Professional Documents
Culture Documents
Pengetahuan tertua tentang beton adalah di temukan di Timur Tengah dan tertanggal pada
5600 SM; bangsa Mesir ( pada abad 26 SM ) telah menggunakan campuran dengan jerami untuk
mengikat batu kering , gypsum, dan semen kapur dalam pertukangan batu ( berdasarkan fakta-
fakta dalam konstruksi Pyramid ).
Masyarakat Yunani yang tinggal di Crete dan Cyprus menggunakan semen kapur sebaik
mungkin ( abad ke-8 SM ), mengingat Bangsa Babilonia dan Syria menggunakan “bitumen”
untuk membangun bebatuan dan bangunan batu.
Sama halnya pada Bangsa Yunani Kuno, menggunakan batu kapur calcined, ketika orang
Roma membuat beton pertama; yang dicampur kapur putty dengan debu bebatuan atau abu
vulkanik. Mereka menggunakannya dengan batu untuk membangun jalan, bangunan-bangunan,
dan saluran air ( terowongan air ).
Bangsa Roma memakai pozzolana, jenis pasir tertentu dari Pozzuoli, dekat gunung berapi
Vesuvio ( Italia bagian Selatan ), untuk membangun bangunan yang penting sekali, seperti
Pantheon atau Colosseo.
Kubah Pantheon, dibangun pada abad kedua masehi, yang merupakan Karya terbesar
Bangsa Roma pada waktu itu, Pantheon memiliki struktur dengan sejumlah kekosongan, relung
dan kubah dengan ruang yang kecil yang bertujuan untuk menurunkan bebannya; Dalam
keterangan tentang Kubah ( Dome ) menunjukkan struktur yang lebih tebal dalam dasar atau
kakinya, sedangkan ketebalan cenderung berkurang secara bertahap, berdasarkan tinggi kubah
bertingkat ( dengan kata lain, ketebalan dome berbanding terbalik dengan tingginya ).
Pliny telah meletuskan semen kapur dan pasir ( perbandingannya satu bagian kapur
sedangkan pasir empat / 1 : 4 ), dan Marco Vitruvio Pollione ( Abad pertama SM ) meletuskan
sebuah campuran pozzolana dan kapur ( dua untuk pozzolana dan 1 untuk kapur / 2: 1 )dan
kami juga mempunyai sebuah karangannya tentang Sifat Beton. Nama Concrete berasal dari
bahasa latin yaitu Concretus , yang berarti tumbuh bersama.
Pada tahun 1779 M, Fra Giocondo menggunakan pasir pozzolana sebagai mortar
pada Dermaga Pont de Notre Dame di Paris.
Pada tahun 1779 M, Higging telah memberikan hak paten untuk semen hidrolik
yang digunakan pada Plester Exterior.
Pada tahun 1793 M, John Smeaton menemukan batu kapur Kalsinasi yang berisi
tanah liat yang dihasilkan pada jenis kapur yang mengeras di bawah air, Smeaton
menggunakan kapur hidrolik untuk membangun Mercusuar Eddystone di Cornwall, Inggris.
Pada tahun 1796, James Parker telah mempatenkan jenis Khusus dari Semen
Hidrolik yang disebut Roman Cement - yang diperoleh melalui Nodul Kalkunasi dari batuan
kapur yang tiak murni yang berisi tanah liat. Proses yang sama juga telah digunakan di
Prancis pada tahun 1802.
Pada tahun 1812, L. Vicat telah mempersiapkan kapur Hidrolik Buatan dengan
mengkalkinasi campuran buatan pada batuan kapur dan pasir.
Pada tahun 1818, Semen Alami telah diproduksi di US dan M. de Saint Leger telah
memberikan hak paten terhadap Semen Hidrolik. Pada tahun 1822, J. Frost telah mengajukan
Kapur Hidrolik Buatan yang disebut British Cement.
Tepatnya tahun 1824, adalah yang terpenting dalam Sejarah Beton, pada tahun 1824
J. Aspdin yang telah mengembangkan apa yang disebut Semen Portland ( Portland Cement
)- istilah setelah batu kualitas tinggi yang digali di Portland, Inggris- dengan melakukan
pembakaran bersama campuran kapur dan tanah liat hingga karbon dioksida terangkat;
Semen Aspdin merupakan suatu kesuksesan.
J.L. Lambot telah membuat sebuah kapal kecil dari beton ( kemudian dia
menebalkan perahunya dengan batang besi dan kawat ) di Prancis selatan untuk dipamerkan
pada Pameran Dunia pada tahun 1855 di Paris. Dan pada tahun 1890-an Seorang Italia , C.
Gabellini mulai membangun Kapal dengan menggunakan beton ( membuat kapal dalam
skala yang lebih besar ).
Bangunan beton bertulang US pertama dibangun oleh W. E. Ward antara tahun 1871
dan 1875, tepatnya rumah di Port Chester, New York. Ward menggunakan bahasa Prancis
untuk Concrete, yaitu Beton, dan pada tahun 1883, dia menyampaikan selebaran yang
menggambarkan Rumah yang disebutkan tadi kepada Himpunan Insinyur Mekanik Amerika
( The American Society of Mechanical Engineers ); selebaran itu berjudul “ Beton in
Combination with Iron As a Building Material ”.
W.E. Ward, Bangunan Beton Bertulang Pertama di US ( 1871-1875),port Chester, New York
Pada tahun 1879, G. A. Wayss, seorang Builder berkebangsaan Jerman, membeli hak
paten dari apa yang disebut Monier’s System dan mempelopori konstruksi beton bertulang di
Jerman dan Austria, mempromosikan The Wayss-Monier System sebaik mungkin pada
pembelajaran ilmu pengetahuan yang menarik di US; selain itu, dia adalah seorang Manager
dari sebuah perusahaan batu yang sukses, yang memproduksi balok beton di San Fransisco
( 1870 ). Dia orang pertama yang mengguanakan beton bertulang pada tahun 1877, dan pada
tahun 1884 dia mempatenkan sebuah system.
10 tahun kemudian , tepatnya pada tahun 1894, A. de Baudot membangun The Church of
Saint Jean de Monmartre di Paris dengan kolom beton yang ramping dan kubah, disertai
dengan tembok beton bertulang.
T. A. Edison beroperasi dengan beton , tepatnya pada tahun 1899 Edison membangun
perusahaan Semen Portland Edison, di New Jersey, dia mempromosikan konstruksi beton dan
mebuat proposal dalam jumlah yang besar sebagai pandangan penggunaan beton yang
inovatif,; selain itu, dia merancang seperangkat bentuk cetakan besi untuk bangunan rumah
dengan beton ( termasuk tembok, lantai, dan tangga ).
Jembatan beton bertulang pertama dibangun pada tahun 1889, diamana ketinggian beton
pertama dibangun di Cincinnati, US, antara tahun 1902 dan 1904, dengan menggunakan variasi
pada sistem Ransome: dirancang oleh Elzner dan Henderson, itu merupakan beton pencakar
langit pertama.
Perret, pada tahu 1903, merancang dan membangun sebuah multi bangunan tingkat (
Multy-Storey Building ) di Paris dengan menggunakan beton bertulang: Struktur ini sangat
mempengaruhi arsitektur dan konstruksi beton selama satu decade, sejak hal itu dibangun
tanpa tembok penahan beban, digantikan oleh kolom, balok, dan papan. Perret juga
membangun Museum, Gereja, Garasi dan Teater, seperti Theatre Champs Elysées.
Notre Dame du Raincy, dibangun pada tahun 1922, yang merupakan sebuah
terobosan penting ( Khususnya memperbandingkan bangunan beton sebelumnya ) dan ini
dianugerahi sebagai Masterpiece rancangan arsitektural: lengkungan langit-langit yang megah
dan kolom ramping yang memberi kesaksian terhadap bentuk yang luar biasa pada bahan
bangunan ini.
Untuk mengurangi sejumlah rancangan yang tidak dikenal, keseleruhan struktur dibagi
menjadi sub-sub kedalam elemen determinasi yang sangat kecil secara statistik : Kubah
dipisahkan dari dasarnya dan pada tiap dinding penopang yang dirancang menjadi kolom yang
menjepit dua kurva (Curved Two-Pinned Column ), karena metode kalkulasi, pada waktu itu,
yang dibatasi kedalam grafik statis dan solusi numerik elementer pada determinasi struktur.
Kubah itu kini hanya mempunyai empat titik penahan dan sebuah rentang jelas ( Clear Span )
sepanjang 65 meter.
A. Loos, Fashion Haouse Goldman dan Salatsch di Michaelerplatz, Vienna (1911), struktur
dalam beton bertulang
Pada tahun 1951, The Fiat-Lingotto Auto factory dibangun di Turin oleh M. Trucco
menggunakan beton bertulang; bangunannya memiliki rel tes mobil asli (An Original
Automobile Test Track ) pada atapnya. Bagaimnapun juga, beton tidak selalu digunakan
secara substansi : Sebagai contoh , Jembatan Lengkung ( Arch Bridge ) dengan beton
bertulang Maillart, dibangun pada awal abad ke-20, yang telah membahayakan pemandangan
asli pegunungan Swiss Alpine.
Pada tahun 1921 hangar balon udara parabolic beton yang luas di bandara Orly, Paris
telah diselesaikan. Pada tahun 1930, E. Torroja, engineer berkebangsaan Spanyol, telah
merancang kubah tingggi rendah ( low-Rise Dome ) sebagai lambang dari Algeciras, dengan
menggunakan kabel baja sebagai jaringan tegangan. Torroja juga dipercayakan kepada tugas
perancangan Atap stadion berkantilever pada Madrid Hippodrome tahun 1935.
Pada waktu yang sama, seorang berkebangsaan Italia, Pier Luigi Nervi mulai
membangun Hanggar terkenalnya di Orbetello ; yang dikerjakan Nervi meliputi Pameran Hall
(The Exhibition Hall ) di Turin dan dua di dalam gedung stadion di Roma.
Beton Bertulang Renouwn bekerja pada Le Corbusier adalah sebuah Villa Savoye
(1931), blok perumahan pada pilotis di Nantes dan Marseille (1940), Monastery of La Tourette
(1959), dan bangunan pemerintahan pada Chandigarh di India (1961).
Frank Lloyd Wright adalah orang pertama yang memanfaatkan Kantilever sebagai
bentuk rancangan, yang mengungkapkan terima kesih terhadap Konstruksi Beton Bertulang
Natural berlanjut. The Kaufman House (1936) merupakan contoh tertentu dari penggunaan
kantilever.
Pada tahun 1970, bangunan beton bertulang yang berserat pertama yang dibangun.
Bangunan beton bertulang tertinggi dibangun pada tahun 1975, yaitu The CN Tower di
Toronto, Canada ( 555 meter ).
Seperti substansi-substansi mirip batuan lainnya, beton memiliki kuat tekan yang
tinggi dan kuat tarik yang sangat rendah. Beton bertulang adalah suatu kombinasi antara
beton dan baja di mana tulangan yang merupakan baja berfungsi menyediakan kuat tarik
yang tidak dimiliki pada beton. Tulangan baja juga dapat dapat menahan gaya tekan
sehingga digunakan pada kolom dan pada berbagai kondisi lain.
Beton bertulang dapat dikatakan sebagai bahan konstruksi yang sangat penting. Beton
bertulang digunakan dalam berbagai bentuk untuk hampir semua struktur, seperti bangunan,
jembatan, pengerasan jalan, bendungan, terowongan, dan sebagainya
Sukses beton bertulang sebagai bahan konstruksi yang universal dapat di pahami jika
dilihat dari segala kelebihan yang dimilki oleh beton itu sendiri. Kelebihan tersebut antara lain :
Beton memiliki kuat tekan yang relatif lebih tinggi dibandingkan dengan
kebanyakan bahan lain
Beton bertulang mempunyai ketahanan yang tinggi terhadap api dan air
Struktur beton bertulang sangat kokoh
Beton bertulagn tidak memerlukan biaya pemeliharan yang relatif tinggi.
Beton memiliki usia yang relatif sangat panjang.
Beton merupakan satu-satunya bahanyagn ekonomis unutk pondasi tapk, dinding
basement, tiang tumpuan jembatan, dan bangunan-bangunan semacam itu
Beton dapat di cetak dengan bentuk yang beragam
Beton terbuat dari bahan-bahan lokal yang murah
Keahlian buruh yang dibutuhkan untuk membangun konstruksi beton bertulang lebih
rendah dibandingkan dengan bahan lain seperti baja struktur.
Beton Bertulang pada awalnya tidak begitu diketahui. Sebagian besar hasil karya awal
beton pada waktu itu dilakukan oleh dua orang Perancis, Joseph Lambot dan Joseph Monier.
Sekitar tahun 1850, Lambot membuat sebuah perahu beton yang ditulangi dengan suatu jaringan
yang terdiri dari kawat baja atau tulangan yang tersusun parallel. Meskipun demikian,
penghargaan terbesar biasanya diberikan kepada Monier, karena ia lah orang yang menemukan
beton bertulang. Tahun 1867 ia meneriama hak paten atas keberhasilannya membuat kolam atau
tong dan penampang air dari beton yang ditulangi dengan suatu anyaman yang terbuat dari
kawat besi. Tujuan yang ingin dicapainnya dengan melakukan pekerjaan ini adalah membuat
1
konstruksi yang ringan tanpa mengurangi kekuatan beton.
Dari tahun 1867 sampai 1881 Monier mendapatkan hak paten untuk bermacam-
macam konstruksi beton-bertulang, antara lain penopang melintang rel kereta api yang
digunakan untuk mengikat dan menyalurkan tegangan ke bantalan rel, pelat lantai,
bendungan busur, jembatan untuk pejalan kaki, bangunan, dan sebagainya, baik di
Perancis maupun di Jerman. Orang Perancis lainnya, Franćois Coignet, membuat struktur
beton bertulang sederhana dan mengembangkan metode dasar mengenai pembuatan
desain beton-bertulang. Tahun 1861 ia menerbitkan sebuah buku di mana di dalam buku
tersebut ia menampilkan contoh-contoh aplikasi yang cukup banyak. Ia adalah orang
pertama yang menyadari bahwa penambahan terlalu banyak air ke dalam campuran beton
sangat mengurangi kekuatan beton. Orang Eropa lain yang termasuk peneliti pertama
beton bertulang adalah William Fairbairn dan William Wilkinson dari Inggris, G.A.
Wayss dari Jerman, dan Francois Hennebique yang juga berasal dari Perancis.
Thaddeus Hyatt, orang Amerika, mungkin adalah orang pertama yang menganalisis
dengan benar tegangan-tegangan pada suatu beton bertulang, dan pada tahun 1877 ia
menerbitkan sebuah buku setebal 28 halaman tentang pokok bahasan ini, berjudul An Account of
Some Experiments with Portland Cement Concrete, Combined with Iron a.” a Building
Material. Dalam buku ini ia memuji pengunaan beton bertulang dan mengatakan “balok baja
harus menerima nasibnya.” Hyatt memberikan penekanan yang besar kepada daya tahan beton
yang tinggi terhadap api.
E. L. Ransome dari San Fransisco diduga telah menggunakan beton bertulang pada awal
tahun 1870-an dan merupakan penemu tulangan ulir, di mana atas penemuannya ini ia menerima
hak paten pada tahun 1884. Tulangan-tulangan ini, yang
mempunyai penampang melintang berbentuk bujursangkar, dipuntir dalam keadaan dingin
(cold-twisted) dengan satu putaran penuh dan panjangnya tidak lebih dari 12 kali diameter
tulangan. (Tujuan dari pemuntiran ini adalah agar ikatan antara beton dan tulangan semakin
kuat.) Pada tahun 1890 di San Fransisco, Ransome membangun Museum Leland Stanford Jr.
Bangunan yang terbuat dari beton bertulang tersebut memiliki panjang 95.1 meter dan tinggi dua
lantai di mana yang digunakan sebagai tulangan tulang tarik adalah tali baja nekas yang semula
digunakan pada kereta gantung. Bangunan ini mengalami kerusakan kevil pada tahun 1906
akibat gaya gempa bumi dan kebarakan yang diakibatkan oleh gempa tersebut. Tingkat
kerusakan yang kecil pada bangunan ini dan pada struktur-struktur beton lain yang juga
mengalami kebakaran besasr tahun 1906 tersebut menyebabkan bentuk konstruksi ini dapat di
terima secara luas di pantai barat. Sejak tahun 1900-1910, perkembangan dan penggunaan beton-
bertulang di Amerika Serikat menigkat sangat pesat.
2.2.2 Beton Prategang
Penerapan pertama dari beton prategang dimulai oleh P.H. Jackson dari California,
Amerika Serikat. Pada tahun 1886 telah dibuat hak paten dari kontruksi beton prategang yang
dipakai untuk pelat dan atap. Pada waktu yang hampir bersamaan yaitu pada tahun 1888, C.E.W.
Doehting dari Jerman memperoleh hak paten untuk memprategang pelat beton dari kawat baja.
Tetapi gaya prategang yang diterapkan dalam waktu yang singkat menjadi hilang karena
rendahnya mutu dan kekuatan baja. Untuk mengatasi hal tersebut oleh G.R. Steiner dari
Amerika Serikat pada tahun 1908 mengusulkan dilakukannya penegangan kembali. Sedangkan
J. Mandl dan M. Koenen dari Jerman menyelidiki identitas dan besar kehilangan gaya
prategang. Eugen Freyssonet dari Perancis yang pertama-tama menemukan pentingnya
kehilangan gaya prategang dan usaha untuk mengatasinya. Berdasarkan pengalamannya
membangun jembatan pelengkung pada tahun 1907 dan 1927, maka disarankan untuk memakai
baja dengan kekuataan yang sangat tinggi dan perpanjangan yang besar. Kemudian pada tahun
1940 diperkenalkan sistem prategang yang pertama dengan bentang 47 meter di Philadelphia
(Walnut Lane Bridge) seperti gambar dibawah ini :
Setelah Fresyssinnet para sarjana lain juga menemukan metode-metide prategang. Mereka
adalah G.Magnel (Belgia), Y.Guyon (Perancis), P. Abeles (Inggris), F. Leonhardt (Jerman),
V.V. Mikhailov (Rusia), dan T.Y. Lin (Amerika Serikat). Sekarang telah dikembangkan banyak
sistim dan teknik prategang. Dan beton prategangan sekarang telah diterima dan banyak
dipakai, setelah melalui banyak penyempurnaan hampir pada setiap elemen beton prategang,
misalnya pada jembatan, komponen bangunan seperti balok, pelat dan kolom, pipa dan tiang
panjang, terowongan dan lain sebagainya. Dengan beton prategang dapat dibuat betang yang
besar tetapi langsing.
Struktur beton prategang mempunyai beberapa keuntungan, antara lain :
Terhindarnya retak terbuka di daerah tarik, jadi lebih tahan terhadap keadaan korosif.
Kedap air, cocok untuk pipa dan tangki.
Karena terbentuknya lawan lendut sebelum beban rencana bekerja, maka
lendutan akhirnya akan lebih kecil dibandingkan pada beton bertulang.
Penampang struktur lebih kecil/langsing, sebab seluruh luas penampang dipakai
secara efektif.
Jumlah berat baja prategang jauh lebih kecil dibandingkan jumlah berat besi beton biasa.
Ketahanan gesek balok dan ketahanan puntirnya bertambah. Maka struktur dengan
bentang besar dapat langsing. Tetapi ini menyebabkan Natural Frequency dari struktur
berkurang, sehingga menjadi dinamis instabil akibat getaran gempa/angin, kecuali
bila struktur itu memiliki redaman yang cukup atau kekakuannya ditambah.
2.2.3 Beton Pracetak
2.2.3.1 Sejarah Beton Pracetak
Sistem beton pracetak adalah metode konstruksi yang mampu menjawab kebutuhan di
era millennium baru ini. Pada dasarnya system ini melakukan pengecoran komponen di tempat
khusus di permukaan tanah (fabrikasi), lalu dibawa ke lokasi (transportasi ) untuk disusun
menjadi suatu struktur utuh (ereksi). Keunggulan system ini, antara lain mutu yang terjamin,
produksi cepat dan missal, pembangunan yang cepat, ramah lingkungan dan rapi dengan kualitas
produk yang baik. Perbandingan kualitatif antara strutur kayu, baja serta beton konvensional dan
pracetak dapat dilihat pada table :
Beton
Aspek Kayu Baja konvensional Pracetak
Pengadaan Semakin terbatas Utamanya impor Mudah Mudah
Permintaan Banyak Banyak Paling banyak Cukup
Pelaksanaan Sukar, Kotor Cepat, bersih Lama, kotor Cepat, bersih
Pemeliharaan Biaya Tinggi Biaya tinggi Biaya sedang Biaya sedang
Kualitas Tergantung spesies Tinggi Sedang-tinggi Tinggi
Harga Semakin mahal Mahal Lebih murah Lebih murah
Tenaga Kerja Banyak Banyak Banyak Banyak
Lingkungan Tidak ramah Ramah Kurang ramah Ramah
Standar Ada Ada ( sedang Ada ( sedang Belum ada
(sedang diperbaharui) diperbaharui ) (sedang disusun)
diperbaharui)
Struktur komponen pracetak beton bertulang juga diperkenalkan di Jerman oleh Philip
Holzmann AG, Dyckerhoff dan Widmann G Wayss dan Freytag KG, Prteussag, Loser dll.
Sstem pracetak taha gempa dipelopori pengembangannya di Selandia Baru. Amerika dan Jepang
yang dikenal sebagai Negara maju di dunia, ternyata baru melakukan penelitian intensif tentangt
system pracetak tahan gempa pada tahun 1991. Dengan membuat program penelitian bersama
yang dinamakan PRESS ( Precast seismic Structure System).
Indonesia telah mengenal system pracetak yang berbentuk komponen, seperti tiang
pancang, balok jembatan, kolom dan plat lantai sejak tahun 1970an. Sistem pracetak semakin
berkembang dengan ditandai munculnya berbagai inovasi seperti Sistem Column Slab (1996),
Sistem L-Shape Wall (1996), Sistem All Load Bearing Wall (1997), Sistem Beam Column Slab
(1998), Sistem Jasubakim (1999), Sistem Bresphaka (1999) dan siste4m T-Cap (2000).
Hal inilah yang menyebabkan tidak dapatnya diciptakan srtuktur-struktur beton bertulang
dengan bentang yang panjang secara ekonomis, karena terlalu banyak beban mati yang tidak
efektif. Disampimg itu, retak-retak disekitar baja tulangan bisa berbahaya bagi struktur karena
merupakan tempat meresapnya air dan udara luar kedalam baja tulangan sehingga terjadi
karatan. Putusnya baja tulangan akibat karatan fatal akibatnya bagi struktur.
Dengan demikian, Freyssinet telah berhasil menciptakan suatu jenis struktur baru sebagai
tandingan dari strktur beton bertulang. Karena penampang beton tidak pernah tertarik, maka
seluruh beban dapat dimanfaatkan seluruhnya dan dengan system ini dimungkinkanlah
penciptaan struktur-struktur yang langsing dan bentang-bentang yang panjang.
Beton pratekan untuk pertama kalinya dilaksanakan besar-besaran dengan sukses oleh
Freyssinet pada tahun 1933 di Gare Maritime pelabuhan LeHavre (Perancis). Freyssenet sebagai
bapak beton pratekan segera diikuti jejaknya oleh para ahli lain dalam mengembangkan lebih
lanjut jenis struktur ini. Seperti:
a). Yves Gunyon
Yves Gunyon adalah seorang insinyur Perancis dan telah menerbitkan buku
Masterpiecenya “ Beton precontraint” (2 jilid) pada tahun 1951. Beliau memecahkan kesulitan
dalam segi perhitungan struktur dari beton pratekan yang diakibatkan oleh gaya-gaya tambahan
disebabkan oleh pembesian pratekan pada struktur yang mana dijuluki sebagai “Gaya Parasit”
maka Guyon dianggap sebagai yang memberikan dasar dan latar belakang ilmiah dari beton
pratekan.
T.Y. Lin adalah seorang insinyur kelahiran Taiwan yang merupakan guru besar di
California University, Merkovoy. Keberhasilan beliau yaitu mampu memperhitungkan gaya-gaya
parasit yang tejadi pada struktur. Ia mengemukakan teorinya pada tahun 1963 tentang “ Load
Balancing”. Dengan cara ini kawat atau kabel prategang diberi bentuk dan gaya yang sedemikian
rupa sehingga sebagian dari beban rencana yang telah datetapkan dapat diimbangi seutuhnya
pada beban seimbang ini. Didalam struktur tidak terjadi lendutan dan karenanya tidak bekerja
momen lentur apapun, sedangkan tegangan beton pada penampang struktur bekerja merata.
Beban-beban lain diluar beban seimbang (beban vertikal dan horizontal) merupakan “inbalanced
load”, yang akibatnya pada struktur dapat dihitung dengan mudah dengan menggunakan teori
struktur biasa. Tegangan akhir dalam penampang didapat dengan menggunakan tegangan merata
akibat “Balanced” dan tegangan lentur akibat “Unbalanced Load”. Tanpa melalui prosedur rumit
dapat dihitung dengan mudah dan cepat. Gagasan ini telah menjurus kepada pemakaian baja
tulangan biasa disamping baja prategang, yaitu dimana baja prategang hanya diperuntukkan guna
memikul akibat dari Inbalanced Load.
Teori “inbalanced load” telah mengakibatkan perkembngan yang sangat pesat dalam
menggunakan beton pratekan dalam gedung-gedung bertingkat tinggi. Struktur flat slab, struktur
shell, dan lain-lain. Terutama di Amerika dewasa ini boleh dikatakan tidak ada gedung bertingkat
yang tidak menggunakan beton pratekan didalam strukturnya.
T.Y. Lin juga telah berhasil membuktikan bahwa beton pratekan dapat dipakai dengan
aman dalam bangunan-bangunan didaerah gempa, setelah sebelumnya beton pratekan dianggap
sebagai bahan yang kurang kenyal (ductile) untuk dipakai didaerah-daerah gempa, tetapi
dikombinasikan dengan tulangan baja biasa ternyata beton pratekan cukup kenyal, sehingga
dapat memikul dengan baik perubahan-perubahan bentuk yang diakibatkan oleh gempa.
P.W. Abeles adalah seorang insinyur Inggris, yang sangat gigih mendongkrak aliran” Full
Prestressing”, karena penggunaanya tidak kompetitif terhadap penggunaan beton bertulang biasa
dengan menggunakan baja tulangan mutu tinggi. Penggunaan Full Prestessing ini tidak
ekonomis, menurut berbagai penelitian biaya struktur dengan beton pratekan dan Full
Prestressing dapat sampai 3,5 atau 4 kali lebih mahal dari pada struktur yang sama tetapi dari
beton bertulang biasa dengan menggunakan tulangan baja mutu tinggi. Dengan demikian
timbullah gagasan baru yang dikemukakan oleh P.W. Abeles untuk mengkombinasikan prinsip
pratekan dengan prinsip penulangan penampang atau dikenal dengan nama “Partial
Prestressing”. Yang mana didalam penampang diijinkan diadakannya bagi tulangan, lebar retak
dapat dikombinasikan dengan baik.
“Partial Prestrssing” telah disetujui oleh Chief Engineer’s Departement untuk digunakan
pada jembatan-jembatan kereta api di Inggris, dimana tegangan tarik boleh terjadi sampai 45
kg/cm2 dengan lebar retak yang dikendalikan dengan memasang baja tulangan biasa. Freyssinet
sendiri menjelang akhir karirnya telah mengakui juga bahwa “Partial Prestressing”
mengembangkan struktur-struktur tertentu. Begitupun dengan teori “Load Balancing” dari T.W.
Lin yang ikut mendorong dipakainya “Partial Prestressing” karena pertimbangannya kecuali segi
ekonomis juga segi praktisnya bagi perencanaan.
Agregat semestinya kuat dan durable. Agregat tidak perlu keras dan kekuatannya tinggi
namun perlu kompatibel, dalam arti cukup kaku dan kuat, dengan pasta semen. Umumnya
ukuran maksimum agregat kasar yang lebih kecil digunakan untuk kuat tekan beton yang lebih
tinggi. Agregat halus yang digunakan bisa jadi lebih kasar daripada yang diperbolehkan oleh
ASTM C 33 (modulus kehalusan butir lebih besar dari 3,2) karena tingginya agregat halus telah
digantikan oleh bahan-bahan perekat (semen).
Campuran high strength concrete akan memiliki isi bahan-bahan perekat yang tinggi
yang meningkatkan panas hidrasi dan kemungkinan susut yang tinggi mengawali potensi retak.
Kebanyakan campuran berisi satu atau lebih bahan-bahan perekat tambahan seperti fly ash (tipe
C atau F), ground granulated blast furnace slag, silica fume, metakaolin atau bahan-bahan
pozolanik alami.
Campuran high strength concrete umumnya membutuhkan rasio factor air semen yang
rendah, dimana rasio factor air semen berada pada rentangan 0,23 sampai dengan 0,35. Faktor air
semen yang rendah ini hanya dapat dicapai dengan admixture (superplasticizer) dalam jumlah
dan dosis yang besar, menyesuaikan antara tipe F atau G berdasarkan ASTM C 494. Admixture
pengurang air tipe A juga dapat digunakan sebagai kombinasinya.
Isi total dari bahan-bahan perekat umumnya sekitar 700 lb/yd3 (415 kg/m3) namun tidak
boleh lebih dari 1100 lb/yd3 (650 kg/m3). Pemakaian air entrainment pada high strength
concrete akan menurunkan potensial kekuatan secara besar.
Perhatian yang lebih dan evaluasi akan diperlukan bila spesifikasi pekerjaan mengatur
batas-batas sifat beton seperti rangkak, susut dan modulus elastisitas. Ahli teknik mungkin
mengatur batas-batas sifat tersebut untuk desain strukturnya. Penelitian-penelitian saat ini
mungkin tidak memberikan panduan yang diperlukan tentang hubungan empiris dari sifat-sifat
tersebut dari pengujian-pengujian trandisional dan beberapa dari pengujian tersebut sangat
khusus dan mahal untuk dilakukan bagi evaluasi campuran. Berdasarkan pertimbangan-
pertimbangan teoretis, rangkak dan susut yang lebih kecil, modulus elastisitas yang lebih tinggi
dapat dicapai dengan agregat yang lebih besar dan isi pasta yang lebih sedikit pada beton.
Menggunakan ukuran agregat terbesar yang dapat dicapai dan agregat halus yang digradasi
medium sampai dengan kasar dapat mencapai hal tersebut. Ukuran agregat yang lebih kecil
misalkan 3/8 inci ( 9,5 mm) dapat digunakan untuk menghasilkan kuat tekan yang sangat tinggi
namun membutuhkan sifat-sifat seperti rangkak, susut dan modulus elastisitas untuk
dikorbankan. Apabila kesulitan ditemui dalam mencapai kuat tekan yang tinggi, hanya dengan
menambahkan bahan-bahan perekat tidak akan menaikkan kekuatan. Faktor-faktor seperti bahan-
bahan pengganggu dalam agregat, pelapis-pelapis agregat, agregat kasar, muka-muka pecah,
tampang dan tekstur, dan batasan-batasan pengujian bisa jadi menghalangi kuat tekan tinggi
dapat tercapai. Proporsi campuran beton akhir ditentukan dengan batch coba-coba, entah itu di
laboratorium ataupun dengan batch-batch produksi lapangan skala kecil. Produksi, transportasi,
penempatan dan finishing high strength concrete bisa jadi berbeda secara signifikan dari
prosedur-prosedur yang digunakan pada beton konvensional. Untuk proyek-proyek yang kritis,
sangat direkomendasikan penuangan coba-coba dan evaluasi dilakukan dan dimasukan sebagai
item yang harus dibayarkan pada kontrak. Pertemuan pra-penawaran dan pra-konstruksi
sangatlah penting untuk dilakukan untuk memastikan kesuksesan proyek yang menggunakan
high strength concrete. Selama konstruksi, pengukuran ekstra harus dilakukan untuk melindungi
terhadap susut plastik dan retak panas pada bagian-bagian yang lebih tipis. High strength
concrete mungkin membutuhkan waktu yang lebih lama sebelum perancah dibongkar.
Silinder-silinder uji high strength concrete sebaiknya dicetak dengan hati-hati, dirawat,
ditutupi dan diuji. Waktu setting high strength concrete yang lebih lambat mungkin juga terjadi.
2.2.4 BetonRingan
Pada jaman modern untuk mendirikan bangunan sudah dituntut untuk lebih baik dan
lebih baik lagi. Bukan hanya indah dipandang dari sisi arsitekturnya, dari sisi kenyamanan,
keamanan, pengerjaan yang mudah dan cepat juga murah merupakan faktor yang tidak kalah
pentingnya. Hebel dan Prime mortar merupakan jawaban semua tantangan tersebut. Hebel
merupakan Autoclaved Aerated Concrete (AAC) atau yang lebih dikenal sebagai Beton Ringan
Aerasi Hebel. Beton Ringan Aerasi Hebel terbuat dari bahan baku berkualitas tinggi, diproduksi
dengan teknologi Jerman dan standar Deutche Industrie Norm (DIN). Beton Ringan Aerasi
Hebel merupakan bahan bangunan yang ringan dengan kekuatan yang tinggi dan kemampuan
insulasi yang sangat baik, juga memberikan kemudahan, kecepatan, serta kerapian dalam
membangun segala jenis bangunan; rumah tinggal, komersial, fasilitas publik, perkantoran
maupun industri. Blok & Jumbo Blok Hebel, Super Panel Lantai Hebel serta Super Panel Diding
Hebel merupakan produk unggulan dari Hebel.
Blok Beton Ringan Hebel adalah solusi praktis untuk bangun tembok, cepat dan rapi.
Mempunyai ukuran sangat presisi sehingga pemakaian perekat PM-100 Superior Thin Bed Prime
Mortar yang tipis, mudah pengerjaanya. Mempunyai kuat tekan yang tinggi namun ringan
sehingga lebih tahan gempa. Selain itu kelebihan lainnya mempunyai ketahan terhadap
kebakaran, kemampuan insulasi panas dan suara yang baik serta handal dan tahan terhadap
cuaca.
Sedangkan Super Panel Lantai Hebel merupakan solusi praktis untuk menambah lantai.
Tidak hanya praktis tetapi juga mempunyai nilai ekonomis yang tinggi, cepat dan efesien dalam
pengerjaan, tanpa bekisting sehingga memungkinkan adanya aktifitas diruang bawah sementara
pekerjaan konstruksi berlangsung. Kekuatan dan keamananya tidak perlu diragukan lagi karena
telah memenuhi standar internasional. Mempunyai kuat tekan yang tinggi namun ringan, juga
diperkuat dengan rangka pembesian dengan proteksi anti karat, ketahanan akan kebakaran serta
mempunyai insulasi panas dan suara yang baik. Super Panel Lantai Hebel mudah dikerjakan dan
dapat dimobilisasi di ruang terbatas, lebih kokoh dengan mengisi celah sambungan panel dengan
mengunakan PM-600+ Premium Screed Prime Mortar serta tidak memerlukan proses
pengeringan di lapangan.
Super Panel Dinding Hebel memberikan keuntungan yang sangat berarti untuk
pemakaian dinding internal maupun eksternal dibanding tembok biasa. Keunggulan Super Panel
Dinding Hebel pemasangan cepat dan efisien. Biaya hemat dikarenakan tidak memerlukan
kolom praktis karena sudah diperkuat
dengan tulangan besi baja diproteksi anti karat, juga akan memberikan kekuatan dan ketahanan
yang sangat memadai terutama terhadap beban gempa. Bahan beton ringan tidak mudah terbakar
juga akan membebani struktur utama lebih ringan. Memperbesar luas lantai menjadi efektif
dikarenakan ketebalan dinding hanya 7,5 cm tidak memerlukan acian karena dapat disiapkan
dalam keadaan siap cat, menggunakan Prime Mortar PM-200+ Premium Plaster. Kinerja akustik
yang sangat baik dan mempunyai ketahan terhadap suhu. Super Panel Dinding Hebel juga telah
memenuhi Standar Internasional.
Selain baik digunakan dengan Hebel, Prime Mortar juga dapat digunakan untuk
keperluan lain dalam pekerjaan konstruksi. Prime Mortar merupakan semen instant, bermutu,
praktis dan ekonomis yang diformulasi dan diproduksi dengan teknologi tinggi M-tec Jerman.
Ketepatan dan akurasi campuran yang homogen membuat Prime Mortar menjadi pilihan nomor
satu untuk pekerjaan yang lebih cepat, akurat dan rapi. Keunggulan Prime Mortar menggunakan
pasir silika dengan kadar lumpur yang sangat rendah serta adanya penambahan bahan bahan
aditif. Kualitas yang lebih baik, terjamin, konsisten dan diuji secara teknis.
Untuk sekarang tidaklah susah untuk mendirikan banguan yang berkualitas baik dan
tidaklah salah bila Hebel dan Prime Mortar merupakan sistem beton ringan terbaik dan
terlengkap sebagai solusi inovatif dalam konstruksi.
Hebel bisa disebut sebagai Beton Ringan Aerasi Hebel (Autoclaved Aerated Concrete)
yang mempunyai bahan baku utama terdiri dari pasir silika, kapur, semen, air, ditambah dengan
suatu bahan pengembang. Kemudian dirawat dengan tekanan uap air.
Beton Ringan Aerasi Hebel merupakan bahan bangunan yang ringan dengan kekuatan
yang tinggi dan kemampuan insulasi yang sangat baik.
Kekuatan material ini diperoleh dari proses perawatan dangan menggunakan uap air pada
autoclave. Reaksi antara kapur dan pasir silika pada suhu sekitar 183ºC membentuk suatu
subtansi baru yang disebut Tobermorite. Proses pengembangan menghasilkan pori-pori yang tak
terhitung jumlahnya. Keseluruhan proses dan substansi yang dihasilkan memberikan
karakteristik mekanikal dan fisik Beton Ringan Aerasi Hebel yang luar biasa.
Sejarah Hebel dimulai pada tahun 1943 di Jerman Barat, ketika seorang kontraktor
bangunan bernama Joseph Hebel memutuskan untuk mengembangkan sistem bangunan yang
lebih baik dengan biaya yang lebih ekonomis. Inovasi-inovasi brilian yang dilakukannya, seperti
proses pemotongan dengan menggunakan kawat, membuka kemungkinan-kemungkinan baru
bagi perkembangan produk ini.
Ia juga meletakkan dasar bagi pengembangan produk ini dari sekedar suatu bahan
bangunan menjadi suatu Sistem Membangun yang menyeluruh dang lengkap. Blok, lintel
dilengkapi dengan panel untuk lantai, atap, dan dinding telah berhasil diaplikasikan dengan baik
di proyek perumahan, proyek komersial dan industri. Kesuksesan Hebel di Jerman segera dilihat
negara-negara lain. Pada tahun 1967 bekerja sama dengan Asahi Chemicals dibangun pabrik
Hebel pertama di Jepang. Sampai saat ini Hebel telah berada di 29 negara dan merupakan
produsen beton aerasi terbesar di dunia.
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan
a. Pada abad 26 SM, bangsa Mesir menggunakan campuran dengan jerami untuk mengikat
batu kering , gypsum, dan semen kapur pada pembuatan Pyramid.
b. Pada abad ke-8 SM, menggunakan campuran dengan jerami untuk mengikat batu
kering , gypsum, dan semen kapur.
c. Pada tahun 1779 M, Fra Giocondo menggunakan pasir pozzolana sebagai mortar pada
Dermaga Pont de Notre Dame di Paris.
d. Pada tahun 1793 M, John Smeaton menemukan batu kapur Kalsinasi yang berisi tanah liat
yang dihasilkan pada jenis kapur yang mengeras di bawah air, Smeaton menggunakan kapur
hidrolik untuk membangun Mercusuar Eddystone di Cornwall, Inggris
e. Joseph Aspdin (1824) Penemu Portland Cement.
f. J.L Lambot (1850 ) telah membuat sebuah kapal kecil dari beton ( kemudian dia
menebalkan perahunya dengan batang besi dan kawat ) di Prancis selatan untuk
dipamerkan pada Pameran Dunia pada tahun 1855 di Paris
g. Pada tahun 1850, J. Monier, seorang tukang kebun berkebangsaan Prancis,
mengembangkan sebuah Pot Bunga dengan beton bertulang; pada tahun 1867,
dia mempatenkan Garden Tub dan kemudian balok bertulang.
h. F. Coignet (1861) melakukan uji coba penggunaan pembesian pada konstruksi atap, pipa
dan kubah
i. Gustav Wayss & Koenen ( 1887) serta Hennebique memperkenalkan sengkang sebagai
penahan gaya geser dan penggunaan balok “ T ” untuk mengurangi beban akibat berat
sendiri
j. Neuman melakukan analisis letak garis netral Considere menemukan manfaat kait pada
ujung tulangan
k. Freyssinet memperkenalkan dasar – dasar beton pratekan
l. Perkembangan beton selanjutnya dikembangkan sperti beton bertulang, beton prategang,
beton pracetak, serta beton pratekan.