You are on page 1of 7

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

TABEL PENGAMATAN
A. Kelompok Kontrol CMC Na 0,5%
volume Efek
volume air
kelas no bobot pemberian volume urin
hangat
obat 1 jam 2 jam 3 jam 24 jam
3 140 g 3.5 1.4 0 1 1 2
B
4 174 g 4.35 1.74 0 1 1.2 4
5 108 g 2.7 1.08 0.58 0.6 0.47 4.7
C
6 172 g 4.3 1.72 2 2.2 2.3 4
106
D 8 0.29 0.36 0.44 2.47
gram 2.65 1.06
Rata- rata Jumlah Urin 0.574 1.032 1.082 3.434
Volume Urin Kumulatif 0.57 1.606 2.688 6.12
% Volume Urin Kumulatif 15.8 43.5 72.225 174

B. Kelompok Pembanding (HCT)


volume Efek
volume air
kelas no bobot pemberian volume urin
hangat
obat 1 jam 2 jam 3 jam 24 jam
1 189 g 4.725 1.89 4 8 8 19
A
2 168 g 4.2 1.68 4 6 6.3 12
B 5 121 g 3.1 2 1.97 1.92 3.45 3.52
6 190 g 4.75 2.1 2.5 3.85 3.9 26.5
C
7 115 g 2.875 1.14 2 2 2 9
Rata- rata Jumlah Urin 2.894 4.354 4.73 14.004
Volume Urin Kumulatif 2.89 7.248 11.98 26
% Volume Urin Kumulatif 73.1 178 294.53 629

C. Kelompok Uji 1 (Furosemid 20 mg)


volume Efek
volume air
kelas no bobot pemberian volume urin
hangat
obat 1 jam 2 jam 3 jam 24 jam
1 181 g 4.525 1.8 2 8 8 8
A
2 179 g 4.475 2 2 8 8 10
3 173 g 4.3 1.73 1 1.25 2 2.5
B
4 172 g 4.3 1.72 0.38 2.34 2.65 2.7
C 5 124 g 3.1 1.24 0.25 2 2 3.55
Rata- rata Jumlah Urin 1.126 4.318 4.53 5.35
Volume Urin Kumulatif 1.13 5.444 9.974 15.3
% Volume Urin Kumulatif 25.8 127 232.17 359

D. Kelompok Uji 2 (Furosemid 40 mg)


volume Efek
volume air
kelas no bobot pemberian volume urin
hangat
obat 1 jam 2 jam 3 jam 24 jam
A 1 170 g 4.25 1.7 0 2 2 4
B 5 121 g 3.025 1.21 1.15 2 3 10.4
C 6 108 g 2.7 1.1 0.37 1.03 1.03 2.3
104
8
D gram 2.6 1.04 0 0.12 0.3 8.5
Rata- rata Jumlah Urin 0.38 1.2875 1.5825 6.3
Volume Urin Kumulatif 0.38 1.6675 3.25 9.55
% Volume Urin Kumulatif 12.9 51.9 100.89 313

E. Volume Urin
1 jam 2 jam 3 jam 24 jam
kelompok kontrol CMC Na 0,5% 0.574 1.032 1.082 3.434
kelompok pembanding (HCT) 2.894 4.354 4.73 14.004
kelompok uji 1 (Furosemid 20 mg) 1.126 4.318 4.53 5.35
kelompok uji 2 (Furosemid 40 mg) 0.38 1.2875 1.5825 6.3

F. Volume Urin Kumulatif


0 1 2 3 24
kelompok kontrol CMC Na 0,5% 0 0.57 1.606 2.688 6.12
kelompok pembanding (HCT) 0 2.89 7.248 11.98 26
kelompok uji 1 (Furosemid 20 mg) 0 1.13 5.444 9.974 15.3
kelompok uji 2 (Furosemid 40 mg) 0 0.38 1.6675 3.25 9.55

G. % Volume Urin kumulatif


0 1 2 3 24
kelompok kontrol CMC Na 0,5% 0 15.8 43.5 72.225 174
kelompok pembanding (HCT) 0 73.1 178 294.53 629
kelompok uji 1 (Furosemid 20 mg) 0 25.8 127 232.17 359
kelompok uji 2 (Furosemid 40 mg) 0 12.9 51.9 100.89 313
H. Grafik Volume Urin
16
kelompok
14 kontrol CMC
12 Na 0,5%
kelompok
10
pembanding
8 (HCT)

6 kelompok uji
1 (Furosemid
4 20 mg)
2 kelompok uji
2 (Furosemid
0 40 mg)
0 2 4 6

I. Grafik Volume Urin kumulatif


30
kelompok
kontrol CMC
25
Na 0,5%
20 kelompok
pembanding
15 (HCT)
kelompok uji 1
10 (Furosemid 20
mg)
5
kelompok uji 2
(Furosemid 40
0
mg)
0 10 20 30
J. Grafik % Volume Urin kumulatif
700
kelompok
600 kontrol CMC
Na 0,5%
500
kelompok
400 pembanding
(HCT)
300 kelompok uji
1 (Furosemid
200
20 mg)
100 kelompok uji
2 (Furosemid
0 40 mg)
0 10 20 30
Pembahasan

Percobaan ini menggunakan hewan coba tikus yang dibagi menjadi 4 kelompok. Tikus
pertama digunakan sebagai kelompok kontrol, tikus kedua digunakan sebagai kelompok
pembanding (HCT),tikus ketiga sebagai kelompok uji 1 digunakan untuk melihat efek
furosemid 20 mg, tikus keempat digunakan sebagai kelompok uji 2 untuk melihat efek
furosemid 40 mg.Keempat kelompok ini di amati selama 24 jam dan dilakukan pengecekan 30
menit sekali selama 3 jam.
Perlakuannya adalah sebagai berikut,
1. Kelompok kontrol
Tikus yang digunakan pada kelompok kontrol ada lima tikus dengan bobot 140 g,174
g,108 g,106 g dan 172 g dan diberikan CMC Na 0,5%,sebelum diberi obat,tikus terlebih
dahulu diberi air hangat diberikan secara oral,tujuannya adalah untuk membantu
mempercepat dan memperbanyak urin yang dikeluarkan.Pada tikus dengan bobot
172gram menghasilkan urin paling banyak yaitu pada 1 jam pertama dihasilkan 2
ml,jam selanjutnya 2,2 ml dan 2,3 ml dan pada waktu 24 jam dihasilkan urin sebanyak
4 ml dengan volume kumulatif 10,5 dan persen volume urin kumulatifnya 244%.
2. Kelompok pembanding
Tikus yang digunakan pada kelompok pembanding ada lima tikus dengan bobot 189
gram,168 gram,121 gram,190 gram,115 gram dan diberikan HCT (Hidroklorotiazid)
,sebelum diberi obat,tikus terlebih dahulu diberi air hangat diberikan secara
oral,tujuannya adalah untuk membantu mempercepat dan memperbanyak urin yang
dikeluarkan.Pada tikus dengan bobot 189 gram menghasilkan urin paling banyak yaitu
pada 1 jam pertama dihasilkan 4 ml,jam selanjutnya 8 ml dan 8 ml dan pada waktu 24
jam dihasilkan urin sebanyak 19 ml dengan volume kumulatif 39 dan persen volume
urin kumulatifnya 825%.
3. Kelompok uji (Furosemid 20 mg)
Tikus yang digunakan pada kelompok uji ada lima tikus dengan bobot
181gram,179gram,173gram,172gram,124gram dan diberikan furosemide 20 mg,tikus
terlebih dahulu diberi air hangat diberikan secara oral tujuaanya adalah untuk
membantu mempercepat dan memperbanyak urin yang dihasilkan lalu setelah diberi air
hangat tikus didiamkan selama 30 menit kemudian di berikan furosemid 20 mg.Pada
tikus dengan bobot 179 gram yaitu pada 1 jam pertama menghasilkan urin sebanyak
2ml lalu pada jam berikutnya menghasilkan 8 ml dan 8 ml dan pada 24 jam akhir
dihasilkan 10 ml hasilnya sama dengan tikus dengan bobot 181 gram tetapi pada hasil
akhirnya hanya dihasilkan sebanyak 8 ml.
4. Kelompok uji (Furosemid 40 mg)
Tikus yang digunakan pada kelompok uji ada 4 tikus yang digunakan dengan bobot 170
gram,121 gram,108 gram,104 gram dan diberikan furosemid 40 mg, sebelumnya di
berikan dulu air hangat yg bertujuan untuk membantu dan memperbanyak urin yang
dihasilkan lalu baru di berikan furosemid 40 mg.Pada tikus dengan bobot 121 gram
dihasilkan urin yang banyak dibandingan dengan tikus yang lain didapat sebanyak 1,15
ml pada 1 jam pertama ,2 ml,3 ml pada jam berikutnya dan di dapat sebanyak 10,4 ml
setelah 24 jam.
Sebenarnya diantara keempat sediaan yang paling baik digunakan adalah furosemid karena
furosemid bekerja dengan cara menghambat reabsorpsi ion Na pada henle.
Mekanisme kerja furosemid adalah inhibisi reansorbsi natrium dan klorida pada jerat henle
menaik dan tubulus ginjal distal,mempengaruhi system kontranspor ikatan klorida,selanjutnya
meningkatkan ekskresi Na,Cl,Mg, kalsium dan air.
Mekanisme kerja hidroklorthiazid dengan menghambat simporter Na,cl ditubulus distal dan
inhibisi reabsorbsi pada tubulus ginjal ,akibatnya eksresi Na dan air meningkat.
Sedangkan CMC Na digunakan sebagai kontrol sebagai pembanding yang menunjukan reaksi
hasil negative atau tidak adanya efek obat.Seharusnya tikus yang diberikan furosemid secara
per oral memberikan efek yang diuresis yang lebih besar daripada tikus yang diberikan
hidroklortiazid dan CMC Na tetapi dari hasil praktikum yang di dapat tikus yang diberikan
hidroklortiazid menghasilkan lebih banyak urin dibandingkan tikus yang diberi furosemid,
Dikarenakan furosemid merupakan golongan diuretik kuat mempunyai khasiat lebih kuat
tetapi memiliki waktu paruh yang lebih singkat yaitu 4-6 jam sesuai dengan data yang
dihasilkan pada jam pertama menghasilkan jumlah urin yg banyak tetapi setelah 24 jam tidak
ada penambahan yang signifikan sedangkan hidroklortiazid merupakan golongan diuretic
tiazid yang memiliki waktu paruh 6-12 jam sehingga urin yang dihasilkan semakin lama
semakin banyak.Kesalahan juga dapat terjadi disebabkan oleh tidak masuknya seluruh obat
dan dapat disebabkan oleh perbedaan dalam hal faktor fisiologi dari hewan percobaan yang
digunakan.Untuk beberapa obat,perubahan dalam faktor-faktor farmakodinamik merupakan
sebab utama yang menimbulkan keragaman respon penderita.Variasi dalam berbagai faktor
farmakokinetik dan farmakodinamik ini berasal dari perbedaan individual dalam kondisi
fisiologik,kondisi patologik,faktor genetic dan interaksi obat dan toleransi.
Ada tiga faktor utama yang mempengaruhi respon diuretik ini,yaitu :
-Tempat kerja diuretik di ginjal. Diuretik yang bekerja pada daerah yang reabsorbsi natrium
sedikit, akan memberi efek yang lebih kecil bila dibandingkan dengan diure- tik yang bekerja
pada daerah yang reabsorbsi natrium banyak.
-Status fisiologi dari organ. Misalnya dekompensasi jantung, sirosis hati, gagal ginjal. Dalam
keadaan ini akan memberikan respon yang berbeda terhadap diuretik.
-Interaksi antara obat dengan reseptor (Siregar, P., W.P., R. Oesman, R.P. Sidabutar , 2008).

You might also like