baik harus memenuhi persyaratan
standar mutu yang telah ditetapkan oleh SII (Standar Industri Indonesia) seperti yang
disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1. Standar Mutu Gelatin


Karakteristik Syarat
Warna Tidak berwarna
Bau, rasa Normal (dapat diterima
Kadar air konsumen)
Kadar abu Maksimum 16%
Logam berat Maksimum 3,25%
Arsen Maksimum 50 mg/kg
Tembaga Maksimum 2 mg/kg
Seng Maksimum 30 mg/kg
Sulfit Maksimum 100 mg/kg
Maksimum 1000 mg/kg

14
3.1.2. Jenis gelatin.

A. Gelatin Jenis A

diproses menggunakan asid di mana biasanya adalah dari sumber kulit babi atau dari
ossein (tulang yang telah mengalami demineralisasi yaitu penghilangan kalsium fosfat).

Proses produksi utama gelatin dibagi dalam tiga tahap:


1. Persiapan bahan baku
2. Konversi kolagen menjadi gelatin
3. Pemurnian serta perolehan gelatin dalam bentuk kering.

B. Gelatin Jenis B

diproses menggunakan alkali atau air kapur. Sumber-sumber untuk pemprosesan


gelatin jenis B adalah dari tulang atau kulit-kulit haiwan bovin seperti lembu, kambing
dan kerbau

3.1.3. Sumber gelatin

1. 80% daripada gelatin yang dikeluarkan di Eropa adalah dari kulit babi
2. 15% daripada kulit haiwan bovin seperti kerbau dan lembu
3. 5% daripada tulang-tulang haiwan bovin dan khinzir/babi, ikan dan poultry

15
3.1.4. KEUNTUNGAN DAN KERUGIAN GELATIN

C. Keuntungan
1. Meningkatkan metabolisme
2. Meningkatkan Pertumbuhan otot
3. Meningkatkan kesehatan sendi
4. Menjaga kesehatan rambut
5. Manfaat pada pencernaan

Gelatin kering mengandung kira-kira 84 – 86 % protein, 8 – 12 % air dan 2 – 4 %


mineral. Dari 10 asam amino essensial yang dibutuhkan tubuh, gelatin mengandung 9 asam
amino essensial, satu asam amino essensial yang hampir tidak terkandung dalam gelatin yaitu
triptofan
D. Kerugian

a. gelatin yang berasal dari kulit babi memiliki kandungan lemak 0,29 % lebih besar
dibandingkan gelatin yang berasal dari tulang hewan non mamalia (ikan) yaitu sebesar 0,21
%.
b. gelatin yang berasal dari tulang / kulit sapi dimungkinkan adanya virus penyakit sapi gila
(Mad Cow Disease) yang dimana virus tersebut berpengaruh terhadap kesehatan konsumen.

3.1.5 Sifat sifat dari gelatin


1. Gelatin larut dalam air, asam asetat dan pelarut alkohol seperti gliserol,propilen glycol,
sorbitol dan manitol, tetapi tidak larut dalam alkohol, aseton, karbontetraklorida, benzen,
petroleum eter dan pelarut organic lainnya.
2. Menurut Norland(1997), gelatin mudah larut pada suhu 71,1oC dan cenderung
membentuk gel pada suhu 48,9 oC.
3. Sifat permukaan gelatin didasarkan pada kenyataan bahwa rantai samping gelatin, seperti
halnya protein yang lain, memiliki gugus yang bermuatan dan bagian tertentu dari
rangkaian kolagen mengandung asam amino hidrofobik dan hidrofilik.
4. Bagian hidrofobik dan hidrofilik dapat berpindah di permukaan, gelatin memiliki sifat
melindungi stabilitas permukaan yang dibentuk. Sifat multifungsi dari gelatin ini
digunakan dalam produksi dan stabilisasi buih dan emulsi

16
3.1.6. komposisi kimia gelatin
Komposisi kimia gelatin yang diambil dari tendon hewan terdiri dari 50,11% karbon,
6,56% hidrogen, 17,81% nitrogen, 25.26% oksigen, dan 0,26% sulfur. Gelatin sebagian besar
terdiri dari glysin, prolin, dan sisanya adalah 4-hidroksiprolin.

Struktur tipikalnya adalah Ala-Gly-Pro-Arg-Gly-4 Hyp-Gly-Pro-. Gelatin terdiri dari


banyak rantai polipeptida atau formasi helix-prolin panjang yang masing-masingnya terdiri
dari 300-4000 asam amino.

Larutan melalui transisi helix yang berliku-liku diikuti oleh penyatuan rantai-rantai helix
dengan formasi kolagen seperti formasi helixprolin-triple/ hidroksiprolin yang memiliki
banyak daerah simpangan. Interaksi silang (cross-links) secara kimia mampu merubah sifat
gel, menggunakan transglutaminase (enzim) untuk menghubungkan lysine dan sisa glutamin.
Massa jenis gelatin adalah 1,35 gr/cm. Gelatin pecah (terdenaturasi) pada suhu di atas 80°C.

3.2. Pembuatan Gelatin dari Tulang

a) Alat
1) Keranjang semprotan.
Alat ini digunakan untuk meletakkan tulang yang dicuci dengan semprotan air. Dasar wadah
berlobang-lobang untuk meniriskan air.
2) Wadah perendaman.
Wadah ini digunakan sebagai tempat merendam serpihan tulang. Untuk itu dapat digunakan
bak semen, bak serat gelas (fiber glass), baskom plastik, atau ember plastik.
3) Mesin penggiling tulang.
Alat ini digunakan untuk menggiling tulang hingga menjadi sepihan dengan ukuran 1-3 cm.
4) Palu dan kayu landasan.
Alat ini digunakan jika tidak tersedia mesin penggiling tulang.
5) Wadah perebusan.
Alat ini digunakan untuk merebus tulang
6) Wadah ekstraksi gelatin.
Alat ini digunakan untuk merendam tulang pada suhu panas setelah tulang tersebut direndam
dengan larutan kapur. Wadah ini terbuat dari logam tahan karat, seperti aluminium dan
stainless steel.
7) Wadah penguapan larutan gelatin.
Wadah ini digunakan untuk penguapan larutan gelatin. Wadah ini terbuat dari logam tahan
karat, seperti aluminium dan stainless steel. Bentuknya berupa bak dangkal dengan
permukaan luas. Tungku atau kompor.
8) Cetakan.
Cetakan terbuat dari plat aluminium atau stainless steel yang bersekat-sekat.

17
b) Bahan

1) Tulang.
2) Larutan kapur 10 %.
100 kg kapur dimasukkan ke dalam bak, kemudian ditambahkan air sampai volumenya
menjadi 1 m3. Campuran ini diaduk-aduk sampai kapurnya larut.

c) Cara Pembuatan Gelatin

1) Pencucian.
Tulang dimasukkan ke dalam ember atau bak dan diaduk-aduk, kemudian airnya dibuang.
Hal ini dilakukan beberapa kali. Pencucian tulang dapat juga dilakukan penyemprotan air
tekanan tinggi agar kotoran-kotoran yang menempel kuat pada tulang terlepas.
2) Pemotongan.
Tulang dipotong-potong dengan kampak sehingga ukurannya menjadi 5-10 cm. Potongan
tulang ini kembali dicuci dengan semprotan air sampai bersih.
3) Perebusan I.
Potongan yang telah bersih direbus di dalam air mendidih selama 4-5 jam. Kotoran yang
mengambang dan buih dibuang. Setelah itu tulang ditiriskan, kemudian dijemur atau
dikeringkan dengan alat pengering.
4) Penggilingan Kasar.
Tulang digiling kasar sehingga ukuran menjadi 1-3 cm. Pengecilan ukuran ini dapat juga
dilakukan dengan cara memukul tulang dengan palu.
5) Perendaman di dalam Larutan Kapur.
Serpihan tulang direndam di dalam larutan kapur 10%. Setiap 1 kg tulang membutuhkan 1
liter larutan kapur. Lama perendaman adalah 4-5 minggu. Selama perendaman, dilakukan
pengadukan sekali dua hari. Proses ini akan menyebabkan ossein yang terdapat pada tulang
akan membengkak. Proses ini disebut juga proses membengkakkan ossein”. Setelah itu,
tulang dicuci dan disemprot dengan air sehingga kotoran dan kapur yang menempel pada
tulang terbuang.
6) Ekstraksi Gelatin.
Gelatin di dalam tulang diekstrak dengan air panas yang bersuhu 60-1000C. Ekstraksi yang
baik dapat menghasilkan rendemen 14-15% (dihitung dari berat tulang).
7) Pengentalan Larutan Gelatin.
Larutan gelatin pada wadah pengentalan terus dipanaskan pada suhu 50 C agar lebih kental
dan kadar airnya di bawah 40%.
8) Pencetekan Gelatin.
Larutan yang telah kental dan masih panas dituangkan ke dalam cetakan. Gelatin dibiarkan
dingin dan mengeras.
9) Pengeringan Gelatin.
Pengeringan Gelatin ada 2 cara yaitu:
1. Gelatin yang telah mengeras di dalam cetakan dikeringkan di dalam ruangan yang
berdinding kawat agar sirukulasi udara tetap lancar dan tidak dapat dimasuki oleh
serangga dan tikus. Proses ini dilakukan sampai kadar air di bawah 20%
2. adalah Gelatin yang telah mengeras dikeluarkan dari cetakan, kemudian dikeringkan
dengan alat pengering pada suhu 50-60 C sampai kadar airnya di bawah 20%.
10) Pengemasan Gelatin. Gelatin yang telah kering dapat dikemas

18
3.3. kelebihan dan kerugian gelatin

a. keuntungan
 Mengandungi 84-90% protein.
 Mengandungi 1-2% garam mineral.
 Selebihnya adalah air.
 Tidak mengandung kolesterol.
 Tidak mengandung pengawet atau aditif.
 Berbanding dengan agar-agar, gum arabic, locust gum yang mengandung karbohidrat

b. Kerugian

Especial kontra-untuk-makan gelatin ada.Dalam kasus yang sangat jarang, gelatin


menyebabkan reaksi alergi.Kewaspadaan harus mencakup makanan diet berdasarkan gelatin
untuk orang yang menderita penyakit pada sistem kardiovaskular dan rentan terhadap
oksaluricheskomu diathesis, karena gelatin adalah oksalogenom.

3.4. Fungsi dan kegunaan gelatin (dalam industri makanan)

 Penebal (Thickener)
 Pelekat (Plasticizer)
 Pengemulsi (Emulsifier) biasa digunakan untuk eskrim
 Pembuih (Foaming agent)
 Penahan Kelembaban (Moisture retention) – digunakan dalam es krim
 Pembaik tekstur (Improve texture) – digunakan dalam kosmetik
 Pengikat (Binding agent) – softgel, kapsul, tablel

Basis yang membentuk dasar dari gelatin - kolagen.Juga tersedia dalam unsur air produk,
protein, pati, abu, karbohidrat, lemak, makro dan trace, vitamin PP, asam amino.Tidak ada
keraguan manfaat gelatin bagi kesehatan manusia - dalam komposisi mengandung kalsium,
magnesium, natrium, kalium, fosfor, zat besi, asam amino glisin.produk tersebut mengandung
dua asam amino esensial tubuh manusia, hidroksiprolin dan prolin, memberikan kontribusi
bagi pengembangan, konservasi dan pemulihan jaringan ikat dan tulang rawan.

19
4.PUPUK KANDANG

4.1. DESKRIPSI PUPUK KANDANG

4.1.1. PENGERTIAN PUPUK KANDANG


Pupuk kandang adalah pupuk yang terbuat dari kotoran hewan (kotoran atau air
kencing), apakah itu sapi, kerbau, kuda, atau ayam, banyak mengandung unsur hara yang
sangat dibutuhkan oleh tanaman, seperti fosfor, kalium, magnesium, zinc dan nitrogen.
Bentuk pupuk kandang dibagi menjadi dua, yaitu pupuk kandang dalam bentuk padat dan
dalam bentuk cair.

Pupuk kandang berperan untuk memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah.
Komposisi unsur hara yang terdapat pada pupuk kandang sangat tergantung pada jenis
hewan, umur, alas kandang dan pakan yang diberikan pada hewan tersebut.

Setiap jenis hewan tentunya menghasilkan kotoran yang memiliki kandungan hara unik.
Namun secara umum kotoran hewan mengandung unsur hara makro seperti nitrogen (N),
posfor (P), kalium (K), kalsium (Ca), magnesium (Mg) dan belerang (S). Bila dibandingkan
dengan pupuk kimia sintetis, kadar kandungan unsur hara dalam pupuk kandang jauh lebih
kecil. Oleh karena itu, perlu pupuk yang banyak untuk menyamai pemberian pupuk kimia.

4.1.2. Macam macam pupuk kandang

A. Pupuk kandang ayam


Pemanfaatan pukan ayam umumnya dipergunakan oleh petani sayuran dengan cara
mengadakan dari luar wilayah tersebut. Pupuk kandang ayam broiler mempunyai kadar hara
P yang relatif lebih tinggi dari pukan lainnya. Kadar hara ini sangat dipengaruhi oleh jenis
konsetrat yang diberikan. Selain itu dalam kotoran ayam tersebut tercampur sisa-sisa
makanan ayam serta sekam sebagai alas kandang yang dapat menyumbangkan tambahan hara
ke dalam pukan terhadap sayuran
B. Pupuk kandang (pukan) sapi
Mempunyai kadar serat tinggi seperti selulosa, hal ini terbukti dari hasil pengukuran
parameter C/N rasio yang cukup tinggi >40. Tingginya kadar C dalam pukan sapi
menghambat penggunaan langsung ke lahan pertanian karena akan menekan pertumbuhan
tanaman utama. Penekanan pertumbuhan terjadi karena mikroba dekompser akan
menggunakan N yang tersedia untuk mendekomposisi bahan organic tersebut sehingga
tanaman utama akan kekurangan N. untuk memaksimalkan pemggunaan pukan sapi harus
dilakukan pengomposan agar menjadi kompos pukan sapi dengan rasio C/N di bawah 20
D. Pupuk kandang babi
Pemanfaatan pukan babi di Indonesia hanya terdapat di beberapa lokasi tertentu yang
berdekatan dengan peternakan babi. Pupuk kandang (pukan) babi mempunyai tekstur yang
lembek dan akan bertambah cair bila bercampur dengan urine. Peternak babi telah
mengetahui bagaimana cara memisahkan urine ini dengan padatannya, lalu menumpuknya di
suatu tempat untuk dikomposisikan terlebih dahulu.
E. Pupuk kandang kuda
Sebelum digunakan, kotoran kuda dimasukan dalam lubang dan dibiarkan
terdekomposisi secara alami kemudian baru digunakan untuk pertanian. Hasil analisis pukan
kuda ternyata banyak mengandung Mg
20
4.2. Pengomposan pupuk kandang

Pengomposan adalah proses dekomposisi secara biologi untuk mencapai bahan


organik yang stabil. Proses pengomposan menghasilkan panas. Dengan dihasilkannya panas
makan akan dihasilkan produk kompos akhir yang stabil, bebas dsri pathogen dan biji-biji
gulma, berkurangnya bau, dan lebih mudah diaplikasikan ke lapangan. Selain itu perlakuan
pengomposan dapat meningkatkan ketersediaan hara bagi tanaman karena perubahan bentuk
dari tidak tersedia menjadi mudah tersedia dan adanya pengomposan akan meningkatkan
kadar hara N, P, K, Ca, dan Mg.

4.2.1. Keuntungan dan kekurangan pengomposan pupuk kandang

a. Keuntungan
1. mengurangi masa dan volume (mengurangi biaya penyimpanan),
2. berkurangnya bau,
3. terbasminya patogen,biji-bijian gulma menjadi mati,
4. memperbaiki kondisi tanah, mempermudah transportasi,
5. mengurangi sumber polusi
6. dan meningkatkan pelepasan hara-hara yang berkualitas lebih tinggi dari kompos
secara perlahan-lahan dalam waktu tertentu.

b. Kekurangan
1. Kehilangan NH3(N),
2. diperlukan waktu dan tenaga,
3. memerlukan biaya investasi alat dan pengoperasiannya,
4. dibutuhkan lahan untuk pengomposan
5. dan diperlukan pemasaran

4.3. kandungan unsur hara

Kandungan usur hara dalam pupuk kandang ditentukan pula oleh jenis makanan yang
diberikan.:

Ternak N P2O5 K2O


Unggas (ayam ) 1,70 1,90 1,50

Sapi 0,29 0,17 0,35

Kuda 0,44 0,17 0,35

Babi 0,60 0,41 0,13

Domba 0,55 0,31 0,15

21
4.4. Cara membuat pupuk kompos
a. Bahan-bahan

1. Kotoran ternak. Sapi, kerbau, kambing dan domba (2 ton / 2000kg)


2. Jerami yang dicacah terlebih dahulu kurang lebih 5-10 cm. (secukupnya)
3. Arang Sekam (secukupnya), Sekam yang sudah dibakar namun tidak samapi menjadi
abu. lihat proses pembuatan arang sekam
4. Air (20 liter)
5. EM4 (5 sendok makan)
6. Gula pasir (5 sendok makan)
7. Bubuk gergaji atau bisa juga dengan dedaunan dan bahan-bahan organik lainnya.

b. Alat-alat

1. Sekop
2. Cangkul
3. Sarung tangan
4. karung goni

c. Cara Pembuatan Pupuk Kompos Organik

1. Siapkan media pembuatan pupuk, ditempat yang sejuk tidak terkena matahari
langsung dan tidak kena hujan jika terjadi hujan.
2. Larutkan EM4 dan gula kedalam air.
3. Lapisan pertama, Campurkan Kotoran ternak dengan arang sekam kemudian aduk
hingga merata, setelah itu taburkan dekomposer (EM4 dan gula yang sudah dilarutkan
dalam air) tadi secukupnya aduk hingga merata.
4. Lapisan Kedua Taburkan jerami, dedak, bubuk gergaji dan bahan-bahan organik
lainnya hingga merata kemudian siramkan dekomoser tadi.
5. Setelah itu tutup rapat tumpukan bahan-bahan tadi dengan rapih dengan menggunakan
karung goni dan jerami.
6. Hari Kedua aduk adonan tersebut hingga merata dan tutup kembali rapat-rapat.
7. Lakukan monitoring setiap pagi dan sore, dengan cara memasukan tangan (dengan
sarung tangan) jika tangan kita tidak kuat menahan panas adonan maka adonan belum
siap dipakai. aduk setiap melakukan monitoring.
8. Biasanya hari ke empat adonan sudah siap, cara menceknya masukan tangan anda jika
bisa menahan panas adonan maka pupuk kompos organik siap dipakai.

22
Gambar pupuk kompos

5. TEPUNG DARAH
5.1. DESKRIPSI TEPUNG DARAH

5.1.1.PENGERTIAN TEPUNG DARAH

Darah adalah cairan yang terdapat pada hewan tingkat tinggi yang berfungsi sebagai
alat transportasi zat seperti oksigen, bahan hasil metabolisme tubuh, pertahanan tubuh dari
serangan kuman, dan lain sebagainya. Beda halnya dengan tumbuh

Tepung darah merupakan bahan ransum yang berasal dari darah yang segar dan bersih
yang biasanya diperoleh dari Rumah Pemotongan Hewan (RPH). Penggunaan darah sebagai
bahan pakan ternak juga bisa mengurangi pencemaran lingkungan yang disebabakan oleh
darah yang belum dimanfaatkan. Masih terbatasnya pengetahuan dan teknologi tentang
pengolahan tepung darah menjadikan produk ini belum berkembang luas, padahal peluang
bisnis pengolahan tepung darah sangatlah cerah.

Tepung darah diperoleh dari darah ternak yang bersih dan segar, berwarna coklat
kehitaman dan relative sulit larut dalam air. Rasio pembuatan tepung darah berkisar 5:1
dimana untuk mendapatkan 1 kg tepung darah memerlukan 5 kg darah segar. Kandungan
protein berkisar 85% dengan kadar air 10%. Tepung darah rendah kandungan kalsium,
phosphor dan asam am ino isoleusin dan glysin.

23
5.1.2. Kandungan Nutrisi Tepung Darah
Tepung darah mengandung protein kasar sebesar 80 %, lemak 1,6 % dan serat kasar 1
%, tetapi miskin asam amino, kalium dan phospor. Darah yang dihasilkan dari seekor ternak
yang disembelih antara 7-9 % dari berat badannya. Namun demikian yang perlu diperhatikan
dalam penggunaannya pada ternak adalah batas pemberian karena tepung darah mengandung
zat nutrien yang dapat menghambat proses kecernaan bahan ransum lainnya, yaitu asam
amino pembatas isoleucine, yang apabila dikonsumsi berlebihan dalam ransum akan
menurunkan pertambahan berat badan ternak.

Nama zat : persentase


Protein : 85%
EnergiMetabolisme : 2750Kcal/kg
Lemak : 1,1%
Seratkasar : 1%
Ca : 0,15%
P : 0,30%
Na : 0,32%
k : 0,09%
Cl : 0,27%
Mn : 5 ppm

5.2. Diagram pembuatan tepung darah

24
5.3. Kelebihan dan kelemahan tepung darah

a. Keuntungan

1. mudah di dapatkan di RPH

2. terdapat 3 kandungan protein utama yaitu albumin, globulin dan fibrinogen

3. Unsur globulin di dalamnya terdapat enzim plasma yang berperan terhadap


kekebalan dan menghadapi serangan organisme pengganggu

4. memiliki protein yang tinggi (17-18%)

b. Kelemahan

1. tingkat palabitasnya kurang, daya cernanya rendah. Artinya sebagian besar


terbuang karena sulit dicerna, maka pengguanaannya harus dikombinasikan
dengan pakan lain dan diperlukan adaptasi pemberian pada ransum.
2. Tepung darah miskin isoleucin
3. rendah kalsium dan fosfor.
4. Sulit saat pengeringan (out door)
5. hasilnya sering terkontaminasi sehingga tidak baik untuk kesehatan ternak

25
5.4. langkah langkah pembuatan tepung darah

a. Pembuatan Tepung Darah Melalui Pemasakan

 Hal pertama yang harus dilakukan adalah melakukan pemasakan darah yang sudah di
dapatkan dan di pilih di Rumah Pemotongan Hewan (RPH) atau tempat pemotongan
hewan lainnya, dengan suhu masak 80 derajat celcius selama kurang lebih 2 jam.
 Kemudian jika darah sudah mengental, letakan pada wadah atau loyang dengan
ketebalan 2-5 cm.
 Lalu darah yang sudah diletakan dalam loyang atau wadah lakukan pengeringan di
bawah sinar matahari selama 3-5 hari atau dapat juga menggunakan oven dengan suhu
panas 80-90 derajat celcius.
 Selanjutnya darah yang sudah kering dapat dilakukan pengilingan hingga halus dan
dikeringkan kembali dengan suhu 60 derajat celcius selama 1-2 jam.
 Lalu lakukan pengayakan dengan ayakan yang halus hingga hampir menyerupai
tepung pada umumnya.
 Lalu siap untuk diaplikasikan dengan mencampurkan bahan pakan ternak dengan
tepung darah dari ternak.

b. Pembuatan Tepung Darah Melalui Fermentasi

 Menyiapkan tepung darah yang masih segar dan sudah dilakukan pemilihan di tempat
pemotongan, kemudian tambahkan molases (air tebu) sebanyak 20 persen.
 Lakukan penyimpanan kedap udara atau membungkusnya dengan rapat selama 1-2
minggu.
 Kemudian lakukan pengeringan dengan bantuan sinar matahari selama 3 -5 hari atau
menggunakan bantuan oven.
 Lalu darah yang sudah kering dapat dilakukan penggilingan hingga halus dan
dikeringkan kembali dengan sinar matahari atau oven dengan suhu 60 derajat celcius.
 Setelah itu, lakukan pengayakan halus hingga menjadi tepung darah .
 Jika selesai lakukan pengemasan dan bisa langsung diaplikasikan untuk pakan
campuran ternak.

26
DAFTAR PUSTAKA

http://fengkyinden.blogspot.co.id/2012/05/struktur-dan-kimia-kulit-sapi.html

https://kelasfapetc2010.files.wordpress.com/2012/10/materi-kuliah-tht-teknologi-kulit.pdf

https://dombafarm.wordpress.com/pasca-produksi/kulit/

https://id.wikipedia.org/wiki/Kulit_sapi

http://www.enjoyleather.com/berita/BJaket/2011/04/9/Macam--Macam-Jenis-Kulit

http://www.ilmuternak.com/2014/10/pengawetan-kulit-dengan-cara-pengeringan.html

http://irmangasali.blogspot.co.id/2011/03/teknologi-pengawetan-dan-pengolahan.htm

http://rangkaianhatierlin.blogspot.co.id/2012/11/makalah-dtsk-struktur-dan-komposisi.html

http://widiaardiarti.blogspot.co.id/2015/02/laporan-pengawetan-kulit-dengan-metode.html

https://www.agrinak.com/2015/12/cara-mengawetkan-kulit-dengan.html

http://koteklemalamalera.blogspot.co.id/2012/05/komposisi-kulit-hewan.html

http://www.academia.edu/9945857/Teknologi_Pengawetan_Dan_Pengolahan_Kulit

http://www.ilmuternak.com/2014/10/pengawetan-kulit-dengan-cara-pengeringan.html

http://andunsejati.blogspot.co.id/2011/12/pembuatan-gelatin_22.html

http://masterfoodscience.blogspot.co.id/2013/07/gelatin.html

http://niayulianty.blogspot.co.id/2015/01/hasil-ikutan-ternak.html

http://www.warungislamibogor.com/2012/11/gelatin-antara-manfaat-dan-bahayanya.html

http://www.ilmuternak.com/2016/06/manfaat-tepung-darah-bagi-ternak.html

27

You might also like