You are on page 1of 20

TUGAS ILMU PENYAKIT DALAM

HEWAN BESAR

TOM IMNICK KRISTO SURUK

1309012015

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN

UNIVERSITAS NUSA CENDANA

KUPANG

2016
1. GANGGUAN PADA SISTEM PERKENCINGAN SAPI DAN KAMBING
1) UROLIHIASIS PADA SAPI
 ETIOLOGI

Urolith atau disebut juga bladder stone merupakan batu yang terbentuk akibat
supersaturasi di urin dengan kandungan mineral-mineral yakni kalsium, oksalat, dan fosfat
yang dapat bergerak turun sepanjang ureter dan masuk ke dalam vesika urinaria.
Kristal yang paling sering ditemukan adalah kalsium oksalat dengan presentase
kejadian 46,3% dan magnesium amonium fosfat sebanyak 42,4%.
Setelah terjadi pengendapan,partikel-partikel yang telah mengkristal dapat bertambah
besar ukurannya,memperparah kerusakan dan menimbulkan gejala klinis pada hewan
tersebut.Urolith ini terbentuk di dalam saluran urinaria dalam berbagai bentuk dan jumlah,
tergantung pada infeksi, pengaruh diet/konsumsi, dan genetik.
Faktor-faktor yang mendukung terjadinya batu adalah aktivitas statis, kurang minum,
makanan yang banyak mengandung kalsium, oksalat dan fosfat serta penurunan pH urin.
Pembentukan urolith dimulai dari ginjal yang kemudian terbawa melalui ureter dan
terakumulasi di vesika urinaria. Kejadian urolithiasis umumnya terjadi pada semua spesies
hewan, terutama pada kucing, anjing, dan sapi. Terbentuknya urolith pada anjing sering
terjadi, kecuali pada ras Dalmatian hanya 1%, sedangkan pada kucing frekuensinya lebih
besar yaitu 5-10%.
 GEJALA KLINIS

Gejala klinis tersebut antara lain kesulitan urinasi, hewan sering menjilat daerah
genital, merejan saat buang air kecil kadang disertai suara serta darah pada urin. Selain itu,
kurang nafsu makan. Pada keadaan yang lebih serius hewan jantan yang mengalami
obstruksi uretra komplit akan menunjukkan gejala muntah, kelemahan, serta perut yang
menegang dan sakit.

 DIAGNOSA BANDING

Kolik ginjal dan ureter dapat disertai dengan akibat yang lebih lanjut misalnya
distensi usus dan pionfrosis dengan demam. Oleh karena itu jika dicurigai terjadi kolik ureter
maupun ginjal, khususnya yang kanan, perlu dipertimbangkan kemungkinan kolik sakluran
cerna, kandung empedu, atau apendisitis akut. Selain itu pada wanita perlu juga
dipertimbangkan kemungkinan adneksitis. Pada batu ureter, terutama dari jenis yang
radiolusen, apalagi bila disertai dengan hematuria yang tidak disertai dengan kolik, perlu
dipertimbangkan kemungkinan tumor ureter, walaupun tumor ini jarang ditemukan. Dugaan
batu vesika urinaria juga perlu dibandingkan dengan kemungkinan tumor kandung kemih
terutama bila batu yang terdapat dari jenis radioluasen.Batu prostat yang biasanya tidak sukar
didiagnosis karena gambaran radiologiknya yang khas, yang kecil seperi kumpulan pasir di
daerah prostat. Tetapi pada pemeriksaan colok dubur dapat memberi kesan adanya
keganasan, terutama bila terdapat batu yang cukup banyak sehingga teraba seperti karsinoma
prostat. Dalam keadaan yang tidak pasti seperti itu perlu dilakukan biopsi prostat.

 PENGOBATAN

Tindakan-tindakan yang bisa dilakukan pada pasien yang terserang urolith adalah
sebagai berikut:
1. Pemberian suntikan penenang guna memudahkan pengeluaran urine.
2. Evakuasi urin menggunakan kateter propylene dengan berbagai ukuran sesuai dengan besar
ukuran hewan.
Disamping melakukan evakuasi urine, perlu dilakukan juga pemeriksaan darah:
hematologi lengkap, kimia darah (fungsi ginjal: ureum dan kreatinin), serta beberapa kadar
elektrolit di dalam darah seperti Kalium, Natrium, dan Klor. Pemeriksaan urin juga
diperlukan untuk mengetahui adanya peradangan di kandung kencing, serta jenis batu atau
kristal yang menjadi sumbatan
 PENCEGAHAN

Pencegahan terhadap pembentukkan cystine urolit adalah dengan menurunkan kadar


potein dalam pakan dan alkalinisasi urin. Medikasi seperti D-penicillamine yang
mengandung thiol dengan dosis 2,5 mg/kgBB, dapat membentuk komplek soluble dengan
cystine di urin (Bush 1979). Selain itu medikasi dengan menggunakan 2-
mercaptopropionylglycine (2MPG) juga dapat membentuk komplek yang lebih larut dengan
cystine sehingga konsentrasi cystine di urin lebih rendah. Penggunaan D-penicillamine
menimbulkan efek samping seperti muntah
2) HEMATURIA PADA KAMBING
 ETIOLOGI

Hematuria adalah suatu gejala yang ditandai dengan adanya darah atau sel darah merah
dalam urin. Secara klinis, hematuri dapat dikelompokkan menjadi: Hematuri makroskopis
(gross hematuria) adalah suatu keadaan urin bercampur darah dan dapat dilihat dengan mata
telanjang. Keadaan ini dapat terjadi bila 1 liter urin bercampur dengan 1 ml darah. Hematuri
mikroskopis yaitu hematuri yang hanya dapat diketahui secara mikroskopis atau tes kimiawi
(Sunarka, 2002 ; Irwana, 2009).
Penyebab dari Hematuria bermacam-macam, bisa akibat infeksi oleh parasit darah,
keracunan, infeksi saluran urogenital, batu pada saluran kencing (urethra, vesica urinaria,
ginjal) dan penyebab-penyebab lainnya ..
 GEJALA KLINIS
Gejala klinis yang paling mudah terlihat adalah ditemukannya darah segar atau urine
berwarna merah pada saat sapi urinasi. Gejala lainnya adalah biasanya sapi menderita
anemia, nafsu makan turun, kekurusan lemah, lesu dan gejala umum lainnya (Subronto dan
Tjahajati .1989).
 DIAGNOSA BANDING
Hematuria dapat dikelirukan juga dengan Hemoglobinuria yang juga memperlihatkan
gejala serupa. Hemoglobinuria dapat didefinisikan sebagai gejala dari kondisi patologis di
mana pada hewan terdapat hemoglobin dalam urin . Dalam kondisi ini urin akan berwarna
merah muda sampai coklat kemerahan tergantung pada jumlah hemoglobin. Hematuria
merupakan gejala dari kondisi patologis di mana terdapat darah dalam urin. Eritrosit tidak
terhemolisis dan urin akan berwarna merah muda sampai kecoklatan - merah tergantung pada
jumlah darah. Gejala yang muncul antara hewan yang memiliki hematuria atau
hemoglobinuria akan dapat terjadi salah satu atau keduanya pada saat yang sama. Terjadi
pembekuan darah dan terdapat banyak eritrosit pada hematuria. Warna urin pada hematuria
terlihat pekat sedangkan pada hemoglobinuria ada transparansi. Pembenahan dari eritrosit
dengan plasma supernatent relatif jelas pada hematuria sedangkan sampel hemoglobinuria
lebih stabil. Faktor etiologi tertentu bertanggung jawab pada hematuria dan hemoglobinuria
dan harus diingat bahwa kedua kondisi ini dapat terjadi secara bersamaan . Secara umum,
dapat dikatakan hemoglobinuria disebabkan oleh kondisi dalam tubuh yang pre-renal
sedangkan hematuria disebabkan oleh lesi ginjal atau lesi post-renal (Nelson, 1955)
 PENGOBATAN
pengobatan yang dapat diberikan adalah Intertrim® (trimetoprim 40mg, sulfadoxine
200mg/100ml) 10 ml IM, injectamin® (vitamin A, D3, E, B2, B6, B12, Nikosinamida, D-
pantenol) dengan dosis 2,5-5 ml/ekor sapi atau Vitamin B-kompleks® (B1, B2, B6,
Nikosinamida, D-pantenol) dengan dosis 5-10 ml/ekor sapi intra muskuler. Menurut Merck
Veterinary Manual 5th edition, sebelum pengobatan pada kasus Hematuria sebaiknya
ditentukan dulu penyebab utama dari Hematuria tersebut, sehingga pengobatan yang
dilakukan efektif.
 PENCEGAHAN
hematuria yang disebkan oleh infeksi, bisa dicegah dengan pemberian antibiotik yang
sesuai. Pada gagal ginjal akut dan kronis, nekrosis tubular akut, glomerulonefritis, nefropati
diabetik, pielonefritis, eklampsia, pre-eklampsia, hipertensi esensial, dehidrasi, penurunan
aliran darah ke ginjal (syok berkepanjangan, gagal jantung kongestif), rhabdomiolisis, lupus
nefritis, kanker (usus, kandung kemih, testis, uterus, prostat), leukemia, penyakit Hodgkin,
diet tinggi protein misal daging sapi (tinggi), unggas,
Hematuria akibat tumor atau kanker dapat dicegah dengan pola hidup yang sehat
sehingga dapat meminimalisir terjadinya kanker. Sebaiknya dilakukan dengan pemberian
pakan yang mengandung sedikit pengawet, misalnya pakan yang tidak mengandung formalin
dalam jumlah besar, meminimalisir terpaparnya beberapa jenis toksin seperti astrolachia,
meminimalisir paparan zat kimia (seperti asbes dan anilin) atau bahan berbahaya lain yang
dapat memicu terjadinya kanker (Hoefer, 2006).

PENYAKIT-PENYAKIT PADA KAMBING, SAPI DAN BABI


A. KAMBING
 PENYAKIT ORF
o ETIOLOGI

Orf disebabkan oleh virus parapox dari family poxviridae dan termasuk dalam genus
parapox virus (Fauquet dan Mayo, 1991; Fenner dkk., 1998). Virus Orf berukuran relatif
besar sekitar 300 - 450 nm x 170-260 nm dan struktur luarnya seperti rajutan benang wol
(Kluge dkk., 1972). Merupakan virus tipe DNA yang berbentuk ovoid (Mercer dkk., 1997).
Agen penyebab penyakit orf adalah virus yang termasuk dalam kelompok parapoks dari
keluarga virus poks. Virus ini sangat tahan terhadap kondisi lingkungan, di padang
penggembalaan dan mampu hingga tahunan, tahan terhadap pemanasan 50oC selama 30
menit dan juga tahan terhadap pembekuan dan pencairan tetapi tidak tahan terhadap
kloroform.

o GEJALA KLINIK

Masa inkubasi berlangsung selama 2 – 3 hari. Mula-mula terbentuk papula, vesikula


atau pustule pada daerah sekitar mulut. Vesikula hanya terlihat selama beberapa jam saja,
kemudian pecah/ Isi vesikula ini berwarna putih kekuningan. Kira-kira pada hari ke 10
terbentuk keropeng tebal dan berwarna keabu-abuan. Bila lesi di mulut luas, maka hewan
sulit makan dan menjadi kurus. Terjadi peradangan pada kulit sekitar mulut, kelopak mata,
alat genital, ambing pada hewan yang sedang menyusui dan medial kaki, pada tempat yang
jarang ditumbuhi bulu. Selanjutnya peradangan ini berubah menjadi eritema, lepuh-lepuh
pipih mengeluarkan cairan, membentuk kerak-kerak. yang mengelupas setelah 1 – 2 minggu
kemudian. Pada selaput lendir mulut yang terserang, tidak terjadi pergerakan. Apabila lesi
tersebut hebat, maka pada bibir yang terserang terdapat kelainan yang menyerupai bunga
kool. Kalau tidak terkena Orf dan infeksi sekunder, lesi-lesi ini biasanya sembuh setelah
penyakit tersebut berlangsung 4 minggu.

Pada hewan muda, keadaan ini bias sangat mengganggu, sehingga dapat
menimbulkan kematian. Selain itu, adanya infeksi sekunder, memperhebat keparahan
penyakit. Pada bedah bangkai, tidak terlihat adanya kelainan-kelainan menyolok pada alat
tubuh bagian bagian dalam, kecuali kelainan-kelainan pada kulit. Pada manusia, gejala
penyakit ini berupa lepuh-lepuh pada tangan dan lengan. Lesi ini kemudian mengering serta
mengeras estela 2– 3 minggu.

o DIAGNOSA

Diagnosa dapat dilakukan berdasarkan gejala klinis yang ditemukan. Jumlah penderita
yang biasanya lebih dari seekor dalam satu kelompok hewan sehingga memperkuat dugaan
adanya Orf. Ukuran virus yang cukup besar dan bentuk virus yang spesifik, sehingga dapat
dilihat dengan menggunakan mikroskop elektron juga memudahkan peneguhan diagnosa
(Akoso, 1991). Pada domba dan kambing, lesi yang terlihat cukup spesifik, dapat didiagnosa
secara klinik tanpa bantuan laboratorium.

Diferensial diagnosa atau diagnosa banding didasarkan atas kesamaan ciri penyakit
lain yang ditemukan. Namun, agen penyebab penyakit adalah berbeda. Diagnosa banding
terhadap penyakit Orf pada kambing dan domba meliputi dermatitis karena jamur dan eczema
facialis (Akoso, 1991) selain itu penyakit oleh virus cacar (sheeppox) serta tumor pada kulit
serta bluetongue.

o CARA PENULARAN

Penyakit ini menular dengan cepat dari ternak terinfeksi ke ternak yang sehat melalui
kontak langsung. Penularan dapat juga terjadi akibat hewan yang peka mengkonsumsi pakan
yang tercemar oleh keropeng bungkul orf. Tingkat penularannya dapat mencapai 100%,
sedangkan angka mortalitasnya relatif rendah, yaitu sekitar 2- 5,4%. Angka mortalitas pada
kambing dapat mencapai 9,23% yang terjadi diakhir dan awal tahun. Lebih lanjut juga
dijelaskan bahwa kejadian orf cenderung meningkat pada musim hujan dibandingkan dengan
musim kemarau. Pada kasus yang berat, mortalitas dapat mencapai 93% terutama pada ternak
yang muda. Kelembaban udara yang tinggi dan kondisi stress juga dilaporkan sebagai pemicu
timbulnya penyakit orf pada ternak. Penularan pada manusia juga terjadi melalui kontak
dengan hewan yang sakit atau bahan-bahan yang tercemar oleh penyakit ini.

o PENCEGAHAN ORF

Pencegahan penyakit dapat dilakukan dengan pemberian autovaksin pada


daerahdaerah enzootic. Vaksin ini dibuat dari keropeng kulit yang menderita, dibuat tepung
halus dan disuspensikan menjadi 1 % dalam 50 % gliserin. Vaksinasi pada hewan muda
dilakukan berupa pencacaran kulit, diadakan pada kulit di daerah sebelah dalam paha,
sedangkan pada hewan dewasa dilakukan disekitar leher, beberapa minggu sebelum masa
penyusuan. Anak domba biasanya divaksinasi pada umur 1 bulan dan divaksinasi ulang pada
umur 2 – 3 bulan agar memperoleh kekebalan yang maksimal. Reaksi timbul 7 hari setelah
vaksinasi dan kekebalan berlangsung selama 8 – 28 bulan. Hewan di daerah endemic
sebaiknya divaksinasi setiap tahun. Vaksin harus diperlakukan hati-hati agar tidak
menginfeksi tangan. Sedang botol bekas awetan segera dibakar agar tidak mengkontaminasi
tanah atau tempat diadakan vaksinasi. Pada daerah yang belum dijangkiti penyakit ini, tidak
dianjurkan mengadakan vaksinasi. Karena Orf dapat menular pada manusia, maka pada
waktu vaksinasi harus memakai sarung tangan.

o PENGOBATAN ORF

Karena penyebabnya adalah virus, maka tidak ada obat yang efektif terhadap penyakit
Orf. Pengobatan yang dilakukan secara simptomatis hanya untuk mencegah infeksi sekunder
oleh bakteri dan myasis oleh larva serta mempercepat kesembuhan, misalnya dengan
penggunaan antibiotika berspektrum luas seperti oksitetrasiklin dan pemberian multivitamin
(Adjid, 1993). Cara lain yang lebih sederhana adalah pengerokan keropeng sampai terkelupas
dan sedikit berdarah selanjutnya setelah itu dioleskan methylen blue pada lesinya. Selain itu,
dapat juga dengan menggunakan yodium tincture 3% setelah sebelumnya lesi Orf digosok
dengan tampon sampai terkelupas lalu di desinfeksi dengan menggunakan alcohol 70% serta
dilanjutkan dengan langkah yang terakhir adalah dilakukan penyuntikan antibiotik untuk
mencegah super infeksi. Obat anti lalat juga dianjurkan penggunaannya untuk mencegah
myasis oleh larva lalat (Abu Elzein dan Housawi, 1997).

 PENYAKIT KAMBING ENTEROTOXEMIA

Penyakit Kambing Enterotoxemia juga diucap sebagai penyakit makan terlampau banyak,
Penyakit ini terjadi pada saat rumen pada hewan ruminansia kambing terinfeksi oleh kuman
Clostridium perfringens, tipe C atau D. Pada saat ternak kambing sedang menderita gangguan
pencernaan, bakteri ini berkembang biak dengan cepat, dan meracuni kambing ternak dengan
meraih keuntungan dari keasaman lingkungan rumen buat menghasilkan racun. Kesehatan
kambing

o GEJALA & PENYEBAB PENYAKIT KAMBING ENTEROTOXEMIA

Penyakit Kambing Enterotoxemia terjadi ketika tingkat kesetabilan dai bakteri yang
berada dalam perut kambing terganggu, hal ini umumnya terjadi sebab hewan ternak
kambing terlampau bannya k memakan bangsa biji-bijian. Hingga kuman Clostridium
perfringens Menjadi lebih produktif, tetapi atas akhirnya justru menghasilkan racun yang
merugikan kambing ternak itu sendiri. Kambing ternak yang tengah mengalami gangguan
semacam ini hampir semua mengalami kedutan ataupun berkedut, demam, perut bengkak &
gigi gerinding alias brgeretak.

o PENGOBATAN ENTEROTOXEMIA

Gangguan Penyakit Kambing Enterotoxemia terjadi atas hewan ternak kambing,


umumnya dapat beresiko fatal atas kambing. Dikarenakan hampir semua daya respon
kambing terhadap berbagai bentuk pengobatan sangat buruk. Dan belum ada pengobatan
yang efektif buat jenis penyakit semacam ini.
o PENCEGAHAN ENTEROTOXEMIA

Gangguan penyakit kambing Enterotoxemia dapat dicegah dengan cara pemberian


vaksinasi pada tiap tahun-nya. Disamping itu pula dapat dengan menjauhkan perubahan yang
mendadak pada system menyantap kambing ternak. Kambing ternak dapat berefek buat
melahap kelebihan gandum pada saat menyusui anak-anak, dan ini dapat berpotensi dan
sudah tentu diberikan divaksinasi. Dengan memperlihatkan tipe makanan kering juga dapat
menyusutkan resiko penyakit ini.

 PENYAKIT KAMBING
 GANGGUAN RUMEN PADA KAMBING

Pergolakan rumen yang normal umumnya ialah 1 hingg 4 kali atas setiap menit-nya, serta
bakteri penghasil gas metan yang berproduksi terus menerus. Sebagian besar gas metan ini
dikeluarkan oleh kambing dalam desain kentut. Kembung terjadi disaat kambing kagak
mampu mengeluarkan gas terbilang.

o GEJALA KLINIS

Penyakit kambing tipe ini dapat terjadi apabila hijauan jikalau alfafa menyebabkan
terbentuknya gas dalam rumen dalam jumlah yang terlalu banyak. Sebab gas yang terlalu
banyak terbilang terjebak oleh gelembung, sehingga menciptakan gas terbilang sukar
dikeluarkan oleh sistem pencernaan kambing, sampai mengakibatkan perut kambing
menjabat buncit gara-gara kembung. Hal ini tentusaja akan membuat kambing ternak merasa
sangat tidak nyaman & gelisah.

Karena kasus tersbut maka rumen atas kambing bakal mengalami pembengkakan,
kambing bakal mendengus serta lazimnya kambing bakal menendang-nendang di sisi kiri.
Tampak kambing ternak akan malas untuk bangkit, dan pada saat bangkit maka bakalan
berbaring kembali. Situasi ini dapat mengakibatkan kmatian pada kambing ternak, bilamana
kagak segera dilakukan pengobatan atas kambing.

o PENGOBATAN

Pastinya pengobatan pada penyakit kambing semacam ini harus segera dilakukan
supaya enggak terjadi kasus yang tidak di inginkan oleh peternak, maka peternak kambing
harus sigap segera mengambil tindakan penyelamatan, biar gas rumen atas perut kambing
enggak semakin berkembang biak berlimpah dan dapat dikeluarkan.

Pemberian minyak mineral alias susu magnesium dapat dilakukan sebanyak 2 sampai
3 ons dapat membantu meringankan kembung pada kambing ternak. Setelah obat diberikan
pada kambing ternak, pemijatan atas perut juga bakal sangat membantu dalam pengeluaran
gas dalam perut kambing yang berlebihan.

Rentang tempo pengobatan & pemijatan yang diberikan atas kambing terna adalah
sekitar satu jam. Andaikan tindakan pengobatan dan perawatan ini tidak pula berhasil, maka
metode terbaik merupakan segera menghubungi dokter hewan alias mantri hewan terdekan di
wilayah kalian.

o PENCEGAHAN

Tindakan pencegahan buat penyakit kambing tipe ini dapat dilakukan dengan system
pemeberian pakan kambing dengan komposisi yang seimbang. Rumen atas kambing terletak
di sisi kiri. Penyakit kembung dapat membuat kambing kelihatan tegang dan akan acapkali
mengembik, dan dengan jalan mengeluarkan gas yang terlampau banyak atas perut kambing
melalui kentut & sendawa dalam kenyataannya sudah bisa memusnahkan kembung yang
terjadi pada kambing ternak. Oleh karena itu peternak kambing sangat perlu berhati-hati
dalam pemberian pakan terhadap kambing ternak

 GANGGUAN PENCERNAAN ATAS HEWAN TERNAK RUMINANSIA

Seekor kambing yang dapat mecernak makanan dengan benar tentunya tidak lolos dari
kondisi rumen yang bugar. Enzim pencemaan yang berada di abomasum dan usus kecil tidak
mungkin dapat memecah serat dengan tepat, terkecuali mikroorganisme rumen bekerja
dengan baik. Karena itu bakteri yang ada di dalam rumen kambing ternak sudah tentu bakteri
yang bagus.

o GEJALA KLINIS

Terlampau banyak dalam mengkonsumsi biji-bijian, jerami berjamur, serta makanan


yang kagak bersih justru dapat membahayakan & sampai-sampai dapat membunuh kuman
rumen yang bugar. Dan tentusaja kasus ini justru akan merugikan hewan ternak kambing
tersebut. Dikala kuman rumen mati, maka kambing tidak bisa mencerna makanan dngan baik,
akibatnya justru rumen akan Menjadi tempat pembusukan makanan & kuman merugikan
berkembang cepat hingga meracuni kambing ternak. Bagai anti kuman oral serta racun
kuman patogen semacam yang diproduksi oleh Clostridium perfringens, tipe C & D. Rumen
berhenti terhadap proses pencernaan makanan, sehingga proses pencernaan makanan bakalan
stagnan, dan kasus ini akan menyebabkan lebih berlimpah bakteri mati, karena kagak ada
siklus makanan yang mesuk den keluer verbal kambing ternak.

Tanda-tanda kambing ternak yang mengalami gangguan di bagian mata pencernaan


bakal cenderung kehilangan nafsu menyantap, alias sampai-sampai kagak pengen makan
sama sekali pada kondisi gangguan tingkat parah, andaikan sudah demikian maka kefatalan
bisa saja terjadi atas kambing ternak. Tanda-tanda yang lain lazimnya kambing bakalan
cenderung berisik dan berlimpah bergerak, ataupun gelisah.

o PENGOBATAN

Pengobatan atas penyakit kambing semacam ini merupakan dengan cara


mengeluarkan racun yang ada pada pada rumen alias istilahnya detoksifikasi, lambung
dirangsang agar dapat berkontraksi dan dilakukan pengosongan atas lambung kambing
ternak, yang lantas setelah itu dilakukan makan tahap selanjutnya yakni mengisi ambung
kembali dngan bakteri yang normal. Dengan pemberian susu yang memiliki kandungan
magnesium dapat medetoksifikasi lambung dan mengurangi keasaman rumen atas hewan
ternak kambing. & kasus ini juga dapat mendorong terjadinya kontraksi pada rumen hewan
ternak tersebut. Berikan 2 ons susu magnesium empat kali sehari untuk kambing selagi tempo
dua hari. & berikan sebanyak 4 ons susu magnesium atas tipe kambing yang lebih besar,
semisal kambing boer, domba texel, domba garut, domba batur dan domba tipe besar yang
lainnya, pemberian susu dilakukan sebanyak empat kali sehari sewaktu dua hari. Semasa
proses terbilang, kambing ternak akan mengalami diare atau mencret, hal ini adalah wajar &
kagak perlu melakukan pengobatan atas diare yang dialami kambing terbilang. Lazimnya
noda kambing yang keluar berbau busuk, & akan berlangsung selagi 12 hingga 24 jam alias
sehari semalam.

B. PENYAKIT PADA SAPI


 PENYAKIT ANTHRAX
Penyakit antrax adalah jenis penyakit yang sangat berbahaya dan dapat menular pada
manusia. Biasanya kategori penyakit seperti ini disebut zoonosis. Penyakit ini disebabkan
oleh bakteri Bacillus Anthracis yang masuk ke dalam tubuh melalui pakan dan air minum.
Selain melalui pakan dan air minum yang tidak bersih, bakteri antrax bisa masuk ke dalam
tubuh sapi lewat tanah yang tercemar bakteri dan masuk melalui pernafasan atau luka pada
sapi. Bakteri antrax adalah bakteri yang daya tahannya luar biasa, disinfektan dan panas
terkadang tidak mampu melawan bakteri ini. Penyebarannya juga sangat cepat apabila sapi
tersebut kurang makan dan kelelahan, apalagi saat musim panas. Penyakit ini bisa menyerang
semua sapi dari berbagai tingkatan umur dan bisa menular kepada manusia.
Bila sapi sudah terkena antrax, sebaiknya manusia tidak mendekat dan harus berhati - hati
dalam penanganannya. Bakteri dapat menular pada manusia melalui luka, pernafasan (jika
menghirup bulu sapi yang terserang).
o GEJALA KLINIS

Sapi demam, lemah dan mudah jatuh/ambruk; Radang pada bagian limpa dan
akhirnya sapi menjadi diare; Banyak pendarahan di beberapa bagian tubuh, biasanya
berwarna hitam (pada lubang hidung dan mulut, pori - pori dan pada lubang anus sapi); Nafas
tersengah – sengah; Pembengkakan pada bagian bawah perut; Bila sudah akut, sapi akan mati
mendadak

o PENCEGAHAN DAN PENGOBATAN :

Vaksinasi spora avirulen secara berkala tiap tahun pada sapi yang belum terkena;
Pengecekan, pembersihan dan karantina jika pada suatu daerah sudah terkena antrax; Jangan
memberi makan sapi dengan akarnya, biasanya hijauan. Berikan rumputnya saja; Jangan
sering - sering kontak fisik dengan ternak jika tidak benar - benar darurat; Jika sapi sudah
terkena, berikan antibiotik dengan spektrum luas seperti Penisilin G, Oxytetracyclin,
Streptomycin; Hewan yang sudah mati jangan dibedah, jangan memegang langsung bagian
luka. Langsung kubur saja bila perlu bakar bangkainya.

 DENZOOTIC BOVINE LEUKOSIS (EBL)


Enzootic Bovine leukosis (EBL) merupakan penyakit viral yang sangat fatal pada sapi
dewasa, bersifat neoplastik ganas, dengan manifestasi kinis berupa proliferasi dari jaringan
limfoid. Pada kondisi lanjut dapat disertai limfomatosis yang bersifat persisten. Sebagian
besar infeksi bersifat subklinis akan tetapi kurang Iebih 30% nya akan berkembang manjadi
limfositosis dan sebagian menjadi limfosarkoma dengan tumor di beberapa organ.
o ETIOLOGI
Penyebab EBL adalah virus bovine leukosis, yaitu oncovirus tipe C dari
subfamiliOncovirinae, famili Retroviridae. Partikel virus adalah single stranded Ribonucleic
Acid (ss-RNA) yang menghasilkan poliprotein yang terdiri dari empat macam, yakni
nukleoprotein p12, protein kapsid p24, transmembran glikoprotein gp30 dan glikoprotein
amplop gp5l dan beberapa enzim seperti reverse transkriptase. Virus berukuran 70-110 nm,
berbentuk bulat kasar, bersifat pleomorfi k, diselubungi amplop.
o GEJALA KLINIS
Masa inkubasi penyakit sangat lama dan pada penularan di alam masa inkubasi tidak
diketahui secara pasti. Pada sapi dewasa sebagian besar (75-90%) menunjukkan adanya
pembesaran hampir di semua organ, tetapi abomasum, jantung, organ visceral dan kelanjar
limfe merupakan organ yang paling sering terkena. Pada umumnya penyakit berkembang
sangat cepat, hewan menjadi kurus dan dapat diikuti adanya kematian. Gejala Klinis yang
nampak tergantung dari organ yang terlibat, antara lain terdapat gejala syaraf seperti paralisis
atau kepincangan, bila tumor menekan sumsum tulang dan syaraf perifer. Perubahan irama
(denyut) jantung, hidroperikardium, atau kegagalan jantung kongestif kanan, bila tumor
melibatkan jantung. Terjadi perubanan nafsu makan, diare bahkan melemah bila saluran
pencernaan terlibat dan terjadi ulserasi pada abomasum. Gejala pernafasan muncul bila
terjadi pembesaran kelenjar limfe retrofaringeal. Pada pemeriksaan hematologi menunjukkan
adanya limfositosis. Jumlah limfosit dalam darah dapat mencapai 50.000/mm3.
o PENGOBATAN DAN PENCEGAHAN
Belum ada pengobatan pada EBL. Sampai dengan saat ini belum tersedia vaksin
untuk pencegahan infeksi EBL. Satu-satunya cara pencegahan yang terpenting adalah test
and slaughter. Pengendalian didasarkan pada penyingkiran hewan seropositif dan
mempertahankan sistem kompartementalisasi dengan mengimpor sapi dari daerah bebas
EBL.
 PENYAKIT SURRA
Penyakit surra merupakan penyakit parasit yang disebabkan oleh protozoa Trypanosoma
evansi. Parasit ini hidup dalam darah induk semang dan memperoleh glukosa sehingga dapat
menurunkan kadar glukosa darah induk semangnya. Menurunnya kondisi tubuh sapi akibat
cekaman misalnya stress, kekurangan pakan, kelelahan, kedinginan dan sebagainya
merupakan faktor yang memicu kejadian penyakit ini. Penularan terjadi secara mekanis
dengan perantaraan lalat penghisap darah seperti Tabanidae, Stomoxys, Lyperosia, Charysops
dan Hematobia serta jenis arthropoda yang lain seperti kutu dan pinjal.
Penyakit surra sering menyerang sapi pada musim hujan dimana kondisi kekebalan sapi
sering turun dan melemah . Beberapa kasus bahkan dapat menewaskan ternak terutama
kerbau.

o GEJALA KLINIS

Gerakan sapi menjadi tidak aturan (sempoyongan, jalan berputar putar/mubeng) jika
sudah parah sering kejang – kejang; Selaput lendir menguning; Tidak ada nafsu makan dan
bulu rontok; Demam dan cepat lelah

o PENCEGAHAN DAN PENGOBATAN

Penyemprotan insektisida di kandang ternak (biasanya sejenis asuntol) untuk


mencegah datangnya serangga penghisap darah.; Hindarkan kandang sapi dari tempat yang
rawan menjadi sarang serangga (parit dan tempat lembab); Sisa - sisa pakan ternak jangan
sampai membusuk di kandang; Bila sapi luka, jangan sampai dibiarkan infeksi dan menjadi
makanan bagi lalat; Karantina sapi yang sakit dan berikan obat berupa atocyl maupun artosol,
namun dalam penggunaannya hendaknya melalui konsultasi dengan dokter hewan setempat

 KEMBUNG (BLOAT)

Penyakit kembung perut disebabkan oleh macetnya saluran gas dalam tubuh sapi,
akibatnya pencernaan tidak lancar dan bagian perut rumen membesar. Ini dapat dilihat dari
bagian perut sapi sebelah kiri, apabila sapi kembung pasti akan terlihat membesar. Penyakit
kembung perut yang diderita sapi, dapat menyebabkan kematian karena struktur organ sapi
yang unik. Dimana pada sapi, jantungnya terletak disebelah kanan perut, bukan dibagian dada
seperti halnya manusia. Hal tersebut akhirnya menyebabkan jantung sapi terhimpit oleh angin
dan asam lambung saat menderita kembung. Karena kembung yang terjadi, mendesak dan
mengakibatkan perut sapi membesar kesamping. Kematian pada sapi yang menderita
kembung perut, biasanya rentan terjadi karena ketidaktahuan dan salah penanganan oleh
peternak. Saat sapi mengalami kelumpuhan dengan perut yang kembung, banyak peternak
yang memposisikan sapi mereka telentang. Hal itu menyebabkan, jantung sapi terhimpit
dengan lebih cepat. Penyebab utama sapi terserang kembung adalah rumput - rumputan yang
basah, kurang berserat. Oleh karenanya seleksi hijauan mutlak diperlukan dan berikan
presentase hijauan jenis leguiminose maksimal lima puluh persen.
o GEJALA KLINIS

Perut bagian kiri membesar karena gas tidak dapat keluar; Pernafasan terganggu
karena organ pernafasan ditekan oleh membesarnya rumen; Gerakan kurang lincah dan sering
terjatuh; Dalam kondisi parah, hewan bisa lumpuh dan mati

o PENCEGAHAN DAN PENGOBATAN

Jangan biasa memberikan pakan rumput yang masih basah, terutama di pagi hari;
Kurangi prosentase pemberian leguminose hijauan; Jerami kering berikan di pagi hari
sebelum memakan hijauan jenis lain; Usahakan ternak banyak bergerak sehingga mengurangi
gas pada lambung; Cara pengobatan yang biasa diberikan adalah anti bloat yang mengandung
dimethicone dan minyak nabati yang berasal dari kacang tanah. Minyak nabati bisa
disuntikkan pada sapi yang terkena bloat; Konsultasikan pada dokter hewan untuk
penggunaan obat yang tepat

 PENYAKIT SEPRICEMIA (SE)


o ETIOLOGI
Penyakit ngorok adalah penyakit yang menyerang saluran pernapasan sapi yang berusia
muda (umur 6-24 bulan). Penyakit ini disebabkan oleh bakteri PastureIla multocida. Bakteri
ini biasanya menyerang sapi yang baru mengalami perjalanan jauh. Penularan penyakit
terjadi melalui makanan dan minuman yang tercemar bakteri.
o GEJALA KLINIS

Membengkaknya kulit kepala dan selaput lendir lidah disertai warna merah dan
kebiruan; Membengkaknya leher, anus, dan vulva; paru-paru meradang; Selaput lendir usus
dan perut masam serta berwarna merah tua. Sapi mengalami demam dan sulit bernapas
sehingga terdengar mengorok.; Dalam keadaan sangat parah, sapi akan mati dalam waktu
antara 12-36 jam.

o PENCEGAHAN DAN PENGOBATAN

Pencegahan penyakit ini dilakukan dengan memberikan vaksinasi anti-SE, setiap 6


bulan sekali. Pengobatannya dapat dilakukan dengan memberikan antibiotika atau sulfa.
C. PENYAKIT PADA BABI
 AGALACTIA

Penyakit ini adalah penyakit babi induk yang habis melahirkan dimana mengalami
kegagalan didalam mengeluarkan atau memproduksi air susu.

o ETIOLOGI ESCHERIA COLI

Karena keracunan didalam usus akibat kontaminasi (tak biasa buang kotoran), yang
kemudian terus diikuti dengan hilangnya nabsu makan dan kadang-kadang panas guna
mengatasi konstipasi bisa diberi obat peluncur, misalnya: garam inggris Akibat peradangan
pada uterus (metritis). Ternak yang bersangkutan sakit kehilangan nabsu makan temperatur
tubuh naik: 106° F yang normal 102° F – 103°F. Dari vulva keluar cairan yang berwarna
kemerahan atau kekuningan. Peradangan uterus ini biasanya diikuti peradangan ambing
(mastitis) mengakibatkan kegagalan air susu (Agalactia), maka penyakit ini juga disebut
MMA Complek (Mastitis Metritis Agalactia Complek).

o GEJALA KLINIS

Gejala pertama biasanya nampak 3 hari sesudah melahirkan, walaupun sering dapat
terlihat belum melahirkan atau sebelum anak-anak disapih ; Temperatur 103°F – 106°F ; Babi
tak mau makan, air susu sedikit atau gagal sama sekali ; Dari vagina keluar nanah (pus)
berwarna keputihan atau kekuning-kuningan ; Anak babi mencret; Kadang-kadang tidak
diketahui sampai anak babi kelaparan

o PENCEGAHAN DAN PENGOBATAN

Makanan baik, dan kebersihan harus terjamin; Untuk menghindarkan konstipasi, babi
bisa diberi obat peluncur, atau cairan gula (gula tebu) 6-10%, pada ransum, garam inggris.;
Pengobatan dengan injeksi antibiotik (penicilin, penstrep, terramycin, sulmet)

Catatan:

1. Untuk menstimulir air susu bisa diberi suntikan dengan Oxytocin 5-10 I.U dan
25 mg stillbestrol;

2. Peristiwa ini akan menimpa semua anak babi yang melahirkan . oleh karena itu
anak babi harus diberi susu extra.
 RHEUMATIK
o ETIOLOGI

Penyebab: Babi kurang mendapat sinar matahari, adanya udara lembab, dan ventilasi
yang kurang sempurna merupakan penyebab faktor yang penting, Makanan serba kurang
baik, Ternak sering menderita Erysipelas

o GEJALA KLINIS

Napsu makan berkurang dan kehilangan berat badan; Konstipasi, dan air kencing agak
menjadi keruh.; Sering menunjukkan gejala dimana babi selalu berbaring dan berteriak bila
ditekan urat-urat sepanjang tulang belakang.

o PENCEGAHAN DAN PENGOBATAN

Ransum harus baik, lebih-lebih vitamin A dan D haris cukup.; Kandang bersih, hangat
dan kering; Pengobatan dengan penicilin injeksi dan sulfa

 SCOURS( mencret)

Scours adalah suatu gejala penyakit enteritis yang ditandai adanya peradangan usus,
scours banyak menyerang anak babi atau babi – babi muda.

o ETIOLOGI

Untuk mengetahui penyebab dan gejalanya secara khusus sangat sulit, karena
sebenarnya scour itu ada berbagai tipe yang masing - masing penyebabnya tak sama. Akan
tetapi perlu diketahui bahwa yang mempercepat scours atau enteritis ini adalah karena
sanitasi kurang diperhatikan, kelembaban udara, kedinginan, alas kandang kurang, makanan
yang tak memenuhi syarat, kurang zat besi (anemia), stress.

Tipe-Tipe Scours atau Enteritis:

1. Non Infectious Enteritis, jenis penyakit ini pertama-tama timbul akibat


makanan yang tak menjamin, terutama kekurangan vitamin B, yang
mengakibatkan scours. Walaupun scours ini tak berinfeksi (Non Infectious
Scours) tetapi sangat mengurangi daya tahan tubuh yang akhirnya mudah kena
infeksi enteritis dan penyakit lain.

2. Infectious Enteritis
- Nonspectious Enteritis disebabkan oleh berbagai jenis bakteri (tak khusus oleh
salah satu bakteri), yang sudah berjangkit akibat stress.

- Necrotic Enteritissering disebut necro yang disebabkan oleh bakteri Salmonella.

a) Banyak menyerang babi umur 2-6 bulan

b) Kotoran berbau busuk, dan berwarna agak hitam keabuan

c) Kotoran sering bercampur jaringan2 usus yang telah lepas.

3. Desentri yakni scours yang berinfeksi parah. Kadang - kadang penyakit ini
disebut bloody atau black scours, yang disebabkan oleh bakteri vibrio dan bisa
dari bakteri lain (salmonella bakteri). Bakteri ini mengakibatkan mencret
berdarah yang sangat membahayakan atau menimbulkan kematian.

4. Transmisible Gastro Enteritis (T.G.E) yakni penyakit Enteritis yang


disebabkan oleh virus. Babi disegala umur bisa diserang TGE pada babi muda
kematian akibat TGE bisa mencapai 100%.

o PENCEGAHAN DAN PENGOBATAN

a) Menjaga kebersihan kandang dengan menggunakan desinfektan (lysol,


creolin) untuk menyemprot dan kandang selalu kering.

b) Terhadap anak babi, hendaknya selalu diberi alas lantai dari rumput, brambut,
serbuk gergaji, dsb, yang selalu diganti agar mereka tetap hangat dan bersih.

c) Makanan diberi TM 10 dengan dosis 5-10 gram per 100 kg ransum, atau
Aureomycin

d) Pengobatan dengan:

- Sulmet injeksi; Aureomycin Soluble Powder pada air minum.

- Aureomycin selama 15 hari ( dosis biasanya ada petunjuk dari perusahaan)

- Antibiotic lainnya (Penstrep, Penisilin, Terramycin, Sul-Q-Nox, Noxal)


 WHITE SCOURS (Mencret Putih)
o ETIOLOGI

Penyebab: Bakteri Escherichia Coli. Bakteri ini bisa masuk lewat tali pusat yang sakit
(infeksi). Dan biasanya babi kecil mudah menderita mencret putih akibat mereka kedinginan,
lantai lembab, makanan induk jelek, dsb. Atau anak babi terlampau banyak menyusu.

o GEJALA KLINIS

Kotoran merupakan cairan yang berwarna putih seperti kapur.; Tak mau menyusu
terhadap induk dan nampak sangat lemah.; Kepala ditundukkan

o PENCEGAHAN DAN PENGOBATAN

1. Kandang diusahakan selalu kering dan hangat, lantai diberi alas dan sering
ganti, tidak sampai menjadi kotor ataupun basah akibat air kencing

2. Makanan diberi tambahan aureomycin, TM 10.

Catatan: White Scours biasanya diikuti penyakit Anemia, TGE, Necro, Desentri
dan penyakit lainnya
DAFTAR PUSTAKA

Forrester S. 2004. Diagnostic approach to hematuria in dogs and cats. Veterinary Clinics of
North America, Small Animal Practice 34, 849-867

Fossum, T.W. (2002). Small Animal Surgery, ed 2nd Mosby, St. Lois London. Toronto.
Philandelphia sydney.

Gerber B. 2008. Feline lower urinary tract disease (FLUTD). Proceedings of the International
SCIVAC Congress 2008, Rimini, Italy, 201-203.

Direktorat kesehatan hewan,2014. Manual penyakit hewan mamalia cetakan ke 2. Subdit


pengawasan penyakit hewan. Jakarta

Infonet, 2016. Eye problems. Animal husbandary and walfare diakses pada
http://www.infonet-biovision.org

Nadis, 2016. Eye condition in cattle. National animal disease information service. Diakses
pada http://www.nadis.org.uk/bulletins/eye-conditions-in-cattle.aspx

You might also like