Professional Documents
Culture Documents
I. PENDAHULUAN
H.T.P : SK Menteri P & K 30 Desember 1972 No. 0198/U/1972 (Kurikulum minimal 1972)
H.A.N. : - Pertemuan Dosen Pengajar Mata Kuliah Sejenis di Cibubur
Tanggal 26-28 Maret 1973.
- SK Mendikbud No. 31/Dj/Kep/1983 (Kurikulum inti Program
Pendidikan Sarjana Bidang Hukum)
H.T.U.N : UU No. 5/1986. UU. No. 9/2004
UUDS 1950 Pasal 108 dan 142
Arti Istilah Administrasi dalam Konsep H.A.N dan L.A.N
B = Kn – (rg + rh)
Kn = Kekuasaan/ Kegiatan
Negara
rg = Regelgwving
rh = Rechspraak
B = Besturen/ BestUUr
(Fungsi Pemerintahan.
- Usaha dan kegiatan yang meliputi penetapan tujuan serta penetapan cara-cara penyelenggaraan
pembinaan Organisasi.
- Usaha dan kegiatan yang dikaitkan dengan penyelenggaraan kebijaksanaan serta mencapai tujuan.
- Kegiatan yang berkaitan dengan penyelenggaraan Pemerintahan.
- Kegiatan kantor dan Tata usaha.
E. Utrecht Administrasi Negara adalah gabungan jabatan-jabatan, aparat (alat) Administrasi yang
dibawah pimpinan Pemerintahan melakukan sebagian dari pekerjaan Pemerintahan.
Dimock & Dimock Administrasi Negara adalah aktifitas-aktifitas Negara dalam melaksanakan
kekuasaan-kekuasaan politiknya dalam arti sempit, altifitas-aktifitas badan eksekutif saja dalam
melaksanakan Pemerintahan.
Pemerintah/ Pemerintahan
Secara teroti dan praktek, terdapat perbedaan antara Pemerintah dan Pemerintahan.
Pemerintah adalah bestUUrvoering atau pelaksanaan tugas Pemerintah, sedangkan Pemerintahan
adalah Organ/ alat atau aparat yang menjalankan Pemerintahan.
Pemerintah sebagai alat kelengkapan Negara dapat diartikan secara luas dan dalam arti
sempit.
- Pemerintah dalam arti Luas : mencakup semua alat kelengkapan Negara yang pada pokoknya terdiri
dari cabang-cabang kekuasaan eksekutif, legislative dan yudisial atau alat kelengkapan Negara lain
yang bertindak untuk dan atas nama Negara.
- Pemerintah dakan arti sempit : yaitu cabang kekuasaan eksekutif atau Organ/alat perlengkapan
Negara yang diserahi tugas Pemerintahan atau melaksanakan Undang-undang.
- Pembentukan Undang-undang
- Pelaksanaan
- Peradilan
- sebagai fungsi : yakni aktifitas Pemerintah adalah melaksanakan tugas-tugas Pemerintahan, dalam
istilah Donner, Penyelenggaraan kepentingan umum oleh dinas publik/ Pemerintahan (umum) sebagai
Organ kumpulan Organ-Organ dari Organisasi Pemerintahan yang dibebani dengan melaksanakan
tugas Pemerintahan.
- sebagai Organisasi : Pemerintah sebagai Organisasi bila mana kita mempelajari ketentuan-ketentuan
susunan Organisasi, termasuk didalamnya fungsi, penugasan, kewenangan, dan kewajiban masing-
masing departemen Pemerintahan. Pemerintah sebagai fungsi kita meneliti ketentuan-ketentuan yang
mengatur apa dan cara tindakan aparatur Pemerintah sesuai dengan kewenangan masing-masing.
HAN/HTP adalah merupakan instrument juridis yang digunakan oleh Pemerintah untuk secara
aktif terlibat dalam kehidupan masyarakat, disisi lain HAN merupakan Hukum yang dapat digunakan
oleh anggota masyarakat untuk mempengaruhi dan memperoleh perlindungan dari Pemerintah. Jadi
HAN memuat peraturan mengenai aktifitas Pemerintah.
Stureb berkaitan dengan penggunaan kekuasaan, konsep kekuasaan adalah konsep Hukum
publik, sebagai konsep Hukum publik. Penggunaan kekuasaan harus dilandaskan pada asas-asas
Negara Hukum, asas demokrasi dan asas instrumental. Dengan asas demokrasi tidaklah sekedar
adanya badan perwakilan rakyat. Disamping badan perwakilan rakyat, asas keterbukaan dan lembaga
peran serta masyarakat(inspraak) dalam pengambilan keputusan sangat penting artinya. Asas
instrumental berkaitan dengan hakekat Hukum Administrasi sebagai instrument.
Parajudi Atmosudirdjo membagi HAN dalam dua bagian:
Sebagai perbandingan dapat juga diketengahkan skema tentang pembentukan dan penegakan
Hukum materiil/ F.A.M. Stroinkes :
Hukum Prifat
Pembentuk UU Hakim
Hukum Pidana
Penduduk
Penduduk
Hukum Administrasi
a. Negara Hukum
- Asas legalitas dalam Pelaksanaan Pemerintah
- HAM
- Pembagian Kekuasaan
- Pengawasan Pengadilan
b. Demokrasi
- Badan Perwakilan Rakyat
- Asas Keterbukaan
- Peran Serta Masyarakat
c. Karakteristik Ajaran Instrumental
1. P. De Haar ct Dalam bukunya bestUUrecht in de Sociale Rechtstaat (1986) memaparkan tiga fungsi
Hukum Administrasi yaitu :
a. Fungsi Normatif Meliputi Organisasi dan instrument Pemerintah
b. Fungsi Instrumental aktif dalam bentuk kewenangan, berupa beleid.
c. Fungsi Jaminan jaminan Pemerintah menyangkut keterbukaan, berbagai mekanisme control,
perlindungan Hukum dang anti kerugian.
2. J. Van Der Hoven Dalam bukunya De Drie Dimensies Van Het BestUUrsrecht (1989) memaparkan
tiga sisi Hukum Administrasi yaitu :
a. Yaitu Hukum tentang kekuasaan Pemerintahan
b. De Organizatie en instrumentarium.
c. De rechtsposotie vander burger regenover het bestUUr
Adalah factor-faktor yang ikut mempengaruhi isi dari atura-aturan huku. Factor tersebut adalah :
Sumber Hukum Formal adalah berbagai bentuk aturan Hukum yang ada, sumber Hukum ini
terdiri dari :
1. Peraturan Perundang-undangan
Dalam keputusan Hukum, tidak semua peraturan dapat dikategorikan sebagai peraturan Hukum, suatu
peraturan adalah peraturan Hukum bilamana peraturan itu mengikat setiap orang dank arena itu
ketaatannya dapat dipaksakan oleh Hakim. Berdasarkan penjelasan Pasal 1 angka 2 UU No. 5/1986
Peraturan Perundang-undangan adalah semua peraturan yang bersifat mengikat secara umum yang
dikeluarkan oleh Badan Perwakilan Rakyat bersama Pemerintah, baik di tingkat pusat maupun Daerah,
serta semua keputusan Badan atau Pejabat TUN baik ditingkat pusat maupun Daerah yang juga
mengikat umum.
3. Yurisprudensi
Yurisprudensi adalah Peradilan akan tetapi dalam arti sempit yang dimaksut dengan Yurisprudensi
adalah ajaran Hukum yang tersusun dan dalam radilan, yang kemudian dipakai sebagai landasan
Hukum. Yurisprudensi juga diartikan sebagai himpunan putusan-putusan pengadilan yang disusun
sistematik.
4. Doktrin
Meskipun ajaran Hukum atau pendapat para sarjana Hukum tidak memiliki kekuatan mengikat, namun
pendapat sarjana Hukum ini begitu penting bahkan dalam sejarah pernah terdapat ungkapan bahwa
orang tidak boleh menyimpang dari pendapat umum para ahli Hukum.
Skema sumber Hukum Administrasi dalam arti Formal (Menurut Philipus Hadjon. Hal. 55)
Selanjutnya dalam perjalanannya, sumber Hukum Administrasi dalam arti formal yaitu :
1. UUD 1945
2. Tap MPR
3. UU dan PERPU
4. PP
5. Kepres
6. Peraturan Menteri dan Surat Keputusan Menteri
7. Peraturan Daerah dan Keputusan Kepala Daerah
8. Yurisprudensi
9. Hukum Tidak tertulis
10. Hukum Internasional
11. Kepurusan Tata Udaha Negara
12. Doktrin
Walaupun Otonomi Daerah diterapkan dengan menganuit system Otonomi luas, pelaksanaan
Otonomi tersebut tentunya tidak dapat melepaskan dari konteks Negara Kesatuan Republik Indonesia
sebagaimana dinyatakan dalam Undang-undang Pasal 1 (1) UUD 1945.
Ketentuan diatas merupakan dasar dibentuknya Daerah-daerah yang mempunyai hak Otonomi
ataupun wilayah administratief. Pembagian ini dimaksudkan untuk mencapai efektifitas dan efisiensi
serta demokratisasi pelaksanaan Pemerintahan.
Hubungan antara Pemerintah Pusat dengan Daerah dalam Negara Kesatuan yang
didesentralisasikan tidak dapat dilepaskan dari system pembagian kekuasaan secara vertical yang
didasarkan pada desentralisasi akan melahirkan Daerah-daerah Otonom yang mempunyai
kewenangan untuk mengurus rumah tangganya sendiri. (Pasal 10 No. 32/2004)
No Delegasi No Mandat
a. AAUPL merupakan nilai-nilai etik yang hidup dan berkembang dalam lingkungan Hukum Administrasi
Negara.
b. AAUPL berfungsi sebagai pegangan bagi pejabat Administrasi Negara dalam menjalankan fungsinya,
merupakan alat uji bagi Hakim Administrasi menilai tindakan Administrasi Negara, dan sebagai dasar
pengajuan gugatan bagi pihak penggugat.
c. Sebagian besar AAUPL masih merupakan asas-asas yang tidak tertulis, masih abstrak, dan tidak digali
dalam praktek kehidupan di masyarakat.
d. Sebagian asas yang lain sudah menjadi kaidah Hukum tertulis dan terpencar dalam berbagai
peraturan Hukum positif. Meskipun sebagian asas itu berubah menjadi kaidah Hukum tertulis, namun
sifatnya tetap sebagai asas Hukum.
1. Asas
2. Asas Kecermatan
3. Asas sasaran yang tepat
4. Asas keseimbangan
5. Asas kepastian Hukum.
a. Asas Pertimbangan
b. Asas kecermatan
c. Asas kepastian Hukum
d. Asas kepercayaan atau asas menanggapi harapan yang telah ditimbulkan.
e. Asas persamaan
f. Asas keseimbangan
g. Asas kewenangan
h. Asas fai play
i. Larangan
j. Larangan bertindak sewenang-wenang
Sistematisasi AAUPB dikutip oleh Indroharto dalam bukunya berjudul Usaha Memahami UU
tentang PTUN hal . 307-312 asas tersebut dikelompokkan menjadi :
a. Asas formal mengenai pembentukan keputusan yang meliputi kecermatan formal, asas fairplay
b. Asas-asas formal mengenai dormulasi keputusan yang meliputi :
- Asas pertimbangan
- Asas kepastian Hukum formal
c. Asas material mengenai keputusan yang meliputi :
- Asas kepastian Hukum material
- Asas kepercayaan atau harapan-harapan yang telah ditimbulkan
- Asas persamaan
- Asas kecermatan material
- Asas keseimbangan
1. Asas persamaan
2. Asas larangan mencabut keputusan bermanfaat
3. Asas larangan berlaku surat
4. Asas jaminan kebebasaan masyarakat
5. Asas Keseimbangan
b. Macam-macam AAUPL
Prof. Koentjoro Purbopranoto Mengatakan macam-macam AAUPL sebagai berikut :
Asas umum penyelenggaraan Negara menurut Undang-undang No. 28 Tahun 1999 tentang
penyelenggaraan Negara yang baik dan bersih dan bebas dari KKN sesuai Pasal 3 sebagai berikut :
d. Asas Keterbukaan
Asas yang membuka diri terhadap hak masyarakat untuk memperoleh informasi yang benar, jujur dan
tidak diskriminatif tentang penyelenggaraan Negara dengan tetap memperhatikan perlindungan
terhadap hak asasi pribadi, golongan dan rahasia Negara.
e. Asas Proporsionalitas
Asas yang mengutamakan keseimbangan antara hak dan kewajiban penyelenggara Negara.
f. Asas Profesionalitas
Asas yang mengutamakan keahlian yang berlandaskan kode etik dan ketentuan peraturan Perundang-
undangan.
g. Asas Akuntabilitas
Asas yang menentukan bahwa setiap kegiatan dan hasil akhir dari kegiatan penyelenggara Negara
harus dapat dipertanggung jawabkan kepada masyarakat/ rakyat sebagai pemengang kedaulatan
tertinggi Negara sesuai dengan ketentuan Perundang-undangan.
V. TINDAKAN PEMERINTAHAN
Pemerintah atau Negara adalah sebagai subyek Hukum, sebagai pendukung hak-hak dan
kewajiban-kewajiban. Sebagai subyek Hukum Permerintah sebagaimana seperti subyek Hukum
lainnya melakukan berbagai tindakan, baik tindakan nyata maupun tindakan Hukum tidak nyata/
materiil adalah tindakan yang tidak ada relevansinya dengan Hukum dan oleh karenanya tidak
menimbulkan akibat Hukum.
Pemerintah atau Administrasi Negara adalah subyek Hukum yang mewakili dua institusi
yaitu Jabatan Pemerintahan dan Badan Hukum Pemerintahan/ Badan Hukum Publik, sehingga
tindakan Hukum yang dilakukan Pemerintah dalam menjalankan fungsi Pemerintahan dapat dibedakan
dalam tindakan Hukum publik dan tindakan Hukum privat. Tindakan Hukum Publik Adalah tindakan
Hukum yang dilakukan itu yang didasarkan atas Hukum publik. Sedangkan tindakan Hukum Perdata
berarti tindakan Hukum yang dilakukan tersebut yang didasarkan pada ketentuan Hukum Perdata.
Secara teoritis cara untuk menentukan apakah tindakan Pemerintahan itu diatur oleh Hukum
publik atau Hukum Perdata adalah dengan melihat kedudukan pemeritah dalam menjalankan tindakan
tersebut. Jika Pemerintah bertindak dalam kualitasnya sebagai Pemerintah, maka hanya Hukum
publiklah yang berlaku, dan jika Pemerintah bertindak tidak dalam kualitas Pemerintah, maka Hukum
privatlah yang berlaku.
Tindakan Hukum publik yang dilakukan Pemerintah dalam menjalankan Pemerintahannya,
dapat dibedakan tindakan Hukum publik yang bersifat sepihak dan tindakan banyak pihak. Peraturan
bersama antar Kabupaten atau antar Kabupaten dengan Propinsi adalah contoh tindakan Hukum
publik beberapa pihak.
Dikalangan para sarjana perbedaan pendapat mengenai sifat tindakan Hukum Pemerintahan
ini. Sebagian mengatakan bahwa perbuatan Hukum yang terjadi dalam lingkup Hukum publik selalu
bersifat sepihak atau hubungan Hukum bersegi satubagi mereka tidak ada perbuatan Hukum publik
yang bersegi dua, tidak ada perjanjian yang diatur oleh Hukum publik. Bila mana Pemerintah dengan
seorang partikelir diadakan suatu perjanjian, maka Hukum yang mengatur perjanjian itu senantiasa
Hukum privat. Perjanjian ialah suatu perbuatan Hukum yang bersegi dua karena diadalan oleh dua
kehendak (yang ditentukan dengan sukarela) yakni suatu persesuaian kehendak antara dua pihak
sebagian penulis lain mengatakan, ada perbuatan Hukum Pemerintah bersegi dua, mereka mengakui
adanya perjanjian yang diatur oleh Hukum publik seperti perjanjian kerja yang berlaku selama jangka
pendek. Meskipun dikenal adanya tindakan Pemerintah yang bersegi dua namun dari argumentasi dari
masing-masing penulis bahwa pada prinsipnya semua tindakan Pemerintah dalam menyelenggarakan
tugas-tugas publik lebih merupakan tindakan sepihak atau bersegi satu.
Ada beberapa contoh seperti pada ijin usaha pertambangan tidak dapat dikatakan bahwa
pihak yang bersangkutan berkesempatan untuk terlebih dahulu menyatakan persetujuannya, sebab ijin
pegusahaan pertambangan dan konsesi pertambangan tersebut terjadinya justru keputusan
Pemerintah, yang sifatnya sepihak dan berlaku seketika.
1. Tanggung gugat bidang Hukum Perdata dalam bentuk perbuatan melanggar Hukum oleh penguasa
melalui peradilan umum.
2. Tanggung gugat bidang Hukum Administrasi khusus tentang KTUN melalui peradilan TUN.
Dalam gugatan Perdata formulasinya ditujukan kepada Pemerintah RI dan untuk tingkat
Daerah dirumuskan Pemerintah Daerah.
Ad. 2. Tanggung Gugat Pemerintah Melalui PTUN
Tujuan utama orang menggugat di PTUN adalah agar KTUN tersebut dibatalkan, dan dapat
pula ditambahkan tuntutan ganti rugi dan tehabilitasi (Pasal 53 ayat 1 UU No. 9/2004)
Dalam tanggung gugat bidang TUN, maka yang menjadi tergugat adalah pejabat, maka
rumusnya adalah : Presiden, Menteri, Gubernur, Bupati, WaliKota.
1. Sarana yang terhimpun dalam publik domein, misalnya : alat tulis menulis, sarana transportasi,
gedung-gedung perkantoran, dll.
2. sarana/ instrument Yuridis
1) Peraturan Perundangan-undangan
Peraturan adalah merupakan Hukum yang sifatnya mengikat umum (berlaku umum) dan
tugasnya mengatur hal-hal yang bersifat umum (general).
Secara teoritik istilah Perundang-undangan mempunyai dua pengertian sebagai berikut :
a. Bersifat Umum dan komptehensif, yang demikian merupakan kebalikan dari sifat yang khusus dan
terbatas.
b. Bersifat universal, ia diciptakan untuk menghadapi peristiwa yang akan dating dan belum jelas bentuk
kongkritnya. Oleh karena itu tidak dapat dirumuskan untuk mengatasi peristiwa tertentu saja.
c. Memiliki kekuatan untuk mengoreksi dan memperbaiki dirinya sendiri, adalah lazim bagi suatu
peraturan untuk mencantumkan klausula yang memuat kemungkinan dilakukannya peninjauan
kembali.
2) Peraturan Kebijaksanaan
Pelaksanaan Pemerintah sehari-hari menunjukkan, badan atau pejabat Tata Usaha Negara
acap kali menempuh berbagai langkah kebijaksanaan tertentu, antara lain menciptakan apa yang kini
sering dinamakan peraturan kebijaksanaan. Produk semacam peraturan kebijaksanaan tidak terlepas
kaitan penggunaan freies ermessen. Karena itu sebelum menjelaskan peraturan kebijaksanaan terlebih
dahulu dikemukakan mengenai “freies ermessen”
Freies ermessen berasal dari kata Freies artinya bebas, lepas, tidak terkait, dan merdeka.
Sedangkan ermessen mempertimbangkan, menilai, menduga, dan memperkirakan. Jadi Freies
ermessen adalah orang yang memiliki kebabasan untuk menilai, menduga, dan mempertimbangkan
sesuatu, istilah ini secara khas digunakan Pemerintah. Sehingga Freies ermessen diartikan juga
sebagai salah satu sarana yang memberikan ruang gerak bagi pejabat atau Badan Administrasi
Negara untuk melakukan tindakan tanpa harus terikat sepenuhnya pada Undang-undang.
1. Belum ada peraturan Perundang-undangan yang mengatur tentang penyelesaian in konkrito terhadap
suatu masalah tertentu, padahal masalah tersebut menuntut penyelesaian segera. Misalnya dalam
menghadapi bencana alam, atau wabah penyakit menular.
2. Peraturan Perundang-undangan yang menjadi dasar berbuat aparat Pemerintah memberikan
kebebasan sepenuhnya, missal dalam pemberian ijin berdasarkan pasal 1 HO, setiap pemberi ijin
bebas untuk menafsirkan pengertian “menimbulkan keadaan bahaya” sesuai dengan situasi dan
kondisi daerah masing-masing.
3. Adanya delegasi Undang-undang, maksudnya aparat Pemerintah diberi kekuasaan untuk mengatur
sendiri, yang sebenarnya kekuasaan ini merupakan kekuasaan aparat yang lebih tinggi tingkatannya,
missal dalam menggali sumber-sumber keuangan daerah. Daerah bebas untuk mengelolahnya
asalkan sumber itu merupakan sumber yang sah.
3) Pengertian Peraturan Kebijaksanaan
Didalam penyelenggaraan tugas Administrasi Negara Pemerintah banyak mengeluarkan
kebijaksanaan yang dituangkandalam berbagai bentuk seperti : Garis-garis Kebijaksanaan, peraturan-
peraturan, pedoman-pedoman, petunjuk-petunjuk, surat edaran, resolusi-resolusi, instruksi-instruksi,
nota kebijaksanaan, peraturan menteri, keputusan dan pengumuman.
1. Kebebasan menafsirkan ruang lingkup wewenang yang dirumuskan dalam peraturan dasar
wewenagnya, aspek pertama ini lazim dikenal dengan kebebasan menilai yang bersifat obyektif.
2. Kebebasan untuk menentukan sendiri dengan cara bagaimana dan kapan wewenang yang dimiliki
Administrasi Negara itu dilaksanakan. Aspek kedua ini dikenal dengan kebebasan menilai yang bersifat
subyektif. Kewenangan bebas untuk menafsirkan secara mandiri dari Pemerintah inilah yang
melahirkan peraturan kebijaksanaan.
1. Tepat guna dan berdaya guna sebagai sarana peraturan yang melengkapai menyempurnakan dan
mengisi kekurangan yang ada pada peraturan Perundang-undangan.
2. Tepat guna dan berdaya guna sebagai sarana pengatur bagi keadaan vacuum peraturan Perundang-
undangan.
3. Tepat guna dan berdaya guna sebagai serasana pengaturan kepentingan yang belum terakomodasi
secara patut, layak, benar, dan adil dalam peraturan Perundang-undangan.
4. Tepat guna dan berdaya guna sarana pengaturan mengenai kondisi peraturan Perundang-undangan
yang sudah ketinggalan jaman.
5. Tepat guna dan berdaya guna kelancaran pelaksanaan tugas dan fungsi Administrasi Negara di
bidang Pemerintahan dan pembangunan yang bersifat cepat berubah atau memerlukan pembaharuan
sesuai dengan situasi dan kondisi yang dihadapi.
6) Rencana-rencana
Negara merupakan Organisasi yang memunyai tujuan. Bagi Negara Indonesia tujuan Negara
itu dituangkan dalam Alinea ke empat UUD 1945, mengindikasikan bahwa Indonesia merupakan
Negara Hukum yang menganut konsepsi Welfare state tujuan kehidupan bernegara meliputi berbagai
dimensi, terhadap berbagai dimensi ini Pemerintah membuat rencana-rencana.
Dalam Perspektif Hukum Administrasi Negara rencana merupakan salah satu instrument
Pemerintah yang sifat Hukumnya berada diantara peraturan kebijaksanaan, Perundang-undangan, dan
ketetapan, dengan demikian perencanaan memiliki bentuk sendiri patuh pada peraturan sendiri serta
mempunyai tujuan sendiri, yang berbeda dengan peraturan kebijaksanaan, peraturan perundangan-
undangan dan ketetapan.
Rencana merupakan himpunan kebijaksanaan yang akan di tempuh pada masa yang akan
dating, akan tetapi ia bukan peraturan kebijaksanaan karena kewenangan untuk membuatnya
ditentukan oleh peraturan perundan-undangan atau didasarkan pada wewenang Pemerintah yang
jelas. Rencana memiliki sifat norma yang umum abstrak, namun ia bukan peraturan Perundang-
undangan, karena tidak semua rencana itu mengikat umum dan tidak selalu mempunyai akibat Hukum
langsung. Rencana merupakan hasil penetapan oleh Organ Pemerintahan tertentu atau dituangkan
dalam bentuk ketetapan, tetapi ia bukan Beschikking karena didalamnya memuat peraturan yang
bersifat umum.
7) Unsur-unsur Rencana.
Dalam perspektif HAN, J.B.J.M. ten Berge menggunakan unsur rencana sebagai berikut :
- Schriftelijke (tertulis)
- Keputusan atau tindakan terkandung pilihan
- Oleh Organ Pemerintahan
- Ditujukan pada waktu yang akan datang
- Unsur-unsur Rencana (sering kali berbentuk tindakan-tindakan atau keputusan-keputusan).
- Memiliki sifat yang tidak sejenis, beragam.
- Sering kali secara programatis
- Untuk jangka waktu tertentu.
- Gambaran tertulis.
8) Perizinan
Pengertian Perizinan yaitu dispensasi, konsesi, dan lisensi. Dipensasi adalah keputusan
Administrasi Negara yang membebaskan suatu perbuatan dari kekuasaan peraturan yang menolak
perbuatan tersebut.
9) Unsur-unsur izin
- Instrumen Yuridis
- Peraturan Perundang-undangan
- Peristiwa kongkrit
- Prosedur dan persyaratan.
Pemerintah sebagaimana manusia dan Badan Hukum Perdata dapat terlibat dalam pergaulan
Hukum Privat, Pemerintah melakukan jual beli, sewa menyewa, membuat perjanjian dan mempunyai
hak. Pemerintah juga bertanggung jawab ketika terjadi perbuatan melawan Hukum yang dilakukan
Pemerintah.
- Penentuan syarat dalam rangka memberikan perlindungan untuk kepentingan umum yang harus
dilajukan oleh Pemerintah.
- Ketentuan syarat-syarat tersebut harus dilakukan secara terbuka misalnya, melalui penawaran umum
agar dikatahui sebelumnya oleh pihak lawan berkontrak, sehingga pihak swasta dapat dengan sukarela
menyetujui terhadap syarat yang telah ditentukan tersebut.
a. Definisi Keputusan Tata Usaha Negara berdasarkan Pasal 1 (3) UU No. 5/1986.
Suatu penetapan tertulis yang dikeluarkan oleh Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara yang
berisi tindakan Hukum yang berdasarkan peraturan Perundang-undangan yang berlaku, yang bersifat
konkrit, individual dan final, yang menimbulkan akibat Hukum bagi seseorang atau Badan Hukum
Perdata.
b. Rumusan Pasal 1 (3) tersebut diatas mengadung elemen utama sebagai berikut :
- Penetapan tertulis
- Oleh Badan atau Pejabat TUN
- Tindakan Hukum Tata Usaha Negara
- Konkrit, Individual
- Final
- Menimbulkan akibat Hukum bagi seseorang atau Badan Hukum Perdata.
Pengertian Penetapan Tertulis cukup ada hitam di atas putih, karena menurut penjelasan
pasal tersebut dikatakan : “Form” tidak penting dan bahkan nota atau memo saja sudah memenuhi
syarat sebagai penetapan tertulis.
Pengertian Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara dirumuskan dalam Pasal 1 angka 2
pada dasarnya Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara melakukan urusan Pemerintah. Konkrit dan
Individual keputusan Tata Usaha Negara haruslah tidak bersifat Umum melainkan harus konkrit dan
individual. Final artinya keputusan Tata Usaha Negara tidak bersifat sementara akan tetapi sudah final.
Menimbulkan akibat Hukum bagi seorang atau Badan Hukum Perdata membawa konsekwensi
bahwa Penggugat haruslah seseorang atau Badan Hukum Perdata (Pasal 53 angka 1 UU No. 9/2004)
c. Pengecualian dari Pengertian KTUN adalah : ketentuan Pasal 2 UU No. 5/1986 yaitu :
a. keputusan harus dibuat oleh Organ atau badan atau pejabat yang berwenang membuatnya.
b. harus diberi bentuk sesuai dengan peraturan yang menjadi dasarnya dan harus menurut prosedur
pembuatnya.
c. Suatu putusan harus memenuhi syarat formal, contoh : prosedur cata pembuatannya, bentuk
keputusan, pemberitahuan kepada yang bersangkutan. ( Pasal 53 UU No. 5/1986)
d. Keputusan tidak boleh memuat kekuranga-kekurangan yuridis
e. Isi dan tujuannya harus sesuai dengan isi dan tujuan peraturan dasarnya.
Menurut Ten Berge Instrumen penegakan HAN meliputi : Pengawasan dan penegakan sanksi,
pengawasan merupakan langkah preventif untuk melaksanakan kepatuhan, sedangkan penerapan
sanksi merupakan langkah represif untuk memaksakan kepatuhan.
1) Paksaan Pemerintah
2) Penarikan kembali keputusan yang menguntungkan(izin, subsidi, pembayaran dll)
3) Pengenaan uang paksa oleh Pemerintah
4) Pengenaan denda Administratif
Berkenaan dengan kedudukan Pemerintah sebagai wakil dari badan Hukum publik yang dapat
melakukan tindakan Hukum dalam bidang kePerdataan seperti jual beli, sewa menyewa, membuat
perjanjian dans ebagainya, maka dimungkinkan muncul tindakan bertentangan dengan Hukum.
Berkenaan dengan perbuatan Pemerintah yang bertentangan dengan Hukum ini disebutkan bahwa
Hakim Perdata berkenaan dengan perbuatan melawan Hukum oleh Pemerintah berwenang,
mengHukum Pemerintah untuk membayar ganti kerugian, didamping itu Hakim Perdata dalam
berbagai hal dapat mengeluarkan larangan atau perintah terhadap Pemerintah untuk melakukan
tindakan tertentu.
Perlindungan Hukum bagi rakyat terhadap tindakan Hukum Pemerintah dalam kepastiannya
sebagai wakil dari badan Hukum publik dilakukan melalui Peradilan Umum. Kedudukan Pemerintah
dalam hal ini tidak berbeda dengan seseorang atau badan Hukum Perdata yang sejajar, sehingga
Pemerintah dapat menjadi Tergugat maupun Pengugat, dengan kata lain Hukum Perdata memberikan
perlindungan yang sama baik kepada Pemerintah maupun seseorang atau badan Hukum Perdata.
Bidang pertama terjadi dalam bidang publik oleh karena itu tunduk dan di atur berdasarkan
Hukum publik. Sedangkan yang terakhir shusus dalam bidang Perdata dan karenanya tunduk dan
diatur berdasarkan Hukum Perdata.
Perlindungan Hukum melalui Mahkamah Agung dengan cara hak uji materiil sesuai Pasal 5 (2)
Tap MPR No. III/MPR/2000 tentang sumber Hukum dan Tata Urutan Peraturan Perundang-undangan
yang menegaskan bahwa : Mahkamah Agung berwenang menguji peraturan Perundang-undangan di
bawah Undang-undang, hal yang sama juga diatur dalam Pasal 31 (1) UU No.14/1985.
Alasan Menggugat
- Alasan Menggugat
Pasal 53 angka 2 a.b UU No. 9 tahun 2004
- Apa yang di gugat
KTUN Pasal 1.3.- (Pasal 2 + Pasal 3)
- Siapa yang digugat
Badan TUN/ Pejabat TUN = Pasal 1.2
- Apa yang di tuntut
- Batalkan KTUNm dapat disertai
- Ganti rugi
- Regabilitasi
- Bagaimana menggugat/ berbicara
Pasal 53-132 UU No. 5/1986
Followers My
Entri Populer
SOSIOLOGI HUKUM
Rental Mobil